Anda di halaman 1dari 21

Pengawasan koperasi simpan pinjam Menuju (spin off)

ke sektor riil

DISAMPAIKAN PADA KEGIATAN


Edukasi Membangun Koperasi Melalui Metode
Pembagian (Spin Off)
Tanggal 30 Nopember – 1 Desember 2021
di
Grand Mahkota Hotel
Pontianak

Ir. Evi Theodora Agustina Silalahi, M.S.E.


Pembina Utama Muda / IV C
Pengawas Koperasi Ahli Madya
BIODATA

Ir. EVI THEODORA AGUSTINA SILALAHI, M.S.E


Pengawas Koperasi Ahli Madya

Status : Menikah
Suami : Ir. Bosman D. Hutahaean, MM
Anak : 1. Tunggul FP Hutahaean, ST (Jakarta)
2. Novelya DV Hutahaean, ST (Semarang)
3. Jeffry TJ Hutahaean (Pontianak)

Pendidikan :
SD-SMP-SMA : Medan (Lulus 1985)
Sarjana (S1) : Universitas Sumatera Utara (Lulus 1990)
Sarjana (S2) : Universitas Indonesia (Lulus 2007)

Jabatan :
1992-2011 : Dinas Pertanian TPH Prov Kalbar (Kasi Lab, Kasubag TU )
2011-2014 : Dinas Perkebunan Prov Kalbar (Kabid Perlindungan)
2004-2017 : Sekretariat KORPRI Prov. Kalbar (Kabag Umum dan Keu)
2017-2020 : Dinas Koperasi UKM Prov. Kalbar (Kabid Pemberdayaan Koperasi)
5/10/2020-skrg : Dinas Koperasi UKM Prov. Kalbar (Pengawas Koperasi Ahli Madya)
Pemekaran koperasi adalah upaya
membangun konglomerasi ekonomi sosial
yang akan membuat koperasi tumbuh besar,
massif dan menjawab berbagai kebutuhan
anggota/ masyarakat.
APA ITU SPIN OFF

• Spin off merupakan rekayasa kelembagaan koperasi untuk merespon tantangan


zaman sehingga lebih tangkas, tumbuh dan responsif menjawab kebutuhan
anggota/ masyarakat.
• Spin off dapat dilakukan berangkat dari kebutuhan anggota atau peluang pasar.
• Spin off koperasi dilakukan dengan jalan memecah (split off) dari unit usaha yang
sudah ada atau memekarkan (spin off) koperasi baru.
• Struktur Pengurus dan Badan Pengawas berbeda antara koperasi baru dengan
induknya.
• Badan Hukum dan kekayaan koperasi baru berbeda dengan induknya.
• Terjadi pemisahan dan/ atau pembagian kekayaan koperasi baru dengan
induknya.
• Beroperasi dalam struktur Holding/ Group bersama.
MENGAPA SPIN OFF

• Kebutuhan anggota harus direspon secara maksimal sehingga pasar koperasi tetap
terkonsolidasi. One stop living, melayani anggota dari setiap kebutuhan hidupnya.
• Untuk mengembangkan koperasi-koperasi model/ jenis baru.
• Untuk mengembangkan koperasi-koperasi di sektor riil dan jasa.
• Menjadi fokus sehingga meningkatkan produktivitas.
• Menjawab kebutuhan anggota yang tak lagi bisa dijawab oleh pola yang ada.
• Meregenerasi struktur Pengurus dan/ atau Manajemen sehingga selalu gesit dan
tangkas.
• Mengembangkan basis investasi anggota.
• Cara produktif untuk mengatasi idle money dan mengoptimalkan berbagai aset.
• Tantangan baru bagi SDM-SDM senior untuk berperan dalam pengembangan koperasi.
• Mengantisipasi resiko jangka panjang dengan cara membagi resiko ke banyak sektor.
• Menyiapkan model fee based income untuk koperasi simpan pinjam.
• Integrasi horisontal dan vertikal koperasi.
BAGAIMANA SPIN OFF

• SPIN OFF MURNI/ SPLIT OFF: dilakukan dengan cara membentuk neraca
awal melalui penyisihan bersih aktiva koperasi yang dilakukan split off
dan meliputi kepemilikan dari seluruh anggota koperasi.

• SPIN OFF BIASA: dilakukan dengan cara membentuk neraca awal melalui
penyetoran modal bersih dari anggota dan terbatas kepemilikannya pada
anggota baru yang menyetor.

• SPIN OFF INKUBASI: dilakukan dengan cara membentuk neraca awal melalui
penyetoran modal bersih dari anggota koperasi dan sebagian lagi dari modal
kelembagaan koperasi.
LEMBAGA PAYUNG SPIN OFF

• KONSORSIUM KOPERASI: merupakan himpunan dari koperasi dan BH


lainnya yang masing-masing otonom dan independen mengusahakan aktivitas/
bisnisnya masing- masing yang diikat dalam kesepakatan bersama.

• GROUP KOPERASI: merupakan model konsolidasi dari koperasi yang diikat


dalam kesepakatan bersama dan membentuk neraca bersama dan atau
kepemilikan bersama sehingga ikut mengendalikan usaha.

• HOLDING KOPERASI: merupakan koperasi utama yang membawahi group


koperasi dengan anak-anak perusahaan dengan menjalankan azas subsidiaritas.
PERAN GROUP/ HOLDING
• Group atau Holding merupakan organisasi pengikat dari seluruh anak
perusahaan koperasi. Organisasi tersebut dapat diformalkan atau tidak
sesuai kebutuhan. Misalnya diformalkan dengan BH Perhimpunan.

Group dapat diisi oleh para Pengurus dan Senior Manajer yang sudah purna tugas. Tujuannya adalah:
1.Menyerap energi para demisioner ke dalam struktur pengembangan koperasi
2.Memberdayakan pengalaman yang bersangkutan selama puluhan tahun sehingga tidak sia-sia.
3.Menjadi tokoh pengikat atau pemersatu yang menjaga moral gerakan di anak-anak perusahaan koperasi.
4.Memberi nasehat (advice) kepada anak-anak perusahaan koperasi, baik diminta atau tidak.
5.Menyerap dan membangun daya dukung strategik (ke luar) bagi anak koperasi, termasuk akses modal.
6.Group dapat membuat tim kerja sendiri yang isinya fokus pada: Supervisi/ Audit serta Riset dan Pengembangan
koperasi secara jangka panjang.
7.Keberadaan group dibiayai oleh anak-anak perusahaan koperasi.
8.Group melakukan pemekaran koperasi baru ke sektor lainnya. Pengembangan cabang usaha dilakukan
olehmasing-masing Pengurus/ Manajemen.
9.Mengembangkan visi besar dan jangka panjang dari gerakan koperasi tersebut.
10.Membangun kapasitas SDM dengan fasilitasi pendidikan dan pelatihan.
Temuan Hasil Identifikasi Pengawasan Koperasi

1 Adanya masalah dalam kelembagaan Koperasi yaitu:


a. Data yang tidak valid (terutama alamat) 4 Simpanan Pokok yang tinggi dengan tujuan
agar tidak semua orang dapat menjadi angg
b. Izin Usaha Simpan Pinjam ota
c. Izin Pembukaan Kantor Cabang
d. Koperasi tidak melaksanakan RAT
e. Belum memiliki peraturan khusus SOM/SOP
5 Koperasi dipailitkan oleh anggotanya dan
INTERNAL

pi hak ketiga

2 Penipuan Investasi Bodong/Ilegal berkedok Koperasi

6 Penyajian Laporan Keuangan belum


sesuai peraturan (standar)

3 KSP lebih banyak melayani bukan anggota atau “calon


anggot a” dan menggunakan nama nasabah dengan
memberikan bu nga tinggi 7 Koperasi Simpan Pinjam dengan volume pin
jaman diatas 2,5 Milyar belum di audit oleh A
kuntan Publik
Temuan Hasil Identifikasi Pengawasan Koperasi

1 Terbatasnya jumlah SDM/PNS pengawas koperasi, baik secara


kuantitas maupun kualitas
EKSTERNAL

2 Tingginya tingkat mutasi pejabat PNS daerah (sangat dinamis)

3 Kendala koordinasi Provinsi, Kabupaten/Kota dengan


Kementerian Koperasi dan UKM
Arah Kebijakan – Penguatan Regulasi

Regrouping regulasi terkait kelembagaan dan pengawasan koperasi

Eksisting Regulasi Karakteristik Perubahan

• 6 Peraturan Menteri Koperasi


 Simplikasi regulasi
UKM
dan
(2 terkait USP/USPPS Koperasi, 2 terkait Kelem-bagaan  Upgrade regulasi (Perdep menjadi Permen)
, dan 2 terkait pengawasan koperasi dan  Integrasi pengawasan dalam perspektif penilaian kese
penerap an PMPJ)
hatan koperasi: Kepatuhan, Kelemba-gaan dan Usaha
• 7 Peraturan Deputi Pengawasan Simpan Pinjam
(1 NSPK, 1 Penkes, 1 Penerapan Sanksi dan 3 terkai  Pemisahan antara peraturan dan petunjuk teknis
t Pemeriksaan : Kepatuhan, Kelembagaan dan Usaha
S impan Pinjam) ( kertas kerja pemeriksaan terkait Usaha Simpan Pinj
am/Usaha Simpan Pinjam dan pembiayaan pola Sy
• 1 Keputusan Deputi Pengawasan tenta ariah)
ng Petunjuk Teknis Pemeriksaan USP.
PERUBAHAN SEBAGAI KONSEKUENSI PENGUATAN REGULASI

KONDISI SEBELUMNYA PENGAWASAN KOPERASI SAAT INI

Pengawasan dan Pemeriksaan Koperasi belum berbasis risiko sehing Pengawasan dan Pemeriksaan menggunakan standar yang sama (Pera
ga penanganan antara koperasi kecil dan koperasi besar yang sama. turan Menteri) berbasis potensi risiko (KUK 1, 2, 3, 4)Bagi KUK 3 dan 4
dilakukan fit and proper test

Pemeriksaan Koperasi dilakukan secara parsial, dengan output penga Pemeriksaan Koperasi dilaksanakan secara terintegrasi dengan output
wasan berupa laporan hasil pemeriksaan kepatuhan, kelembagaan, u Pemeriksaan Kesehatan Koperasi dan/atau Penerapan Sanksi
saha simpan pinjam dan penilaian kesehatan

Pemeriksaan Koperasi dilakukan secara offsite dengan memanfaatkan


sistem pengawasan Koperasi berbasis digital, lapangan (onsite) , dan
Pemeriksaan Koperasi dilakukan secara langsung ke lapangan Pemeriksaan Khusus
(onsite)
Terdapat 1 (satu) kertas kerja pemeriksaan kesehatan koperasi.
Terdapat 4 (empat) kertas kerja untuk pemeriksaan dan penilaian
kesehatan koperasi Pemeriksaan dilakukan oleh Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi
yang telah lulus Uji Kompetensi Teknis

Belum adanya profesi Fungsional Pengawas Koperasi


Pelaporan pengawasan koperasi dapat dilakukan melalui teknologi
informasi
Pelaporan pengawasan koperasi dilakukan secara manual

Sanksi diberikan secara bertahap yaitu berupa : teguran tertulis paling Sanksi administratif diberikan sesuai tingkat masalah atau pelanggaran
sedikit 2 (dua) kali, larangan untuk menjalankan fungsi sebagai peng berupa surat teguran, penurunan tingkat kesehatan, pembatasan kegiat
urus atau pengawas koperasi, pencabutan izin usaha simpan pinja an usaha, pembekuan izin, pencabutan izin dan pembubaran.
m; dan/atau pembubaran koperasi oleh Menteri.
Kewenangan Pengawasan Koperasi
01
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggungjawab menyelenggarakan Pengawasan Koperasi sesuai dengan
wilayah keanggotaan Koperasi.
Wilayah keanggotaan Koperasi lintas daerah provinsi oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah.

Wilayah keanggotaan Koperasi lintas daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah provinsi oleh Pemerintah
daerah provinsi.
Wilayah keanggotaan Koperasi dalam 1 (satu) daerah kabupaten/kota oleh Pemerintah daerah Kabupaten/Kota.
Pengawasan Koperasi dilakukan oleh Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi dalam lingkup Kementerian
Koperasi dan UKM, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

1. Dalam hal belum terpenuhinya Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi di lingkungan instansi pemerintah,
penyelenggaraan tugas Pengawasan Koperasi ditetapkan oleh pejabat yang memiliki kewenangan di bidang
koperasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. PNS yang bukan merupakan Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi dapat melaksanakan tugas Pengawasan Koperasi
untuk jangka waktu tertentu setelah mendapatkan penugasan dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah.
3. PNS di lingkungan instansi Pemerintah Daerah yang bukan merupakan Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi dapat
melaksanakan tugas Pengawasan Koperasi untuk jangka waktu tertentu dari Perangkat Daerah setelah mendapatkan
rekomendasi dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
4. Masa pelaksanaan tugas Pengawasan Koperasi oleh Pengawas Koperasi yang bukan merupakan Pejabat Fungsional
Pengawas Koperasi paling lama 5 (lima) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.
5. Setelah berakhirnya masa pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Pengawasan Koperasi wajib dilakukan
oleh Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi.
Objek
02 Pengawasan KUK I
• Anggota < 5.000
Koperasi • Modal Sendiri < 250 juta
• Aset < 2,5 Miliar
 Objek Pengawasan Koperasi : Koperasi Primer
dan Koperasi Sekunder meliputi usaha simpan
pinjam dan non simpan pinjam sesuai dengan KUK II
wilayah keanggotaan Koperasi. • Anggota 5.001 – 9.000
 Objek Pengawasan Koperasi dibagi dalam 4 • Modal Sendiri > 250 juta s.d
(empat) tingkat Klasifikasi Usaha Koperasi 15 Miliar
(KUK). • Aset > 2,5 Miliar – 100 Miliar
 Penentuan tingkat KUK berdasarkan jumlah
anggota, modal sendiri, atau aset tertinggi yang KUK III
dicapai Koperasi yang bersangkutan.
• Anggota 9.001 – 35.000
 Bupati/Walikota berkewajiban memantau dan • Modal Sendiri > 15 Miliar - 40
mengevaluasi Kantor Cabang, KCP, dan Kantor Miliar
Kas yang berkedudukan di wilayahnya. • Aset > 100 Miliar - 500 Miliar
 Hasil pemantauan tsb dilaporkan kepada:
- Menteri untuk koperasi wilayah keanggotaan KUK IV
lintas provinsi • Anggota > 35.000
- Gubernur untuk koperasi dengan wilayah kean • Modal Sendiri > 40 Miliar,
ggotaan lintas kab/kota dalam 1 provinsi • Aset > 500 Miliar
03 Pelaksanaan Pengawasan Koperasi
Tugas Pelaksanaan Pengawas :
a. pengawasan terhadap seluruh fasilitas sarana dan prasarana
Koperasi. Jenis Pengawasan Koperasi :
b. pemeriksaan, verifikasi, dan klarifikasi dokumen  Pengawasan rutin
 Pengawasan sewaktu-waktu.
c. permintaan keterangan dari anggota, pengurus, pengawas,
dewan pengawas syariah, pengelola/manajemen, karyawan, Pelaksanaan Pengawasan Koperasi dapat dilakukan
kreditor, investor dan mitra kerja Koperasi. dengan menggunakan media teknologi informasi
d.penyusunan BAPK dan LHPKK.
e. pelaporan hasil pemeriksaan.
f. pemantauan penerapan sanksi administratif.

Pengawasan Rutin
Onsite :
Mencari, mengumpulkan, mengolah, dan mengevaluasi data dan/
atau keterangan mengenai Koperasi yang dilakukan di kantor Pengawasan Sewaktu-waktu
Koperasi dan di tempat lain yang terkait langsung maupun Dilakukan atas dasar :
tidak langsung dengan kegiatan Koperasi a. perintah dari pejabat yang berwenang
b. laporan dari masyarakat, dan/atau
OfFsite :
c. permasalahan Koperasi yang memerlukan penanganan k husus
Menganalisa dan memeriksa dokumen dan laporan tertulis yang
wajib disampaikan secara berkala oleh Koperasi kepada dan melibatkan instansi terkait.
Deputi/ Kepala Perangkat Daerah
04 TIM PENGAWAS KOPERASI DAN KKPKK

TIM PENGAWAS KOPERASI


Pelaksanaan Pengawasan
Koperasi dapat dilakukan oleh Tim
Pengawas Koperasi yang
KERTAS KERJA PEMERIKSAAN
ditetapkan oleh Deputi/Kepala KESEHATAN KOPERASI (KKPKK)
Perangkat Daerah Dalam melaksanakan Pemeriksaan
Provinsi/Kab/Kota. Kesehatan Koperasi, Pengawas Koperasi
mempergunakan KKPKK yang
TIM PENGAWAS ditetapkan oleh Deputi..
KOPERASI
Tim Pengawas Koperasi bertanggung KKPKK meliputi:
jawab
kepada: a. tata kelola;
a. Deputi untuk Pengawasan Koperasi yang b. profil risiko;
menjadi kewenangan Kementerian Koperasi c. kinerja keuangan; dan
dan Usaha Kecil dan Menengah; d. permodalan.
b. Kepala Perangkat Daerah provinsi untuk
Pengawasan Koperasi yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah provinsi;
c. Kepala Perangkat Daerah kabupaten/kota
untuk Pengawasan Koperasi yang menjadi
kewenangan Pemerintah
Daerah kabupaten/kota
05 HASIL PENGAWASAN KOPERASI
Hasil Pengawasan Koperasi terdiri :
a. Laporan Hasil Pemeriksaan
01 Kesehatan Koperasi (berisi
skor tingkat kesehatan koperasi).
Tingkat Kesehatan Koperasi :
b. Sanksi Administratif
apabila ditemukan Pelanggaran
02 a.
b.
sehat;
cukup sehat;
c. dalam pengawasan; atau
d. dalam pengawasan khusus.

Koperasi dengan tingkat kesehatan Koperasi dengan tingkat


03 kesehatan dalam pengawasan
sehat atau cukup sehat diberikan
Sertifikat Kesehatan. 04 atau dalam pengawasan khusus
ditindaklanjuti dengan
Sanksi
Administratif.
06 TAHAPAN PENGAWASAN
0 Tahapan Pengawasan Koperasi meliputi : 03 Pelaksanaan pemeriksaan :
a. Persiapan pemeriksaan secara langsung; a. Tim Pengawas Koperasi wajib menyerahkan surat tugas
1
b. Pelaksanaan pemeriksaan; pemeriksaan kepada pengurus Koperasi;
c. Pelaporan hasil pemeriksaan, dan/atau b. pengurus mewakili Koperasi dalam hal pemberian data,
d. Penerapan sanksi administratif. dokumen, dan keterangan lain selama pelaksanaan
pemeriksaan;
c. pertemuan pendahuluan (entry meeting);
0 Persiapan pemeriksaan terdiri atas:
d. pelaksanaan pemeriksaan dengan menggunakan KKPKK;
2 a. menginventarisasi data dan informasi terkait serta
e. melakukan klarifikasi dan konfirmasi hasil temuan
menyusun rencana kerja Pemeriksaan Koperasi; pemeriksaan yang akan dituangkan dalam BAPK; dan
b. menyampaikan surat pemberitahuan Pemeriksaan kepada
f. pertemuan akhir (exit meeting) untuk penandatanganan dan
Koperasi terkait waktu pelaksanaan dan permintaan data,
penyerahan BAPK.
dokumen, dan keterangan lain paling lambat 3 (tiga) hari kerja
sebelum pelaksanaan Pemeriksaan; dan 0 Pelaporan hasil pemeriksaan : Pelaporan hasil
c. mempersiapkan surat tugas yang diterbitkan oleh pemeriksaan Koperasi disusun secara obyektif, seimbang,
Deputi/Kepala Perangkat Daerah
4
independen, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan

0 Setiap melakukan pemeriksaan dalam rangka tugas pengawasan,


Pengawas Koperasi harus membuat BAPK dan melaporkan
5
LHPKK kepada pejabat pemberi tugas

11
KEMENTERIAN KOPERASI
DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA

07 SANKSI ADMINISTRATIF
Sanksi administratif dikategorikan sebagai berikut:
a. sanksi ringan berupa surat teguran
b. sanksi sedang berupa penurunan tingkat kesehatan Koperasi, pembatasan kegiatan usaha Koperasi, atau pembekuan izin usaha Koperasi, dan
c. sanksi berat berupa pencabutan izin usaha Koperasi atau pembubaran Koperasi

Mekanisme Sanksi Administratif :


a. surat teguran dapat diberikan maksimal 2 (dua) kali.
Surat keputusan sanksi administratif disampaikan kepada pengurus
b. Koperasi wajib menindaklanjuti surat teguran paling lambat 3 (tiga) bulan
Koperasi dan dilengkapi dengan tanda terima berupa dokumen tertulis atau
sejak diterbitkan.
dokumen elektronik sebagai dasar melaksanakan sanksi administratif.
c. Penurunan tingkat kesehatan koperasi dilakukan tanpa menunggu periode
Pengurus Koperasi wajib menyelesaikan seluruh sanksi administratif sesuai
pemeriksaan koperasi berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan sebelumnya.
dengan jangka waktu yang tercantum dalam surat keputusan sanksi
d. Pembatasan kegiatan usaha Koperasi : pembatasan penambahan anggota, administratif.
penerimaan simpanan, penyaluran pinjaman baru, pembukaan jaringan
pelayanan, perubahan anggaran dasar, dan/atau pergantian pengurus hingga
jangka waktu yang ditetapkan.
Pemantauan Sanksi Administratif :
1. Pemantauan pelaksanaan sanksi administratif dilaksanakan oleh Tim
Pengawas Koperasi.
Pemberian Sanksi Administratif dapat dilakukan :
2. Tim Pengawas Koperasi wajib membuat Laporan Hasil Pemantauan
a. berjenjang, secara berurutan mulai dari yang paling ringan sampai yang paling
(LHP) dan melaporkannya kepada pejabat yang memberi tugas serta
berat;
ditindaklanjuti dengan Keputusan pejabat yang berwenang berupa
b. tidak berjenjang, diberikan sesuai dengan tingkat kewajaran terhadap pernyataan telah menyelesaikan seluruh sanksi administratif;
pelanggaran yang dilakukan, dan dampak yang terjadi di masyarakat; atau
3. Dalam hal Koperasi yang terkena sanksi tidak melaksanakan keputusan
c. Secara kumulatif, yang terdiri atas gabungan jenis sanksi administratif. sanksi, dikenakan pemberian sanksi administratif selanjutnya

12
Pelaporan dan Ketentuan Peralihan
Pelaporan
Laporan Pengawasan Koperasi terdiri atas :
a. Laporan tim Pengawas Koperasi
• Laporan tim Pengawas Koperasi wajib dibuat oleh tim pengawas koperasi setelah melakukan kegiatan
pemeriksaan dan pemantauan.
b. Laporan unit kerja Pengawasan Koperasi
• Laporan unit kerja pengawasan koperasi disusun oleh unit/satuan kerja yang membidangi Pengawasan
Koperasi setiap 6 (enam) bulan dan/atau sewaktu-waktu diperlukan.
• Unit kerja pengawasan koperasi menyampaikan laporan kepada Menteri,
Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
• Tembusan laporan kepada Gubernur/Bupati/Walikota disampaikan kepada Menteri c.q Deputi..

Ketentuan Peralihan
Proses pemeriksaan dan penilaian kesehatan koperasi yang dilaksanakan berdasarkan kertas
kerja yang telah ditetapkan sesuai dengan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Nomor 17/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Pengawasan Koperasi tetap berlaku
sampai dengan Kertas Kerja Pemeriksaan Kesehatan Koperasi (KKPKK) ditetapkan paling
lama 30 Juni 2021.
#Untung Bersama
Koperasi

Mendorong tumbuh kembangnya koperasi sehat dan


terpercaya sebagai salah satu pilar perekonomian
nasional

Anda mungkin juga menyukai