z
1. HENDRIK GUNAWAN ALJULIADIN B1B120240
2. FITRIYANI AYULESTARI B1B120235
3. IRENE SAFITRI B1B120249
4. LA ODE MUHAMAD SATRIA B1B120262
5. ANDI MUH.RAHMAN. M B1B118227
6. LA WALI B1B120263
7. KHUSNUL KHOTIMAH TONGASA B1B120255
PENGETAHUAN SAIN
A. Ontologi Sain
Di sini dibicarakan hakikat dan struktur sain. Hakikat
sain menjawab
pertanyaan apa sain itu sebenarnya. Struktur sain
seharusnya menjelaskan cabangcabang sain, serta isi
setiap cabang itu. Namun di sini hanya dijelaskan
cabangcabang sain dan itupun tidak lengkap.
Ada teori Sain Ekonomi: bila penawaran sedikit, permintaan banyak, maka
harga akan naik. Teori ini sangat kuat, karena kuatnya maka ia ditingkatkan
menjadi hukum, disebut hukum penawaran dan permintaan. Berdasarkan
hukum
ini, maka barangkali benar dihipotesiskan: Jika hari hujan terus, mesin
pemanas
gabah tidak diaktifkan, maka harga beras akan naik.
Hipotesis (dalam sain) ialah pernyataan yang sudah benar secara logika,
tetapi belum ada bukti empirisnya. Belum atau tidak ada bukti empiris
bukanlah
merupakan bukti bahwa hipotesis itu salah. Hipotesis benar, bila logis,
titik. Ada
atau tidak ada bukti empirisnya adalah soal lain. Dari sini tahulah kita
bahwa
kelogisan suatu hipotesis – juga teori – lebih penting ketimbang bukti
empirisnya.
Harap dicatat, bahwa kesimpulan ini penting.
C. Aksiologi Sain
Pada bagian ini dibicarakan tiga hal saja, pe tama kegunaan sain; kedua,
cara sain menyelesaian masalah; ketiga, netralitas sain. Sebenarnya, yang kedua
itu merupakan contoh aplikasi yang pertama.
1. Kegunaan Pengetahuan Sain
Apa guna sain? Pertanyaannya sama dengan apa guna pengetahuan ilmiah
karena sain (ilmu) isinya teori (ilmiah). Secara umum, teori artinya pendapat yang
beralasan. Alasan itu dapat berupa argumen logis, ini teori filsafat; berupa
argumen perasaan atau keyakinan dan kadang-kadang empiris, ini teori dalam
pengetahuan mistik; berupa argumen logis-empiris, ini teori sain.
Sekurang-kurangnya ada tiga kegunaan teori sain: sebagai alat membuat
eksplanasi, sebagai alat peramal, dan sebagai alat pengontrol.
1) Teori Sebagai Alat Ekspalanasi
Berbagai sain yang ada sampai sekarang ini secara umum berfungsi
sebagai alat untuk membuat eksplanasi kenyataan. Menurut T. Jacob (Manusia,
Ilmu dan Teknologi, 1993: 7-8) sain merupakan suatu sistem eksplanasi yang
paling dapat diandalkan dibandingkan dengan sistem lainnya dalam memahami
masa lampau, sekarang, serta mengubah masa depan. Bagaimana contohnya?
Akhir tahun 1997 di Indonesia terjadi gejolak moneter, yaitu nilai rupiah
semakin murah dibandingkan dengan dolar (kurs rupiah terhadap dolar menurun).
Gejala ini telah memberikan dampak yang cukup luas terhadap kehidupan di
Indonesia. Gejalanya ialah harga semakin tinggi.
2) Teori Sebagai Alat Peramal
Netralitas Sain
Pada tahun 1970-an terjadi polemik antara Mukti Alin (IAIN Yogyakarta)
dengan Sadali (ITB). Mukti Ali menyatakan bahwa sain itu netral, sementara
Sadali berpendapat sain tidak netral. Ternyata Mukti Ali hanya memancing, ia
tidak sungguh-sungguh berpendapat begitu.
Dalam ujaran Mukti Ali, waktu itu, sain itu netral, seperti pisau, digunakan
untuk apa saja itu terserah penggunannya. Pisau itu dapat digunakan untuk
membunuh (salah satu perbuatan jahat) dan dapat juga digunakan untuk
perbuatan
lain yang baik. Begitulah teori-teori sain, ia dapat digunakan untuk kebaikan
dan
dapat pula untuk kejahatan. Kira-kira begitulah pengertian sain netral itu.
Apa untungnya bila sain netral? Bila sain itu kita anggap netral, atau kita
mengatakan bahwa sain sebaiknya netral keuntungannya ialah perkembangan
sain
akan cepat terjadi. Karena tidak ada yang menghambat atau menghalangi
tatkala
peneliti (1) memilih dan menetapkan objek yang hendak diteliti, (2) cara
meneliti,
dan (3) tatkala menggunakan produk penelitian.
Apa kerugiannya bila kita ambil paham sain netral? Bila kita paham sain
netral? Bila kita pilih paham sain netral maka kerugiannya ialah ia akan melawan
keyakinan, misalnya keyakinan yang berasal dari agama. Percobaan pada
manusia
mungkin akan diartikan sebagai penyiksaan kepada manusia. Maka, penganut
sain
tidak netral akan memilih objek penelitian yang mirip dengan manusia. Untuk
melihat proses reproduksi, tentu harus ada pertemuan antara sperma an ovum.
Untuk itu peneliti dari kalangan penganut sain netral tidak akan keberatan
mengambil sepasang lelaki-perempuan yang belum nikah untuk mengadakan
hubungan kelamin yang dari situ diamati bertemunya sperma dan ovum. Peneliti
yang menganut sain tidak netral akan melakukan itu terhadap pasangan yang
telah
menikah. Ini pada aspek epistemologi.
Yang paling merugikan kehidupan manusia ialah bila paham sain netral itu
telah menerapkan pahamnya pada aspek aksiologi.
Selanjutnya Herman Soewardi menambahkan uraian berikut. Barangkali
kita menyangka bahwa kausalitas itu dimana-mana sama, biasanya dirumuskan
dalam bentuk proposisi X menyebabkan Y (X Æ Y). Memang begitu. Namun,
bila diamati lebih dalam, ternyata hal itu tidaklah sederhana itu. Baiklah kita
periksa pandangan David Hume, Immanuel Kant dan Al-Ghazali.
David Hume mengatakan bahwa dalam alam pikiran Empiricisme tidak
dapat dibenarkan adanya generalisasi sampai munculnya hukum X Î Y. Dari
suatu kejadian sampai menjadi hukum (teori) diperlukan adanya medium yang
berupa reasoning jalinan sebab akibat yang banyak sekali. Dan reasoning itu tidak
mungkin. Tidak mungkin karena rumitnya itu. Karena itu, hanyalah kebiasaan
orang saja (tidak ada dasar logikanya) untuk menyimpulkan setiap X akan diikuti
Y. Pendapat ini terkenal dengan istilah skeptisisme Hume. Jadi, menurut Hume,
sebab akibat itu sebenarnya tidaklah diketahui.
Immanuel Kant membantah skeptisisme Hume itu dengan mengatakan
bahwa ada pengetahuan bentuk ketiga, yaitu a priori sintetik. Ini menurut Herman
Soewardi, adalah suatu jalinan sintetik yang sudah ada, yang keadaannya itu
diterangkan oleh Kant secara transendental. Inilah medium yang dicari oleh
Hume, yang bagi orang Islam jalinan sintetik itu adalah ciptaan Tuhan yang sudah
ada sejak semula. Suatu kejadian X → Y sebenarnya terjadi di atas medium itu,
kejadian X → Y itulah yang selanjutnya menjadi hukum yang general.
Tampak pada kita bahwa dengan mengikuti acara Emperisisme, siapapun
tidak akan mampu menunjukkan medium itu. Sehubungan dengan ini Kant
mengatakan bahwa Tuhan lah yang menciptakan medium tersebut
Thomas Kuhn memberikan eksplanasi sebagai berikut.
Sain Emperikal disebut Kuhn Sain Normal (Normal Science). Sain Normal
muncul dari paradigma, yaitu suatu pijakan, dari seseorang pakar. Dalam
perkembangannya Sain Normal mengahadapi fenomena yang tidak dapat
diterangkan oleh teori sain yang ada, ini disebut anomali. Selanjutnya
anomali ini
menimbulkan krisis (ketidakpercayaan para pakar terhadap teori itu)
sehingga
akan timbul paradigma baru atau pijakan baru. Inilah perkembangan sain,
berubah
dari paradigma yang satu ke paradigma yang lain. Karena itu Sain Normal itu
tidak netral.
Krisis Sain Modern
Menurut Tarnas, sedikitnya ada enam hal yang menarik perhatian tentang
sain modern. Pertama, postulatat dasar sain modern ialah space, matter, causality,
dan observation, ternyata semuanya dinyatakan tidak benar. Kedua, dianutnya
pendapat Kant bahwa yang orang katakan jagad raya, bukanlah jagad raya yang
sebenarnya, tetapi jagad raya sebagaimana diciptakan oleh pikiran manusia.
Ketiga, determinisme Newton kehilangan dasar, orang pindah ke stochastic.
Keempat, partikel-partikel sub-atomatik terbuka untuk interpretsi spiritual.
Kelima, adanya uncertainty sebagaimana ditemukan oleh Heisenberg. Keenam,
kerusakan ekologi dan atmosfir yang menyeluruh yang disebut Tarnas planetary
ecological crisis.
Dari enam hal yang menarik di atas Tarnas menyimpulkan bahwa orang
merasa tahu tentang jagad raya, padahal tidak: tidak ada jaminan orang dapat tahu;
yang dikatakan jagad raya sebenarnya menunjukkan hubungan orang dengan
jagad raya itu, atau jagad raya sebagaimana diciptakan oleh orang itu.
Pengembangan Ilmu
Secara umum teori ialah pendapat yang beralasan. Semakin banyak makan
telor akan semakin sehat atau telor berpengaruh positif terhadap kesehatan,
adalah
teori dalam sain. Bila permintaan meningkat maka harga akan naik, juga adalah
teori sain. Menurut Plato, penjaga negara (presiden dan menteri) haruslah
filosof
dan mereka tidak boleh berkeluarga, jika berkeluarga maka mereka tidak akan
beres menjaga negara. Ini teori filsafat. Jika penduduk suatu negara beriman
bertakwa maka Tuhan akan menurunkan berkah bagi mereka dari langit. Ini
salah
satu teori dalam agama Islam. Jin dapat disuruh melakukan sesuatu. Ini teori
dalam pengetahuan mistik. Teori adalah pendapat (yang beralasan).
Karena isi ilmu adalah teori, maka mengembangkan ilmu adalah teorinya.
Ada beberapa kemungkinan dalam mengembangkan teori. Pertama,
menyusun
teori baru. Dalam hal ini memang belum pernah dari teori yang muncul, lantas
seseorang menemukan teori baru. Kedua, menemukan teori baru untuk
mengganti
teori lama. Dalam kasus ini, tadinya sudah ada teorinya tetapi karena teori ini
sudah tidak mampu menyelesaikan masalah yang mestinya ia mampu
menyelesaikannya, maka teori itu diganti dengan teori baru. Ketiga, merevisi
teori
lama. Dalam hal peneliti atau pengembang, tidak membatalkan teori lama,
tidak
juga menggantinya dengan teori baru, ia hanya merevisi, ia hanya
menyempurnakan teori lama itu. Keempat, membatalkan teori lama. Ia hanya
membatalkan, tidak menggantinya dengan teori baru. Ini aneh: ia mengurangi
jumlah teori yang sudah ada, ia membatalkan teori dan tidak menggantinya
dengan teori baru, tetapi tetap dikatakan ia mengembangkan ilmu.
Bagaimana prosedur serta langkah-langkah pengembangan ilmu akan amat
ditentukan oleh jenis ilmunya. Itu memerlukan organisasi, ada managernya. Itu
memerlukan biaya tinggi kadang-kadang memerlukan tenaga yang sedikit atau
banyak; memerlukan waktu, ada yang sebentar dari yang lama, bahkan ada
yang
TERIMA KASIH