Anda di halaman 1dari 10

QIYAS

(PENGERTIAN, RUKUN
DAN SYARAT)

SITI NURFAIZAH

19220105
DEFINISI QIYAS

Qiyas menurut bahasa berarti “ mengukur sesuatu dengan


sesuatu yang lain untuk diketahui adanya persamaan antara
keduanya”. Menurut istilah ushul fiqih seperti dikemukakan oleh
Wahbah az-Zuhaili, qiyas ialah menghubungkan (menyamakan
hukum sesuatu yang tidak ada ketentuan hukumnya dengan
sesuatu yang ada ketentuan hukumnya karena adanya kesamaan
‘illat antara keduanya). Qiyas merupakan salah satu kegiatan
ijtihad yang tidak ditegaskan dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
Adapun dalil tentang qiyas terdapat dalam Q.S. An-Nisa’ : 59.
RUKUN QIYAS

A. Ashal (‫)االصل‬
Ashal ialah masalah yang telah ditetapkan hukumnya
baik dalam Al-Qur’an atau dalam Sunnah Rasululloh.
Misalnya Khamar yang ditegaskan keharamanya dalam
Al-Quran yakni Q.S. Al-Maidah ayat 90.
Adapun Syarat-Syarat Ashal, antara lain:

1. Hukum yang ada pada ashal bersifat tetap.


2. Hukum yang hendak dipindahkan kepada cabang (fur’u) harus
ada pada pokok (ashal) kalau sudah tidak ada, misalnya sudah
dihapuskan (mansukh) dimasa Rasululloh, maka tidak mungkin
terdapat pemindahan hukum.
3. Hukum ashal bukan hukum pengecualian seperti sahnya puasa
orang yang lupa, meskipun makan dan minum, mestinya puasa
menjadi rusak.
B. Far’u (‫)الفرع‬

Far’u (adanya cabang) yakni sesuatu yang tidak ada


ketegasan hukumnya dalam Al-Qur’an, Sunnah, atau
ijma’ yang hendak ditemukan hukumnya melalui
qiyas. Misalnya bagaimana hukumnya minuman
keras whisky.
Syarat-Syarat Far’u seperti dikemukakan A. Hanafi M.A., ialah:

1. far’u tidak memiliki nash (Al-Quran dan Sunnah)


2. Illat yang terdapat pada far’u sama dengan ’illat
yang ada pada ashal.
3. Hukum cabang harus sama dengan hukum pokok.
C. Hukum Ashal
Hukum Ashal yaitu hukum yang terdapat pada ashal
yang telah ditetapkan berdasarkan Al-Qur’an maupun
Sunnah dan hukum itu pula yang akan diberlakukan
pada fur’u. misalnya hukum haram khamar yang
ditegaskan dalam Al-Quran.
Syarat-Syarat Hukum Ashal, antara lain:

1. Hukum ashal bukan merupakan kekhususan bagi


Nabi Muhammad SAW
2. Berupa hukum syara’ yang ditetapkan oleh nash
(Al-Quran dan Sunnah)
3. Hukum Ashal hendaknya dapat dicerna oleh akal
(ma’kul ma’na).
D. ‘Illat (‫)العّلة‬

Rukun yang satu ini merupakan inti penting bagi praktik


qiyas karena berdasarkan ‘illat hukum-hukum yang
terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah dapat
dikembangkan. ‘Illat adalah suatu sifat yang ada pada
ashal yang menjadi landasan atau sebab adanya hukum
pada cabang-cabang (fur’u). Misalnya sifat
memabukkan pada Khamr.
‘Illat memerlukan beberapa persyaratan, antara lain yang
terpenting ialah:

1. ‘illat harus bersifat jelas dan nyata.


2. ‘illat harus ada hubungan kesesuaian dan kelayakan
antara hukum dengan sifat yang akan menjadi ‘illat.
3. ‘illat harus dalam bentuk sifat yang terukur,
keadaannya jelas dan terbatas sehingga tidak
bercampur dengan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai