ke sektor riil
Status : Menikah
Suami : Ir. Bosman D. Hutahaean, MM
Anak : 1. Tunggul FP Hutahaean, ST (Jakarta)
2. Novelya DV Hutahaean, ST (Semarang)
3. Jeffry TJ Hutahaean (Pontianak)
Pendidikan :
SD-SMP-SMA : Medan (Lulus 1985)
Sarjana (S1) : Universitas Sumatera Utara (Lulus 1990)
Sarjana (S2) : Universitas Indonesia (Lulus 2007)
Jabatan :
1992-2011 : Dinas Pertanian TPH Prov Kalbar (Kasi Lab, Kasubag TU )
2011-2014 : Dinas Perkebunan Prov Kalbar (Kabid Perlindungan)
2004-2017 : Sekretariat KORPRI Prov. Kalbar (Kabag Umum dan Keu)
2017-2020 : Dinas Koperasi UKM Prov. Kalbar (Kabid Pemberdayaan Koperasi)
5/10/2020-skrg : Dinas Koperasi UKM Prov. Kalbar (Pengawas Koperasi Ahli Madya)
Pemekaran koperasi adalah upaya
membangun konglomerasi ekonomi sosial
yang akan membuat koperasi tumbuh besar,
massif dan menjawab berbagai kebutuhan
anggota/ masyarakat.
APA ITU SPIN OFF
• Kebutuhan anggota harus direspon secara maksimal sehingga pasar koperasi tetap
terkonsolidasi. One stop living, melayani anggota dari setiap kebutuhan hidupnya.
• Untuk mengembangkan koperasi-koperasi model/ jenis baru.
• Untuk mengembangkan koperasi-koperasi di sektor riil dan jasa.
• Menjadi fokus sehingga meningkatkan produktivitas.
• Menjawab kebutuhan anggota yang tak lagi bisa dijawab oleh pola yang ada.
• Meregenerasi struktur Pengurus dan/ atau Manajemen sehingga selalu gesit dan
tangkas.
• Mengembangkan basis investasi anggota.
• Cara produktif untuk mengatasi idle money dan mengoptimalkan berbagai aset.
• Tantangan baru bagi SDM-SDM senior untuk berperan dalam pengembangan koperasi.
• Mengantisipasi resiko jangka panjang dengan cara membagi resiko ke banyak sektor.
• Menyiapkan model fee based income untuk koperasi simpan pinjam.
• Integrasi horisontal dan vertikal koperasi.
BAGAIMANA SPIN OFF
• SPIN OFF MURNI/ SPLIT OFF: dilakukan dengan cara membentuk neraca
awal melalui penyisihan bersih aktiva koperasi yang dilakukan split off
dan meliputi kepemilikan dari seluruh anggota koperasi.
• SPIN OFF BIASA: dilakukan dengan cara membentuk neraca awal melalui
penyetoran modal bersih dari anggota dan terbatas kepemilikannya pada
anggota baru yang menyetor.
• SPIN OFF INKUBASI: dilakukan dengan cara membentuk neraca awal melalui
penyetoran modal bersih dari anggota koperasi dan sebagian lagi dari modal
kelembagaan koperasi.
LEMBAGA PAYUNG SPIN OFF
Group dapat diisi oleh para Pengurus dan Senior Manajer yang sudah purna tugas. Tujuannya adalah:
1.Menyerap energi para demisioner ke dalam struktur pengembangan koperasi
2.Memberdayakan pengalaman yang bersangkutan selama puluhan tahun sehingga tidak sia-sia.
3.Menjadi tokoh pengikat atau pemersatu yang menjaga moral gerakan di anak-anak perusahaan koperasi.
4.Memberi nasehat (advice) kepada anak-anak perusahaan koperasi, baik diminta atau tidak.
5.Menyerap dan membangun daya dukung strategik (ke luar) bagi anak koperasi, termasuk akses modal.
6.Group dapat membuat tim kerja sendiri yang isinya fokus pada: Supervisi/ Audit serta Riset dan Pengembangan
koperasi secara jangka panjang.
7.Keberadaan group dibiayai oleh anak-anak perusahaan koperasi.
8.Group melakukan pemekaran koperasi baru ke sektor lainnya. Pengembangan cabang usaha dilakukan
olehmasing-masing Pengurus/ Manajemen.
9.Mengembangkan visi besar dan jangka panjang dari gerakan koperasi tersebut.
10.Membangun kapasitas SDM dengan fasilitasi pendidikan dan pelatihan.
Temuan Hasil Identifikasi Pengawasan Koperasi
pi hak ketiga
Pengawasan dan Pemeriksaan Koperasi belum berbasis risiko sehing Pengawasan dan Pemeriksaan menggunakan standar yang sama (Pera
ga penanganan antara koperasi kecil dan koperasi besar yang sama. turan Menteri) berbasis potensi risiko (KUK 1, 2, 3, 4)Bagi KUK 3 dan 4
dilakukan fit and proper test
Pemeriksaan Koperasi dilakukan secara parsial, dengan output penga Pemeriksaan Koperasi dilaksanakan secara terintegrasi dengan output
wasan berupa laporan hasil pemeriksaan kepatuhan, kelembagaan, u Pemeriksaan Kesehatan Koperasi dan/atau Penerapan Sanksi
saha simpan pinjam dan penilaian kesehatan
Sanksi diberikan secara bertahap yaitu berupa : teguran tertulis paling Sanksi administratif diberikan sesuai tingkat masalah atau pelanggaran
sedikit 2 (dua) kali, larangan untuk menjalankan fungsi sebagai peng berupa surat teguran, penurunan tingkat kesehatan, pembatasan kegiat
urus atau pengawas koperasi, pencabutan izin usaha simpan pinja an usaha, pembekuan izin, pencabutan izin dan pembubaran.
m; dan/atau pembubaran koperasi oleh Menteri.
Kewenangan Pengawasan Koperasi
01
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggungjawab menyelenggarakan Pengawasan Koperasi sesuai dengan
wilayah keanggotaan Koperasi.
Wilayah keanggotaan Koperasi lintas daerah provinsi oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah.
Wilayah keanggotaan Koperasi lintas daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah provinsi oleh Pemerintah
daerah provinsi.
Wilayah keanggotaan Koperasi dalam 1 (satu) daerah kabupaten/kota oleh Pemerintah daerah Kabupaten/Kota.
Pengawasan Koperasi dilakukan oleh Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi dalam lingkup Kementerian
Koperasi dan UKM, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
1. Dalam hal belum terpenuhinya Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi di lingkungan instansi pemerintah,
penyelenggaraan tugas Pengawasan Koperasi ditetapkan oleh pejabat yang memiliki kewenangan di bidang
koperasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. PNS yang bukan merupakan Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi dapat melaksanakan tugas Pengawasan Koperasi
untuk jangka waktu tertentu setelah mendapatkan penugasan dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah.
3. PNS di lingkungan instansi Pemerintah Daerah yang bukan merupakan Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi dapat
melaksanakan tugas Pengawasan Koperasi untuk jangka waktu tertentu dari Perangkat Daerah setelah mendapatkan
rekomendasi dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
4. Masa pelaksanaan tugas Pengawasan Koperasi oleh Pengawas Koperasi yang bukan merupakan Pejabat Fungsional
Pengawas Koperasi paling lama 5 (lima) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.
5. Setelah berakhirnya masa pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Pengawasan Koperasi wajib dilakukan
oleh Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi.
Objek
02 Pengawasan KUK I
• Anggota < 5.000
Koperasi • Modal Sendiri < 250 juta
• Aset < 2,5 Miliar
Objek Pengawasan Koperasi : Koperasi Primer
dan Koperasi Sekunder meliputi usaha simpan
pinjam dan non simpan pinjam sesuai dengan KUK II
wilayah keanggotaan Koperasi. • Anggota 5.001 – 9.000
Objek Pengawasan Koperasi dibagi dalam 4 • Modal Sendiri > 250 juta s.d
(empat) tingkat Klasifikasi Usaha Koperasi 15 Miliar
(KUK). • Aset > 2,5 Miliar – 100 Miliar
Penentuan tingkat KUK berdasarkan jumlah
anggota, modal sendiri, atau aset tertinggi yang KUK III
dicapai Koperasi yang bersangkutan.
• Anggota 9.001 – 35.000
Bupati/Walikota berkewajiban memantau dan • Modal Sendiri > 15 Miliar - 40
mengevaluasi Kantor Cabang, KCP, dan Kantor Miliar
Kas yang berkedudukan di wilayahnya. • Aset > 100 Miliar - 500 Miliar
Hasil pemantauan tsb dilaporkan kepada:
- Menteri untuk koperasi wilayah keanggotaan KUK IV
lintas provinsi • Anggota > 35.000
- Gubernur untuk koperasi dengan wilayah kean • Modal Sendiri > 40 Miliar,
ggotaan lintas kab/kota dalam 1 provinsi • Aset > 500 Miliar
03 Pelaksanaan Pengawasan Koperasi
Tugas Pelaksanaan Pengawas :
a. pengawasan terhadap seluruh fasilitas sarana dan prasarana
Koperasi. Jenis Pengawasan Koperasi :
b. pemeriksaan, verifikasi, dan klarifikasi dokumen Pengawasan rutin
Pengawasan sewaktu-waktu.
c. permintaan keterangan dari anggota, pengurus, pengawas,
dewan pengawas syariah, pengelola/manajemen, karyawan, Pelaksanaan Pengawasan Koperasi dapat dilakukan
kreditor, investor dan mitra kerja Koperasi. dengan menggunakan media teknologi informasi
d.penyusunan BAPK dan LHPKK.
e. pelaporan hasil pemeriksaan.
f. pemantauan penerapan sanksi administratif.
Pengawasan Rutin
Onsite :
Mencari, mengumpulkan, mengolah, dan mengevaluasi data dan/
atau keterangan mengenai Koperasi yang dilakukan di kantor Pengawasan Sewaktu-waktu
Koperasi dan di tempat lain yang terkait langsung maupun Dilakukan atas dasar :
tidak langsung dengan kegiatan Koperasi a. perintah dari pejabat yang berwenang
b. laporan dari masyarakat, dan/atau
OfFsite :
c. permasalahan Koperasi yang memerlukan penanganan k husus
Menganalisa dan memeriksa dokumen dan laporan tertulis yang
wajib disampaikan secara berkala oleh Koperasi kepada dan melibatkan instansi terkait.
Deputi/ Kepala Perangkat Daerah
04 TIM PENGAWAS KOPERASI DAN KKPKK
11
KEMENTERIAN KOPERASI
DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA
07 SANKSI ADMINISTRATIF
Sanksi administratif dikategorikan sebagai berikut:
a. sanksi ringan berupa surat teguran
b. sanksi sedang berupa penurunan tingkat kesehatan Koperasi, pembatasan kegiatan usaha Koperasi, atau pembekuan izin usaha Koperasi, dan
c. sanksi berat berupa pencabutan izin usaha Koperasi atau pembubaran Koperasi
12
Pelaporan dan Ketentuan Peralihan
Pelaporan
Laporan Pengawasan Koperasi terdiri atas :
a. Laporan tim Pengawas Koperasi
• Laporan tim Pengawas Koperasi wajib dibuat oleh tim pengawas koperasi setelah melakukan kegiatan
pemeriksaan dan pemantauan.
b. Laporan unit kerja Pengawasan Koperasi
• Laporan unit kerja pengawasan koperasi disusun oleh unit/satuan kerja yang membidangi Pengawasan
Koperasi setiap 6 (enam) bulan dan/atau sewaktu-waktu diperlukan.
• Unit kerja pengawasan koperasi menyampaikan laporan kepada Menteri,
Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
• Tembusan laporan kepada Gubernur/Bupati/Walikota disampaikan kepada Menteri c.q Deputi..
Ketentuan Peralihan
Proses pemeriksaan dan penilaian kesehatan koperasi yang dilaksanakan berdasarkan kertas
kerja yang telah ditetapkan sesuai dengan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Nomor 17/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Pengawasan Koperasi tetap berlaku
sampai dengan Kertas Kerja Pemeriksaan Kesehatan Koperasi (KKPKK) ditetapkan paling
lama 30 Juni 2021.
#Untung Bersama
Koperasi