Anda di halaman 1dari 11

STUDI KASUS

FARMAKOTERA
PI
RHEUMATOID ARTHRITIS STUDY CASE
DELIA NOVITA (420009)
IDENTITY OF JOURNAL
 Judul : Rhaumathoid Arthritis Refractory to DMARDs : A Case Study
 Penulis : Sakhawat F dan Sadeeqa S
 Jurnal : Virology & Immunology Journal
 Tahun Terbit : 2018
ABSTRACT
In past few years there has been an enthusiastic progress in
the field of rheumatoid arthritis pharmacotherapy but the
presence of prognostic factors associated with unfavorable
outcomes and the inappropriate and/or delayed initiation of
DMARDsmay diminish the likelihood of achieving
remission and/or increase the probability of refractoriness to
treatment.
INTRODUCTION
 RA merupakan sebuah penyakit kelainan system imun yang terjadi secara sistematis.
Karateristik utama pada penyakit ini teretak pada Inflamasi otot yang berimplikasi pada
berkurangnya fungsi oto
 Setidaknya sebanyak 1% dari populasi dunia mengalami RA, dengan wanita memiliki peluang
terbesar setidaknya 2 dari 3 kali lebih mudah mengalami kelainan ini dengan usia rata rata 65
tahun.
 RA juga dialami oleh anak anak dan dimana klasifikasi dan terapi yang dilaksanakan bebrbeda
dengan penderita dewasa. Penyebab RA belum bisa dipastikan dengan hormone, genek namun
factor genetic setidaknya berkontribusi sekitar 53-65% dari resiko penyakit ini
 Terapi Farmakologi yang dilakukan termasuk penggunaan NSAIDs, Pengahmbat COX-2,
Kortikosteroid serta DMARDs
METHOD (CASE
PRESENTATION)
 Wanita berusia 46 tahun diketahui telah mengalami RA selama 10 tahun dengan DMT2 selama
3 tahun, profesi ybs merupakan seorang pembantu rumah tangga, memiliki 3 orang anak. BMI
27,34 kg/cm. Gejala RA memburuk selama 6 bulan terakhir dan setidaknya mengalami nyeri
di pgi hari selama lebih dari 1 jam. Keluhan yang dikeluhkan berupa nyeri, inflamasi dan
perasaan kaku pada beberapa otot di bagian tagan, pundak, punggung, lutus, dada dan siku
selain itu pasien mengkonfirmasi adanya rasa demam, kesulitan berjalan dan oerasaan
terbakar. Riwayat alergi cahaya, ruam, sariawan, SOB atau pengelihatan blur ditolak.
 Data laboratorium menunjukan tekanan darah 130/80, denyut 100/menit, Temperatur 37°C,
RR 20/min, ROM normal, Memar (-), Lesi (-).
 RF 21, Anti-ds DNA 30, ESR 115, Anti CCP Antibody 91
 Hb 8.9, CRP 6, Gula Darah Puasa 200
PMH (PAST MEDICATION
HISTORY)
 MTX 20mg/ Minggu
 Salazodine EC 3g/Hari
 Hydroxycholoroquine 500mg/Hari
 OHO Agent
ASSESMENT AND TREATMENT
ASSESMENT TREATMENT
PLAN
DISCUSSION
 Sarankan rheumatologist untuk menambahkan terapi biologis sebagai penyakit ini refrakter
terhadap DMARDs. Pasien mengeluh dari pembakaran berkemih yang disebabkan ISK baik
karena RA atau kemungkinan besar karena DM sebagai gula dalam urin menjadi tempat
berkembang biak yang subur bagi bakteri.
 Hindari mengonsumsi jus grapefruit saat menggunakan Solumedrol (Methylprednison) karena
dapat meningkatkan kadar metilprednisolon dalam darah. Solumedrol mengganggu kontrol
glukosa darah dan mengurangi efektivitas glipizide dan Regular Insulin. Jadi kadar glukosa
darah perlu dipantau secara ketat.
CONCLUSION
Penyakit refrakter pada pasien dengan flare akut perlu dikendalikan dengan menggunakan
DMARDs yang dikombinasikan dengan Biologics untuk mencapai remisi berkelanjutan di
rentan pasien. Penggunaan DMARDs awal dan dioptimalkan dan Biologis, pemantauan ketat
terhadap gejala, kepatuhan terhadap terapi, pemantauan rutin fungsi hati dan ginjal, olahraga
teratur dan konsultasi tepat waktu dengan rheumatologist pada akhirnya mengarah pada
pengurangan kemungkinan terhadap pengobatan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai