Anda di halaman 1dari 49

SPESIFIKASI SEKSI 6.

3
CAMPURAN BERASPAL PANAS

,
PENDAHULUAN
 Disain perkerasan beradasarkan teori mekanistik-
emperikal, didasarkan pada :
 Retak pada lapisan bawah campuran beraspal
 Deformasi pada permukaan tanah dasar

A
ACWC
ACBC
 Bila Tack Coat Kurang Baik
ATB

A
AC
BASE
H
SUBBASE

SUBGRADE
V
Jalan baru

Pemeliharaan berkala

peningkatan

PSI Pemeliharaan
rutin
Tanpa pemeliharaan Batas mantap

Jalan mantap

Waktu/repetisi beban standar

PERLUNYA PEMELIHARAAN JALAN


PERKEMBANGAN SPESIFIKASI
70-80: Penggunaan AC dengan tebal minimum pada daerah yang belum
mantap sebagai implikasi keterbatasan dana menimbulkan kerusakan
berupa retak-retak. Kepekaan AC terhadap ketelitian pelaksanaan dan
pelapukan (aging) film binder diperkirakan merupakan penyumbang
terbesar dalam kerusakan tersebut.

pertengahan 80: Diperkenalkan HRS yang mempunyai kelenturan yang


tinggi, film binder yang lebih tebal, dan lebih toleran terhadap ketelitan
pelaksanaan. Permasalahan retak hilang, namun muncul masalah baru
dengan terjadinya deformasi plastis. Kegagalan memenuhi persyaratan
gradasi (gap graded) dan persyaratan kadar aspal diduga menjadi
penyebab kegagalan tersebut.

Pengalaman diatas menunjukkan perlunya dikembangkan spesifikasi


baru yang dapat memberikan keseimbangan antara tuntutan ketahanan
retak lelah dan deformasi platisk.
Pada tahun 1987 SHRP (Strategic Highway Research
Program) mengembangkan persyaratan campuran beraspal
yang berbasis kinerja seperti retak lelah dan alur akibat
deformasi plastis. Produk ini dikenal sebagai superpave
(Superior Performing Asphalt Pavement) yang
mengintegrasikan Spesifikasi berbasis kinerja, metoda
pengujian dan metoda perencanaan campuran dalam satu
sistem. Prosedur perencanaan campuran yang dibuat
mensyaratkan seleksi material yang ketat dan memasukkan
aspek volumetrik campuran.

Penyempurnaan Spesifikasi campuran beraspal yang


dilakukan di Indonesia banyak mengacu kepada metoda
Supervape tersebut diatas. Utamanya diarahkan untuk
mengatasi masalah deformasi plastis yang merupakan
moda kerusakan yang paling dominan saat ini, tanpa harus
mengorbankan faktor keawetan dan ketahanan campuran
terhadap retak lelah
RETAK LELAH DAN DEFORMASI PLASTIS
PENGARUH SIFAT VOLUMETRIK CAMPURAN
(VIM, VMA dan VFB)

Tabel Persentase Kerusakan Perkerasan pada Lalu lintas


Berat Setelah Lima Tahun (Dardak 1992)

Rentang VIM (%) <3 3–6 6-9 9 - 12 > 12


Titik deformasi plastis (%) 25 5 0 0 0
Titik retak (%) 0 10 20 50 100

Pentingnya peranan rongga udara (VIM) dalam campuran pada


masa pelayanan dinyatakan dalam Superpave dan the Asphalt
Insttute, 1994. VIM selama masa pelayanan dapat disimulasikan
dengan alat Gyratory compaction, PRD atau modifikasi jumlah
tumbukan Marshall.

Sementara nilai VFB (rongga yang terisi aspal) bersama dengan


karakteristik aspal, sangat berpengaruh terhadap ketahanan
terhadap retak lelah.
SPESIFIKASI 2003

• Disyaratkan batas minimum volome rongga yang terisi aspal


(VFB/VFA)
• Disyaratkan batas minimum rongga dalam campuran selama
masa pelayanan (simulasi dengan PRD atau tumbukan
Marshall 2 x 400)
• Untuk mencapai 2 hal tersebut diatas, yaitu kadar aspal yang
tinggi (awet) dan VIM yang cukup, maka ditambahkan
persyaratan nilai VMA minimum
• Gradasi agregat untuk AC tidak menggunakan sistem
amplop, tapi titik kontrol
• Diperkenalkannya aspal modifikasi
SPESIFIKASI 2010

• Mengacu pada spesifikasi 2003, dengan


beberapa penyederhanaan dan tambahan
• Gradasi tetap mengacu pada gradasi 2006
(superpave), namun dengan penambahan
batas atas dan bawah (amplop)
• Keharusan penambahan filler dan
pemakaian antistripping
• Metoda pembayaran yang terpisah antara
campuran, aspal, filler dan antistriping
• Sertifikasi AMP dan aspal modifikasi ?
SPESIFIKASI CAMPURAN BERASPAL
PANAS - 2010
Tebal Nominal Minimum
PERSYARATAN AGREGAT KASAR
PERSYARATAN AGREGAT HALUS
PERSYARATAN BAHAN PENGISI
PERSYARATAN GRADASI
GRADASI (LANJUTAN)
KURVA GRADASI AC-WC

100

90

80

70
Persen berat lolos, %

60

50

40

30

20

10

0
0,149

Ukuran Saringan, mm

Titik Kontrol G.H-maks G.H-min G.K-maks G.K-min

Gradasi gabungan Fuller


KURVA GRADASI AC-BC

100

90

80

70
Persen berat lolos, %

60

50

40

30

20

10

0
0,149

Ukuran Saringan, mm

Titik Kontrol Fuller G.H.maks G.H.min G.K.maks


G.K.min Grdasi gabungan
PERSYARATAN ASPAL
PERSYARATAN ASPAL (LANJUTAN)
PERSYARATAN ANTISTRIPPING
PERSYARATAN CAMPURAN LATASIR
PERSYARATAN CAMPURAN LATASTON
PERSYARATAN CAMPURAN LASTON
PERSYARATAN CAMPURAN LASTON MODIFIKASI
TOLERANSI KOMPOSISI CAMPURAN
Tahapan Pembuatan DMF/RCK

 pengujian bahan
(aspal, agregat, filler dan antistripping)
 perencanaan gradasi
(gradasi halus/kasar)
 pengujian sifat-sifat campuran
(pembuatan contoh uji Marshall
sebanyak 15 buah (5 variasi k aspal)
 penentuan kadar aspal optimum
Pengesahan
RCK/DMF menjadi FCK/JMF

Setelah dilakukan:
 Percobaan pencampuran di Unit
Pencampur Campuran Aspal (AMP)
 penghamparan percobaan yang
memenuhi ketentuan
Rancangan Campuran Kerja (RCK) dapat
disetujui sebagai Formula Campuran Kerja
(FCK).
PERSYARATAN AMP
UNIT PENCAMPUR ASPAL (AMP)
Penimbunan (stock pile):
- agregat kubikal dan bersih Pemeriksaan:
- tidak segregasi/degradasi - saringan baik
- tidak ada perubahan tampak visual agregat - timbangan (kalibrasi)
(perubahan quari / suplier) - temperatur pencampuran
- waktu pencampuran

Bin Bin Dingin:


- kalibrasi bukaan
- pemisah antar bin (agregat
tidak bercampur)
- kelengkapan (penggetar,
tenaga pembersih)

Pengering (dryer) :
- pembakaran sempurna (lihat
Pemeriksaan :
warna asap) - perhatikan tampak visual campuran
- kontrol temperatur
- periksa temperatur camp. di atas truk
- sudu-sudu (mangkok)
- bak truk bersih dan pengangkutan
pengaduk baik
dilindungi dengan terpal
- sudut kemiringan dryer
Pengendalian lubang pengeluar agregat (gate)
cold bin

• Bukaan harus dapat diatur sesuai


dengan kebutuhan (kalibrasi)
Pengendalian Drier (Pengering)

Warna asap hitam akibat dryer


(sistem pembakaran) tidak
sempurna

Agregat tercemar
Pengendalian saringan (screen)

Berbeda ukuran ????


Pemeriksaan rutin akurasi timbangan
Operator di kontrol operasi

– Periksa kondisi, fungsi dari ruang sistem kontrol,


distribution board, dan panel pengontrol.
– Pengaturan proporsi agregat dan aspal sesuai JMF
– Periksa timer untuk pengendalian lamanya waktu
pencampuran pada alat pencampu
- Dry mix (2-5 detik)
- Wet mix (30-40 detik)
SIKLUS PELAKSANAAN PENGHAMPARAN DAN
PEMADATAN CAMPURAN BERASPAL PANAS
Pekerjaan Persiapan (penambalan)

Penambalan lubang dipermukaan jalan


PENGHAMPARAN
Tujuan :
Meletakan campuran beraspal pada perkerasan lama dengan lebar,
elevasi, kemiringan melintang, ketebalan sesuai dengan rencana dan
menghasilkan tekstur yang seragam, tidak bergeser atau beralur.
Pengendalian Screed
Screed berfungsi menghampar campuran beraspal dengan tebal,
kemiringan, dan kerataan yang sesuai. Dan dilengkapi juga
dengan pemanas (screed heaters)

Faktor yang mempengaruhi


keseimbangan
W
- Perubahan pengatur tebal
H P
sudut gesek - Perubahan kecepatan
V
W : Berat unit sepatu (screed) - Perubahan kuantitas
P : Gaya tarik (alat finisher bergerak maju)
V : Tahanan gesek arah vertikal - Pengaruh penghantian
H : Tahanan gesek arah horisontal operasi
PEMADATAN

Pemadatan campuran beraspal adalah proses pemampatan dan


pengurangan volume campuran beraspal. Pemadatan mengurangi rongga
udara dan meningkatkan berat isi campuran

kohesi Stabilitas

Zona
Durabilitas terbaik
Pelelehan Pelepasan butir
Deformasi plastik retak

0 8 16
% VIM Perkerasan

Faktor yang mempengaruhi pemadatan.


Karakteristik campuran, Pengaruh lingkungan.
Ketebalan hamparan, dan Alat pemadat.
Kecepatan alat pemadat
Tahapan Pemadatan
Jenis Alat Pemadat Awal Antara Akhir
(km/jam) (km/jam) (km/jam)
Mesin gilas roda besi (statis) 3,2 – 5,6 4,0 – 6,4 4,8 – 8,0
Mesin gilas roda karet (pneumatic) 3,2 – 5,6 4,0 – 6,4 6,4 – 11,2
Mesin gilas roda besi (getar) 3,2 – 4,8 4,0 – 5,6 -

Rentang temperatur
pemadatan Viskositas Temperatue campuran
Jenis Alat Pemadat
PA.S Pen. 40 Pen. 60 Pen.80
Pemadatan awal (break down) 1–2 130 -150 125 - 145 115 - 135
Pemadatan antara (intermediate) 2 – 20 105 - 130 100 - 125 90 - 115
Pemadatan akhir (finishing) < 20 > 100 > 95 > 85
PERSYARATAN TEMPERATUR
PENGENDALIAN MUTU
PENGENDALIAN MUTU (LANJUTAN)
PEMBAYARAN
PEMBAYARAN (LANJUTAN)
PEMBAYARAN (LANJUTAN)

Anda mungkin juga menyukai