Anda di halaman 1dari 51

PRESENTASI

KASUS

Appendisitis
Noer Asri Bella Sabillia
20194010003

Dosen pembimbing: dr. WAHYU PURWOHADI, Sp. B

Fakultas SMF ILMU BEDAH


RSUD Dr. TJITROWARDOJO PURWOREJO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2022
Identitas pasien
Nama Ny. J
Umur 43 Tahun
Pekerjaan IRT
Agama Islam
Alamat Lugosobo RT 02 RW 03
Gebang
No. RM 13-21-25
Tanggal Masuk 08 Maret 2022, pukul
21:50 WIB
Diagnosis Masuk Abdominal pain suspect
appendicitis acute
Anamnesis
 
nyeri perut kanan bawah. Keluhan utama

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RS Tjitrowardojo Purworejo karena mengeluh nyeri perut


kanan bawah sejak 2 hari SMRS. Nyeri dirasakan tiba-tiba dengan vas 8, hilang-
timbul dan tidak menjalar ke bagian perut yang lain. Nyeri perut lebih terasa
ketika pasien berubah posisi, bergerak dan setelah berakivitas. Pasien
mengatakan nyeri tidak diawali dari pusar namun langsung nyeri di perut kanan
bawah. Keluhan disertai demam, mual dan napsu makan menurun. Keluhan
muntah, gangguan BAK dan BAB disangkal. Pasien telah memeriksakan ke klinik
terdekat kemudian diberikan obat dan keluhan membaik. Setelah pulang ke
rumah keluhan kembali muncul dan nyerinya semakin bertambah. Pasien
mengatakan riwayat menstruasi terakhir 3 hari yang lalu dan siklus menstruasi
terjadi setiap bulan tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat serupa (-), riwayat operasi (+) SC tahun 2008, HT (-), DM


(-), PJK (-), Alergi (-), Asma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat serupa (-), HT (-), DM (-), PJK (-), Alergi (-), Asma (-)

Riwayat Personal Sosial

Pasien sebagai ibu rumah tangga. Riwayat konsumsi alkohol,


napza dan merokok disangkal. Pasien jarang mengkonsumsi
sayur-sayuran dan buah-buahan.
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign:
• Kesadaran : Compos mentis

• Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang

• Tekanan Darah : 109/72 mmHg

• Nadi : 79 kali/menit

• Respirasi: 20 kali/menit

• Suhu : 37,90C
Status Generalisata

Kepala : Normocephal
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor,
reflek cahaya langsung (+/+), reflek cahaya tidak langsung (+/+)
Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, mukosa tidak
hiperemis, sekret tidak ada, tidak ada deviasi septum
Telinga : Simetris, tidak ada kelainan, otore (-/-), nyeri tekan tragus (-)
Mulut : Bibir tidak sianosis, gusi tidak ada perdarahan, lidah tidak
kotor, faring tidak hiperemis
Leher : Tidak ada deviasi trakea, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid dan getah bening
Thorax :

Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan pernafasan kanan-kiri simetris
Palpasi : Fremitus taktil simetris kanan-kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada seluruh lapangan paru,
wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas pinggang jantung sela iga III linea sternalis sinistra
Batas kanan sela iga IV linea sternalis dextra
Batas kiri sela iga IV linea midklavikula sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I – II reguler, murmur (-) gallop (-)
 
Abdomen:
Inspeksi : Distensi (-), jejas (-), darm contour (-), darm steifung (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan pada Mcburney (+), Psoas sign (+) , Obturator sign
(+) ,Rovsing sign (-), Blumberg sign (-), defans muscular (-) , hepar dan
lien tidak teraba massa, ballotement ginjal (-).
 
Ekstremitas:
Superior : Akral hangat, oedem (-), CRT < 2 detik
Inferior : Akral hangat, oedem (-), CRT < 2 detik
Status Lokalis
Regio Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), jejas (-), darm
contour (-), darm steifung (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan pada
Mcburney (+), Psoas sign (+) , Obturator sign
(+), Rovsing sign (-), Blumberg sign (-),
defans muscular (-).

Alvarado score:
Migration of pain (-)
Anorexia (1)
Nausea (1)
Tenderness RLQ (2) Total skor : 7 (Apendisitis akut)
Rebound pain (1)
Elevated temperature (1)
Leucocytosis (-)
Shift of WBC to the left (1)
Pemeriksaan Laboratorium
PEMERIKSAAN
HASIL NILAI NORMAL KIMIA KLINIK HASIL NILAI NORMAL
DARAH RUTIN
Hemoglobin 13,4 11,7 – 15,5 GDS 169 (H) 74 – 106
Hematokrit 38 35 - 47 Gol darah B Rh positif
Leukosit 10,1 3,6 – 11,0 Creatinin 1,54 (H) 0,62 – 1,10
Eritrosit 4,4 3,80 – 5,20
Trombosit 204 150 – 400 Koagulasi HASIL NILAI NORMAL
MCV 86 80 – 100 PT 11,54 <16 sec
MCH 31 26 – 34 APTT 39,8 (H) 25 - 35
MCHC 35 32 – 36 INR 1,060
Neutrophil 88,40 (H) 50 – 70
Limfosit 8,30 (L) 25 – 40 SERO IMUNOLOGI HASIL NILAI NORMAL
Monosit 3,20 2–8
<0,9 : non reaktif
Eosinofil 0,09 (L) 2,00 – 4.00 ≥0,9 - <1,0 :
Basofil 0,10 0–1 HbsAg Non reaktif borderline
TLC 0,84 (L) 1,00 – 3,70 ≥1,0 : reaktif
NLR 10,6  
Pemeriksaan Laboratorium
PEMERIKSAAN NILAI
HASIL
URIN RUTIN NORMAL
MAKROSKOPIS Kuning PEMERIKSAAN NILAI
HASIL
Warna muda Kuning URIN RUTIN NORMAL
Kejernihan keruh Jernih Eritrosit 8-10 0–1
pH 5,5 Lain-lain -
Berat Jeni 1,030 (H) 1,015 – 1,025 KRISTAL
KIMIA Ca-Oksalat Negatif Negatif
Leukosit +++ Negatif Fosfat Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
As. Urat Negatif Negatif
Urobilin + Normal
Lain-lain -
Protein +++ Negatif
SILINDER
Darah ++ Negatif Hialin Negatif
Negatif
Keton + Negatif Granuler 0-1 Negatif
Bilirubin Negatif Negatif Epitel Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif Eritrosit Negatif Negatif
SEDIMEN Leukosit Negatif Negatif
Epitel 11-15 1–4
Lilin / Wax Negatif Negatif
Leukosit > 50 1–5
Tes kehamilan Negatif
Rontgen Thorax

Foto Thorax AP, asimetris,


inspirasi dan kondisi cukup, hasil:
• Corakan bronkovaskuler kedua
pulmo tampak normal
• Kedua diafragma licin
• Kedua costophrenicus lancip
• Cor CTR < 0,56
• Sistema tulang yang
tervisualisasi intak

Kesan:
• Pulmo tak tampak kelainan
• Besar Cor normal
Abdomen 3 posisi
• Pre peritoneal fat line tegas
• Tak tampak dilatasi Sistema usus
• Tak tampak lesi opaq di region iliaka dextra
• Tak tampak gambaran udara bebas subdiafragma
maupun di tempat tertinggi pada posisi LLD
• Psoas line tegas
• Renal outlinebilateral samar
• Tak tampak lesi opaq di proyeksi traktus urinarius
• Sistema tulang yang tervisualisasi intact

Kesan:
• tak tampak small bowel obstruction maupun
pneumoperitoneum
• Tak tampak gambaran appendicolith
Diagnosis banding
• Apendisitis akut dd perforasi
• Kehamilan Ektopik
• Gastroenteritis

Diagnosis Kerja
Appendisitis perforasi

Penatalaksanaan
Operatif : Laparotomi Appendektomi
Laporan Operasi ( 9 Maret 2022)
• Diagnosis pre-operasi : Suspek Appendisitis akut
• Diagnosis post-operasi : Appendisitis perforasi

• Tehnik operasi : Laparotomi Appendektomi


Medikamentosa

 Infus RL 20 tpm
 Injeksi ceftriaxone 1 gr/12 jam
 Injeksi metronidazole 500 mg/8 jam
 Injeksi ketorolac 30 mg/8 jam
 Injeksi ranitidin 50 mg/12 jam
 Injeksi tranexamic acid 500 mg/8 jam
 Paracetamol tab 500 mg 2x1
 Diet bertahap
Prognosis
• Quo ad vitam : dubia ad bonam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam

• Quo ad sanactionam : dubia ad bonam


Tinjauan
Pustaka
Definisi
• Apendisitis adalah radang pada usus buntu atau dalam bahasa latinnya
apendiks vermiformis, yaitu suatu organ yang berbentuk memanjang dengan
panjang 6 – 9 cm dengan pangkal terletak pada bagian pangkal usus besar
bernama caecum yang terletak pada perut kanan bawah. Apendiks
vermiformis yang disebut dengan umbai cacing atau lebih dikenal dengan
nama usus buntu, merupakan kantung kecil yang buntu dan melekat pada
caecum.
EPIDEMIOLOGI
Etiologi
Etiologi
1. FAKTOR SUMBATAN (OBSTRUKSI)
 faktor terpenting (90%) yg diikuti oleh infeksi
 60% hyperplasia jar. Lymfoid sub mukosa
 35%  stasis fekal
 4%benda asing
 1%  sebab lain, ex. cacing

2. FAKTOR BAKTERI
 Infeksi enterogen
 Lumen apendiks yg terinfeksi + fekalit  memperburuk &
memperberat infeksi  pe ↑ stagnasi feses.
 Kultur didapatkan paling bnyk: kombinasi antara Bacteriodes
fragililis dan E.coli, lalu Splanchicus, lacto-bacilus, Pseudomonas,
Bacteriodes splanicus.
Etiologi
3. FAKTOR KECENDERUNGAN
FAMILIAR
 Dihubungkan dgn adanya malformasi yg
herediter
dari organ, apendiks yg terlalu panjang,
vaskularisasi yg tidak baik & letaknya yg mudah
terjadi apendisitis.
 Selain itu jg dihub. dgn kebiasaan makanan dlm
keluarga terutama dgn diet rendah serat.
Klasifikasi
Tekanan
Obstruksi Bendungan Aliran darah
intraluminal
lumen mukus berkurang
meningkat

Apensitis
Edema
akut fokal

Terputusnya Nyeri
aliran darah epigastrium

Obstruksi vena, edema


bertambah , dan
Patofisiologi bakteri menembus
dinding

Peradangan
peritoneum
Peradangan Apendisitis
peritoneum Supuratif
akut

Aliran arteri
terganggu
Nyeri kanan
bawah
Infark
dinding
apendiks

Apendisitis
Gangren
gangrenosa

Dinding
Infiltrat apendiks Perforasi
rapuh

Infiltrat Perforasi
apendikularis apendikularis
Diagnosis
Diagnosis
Pemeriksaan fisik
 Demam subfebris: 37,5-38,5oC.
– Bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi
perforasi.
 Inspeksi:
– Penderita berjalan sambil bungkuk dan
memegang perut.

– Appendisitis akut abdominal swelling


Auskultasi
• Peristaltik usus: normal / hilang.

Palpasi
• Nyeri tekan pada perut kanan bawah

• Defans muscular lokal


Pemeriksaan Laboratorium
• Leukositosis ringan
• Leukosit rata-rata
10.000-18.000/mm3,>20.000/mm
mungkin menunjukan perforasi
• Shift to the left, dominan PMN
• LED (infilrat)
pemeriksaan penunjang
FOTO POLOS ABDOMEN
• apendikolith/radiopak

• Distensi/obs.intestin

• Deformitas sekum

• Udara bebas/

• Efek massa jar.lunak


tampak apendikolith (panah).
APENDIKOGRAFI
Temuan appendikografi pada appendisitis:
• Non filling appendiks
• Irregularitas nodularitas dari appendiks yang memberikan
gambaran edema
• mukosa yang disebabkan oleh karena inflamasi akut.
• Efek massa pada sekum serta usus halus yang berdekatan.

Gambaran pengisian penuh dengan kontras pada apendiks, apendiks normal


h
pemeriksaan penunjang
BARIUM ENEMA

• Non filling appendiks


• Efek massa kuad.kanan bwh
• Pengisian apendiks tdk rata
• Retensi barium stlh 24-48 jam

Tampak Sekum (C) dan appendix


yg mengalami ofasifikasi &kontur
yg ireguler (tanda panah)
pemeriksaan penunjang
Tanda apendisitis akut pada USG Gambaran apendisitis dg
Tidak adanya peristaltic
gambaran apendikolith (jarang
Apendikolith
Cairan disekitar lesi atau abses terlihat dg USG) (panah)
Edema dan ujung sekum
CT SCAN
dipertimbangkan sebagai pemeriksaan diagnostik
paling akurat untuk menyingkirkan appendisitis.
keakuratan diagnosis CT scan rata-rata antara 93%
dan 98 % dengan sensitifitas 90-98% dan spesifitas
83-98%.

Apendisitis. CT Scan dengan kontras


menggambarkan apendiks yang mengalami
distensi dan berisi cairan (panah) dengan
periappendiceal fat-stranding.
ALVARADO SCORE SCORE
Abdominal pin point (nyeri kanan bawah) 2
Leukositosis (peningkatan leukosit > 10,000/uL) 2
Vomiting (muntah) 1
Anorexia (nafsu makan berkurang) 1
Rebound pain (nyeri lepas) 1
Abdominal migration pain (nyeri alih) 1
Degree (demam) 1
O Neutrofil shift to the left 1
TOTAL 10

Interpretasi:
1 – 4 : dipertimbangkan apendisitis akut, diperlukan observasi
5 – 6 : possible appendicitis, tidak perlu operasi dan berikan
antibiotik
7 – 10 : apendisitis akut, perlu operasi dini
DIAGNOSIS BANDING
PENATALAKSANAAN
• Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat
adalah appendektomi.

• Pada apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu


diberikan antibiotik, kecuali appendisitis gangrene dan
perforate.
Operasi appendix, berdasarkan :
• Appendektomi cito (apendisitis akut, abses, dan
perforasi)
• Appendektomi elektif (kronik)
• Konservatif kemufian elektif (infiltrat)
• Appendisitis akut
• Segera setelah diagnosis ditegakan, dilakukan
appendektomi segera.

• Appendisitis perforasi
• Segera lakukan laparotomi.
• Perbaikan KU dengan infus, pemberian antibiotik untuk
gram (-) dan (+) serta kuman anaerob dan pemasangan NGT
dilakukan sebelum operasi.

• Appendikular abses
• Dilakukan insisi dan drainase saja.
• Appendektomi dilakukan setelah 6-8 minggu kemudian.
• Periappendicular mass (infiltrate)
• Appendektomi direncanakan jika telah tenang.
• Terapi konservatif :
• Bed rest dengan posisi fowler
• Diet cair
• Berikan antibiotik
• Monitor: itanda-tanda peritonitis (perforasi), suhu tiap 6 jam, LED, leukosit

• Bila hasil baik, boleh pulang (tidak demam, massa periappendikular hilang, dan
lukosit normal).

• Pasien tenang (2-3 bulan) baru dilakukan appendektomi. Tujuannya supaya


pendarahan akibat perlengketan dapat ditekan. Jika banyak perlengketan, sulit
menemukan dan memotong apendik).
• Antibiotik

- Preoperative, antibiotik broad spectrum intravena


diindikasikan untuk mengurangi kejadian infeksi pasca
pembedahan.

- Post operatif, antibiotic diteruskan selama 24 jam


pada pasien tanpa komplikasi apendisitis

- diteruskan sampai 5-7 hari post operatif untuk kasus


apendisitis ruptur atau dengan abses.

- diteruskan sampai hari 7-10 hari pada kasus


apendisitis ruptur dengan peritonitis difus
Komplikasi
• Komplikasi yang paling sering ditemukan
adalah perforasi
• Perforasi dapat menyebabkan timbulnya abses
lokal ataupun suatu peritonitis generalisata.
• Peritonitis merupakan infeksi yang berbahaya
karena bakteri masuk kerongga abdomen,
dapat menyebabkan kegagalan organ dan
kematian.
PROGNOSIS
• Mortalitas:

- 0,1% pada appendicitis akut

- 3% bila ruptur

- 15% bila ruptur pada geriatri.


• Penyebab kematian: sepsis tidak terkontrol, emboli
paru, aspirasi.
• Komplikasi yang mungkin terjadi:
• Akut: infeksi luka operasi.
• Kronis: perlengketan, ileus obstruksi, hernia.
Daftar Pustaka
Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, et al. (2010). The Appendix. Shwartz’s Principles of Surgery. 9 th
Ed. USA: McGrawHill Companies.
Humes DJ and Simpson J. (2006). Acute Appendicitis. BMJ. 333:530–534.
Rahmawati, Luthfiana. (2018). Penerapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam pada Pasien Post Operasi
Apendiktomi dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Nyaman di RSUD Sleman [Karya
Tulis Ilmiah]. Prodi D III Keperawatan Jurusan Keperawatan. Yogyakarta: Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan.
Rubama, Sylvan dr. (2019). Laporan Kasus Appendicitis Akut [Laporan Kasus]. Program Internship
Dokter Indonesia. Mataram: Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram.
Sindunata, Nyoman Aditya. (2016). Laporan Kasus Apendisitis Akut [Laporan Kasus]. Fakultas
Kedokteran. Surabaya: Universitas Pelita Harapan.
Sjamsuhidajat R. (2010). Usus Halus, Apendiks, Kolon, dan Anorektum: Apendiks Vermiformis. In:
Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Theddeus OHP, Rudiman Reno. Buku Ajar Ilmu Bedah
Sjamsuhidajat-deJong. 3rd ed. Jakarta: EGC, p755-62.
Triyani, Ida. (2020). Studi Literatur: Pemberian Teknik Relaksasi Genggam Jari pada Pasien Post
Operasi Apendiktomi dengan Masalah Keperawatan Nyeri [Karya Tulis Ilmiah]. Fakultas Ilmu
Kesehatan. Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Wim de Jong. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 2. Jakarta: EGC.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai