Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH (F41.1)

Oleh:
Muhamad Ifan Fadhil

Preceptor:
dr. Ni Wayan Dewi Purtiny Asih, Sp.KJ
IDENTITAS PASIEN

Identitas Pasien
Nama Tn. MZ Pendidikan SMA
Umur 48 Tahun Pekerjaan Petani

TTL 20/04/1974 Alamat Pasir Sakti, Lampung Timur

21 Maret 2023 pukul 10.10


Suku Jawa Waktu Pemeriksaan
WIB
Agama Islam Tempat Pemeriksaan Poli Jiwa RSAY Metro
BAB I
Anamnesis, Pemeriksaan Status Psikiatri,
Pemeriksaan Lain, Diagnosis Differensial,
Diagnosis Multiaksial, Penatalaksanaan, Prognosis
ANAMNESIS (RIWAYAT PSIKIATRI)

Keluhan Utama Keluhan Tambahan

Cemas sejak kurang lebih satu Jantung berdebar sangat


tahun yang lalu kencang, lemas, sesak, gemetar,
leher tegang
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Autoanamnesis
 ± Setahun yll. pasien didiagnosis mempunyai penyakit batu ginjal. Sejak saat itu pasien merasa cemas. Pasien
mengaku penyakitnya yang sudah diterapi dan dikatakan sembuh oleh dr. Spesialis Urologi
 Namun walau sudah sembuh, seringkali pasien teringat penyakitnya, sehingga pasien merasa cemas dan sering
merasakan jantungnya berdebar sangat kencang, gemetar, leher terasa tegang, berkeringat dingin, hal ini
mengganggu pasien untuk melakukan aktivitas harian.
 Seringkali ketika teringat, pasien juga merasa lemas dan sesak hingga terasa mau pingsan walau hal itu tak
pernah terjadi, dan pasien merasa takut mati akibat hal tersebut.
 Pasien mengaku juga minatnya berkurang terhadap kegiatan yang biasanya menjadi hobinya yaitu memancing
karena pasien merasa tidak berani keluar rumah dan bertemu orang-orang seperti tetangganya.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Autoanamnesis
 Pasien menyangkal adanya bisikan-bisikan, tidak pernah terfikir untuk bunuh diri, tidak pernah ada
masalah atau keributan dengan lingkungan di dalam rumah maupun sekitarnya.
 Nafsu makan baik, tidak kesulitan ketika tidur.
 Namun sering pasien terbangun di malam hari, dan teringat penyakitnya sehingga tidak bisa tidur
kembali hingga setelah selesai sholat shubuh.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Alloanamnesis
 Pasien datang dengan diantar oleh Istrinya.

 Menurut Istri, pernah suatu waktu ketika melakukan pasien sedang melakukan aktivitas harian seperti menjemur
pakaian, dan melipat baju, pasien teringat mengenai penyakitnya dan pasien langsung terlihat cemas, gemetar
dan berkeringat hingga seluruh badannya terasa lemas.
 Pasien sudah tidak pernah bekerja sejak mengalami penyakit Batu Ginjal, walaupun sudah dikatakan sembuh.

 Istri pasien juga mengatakan jika suaminya merasa takut keluar rumah, takut untuk bertemu orang” di
lingkungan sekitarnya seperti tetangganya karena takut pikirannya menjadi semakin kacau.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Alloanamnesis
 Pasien yang biasanya berani untuk menyetir mobil mengantar barang dari tambak udangnya ke beberapa gudang,
kali ini sudah tidak berani untuk menyetir mobil, bahkan untuk datang ke poli jiwa RSAY, istri pasien harus
menyetir mobil karena pasien tidak berani menyetir akibat rasa cemas yang berlebihan menurut Istri pasien.
RIWAYAT

 Riwayat Gangguan Psikiatri Tidak ada


Tidak Ada  Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif/NAPZA
 Riwayat Gangguan Medis Tidak ada
Pasien didiagnosis mengalami penyakit Batu ginjal yang  Riwayat Keluarga Mengalami Hal Yang Sama
sudah diterapi hingga dikatakan sembuh oleh Dokter
Tidak ada
Spesialis Urologi.
 Riwayat Alergi Obat dan Makanan

Tidak ada
 Riwayat Pengobatan Psikiatri
RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

 Prenatal dan Perinatal


Pasien merupakan anak ke 1 dari 3 bersaudara. Pasien dilahirkan cukup bulan, dengan
berat badan lahir normal (tidak diketahui angka pastinya), persalinan spontan dengan
persalinan normal ditolong oleh Dukun. Tidak ada kelainan fisik bawaan saat lahir.
 Masa Kanak Awal
Sejak kecil pasien diasuh oleh orangtua lengkap dan diberi ASI sampai dengan usia 2
tahun. Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan usianya.
RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

 Masa Kanak Pertengahan


Pasien sekolah seperti anak biasanya di taman kanak – kanak hingga sekolah dasar negeri.
 Masa Kanak Akhir dan Remaja
Pasien merupakan siswa lulusan STM (Setara SMA) dan mudah bergaul dengan teman
sekelasnya, dan jarang bermasalah yang berlebihan saat STM.
RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

Masa Dewasa Pasien bersosialisasi dengan baik di lingkungan


keluarga maupun tetangga. Namun ketika
1) Riwayat Pekerjaan
pasien mengalami penyakit batu ginjal, sejak saat
Pasien merupakan seorang petani tambak udang di itu pasien sudah mulai jarang berinteraksi dengan
Daerah Pasir Sakti, Lampung Timur. Pasien sudah lingkungan di luar rumahnya.
tidak bekerja sejak dirinya didiagnosis mengalami
5) Riwayat Psikoseksual
batu ginjal.
Pasien memiliki orientasi seksual yang normal
2) Riwayat Perkawinan
6) Riwayat Hukum
Pasien sudah menikah dan memiliki 2 orang anak
laki-laki yang masing-masing sudah dewasa dan Tidak ada
sudah bekerja.
3) Agama
Pasien beragama Islam, dan penganut islam yang
taat.
4) Aktivitas Sosial
PEMERIKSAAN STATUS PSIKIATRI

PEMBICARAAN
DESKRIPSI UMUM
 Kualitas
 Penampilan
Arus pembicaraan Biasa, Nada pembicaraan Biasa,
Tampak seorang laki-laki sesuai umur, Penekanan pada pembicaraan Tidak Ada, Spontanitas
perawakan tinggi rata-rata, penampilan baik, Pembicaraan Spontan, Artikulasi Jelas
rapih, sopan, bersih.
 Kuantitas
 Perilaku dan Aktivitas Motorik
Produktivitas pembicaraan Biasa, Menjawab isi
Tenang, kontak mata baik, ketika diwawancara pertanyaan dengan Sesuai
mendengarkan dengan baik, tidak ada gerakan
 Hendaya
yang abnormal
 Sikap Terhadap Pemeriksa Tidak ada hendaya Bahasa, pasien dapat berbahasa
Indonesia
Pasien kooperatif terhadap pemeriksa dengan
menceritakan semua keluhan dan riwayat
kehidupannya
PEMERIKSAAN STATUS PSIKIATRI

MOOD DAN AFEK


 Mood
Cemas
 Afek
GANGGUAN PERSEPSI
Cemas (Appropriate)
 Halusinasi dan Ilusi
Tidak ada
PROSES BERFIKIR  Depersonalisasi dan Derealisasi
 Bentuk Pikir Tidak ada
Tidak Terganggu
 Arus Pikir
Koheren
 Isi Pikir
Cemas (+), Preokupasi (-), fobia (-), waham (-), obsesi (-), kompulsi (-)
PEMERIKSAAN STATUS PSIKIATRI

Sensorium dan Kognisi  Kemampuan Membaca dan Menulis

 Orientasi Baik

Waktu, Tempat dan Orang Baik  Kapasitas Intelegensia

 Konsentrasi Pasien dapat menangkap, mengingat, serta


mendiskusikan apa yang disampaikan pemeriksa
Baik terhadap pasien.
 Memory dan Daya Ingat  Pikiran Abstrak
Memory Segera, Jangka Pendek, Jangka Menengah, Tidak terganggu, pasien dapat membedakan kejadian
Jangka Panjang tidak terganggu yang tidak baik dan baik.
 Kemampuan Visuospasial

Tidak dievaluasi
PEMERIKSAAN STATUS PSIKIATRI

DAYA NILAI DAN TILIKAN


 Daya Nilai Sosial
Pasien sudah jarang bertemu orang selain keluarganya, dan jarang untuk berinteraksi dengan
tetangga sekitar sejak mengalami penyakit
 Tilikan
Derajat 6
PEMERIKSAAN LAIN (STATUS INTERNISTIK)

Tanda Tanda Vital


KU : Baik T : 36,4 ’C
TD : 130/94 mmHg HR : 92 x/mnt
RR : 20 x/mnt SpO2 : 97 %

Kesan: Dalam Batas Normal

Status Gizi
BB: 70 kg
TB: 168 cm
IMT: 24,7 kg/m2

Kesan: Normoweight
PEMERIKSAAN LAIN (STATUS INTERNISTIK)

Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh


 Pucat : tidak pucat
 Sianosis : tidak sianosis
 Ikterus : tidak ikterus
 Oedem : tidak oedem
 Turgor : baik
 Pembesaran KGB : tidak ada

Kesan: Normal
PEMERIKSAAN LAIN (STATUS INTERNISTIK)
Kepala Hidung
Normocephal, rambut tidak lebat, rontok (-), wajah pucat (-), Simetris, PCH (-), epistaksis (-), secret (-), lesi (-)
ubun-ubun tidak cekung dan tidak menonjol

Bibir dan Rongga Mulut


Mata
sianosis (-), pucat (-), bibir kering (-), bibir sumbing, bibir
Conjungtiva palpebra anemis (-/-), Edema palpebra (-/-), kering (-), pembesaran tonsil (-)
sklera ikterik (-/-)

Leher
Telinga
Bentuk simetris, Trakea di tengah, deviasi (-), KGB ridak
Normotia, serumen (-), hiperemis (-), fistula (-), nyeri tekan
terdapat pembesaran, JVP 5+2cm
tragus (-)

Kesan: Kepala – Leher DBN


PEMERIKSAAN LAIN (STATUS INTERNISTIK)

Thorax
 Ins : Pernafasan simetris, ictus cordis tidak terlihat, retraksi dinding dada (-), sianosis (-)
 Pal : VF paru kanan = kiri, ictus cordis teraba
 Per : Sonor pada seluruh lapang paru, batas jantung normal
 Aus : Bunyi nafas vesikuler (+), ronki (-/-), wheezing (-/-), bunyi jantung I II regular, murmur (-),
gallop (-)

Abdomen Ekstremitas
 Ins : Distensi (-), Jejas (-) Edema (-/-), CRT <2s, Sianosis (-), pucat (-)
 Aus : BU (+)
 Per : Timpani Kesan: Thorax, Abdomen, Ekstremitas
DBN
 Pal : Nyeri tekan (-)
PEMERIKSAAN LAIN (STATUS NEUROLOGIS)
 GCS
E4M6V5 = Compos Mentis

1) N. Olfaktorius (N.I) Selama wawancara, pasien dapat menjawab pertanyaan dengan tepat. Saat berjalan pasien
Tidak dievaluasi terlihat stabil dan tidak terjatuh.
2) N. Optikus (N.II) 7) N. glosssopharyngeus (N.IX),
Tidak dievaluasi. Pasien dapat mengecap rasa manis dan asam.
3) N. okulomotorius (N.III), N. trochlearis (N. IV), N. Abducens (N.VI) 8) N. vagus (N.X)
Selama wawancara pasien memiliki gerakkan bola mata yang wajar. Pasien dapat menelan ludah.
4) N. trigeminus (N.V) Kesan: Nervus dalam batas normal.
Selama wawancara, wajah pasien terlihat simetris. 9) N. aksesorius (N.XI)
5) N. facialis (N.VII) Selama wawancara, terlihat pasien dapat menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan.
Pasien dapat menunjukkan ekpresi dan mengangkat alis, wajah pasien terlihat simetris kiri 10) N. hypoglossus (N.XII)
dan kanan. Pasien dapat menjulurkan lidah dan menggerakkan ke kiri dan kanan.
6) N. vestibulocochlearis (N.VIII)

Kesan: Nervus III-XII DBN


PEMERIKSAAN LAIN (STATUS NEUROLOGIS)

c. Pupil : Reflek cahaya (+) / (+) ; Bulat Isokor


d. Motorik : Tidak dievaluasi
e. Refleks Fisiologis : Tidak dievaluasi
f. Refleks Patologis : Tidak dievaluasi
g. Refleks Primitif : Tidak dievaluasi
Kesan: Refleks Pupil DBN

Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
DIAGNOSIS

Diagnosa Multiaksial
Diagnosa Differensial
Axis I: Gangguan cemas - Gangguan Cemas Menyeluruh
menyeluruh (F41.1) (F41.1)
Axis II: Tidak ada - Gangguan Panik (F41.0)
Axis III: Tidak ada - Gangguan Stress Pasca Trauma
Axis IV: Tidak ada (F43.1)
Axis V: GAF saat ini 70-61
PENATALAKSANAAN

Non Medikamentosa
Edukasi Pasien
- Menjelaskan kembali kepada pasien mengenai gangguan apa yang pasien derita sehingga pasien dapat
lebih memahami gangguannya.

Medikamentosa - Memberi pemahaman kepada pasien agar memperhatikan kepatuhan dan keteraturan mengkonsumsi
obat yang dokter berikan walaupun gejala yang pasien alami sudah berkurang.
- Alprazolam 0,25-0,5mg - Memberikan pemahaman agar selalu berfikir positif dan semangat supaya kehamilannya terjaga
dengan sehat selalu.
(3x/hari)
- Edukasi Keluarga
Fluoxetine 10mg atau 20mg - Menjelaskan kepada keluarga tentang pentingnya memahami dan menerima kondisi pasien dan
per hari keadaan yang sewaktu-waktu dapat berubah.
- Menjelaskan pentingnya keteraturan minum obat dan efek samping yang diberikan apabila pasien
tidak teratur minum obat seperti kondisi yang dialami pasien saat ini.
- Mengenali gejala-gejala kekambuhan dan menganjurkan untuk dibawa kembali ke dokter apabila
terjadi kekambuhan.
- Meminta keluarga untuk memastikan pasien tetap berada dalam pengawasan keluarga. Mengawasi
pasien agar terhindar dari benda- benda yang dapat mengancam keselamatan diri, bayi dan orang
sekitar
BAB II
Analisis Pembahasan Kasus
DEFINISI

Menurut DSM-V, Gangguan Cemas Menyeluruh adalah kekhawatiran


yang berlebihan mengenai beberapa peristiwa atau aktivitas hampir
sepanjang hari selama sedikitnya 6 bulan (Kartikadewi, 2017).
KRITERIA DIAGNOSTIK
Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1)

1. Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu
sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free
floating” atau “mengambang”)
2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk. sulit konsentrasi, dsb)
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai);
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing
kepala, mulut kering, dsb)
3. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik
berulang yang menonjol
4. Adanya gejala-gejala lain yang sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan
anxietas mesifatnya nyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresi (F32.-), gangguan anxietas
fobik (F40.-), gangguan panik (F41.0), atau gangguan obsesif-kompulsif (F42.-)
(Maslim, 2013)
KRITERIA DIAGNOSTIK
Gangguan Panik (F41.0)

1. Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik (F40.-)
2. Untuk diagnosis pasti harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat (severe attack of autonomic anxiety)
dalam masa kira-kira satu bulan:
a. Pada keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya
b. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya (unpredictable situations)
c. Dengan keadaan yang relatif bebas dari dari gejala-gejala anxietas pada periode diantara serangan anxietas pada periode diantara
serangan-serangan panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga “anxietas andapat terjadi juga “anxietas antisipatoric”
yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi.
(Maslim, 2013)
KRITERIA DIAGNOSTIK
Gangguan Stress Pasca Trauma (F43.1)

1. Diagnosis baru ditegakan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian traumatis berat (masa
laten yang berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa bulan, jarang sampai melampaui 6 bulan). Kemungkinan diagnosis
masih dapat ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi waktu 6 bulan, asal saja
manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat alternatif kategori gangguan lainnya.
2. Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayang-bayang atau mimpi-mimpi dari kejadian traumatis tersebut secara
berulang - ulang kembali ( flashback).
3. Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya dapat mewarnai diagnosis tetapi tidak khas.
4. Suatu “sequelae” menahun yang terjad lambat setelah stres yang luar biasa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma,
diklasifikasikan dalam kategori F62.0 (perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami katasfora).
(Maslim, 2013)
PEMBAHASAN ANAMNESIS
FAKTA/TEMUAN PEMBAHASAN
Usia 48 Tahun Onset usia pertama kali gangguan cemas menyeluruh terdiagnosis sulit untuk ditentukan, tetapi seringkali pasien
datang mencari pengobatan dan membutuhkan perawatan pada usia 20 tahun walaupun gangguan cemas
menyeluruh dapat terjadi pada usia berapapun (American Psychiatric Assosiation, 2010)
Keluhan Utama: Cemas sejak kurang Menurut PPDGJ-III, Pedoman diagnostic pada Gangguan cemas menyeluruh adalah penderita harus menunjukkan
lebih 1 tahun lalu anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai
beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free
floating” atau “mengambang”) (Maslim, 2013)
Keluhan Tambahan: Jantung Menurut PPDGJ-III juga, selain anxietas sebagai gejala primer, diikuti juga gejala lain sbb:
berdebar sangat kencang, lemas, - Ketegangan motoric: misalnya pasien mengeluh sakit kepala, gemetar,gelisah, otot tegang,merasa cepat lelah
sesak, gemetar, leher tegang, takut - Hiperaktivitas otonom: misalnya pasien mengeluh napas pendek-pendek, keringat berlebih, berdebar-debar, rasa
mati yang mengganggu aktivitas melayang, dan gejala - gejala yang berkaitan dengan gastrointestinal
harian, hilang minat pada hobi - Kesiagaan kognitif: misalnya pasien mengeluh gampang terkejut, mudah marah/tersinggung, sulit berkonsentrasi,
sulit tidur, pasien takut mati (Kartikadewi, 2017)
PEMBAHASAN ANAMNESIS

FAKTA/TEMUAN PEMBAHASAN
Terdapat riwayat gangguan Faktor yang membuat pasien merasa cemas dan pasien sulit untuk mengendalikan kecemasannya,
medis 1th lalu yang sudah menyebabkan munculnya diagnosis differensial yaitu Gangguan Stress Pasca Trauma (F43.1)
dinyatakan sembuh
Merokok (-), Alkoholisme (-), Dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
Penggunaan NAPZA (-) (F.1)
PEMBAHASAN PEMERIKSAAN STATUS PSIKIATRI
FAKTA/TEMUAN PEMBAHASAN
Pada pemeriksaan status psikiatri didapatkan Tidak didapatkan gangguan dalam kemampuan menilai realitas yang bermanifestasi sebagai
deskripsi umum baik, pembicaraan kualitas baik terganggunya kesadaran diri (awarness), daya nilai norma social (judgement) dan terganggunya
dan jelas, mood dan afek cemas (serasi), Isi daya tilikan diri (insight). Selain itu tidak didapatkan isi pikiran pasien yang bergema dalam dirinya, isi
pikir terdapat cemas, Gangguan persepsi tidak pikirannya dimasukin atau diambil dari luar dan isi pikirannya tersiar. Selain itu juga tidak didapatkan
ada, Sensorium dan kognisi tidak terganggu, adanya waham baik waham dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu, dipengaruhi, waham dirinya
Orientasi waktu dan tempat baik, Tilikan derajat tidak berdaya dan pasrah dan pengalaman menerima mukjizat. Selain itu juga pasien tidak didapatkan
6 adanya halusinasi baik itu auditorik maupun visual. Hal ini dapat menjadi dasar untuk
menyingkirkan diagnosis skizofrenia, skizotipal dan gangguan waham (F.2).

Mood dan Afek yang terlihat cemas menunjukan adanya gangguan kecemasan yang berlebihan sehingga
bisa menurunkan fungsional hariannya seperti melakukan aktivitas harian, fungsi pekerjaan, social dsb.
PEMBAHASAN PEMERIKSAAN FISIK
FAKTA/TEMUAN PEMBAHASAN
Status Internistik dalam batas normal: TTV DBN, IMT Dapat menjadi salah satu dasar untuk menyingkirkan
normoweight, kelainan mukosa (-), Pemeriksaan Kepala- diagnosa Gangguan Mental Organik (F0.)
Leher-Thorax-Abdomen-Extremitas DBN

Status Neurologis dalam batas normal: GCS 15, Nervus


Kranialis III-XII DBN, Px. Refleks Pupil normal
PEMBAHASAN DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
FAKTA/TEMUAN PEMBAHASAN
Axis I: Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1) Menurut PPDGJ-III dan DSM V, Axis I membahas tentang gangguan klinis
Jiwa dari F00-F99

Pada pasien ini, berdasarkan hasil anamnesis, px. status psikiatri dan px.
Fisik (internistik dan neurologik), sesuai dengan PPDGJ-III dan DSM V,
diagnosis mengarah pada Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1)
Axis II: Tidak ada Menurut PPDGJ-III dan DSM V, Axis II membahas tentang gangguan
kepribadian (F60-F61) dan Retardasi Mental (F70-F79)

Pada pasien ini, berdasarkan hasil anamnesis, px. status psikiatri dan px.
Fisik (internistik dan neurologik), tidak ditemukan gangguan kepribadian
maupun retardasi mental
Axis III: Tidak ada Menurut PPDGJ-III dan DSM V, Axis II membahas tentang adanya kondisi
medis pasien.

Pada pasien ini, berdasarkan hasil anamnesis, px. status psikiatri dan px.
Fisik (internistik dan neurologik), tidak ditemukan gangguan kondisi
medis pasien
PEMBAHASAN DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
FAKTA/TEMUAN PEMBAHASAN
Axis IV: Tidak ada Menurut PPDGJ-III dan DSM V, Axis IV membahas tentang adanya
stressor/masalah psikososial dan lingkungan

Pada pasien ini, berdasarkan hasil anamnesis, px. status psikiatri dan px.
Fisik (internistik dan neurologik), sesuai dengan PPDGJ-III dan DSM V,
tidak ditemukan adanya masalah.
Axis IV: GAF Scale 70-61 Menurut PPDGJ-III dan DSM V, Axis IV membahas tentang penilaian fungsi
secara global, dalam kaitannya sebagai mahluk sosial dan okupasional

Pada pasien ini, berdasarkan hasil anamnesis, px. status psikiatri dan px.
Fisik (internistik dan neurologik), sesuai dengan PPDGJ-III dan DSM V,
GAF Scale di rentang 70-61 yaitu beberapa gejala ringan & menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

Hal ini terlihat dari gejala cemas pasien yang terjadi hamper setiap hari dalam
setahun, selain itu pasien sudah mulai takut untuk keluar rumah, sudah tidak
bekerja semenjak keluhan muncul.
PEMBAHASAN PENATALAKSANAAN
FAKTA/TEMUAN PEMBAHASAN
Alprazolam Alprazolam adalah golongan Benzodiazepin. Benzodiazepin merupakan pilihan obat pertama dari semua obat yang mempunyai efek
0,25-0,5mg anti anxietas disebabkan spesifitas, potensi dan keamanannya. Golongan obat benzodiazepin sebagai obat anti anxietas mempuanyai
(3x/hari) ratio terapeutik lebih tinggi dan lebih kurang menimbulkan adiksi dengan toksisitas yang lebih rendan dibandingkan dengan
Phenobarbital. Pemberian benzodazepin dimulai dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respons terapi. Lama
pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu, dilanjutkan dengan masa tapering off selama 1- 2 minggu.

Dosis pemberian yaitu 3 x 0,25-0,5mg per hari.

Ketergantungan relatif lebih sering terjadi pada individu dengan riwayat peminum alkohol (alcoholics), penyalahguna obat (drug-
abusers) atau “unstable
personalities”. Oleh karena itu obat benzodiazepine tidak dianjurkan diberikan pada pasien-pasien tersebut. Untuk mengurangi risiko
ketergantungan obat, maksimum pemberian = 3 bulan (100 hari) dalam rentang dosis terapeutik (Maslim, 2007)
PEMBAHASAN PENATALAKSANAAN
FAKTA/TEMUAN PEMBAHASAN
Fluoxetine 10mg Fluoxetine adalah golongan SSRI (Anti-depresi)
atau 20mg per Indikasi penggunaannya golongan SSRI yaitu selama paling sedikit 2 minggu dan hampir setiap hari mengalami :
hari 1. Rasa hati yang murung
2. Hilang minat dan rasa senang
3. Kurang tenaga hingga mudah lelah dan kendur kegiatan

Fluoxetine ini bekerja dengan cara meningkatkan kadar hormon serotonin di otak. Hormon serotonin
berfungsi mengatur suasana hati seseorang dari rasa tertekan, cemas, gelisah sehingga dapat menangani depresi.
Sindrom depresi disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa “aminergic neurotransmitter”
(noradrenaline, serotonin, dopamine) pada celah sinaps neuron di SSP (khususnya pada sistem limbik) sehingga
aktivitas serotonin menurun.

Dosis anjuran penggunaan Fluoxetine adalah 20-40mg per hari dan dapat diberikan selama dapat dilakukan dalam
jangka panjang oleh karena “addiction potential”-nya sangat minimal (Maslim, 2007)
REFERENSI

 American Psychiatric Assosiation. Practice guideline for the treatment of patients with panic disorder second
edition. New York: American Psychiatric Assosiation; 2010.
 American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorder Edition “DSM-
5”. Washinton DC: American Psychiatric Publishing. Washinton DC.
 Kartikadewi, A. (2017) BUKU AJAR Sistem Neurobehaviour (Psikiatri). 1st edn. Edited by A. Kartikadewi.
Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
 Maslim, R. (2007) Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 1st edn. Edited by R. Maslim. Jakarta.
 Maslim, R. 2013. Pedoman Diagnostik Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III). Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
THANKS FOR YOUR ATTENTION
Any Question?

Anda mungkin juga menyukai