Anda di halaman 1dari 9

PENELITIAN KOMUNIKASI

KUALITATIF

Dosen:
Dr. Farid Hamid, S.Sos, M.Si.
ASAL-USUL FENOMENOLOGI
 Istilah fenomenologi secara etimologis berasal dari
bahasa Yunani. Dari akar kata “fenomenan” atau
“fenomenon” yang secara harfiah berarti “gejala”
atau “apa yang telah menampakkan diri” sehingga
nyata bagi kita (Drijarkara, 1962; Suprayogo &
Tobroni, 2001).
 Secara filosofis fenomenologi berasal dari pemikiran
Edmund Husserl (1859-1938), kemudian dilanjutkan
pemikirannya oleh Heidegger, Satre, Merlau-Ponty,
dll, dan digunakan sebagai suatu landasan pemikiran
untuk melakukan penelitian pada bidang ilmu-ilmu
sosial.
Edmund Husserl (1859-1938)
• Fenomenologi sebagai minat terhadap sesuatu yang dapat
dipahami secara langsung dengan indera mereka. Di mana
semua pengetahuan diperoleh melalui alat sensor
“fenomena” (Wolf & Wallace, 1986).
• Fenomena adalah segala sesuatu yang dengan suatu cara
tertentu tampil dalam kesadaran manusia.
• Perlunya suatu metoda yang tidak memalsukan fenomena,
melainkan dapat mendeskripsikannya seperti
penampilannya. Untuk tujuan itu, Seorang fenomenolog
hendaknya menanggalkan segenap teori, pranggapan
serta prasangka, agar dapat memahami fenomena
sebagaimana adanya.
• Menurut Maurice Natanson:
Istilah fenomenologi dapat digunakan sebagai istilah
generik untuk merujuk kepada semua pandangan ilmu
sosial yang menempatkan kesadaran manusia dan
makna subjektifnya sebagai fokus untuk memahami
tindakan sosial.
Secara umum menurut Lubis (2004) semua aliran
fenomenologi mempunyai keyakinan yang sama dalam hal:
Keyakinan bahwa manusia dapat mengerti kenyataan
sesungguhnya dari suatu fenomena.
Keyakinan bahwa ada hal yang menghalangi manusia
untuk mencapai pengertian yang sebenarnya.
Keinginan menerobos kabut (penghalang) dengan melihat
fenomena itu sendiri sebagaimana adanya
FENOMENOLOGI – Alfred Schutz
1. Mengajarkan bahwa setiap individu hadir
dalam arus kesadaran yang diperoleh dari
proses refleksi atas pengalaman sehari-hari.
Dengan mengasumsikan adanya kenyataan
orang lain yang diperantarai oleh cara berpikir
dan merasa, refleksi lalu diteruskan kepada
orang lain melalui hubungan sosialnya.
2. Fenomenologi sebagai metode dirumuskan
sebagai media untuk memeriksa dan
menganalisis kehidupan batiniah individu yang
berupa pengalaman mengenai fenomena atau
penampakan sebagaimana adanya, yang lazim
disebut arus kesadaran (Campbell, 1994).
3. dunia sosial harus dilihat secara historis, oleh
karenanya Schutz menyimpulkan bahwa tindakan
sosial adalah tindakan yang berorientasi pada
perilaku orang lain pada masa lalu, sekarang dan
akan datang.
4. Dalam interaksi tatap muka merujuk pada motif,
yaitu: motif untuk (in order to motives) dan motif
karena (because motives). Motif untuk (in order to
motives) merupakan tujuan yang digambarkan
sebagai maksud, rencana, harapan, minat, dan
sebagainya yang berorientasi masa depan.
GAMBAR LINGKARAN PENGUMPULAN
DATA
Penentuan
lokasi &
Proses individu
Proses
Penyimpanan
pendekatan
Data

Strategi
Isu-Isu Penentuan
Lapangan Pemilihan
Informan

Prosedur Teknik
Pencatatan Pengumpulan
Data Data
Contoh Penelitian:
Pola komunikasi manajer dalam mengatasi konflik
Studi tentang makna perceraian dalam perspektif
fenomenologi
Manajemen Komunikasi Pengemis

Anda mungkin juga menyukai