Anda di halaman 1dari 47

LITIGASI

DIVISI KEPATUHAN & HUKUM


JOB DESK LITIGASI
Menyelesaikan
Permasalahan Hukum
di Perusahaan baik yang
dilakukan oleh Insan
BRI Life maupun Pihak
Eksternal BRI Life
PERMASALAHA
N
YANG SERING TERJADI

MIS SELLING PENYALAHGUNAA PEMALSUAN


N PREMI DOKUMEN
MIS SELLING

Terjemahan Bebas:
“Kegagalan dalam memberikan hasil
sebagaimana mestinya kepada pelanggan”

Hal-hal yang diatur dalam Polis Asuransi


perlu diketahui dan dipaparkan kepada
Konsumen, apabila apa yang dijual kepada
Konsumen tidak sesuai dengan kenyataan
sebagaimana Polis Asuransi maka hal ini
merupakan suatu
“miss selling”
Pasal 31 ayat (2) UU No.40 tahun 2014
Peraturan Agen Asuransi, Pialang Asuransi, Pialang
MIS-SELLING Reasuransi dan Perusahaan Perasuransian,
wajib memberikan informasi yang benar, tidak
palsu, dan atau tidak menyesatkan kepada
pemegang polis, tertanggung, dan atau peserta
mengenai resiko, manfaat, kewajiban dan
pembebanan biaya terkait dengan produk
asuransi atau produk asuransi yang
ditawarkan.
Sanksi terhadap pelanggaran pasal
tersebut diatas diatur dalam :

Pasal 75 UU No.40 tahun 2014


“Setiap Orang yang dengan sengaja tidak
memberikan informasi atau memberikan
informasi yang tidak benar, palsu dan/atau
menyesatkan kepada pemegang polis,
tertanggung, atau peserta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun
dan pidana denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,- (lima milyar rupiah)”.
Peraturan
MIS-SELLING
Peraturan OJK
OJK mengatur hal yang “melarang” suatu
perbuatan “Mis-Selling” dengan
“mewajibkan” penyampaian informasi
yang benar, yaitu pada Peraturan OJK
Nomor: 23 /POJK.05/2015 tentang Produk
Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi,
Pasal 53 ayat (1):

“Perusahaan dan/atau perusahaan


pialang asuransi wajib menyampaikan
informasi yang akurat, jelas, jujur, dan
tidak menyesatkan mengenai Produk
Asuransi kepada calon pemegang polis,
tertanggung, atau peserta sebelum calon
pemegang polis, tertanggung, atau peserta
memutuskan untuk melakukan penutupan
asuransi dengan Perusahaan.”
Apakah Mis-Selling
termasuk dalam Unsur Penipuan?

Penipuan: Pasal 378 KUH Pidana:


“Barang siapa dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang
lain secara melawan hukum, dengan
memakai nama palsu atau martabat palsu,
dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian
kebohongan, menggerakkan orang lain
untuk menyerahkan barang sesuatu
kepadanya, atau supaya memberi hutang
maupun menghapuskan piutang diancam
karena penipuan dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.”

Berdasarkan unsur-unsur pasal tsb diatas,


maka dapat disimpulkan bahwa Misselling
adalah termasuk penipuan
STUDI KASUS

Terdapat Agen yang menjual Asuransi kepada Nasabah. Nasabah tersebut


tertarik untuk ikut Asuransi yang selanjutnya membayar Premi. Namun
uang Premi tersebut tidak diserahkan oleh Agen kepada Perusahaan,
sehingga Nasabah tersebut belum dianggap ikut Asuransi oleh Perusahaan.

Agen tersebut diduga melakukan tindak pidana apa??


P E N G G E L A PA N

Penggelapan diatur
dalam berbagai
peraturan, yaitu :
Pasal 374 KUH
Pidana
“Penggelapan yang dilakukan
oleh orang yang penguasaannya
terhadap barang disebabkan
karena ada hubungan kerja atau
karena pencarian atau karena
mendapat upah untuk itu,
diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun.”
“PENGGELAPAN PREMI”
Pasal 28 ayat (5) UU No.40 tahun 2014
Agen Asuransi dilarang menggelapkan premi/ Kontribusi.

Pasal 29 ayat (4) UU No.40 tahun 2014


2 Perusahaan Pialang Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi dilarang menggelapkan Premi/
Kontribusi.
Sanksi terhadap pelanggaran pasal tersebut diatas
diatur dalam:
Pasal 76 UU No.40 tahun 2014
“Setiap Orang yang menggelapkan Premi atau
Kontribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat
(5) dan Pasal 29 ayat (4) dipidana dengan Pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana
denda paling banyak
Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah)”.
PEMALSUAN
DOKUMEN
Pasal 33
Setiap Orang dilarang melakukan pemalsuan dokumen Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, atau Perusahaan
Reasuransi Syariah.

Pasal 78 UU No.40 tahun 2014


“Setiap orang yang melakukan pemalsuan atas
dokumen Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi,
atau Perusahaan Reasuransi Syariah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
dipidana dengan pidana penjara paling lama
6 (enam) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar
rupiah)”.
Pasal 263 KUHPidana
“(1) Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat
menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang
diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk
memakai surat tersebut seolah – olah isinya benar dan tidak dipalsu,
diancam jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena
pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling lama enam tahun”
Selain Peraturan Perundang-undangan,
larangan-larangan untuk hal-hal tersebut
diatas diatur juga dalam :

Perjanjian Keagenan BFA


Pasal 5 ayat HAK DAN KEWAJIBAN BFA ayat (2) , disebutkan bahwa
kewajiban BFA adalah antara lain:
g. Memberikan keterangan yang jelas dan benar kepada setiap calon
pemegang polis/tertanggung dan pemegang polis/tertanggung BRI LIFE,
termasuk namun tidak terbatas mengenai Produk BRI LIFE maupun proposal
khusus dan ilustrasi manfaat yang dibuat untuk calon pemegang
polis/tertanggung dan pemegang polis/tertanggung yang bersangkutan,
memberikan penjelasan tentang proses seleksi risiko (underwriting) dalam
proses penerbitan polis dan memberikan penjelasan syarat-syarat umum polis,
kewajiban pembayaran premi serta dan penyelesaian klaim pada saat
penyerahan polis kepada pemegang polis;
h. Meneliti dengan seksama segala permohonan asuransi jiwa dan
kebenaran data-data yang diberikan oleh calon pemegang polis dan
calon tertanggung; bertanggung jawab atas data yang diberikan; dan
menyaksikan sendiri penandatanganan permohonan asuransi yang
dilakukan oleh calon pemegang polis dan/atau tertanggung;

i. Memberitahukan segera kepada BRI


LIFE apabila BFA mengetahui indikasi
bahwa calon pemegang polis/tertanggung
tidak memberikan informasi yang benar
dalam pengisian aplikasi dan dokumen
lainnya, baik pada saat diketahuinya hal
tersebut ataupun pada saat polis telah
diserahkan kepada pemegang polis;
HAL-HAL YANG DILARANG DILAKUKAN OLEH BFA,
ANTARA LAIN DIATUR DALAM PASAL 6 PERJANJIAN
KEAGENAN BFA
Memberikan penjelasan/penerangan tentang program –
program asuransi jiwa Produk BRI LIFE, syarat – syarat
umum & khusus polis, premi dan penyelesaian klaim, serta
ketentuan–ketentuan lain yang menyimpang atau
bertentangan dengan ketentuan yang berlaku di BRI
LIFE dari waktu ke waktu (misrepresentation);

Membebankan premi tambahan atau memberikan dan


menawarkan potongan – potongan premi/discount atau
bujukan lain dalam bentuk apapun juga kepada pemegang
polis/tertanggung yang tidak sesuai dengan kebijakan BRI
LIFE agar calon pemegang polis/tertanggung membeli polis
BRI LIFE;
Melakukan perbuatan-perbuatan
menahan, menguasai, memiliki dan
perbuatan lainnya atas penerimaan uang
tunai atas pembayaran premi nasabah tanpa
sepengetahuan atau ijin dari BRI LIFE;

Memalsukan, membuat, menandatangani


atau mengeluarkan kwitansi atau alat tagih
dalam bentuk apapun juga selain kwitansi sah
yang diterbitkan BRI LIFE sebagai tanda terima
pembayaran premi dari pemegang polis;

Melakukan pelanggaran atas ketentuan dan


peraturan yang berlaku di BRI LIFE, kode etik
yang berlaku di BRI LIFE serta kode etik
keagenan yang berlaku di industri perasuransian;
Melakukan
penyalahgunaan
premi/uang BRI LIFE dan
atau tindak pidana lainnya
terhadap BRI LIFE
maupun terhadap Bank
BRI atau nasabah BRI
LIFE Mempengaruhi pemegang
polis/tertanggung untuk mengakhiri
atau membatalkan polis dan
menggantikannya dengan polis lain
dengan cara yang bertentangan dengan
kepentingan pemegang
polis/tertanggung (“twisting”);
TWISTING & CHURNING

TWISTING adalah tindakan Tenaga


Pemasar yang membujuk dan/atau
mempengaruhi pemegang polis untuk
merubah spesifikasi polis yang ada atau
mengganti polis yang ada dengan polis
yang baru pada Perusahaan Asuransi Jiwa
lainnya, dan/atau membeli polis baru dengan
menggunakan dana yang berasal dari polis
yang masih aktif pada suatu Perusahaan
Asuransi Jiwa lainnya dalam waktu 6 (enam)
bulan sebelum dan sesudah tanggal polis baru
di Perusahaan Asuransi Jiwa lain diterbitkan.
CHURNING (twisting internal) adalah
tindakan membujuk dan
mempengaruhi pemegang polis untuk
merubah spesifikasi polis yang ada
atau mengganti polis yang ada
dengan polis yang baru pada
Perusahaan Asuransi Jiwa yang
sama, dan/atau membeli polis baru
dengan menggunakan dana yang berasal
dari polis yang masih aktif dari
Perusahaan Asuransi Jiwa yang sama
tanpa penjelasan terlebih dahulu kepada
pemegang polis mengenai kerugian
yang dapat diderita oleh pemegang polis
akibat perubahan/penggantian tersebut.
PERATURAN
 Untuk larangan melakukan twisting dan churning terdapat dalam Lampiran
Keputusan RAT AAJI No.03/AAJI/2012 tentang Standar Praktik & Kode Etik
Tenaga Pemasar Asuransi Jiwa ;
 Untuk larangan melakukan twisting terdapat dalam POJK No.69/POJK.05/2016
tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi
Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah pasal 17 ayat
(3) b yaitu : “Tidak melakukan twisting yaitu tindakan yang membujuk dan/atau
mempengaruhi pemegang polis, tertanggung, atau peserta untuk merubah
spesifikasi polis yang ada atau mengganti polis yang ada dengan polis yang baru
pada Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah atau Unit Syariah pada
Perusahaan Asuransi lainnya, dan/atau membeli polis baru dengan menggunakan
dana yang berasal dari polis yang masih aktif pada suatu Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi
lainnya.”
 Perjanjian Keagenan
Sanksi terhadap pelanggaran pasal larangan Perjanjian
Keagenan tersebut diatur dalam pasal 13 :
(2) Memberikan sanksi sesuai dengan bentuk pelanggaran
yang dilakukan kepada BFA apabila terjadi pelanggaran atas
Perjanjian Keagenan, pelanggaran dan/atau tindak pidana, kode
etik dan ketentuan yang telah ditetapkan. Adapun sanksi tersebut
berupa:
a. BFA wajib melakukan proses penyelesaian atau
pengembalian kerugian yang ditimbulkan oleh BFA dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan oleh BRI LIFE;
b. Pihak BRI LIFE berhak untuk tetap melaporkan BFA
kepada pihak berwajib;
c. Pihak BRI LIFE berhak untuk tetap melaporkan kepada
AAJI terkait dengan informasi pelanggaran yang terjadi
dan mendaftarkan BFA ke dalam Agen bermasalah;
 Freelook Period (Pasal 24 POJK 69/POJK.05/2016)
(1) Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau
Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi wajib memastikan
bahwa pemegang polis, tertanggung, atau peserta telah
menerima polis dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh)
hari kerja setelah pembayaran Premi atau kontribusi dan
pertanggungan dinyatakan diterima.
(2) Dalam hal produk asuransi atau produk asuransi syariah
memiliki jangka waktu pertanggungan lebih dari 1 (satu) tahun
atau bukan merupakan produk asuransi mikro, Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada
Perusahaan Asuransi wajib memberikan kesempatan kepada
pemegang polis, tertanggung, atau peserta untuk mempelajari
polis dalam jangka waktu paling singkat 14 (empat belas) hari
sejak pemegang polis, tertanggung, atau peserta menerima polis.
 Withdrawn/ Batal SPAJ (Pasal 18 huruf c POJK
69/POJK.05/2016)
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit
Syariah pada Perusahaan Asuransi yang mengunakan Agen
Asuransi dalam memasarkan produknya wajib memastikan
bahwa dalam kegiatan pemasarannya, Agen Asuransi paling
sedikit telah melakukan tindakan sebagai berikut:

(c) menyampaikan kepada pemegang polis, tertanggung, atau


peserta atas penerimaan atau penolakan surat penutupan
asuransi dari Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi
Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi kepada
pemegang polis, tertanggung, atau peserta paling lama 5 (lima)
hari kerja sejak ada keputusan penerimaan atau penolakan
pertanggungan.
KESALAHAN FATAL YANG DILAKUKAN BFA
YANG BERPOTENSI MERUGIKAN BAGI NASABAH & PERUSAHAAN
1 TIDAK MEMBERIKAN INFORMASI YANG BENAR
TENTANG PRODUK ASURANSI

Contoh :
Menawarkan ke nasabah produk
asuransi sebagai deposito
Akibat :
Nasabah dijanjikan produk asuransi sebagai
deposito, dengan janji bahwa investasi yang
didapat melebihi bunga deposito, sehingga
ketika ybs mengecek Laporan Hasil Transaksi,
kebanyakan nasabah terkejut bahwa hasil
yang diharapkan tidak sesuai yang
dijanjikan walaupun dalam Ilustrasi yg legal
sudah disebutkan bahwa hasil investasi yang
terdapat dalam Ilustrasi hanya asumsi.
Menyebabkan terjadinya indikasi misselling
2
TIDAK MEMBERIKAN INFORMASI
TENTANG BIAYA - BIAYA

Contoh :
Tidak dijelaskan adanya biaya
seperti biaya akuisisi, biaya asuransi
dan biaya-biaya lainnya

Akibatnya :
ketika ybs mengecek Laporan Hasil
Transaksi, kebanyakan nasabah terkejut
bahwa uamh yang sudah disetor untuk
dilakukan investasi terpotong besar
sehingga hasil yang diharapkan tidak
sesuai yang dijanjikan, Menyebabkan
terjadinya indikasi misselling
3 TIDAK MEMBERIKAN INFORMASI YANG BENAR
TENTANG ILUSTRASI, & FREE LOOK PERIOD
Contoh :
Di ilustrasi sudah terdapat penjelasan tentang biaya, jumlah
perkiraan investasi dan lain-lain, tetapi yang dipegang
nasabah adalah janji yang diberikan Agen atau Agen
menggunakan ilegal tools (ilegal ilustrasi), disinilah timbul
dugaan permasalahan misselling serta pemalsuan dokumen

Di polis terdapat hal yang mengatur tentang free look period


(masa mempelajari polis) selama 14 hari, nasabah dapat
menggunakan fasilitas tsb, untuk mempelajari polis dan
nasabah dapat meminta pengembalian premi jika tidak setuju
akan isi polis. Namun kebanyakan Agen tidak menyampaikan
hal ini ketika menyampaikan polis kepada nasabah
4 MENJANJIKAN HADIAH ATAU HAL-HAL YANG
TIDAK SESUAI DENGAN DENGAN PROGRAM
ASURANSI
Contoh :
menjanjikan nasabah adanya cash back
atau diskon premi Jika dalam polis yang
dijual tidak diatur mengenai hal itu atau
tidak terdapat special program dari BRI

5
MENJUAL Life
PRODUK SELAIN PRODUK BRI LIFE DI BANKING
HALL BRI
Contoh :
menjual produk asuransi lain, atau
menawarkan produk selain produk
asuransi kepada nasabah di banking
hall BRI
6
NASABAH TIDAK MENGISI LANGSUNG FORM SPAJ,
HANYA TANDA-TANGAN DI BLANKO SPAJ KOSONG, sesuai
dengan POJK No.69/2016 pasal 18 huruf f dan Standar Praktik
& Kode Etik Tenaga Pemasar Asuransi Jiwa
Contoh :
Pengisian riwayat kesehatan di SPAJ, semua
riwayat penyakit dijawab tidak, entah itu
diarahkan oleh Agen, atau memang nasabah tidak
menjawab secara benar

Akibat :
Klaim dini & Indikasi Pemalsuan dokumen

Klaim ditolak, timbul Gugatan ke Pengadilan atau


Panggilan Ke Kepolisian
Dasar Hukum :
Pasal Pasal 251 KUHD, menyatakan bahwa :


“Semua pemberitahuan yang keliru atau tidak benar atau semua
penyembunyian keadaan yang diketahui oleh tertanggung, meskipun
dilakukannya dengan itikad baik, yang sifatnya sedemikian sehingga
perjanjian itu tidak akan diadakan, atau tidak diadakan dengan syarat-syarat
yang sama, bila penanggung mengetahui keadaan yang sesungguhnya dari
semua hal itu, membuat pertanggungan itu batal”
>> ini merupakan salah satu prinsip dasar asuransi yaitu Utmost Good
Faith
7 MENAHAN/MENERIMA SETORAN
PREMI SECARA
TUNAI/MENGGELAPKAN PREMI
Divisi KPL dalam surat No.2519-DIR/KEP/GCG/VII/2018 tanggal 31 Juli
2018 telah mengirimkan surat ke SELINDO yang isinya antara lain :

Seluruh transaksi keuangan yang melibatkan


perusahaan harus dilaksanakan secara non
tunai melalui rekening yang telah ditentukan;

Seluruh pembayaran premi dari nasabah


dilakukan secara NON TUNAI melalui rekening
perusahaan, yaitu melalui BRIVA, Mass Debet,
Debet Kartu Kredit, Indomaret, dan transfer.

Seluruh Petugas Penjualan dilarang menerima pembayaran premi


SECARA TUNAI dari nasabah
WILAYAH YANG TERDAPAT

FRAUD POINT OF VIEW

01 02 03
Banten Jawa Jawa
Barat Timur

04 05
Sumatera Sulawesi
BANTEN
NAMA BFA
DISAMARKAN

PRODUK
DAVESTERA

Total pemakaian premi sebesar


Rp937.400.000,00

PROGRES KASUS
Proses Agenda Sidang Pembacaan Tuntutan

MODUS OPERANDI
 Menerima setoran premi secara tunai
 Tidak menyetorkan premi yang diterima kepada
BRI Life
 Mengubah cara bayar premi nasabah dari
tahunan menjadi bulanan
 Menawarkan investasi fiktif kepada pekerja BRI
 Menggunakan premi untuk kepentingan pribadi
SULAWESI
NAMA BFA TOTAL FRAUD
DISAMARKAN Rp236.050.000,00

PROGRESS KASUS
 Dalam Pelaporan ke
Kepolisian, status sudah P19

MODUS OPERANDI
 Mempengaruhi nasabah untuk
menyetorkan premi secara tunai
 Mengubah cara bayar premi nasabah
yang semula tahunan menjadi bulanan
 Premi pertama disetor oleh ybs ke
BRI Life, premi lanjutan tidak disetor
oleh ybs
 Tanda terima pembayaran premi
nasabah bukan kuitansi melainkan
polis
 Menjanjikan program cashback
JAWA
BARAT
NAMA BFA
DISAMARKAN

Produk Davestera
Total Nasabah 12

TOTAL FRAUD
Rp2.743.000.000,00

PROGRESS KASUS
BRI Life melaporkan ke Kepolisian.
Status akan dilakukan Gelar Perkara
dalam Tahap Sidik

MODUS OPERANDI
 Menerima uang premi secara tunai
 Menjanjikan nilai investasi di atas rate
deposito
JAWA
TIMUR
NAMA BFA
disamarkan

TOTAL FRAUD SEMENTARA


Rp2.325.212.000,00

PROGRESS KASUS
Dalam Pelaporan ke Kepolisian. Status akan
dilakukan Gelar Perkara penetapan
Tersangka
MODUS OPERANDI
 Ditawarkan produk Deposito dengan
dijanjikan bunga deposito per bulan/ per 3
bulan
 Menerima penyetoran premi secara tunai
 Menggunakan premi untuk kepentingan
pribadi
 Pembuatan polis palsu kepada nasabah
 Pencairan dana batal freelook untuk
membeli produk deposito
SUMATERA
NAMA BFA TOTAL FRAUD MODUS OPERANDI
DISAMARKAN Rp1.226.550.000,00 - Menerima setoran premi secara tunai untuk
kepentingan pribadi
- Membuat polis palsu

PROGRESS KASUS
 Sudah dilaporkan ke Kepolisian. Status
Tersangka DPO

Anda mungkin juga menyukai