Anda di halaman 1dari 43

SISTEM SARAF PUSAT

DAN KELAINAN
SYSTEM SARAF PUSAT
DM NEURO 2023.
SELAPUT OTAK

Duramater ( paling luar )

Arachnoidmater : membran halus yang menutupi otak

Piamater (bagian dalam) : lapisan yang melekat langsung pada permukaan otak

Aplikasi klinis; selaput otak yang terinfeksi ( meningitis ) / adanya perdarahan sub
arachnoid menyebabkan sakit kepala.
ANATOMI OTAK
Otak terdiri dari tiga komponen utama:

• otak besar (cerebrum)

• otak kecil (cerebellum)

• batang otak (brainstem)


Lobus Fungsi
ANATOMI OTAK Lobus
frontal
∙ Pusat intelektual, seperti proses
berpikir, bicara, emosi
∙ Gerakan sadar (volunter) otot
Cerebrum memiliki empat lobus, rangka
yakni: Lobus ∙ Pemprosesan dan integrasi
parietal informasi somatosensori
1. Lobus frontal ∙ Memahami bahasa lisan dan
tertulis
2. Lobus parietal ∙ Merumuskan pola berbicara logis
(atau menulis) untuk
3. Lobus temporal mengekspresikan pikiran dan
emosi
4. Lobus oksipital Lobus ∙ Pendengaran primer
temporal ∙ Pendengaran asosiasi
∙ Olfaktori primer
Lobus ∙ Penglihatan primer
oksipital ∙ Asosiasi penglihatan

Tabel. Lobul dan fungsinya (Chalik, R., 2016), (Awatara, Bagus., 2016)
CEREBELLUM
Anatomi:

Serebelum merupakan bagian dari otak yang


terletak di fosa posterior. Permukaan superiornya
diselubungi oleh tentorium serebeli yakni lapisan
durameter yang memisahkan serebelum dan
serebrum (Baehr and Frotscher, 2012). Serebelum
terbagi menjadi 3 lobus antara lain lobus anterior,
lobus medius, dan lobus flokulonodularis (Guyton
and Hall, 2012). Sedangkan secara fungsional,
serebelum terdiri dari bagian vestibuloserebelum
(lobus flokulonodularis), spinoserebelum (pars
intermedialis), dan serebroserebelum (Baehr and
Frotscher, 2010).
CEREBELLUM

Fungsi:

Serebelum merupakan bagian dari susunan saraf


pusat yang memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai
koordinasi gerakan, keseimbangan tubuh dan
mengontrol tonus otot. Serebelum juga sebagai organ
yang menerima informasi propioseptif, menunjukkan
posisi tubuh (rasa posisi) dari sumsum tulang
belakang dan memantau semua sensasi propioseptif,
visual, sentuhan, keseimbangan, dan pendengaran
yang diterima oleh otak (Bahrudin, 2012).
PONS
Anatomi:

Pons terletak di anterior serebelum dan


menghubungkan medula oblongata dengan
mesensefalon, yaitu seperti jembatan yang
menghubungkan hemisfer serebeli kanan dan kiri.
Struktur pons seperti tonjolan pada permukaan
ventral brainstem, permukaan dorsalnya
membentuk bagian cephal dari fossa rhomboidea
(lantai ventriculus IV) dan berhadapan dengan
cerebellum. Dibagian tengah pons didapatkan
cekungan yang disebut sulcus basilaris yang
ditempati oleh arteri basilaris (Kalanjati, 2016).
PONS

Fungsi:

Menyampaikan informasi dari otak besar


(serebrum) dan otak kecil (serebelum), pusat
refleks, dan membantu medula mengontrol
pernapasan (Chalik, 2016).
MEDULA OBLONGATA

Anatomi:

Struktur yang terletak di caudal


metencephalon adalah myelencephalon
terdiri dari medulla oblongata yang berada
di superior dari medulla spinalis.

Bagian paling caudal truncus encephali


yang berakhir pada foramen magnum atau
radices paling superior nervus cervicalis 1
dan padanya melekat nervus cranialis VI
sampai XII (Drake, Vogl, and Adam, 2014)
MEDULA OBLONGATA

Fungsi:
1. Mengontrol kerja jantung.
2. Mengecilkan pembuluh darah
(vasokonstriktor).
3. Pusat pernapasan.
4. Mengontrol kegiatan refleks
AREA BROADMANN
AREA BROADMANN

Korteks otak terbagi menjadi 52 area


yang diberi nomor secara berurutan.
Daerah-daerah ini dibedakan oleh
anatomi mikroskopis melalui bentuk
dan jenis sel dan koneksinya.

Area 4 : korteks frontalis. merupakan


area motorik primer yang bertanggung
jawab pada gerakan volunter
Area 8 lapangan pandang frontal. Area 6 dan 8 bertanggung jawab untuk gerakan menyidik
volunter dan deviasi konjugat dari mata dan kepala.
LOKASI DAN FUNGSI
Area Lokasi Anatomi Fungsi
Broadmann
1, 2, dan 3 Primary somatosensory Cortex (postcentral Untuk memproses sensasi somatik
gyrus)
4 Primary Motor Cortex (precentral gyrus) Untuk memproses gerakan motorik
5 Somatosensory Association Cortex (superior Area untuk input saraf sensorik
parietal lobule)
6 Premotor Cortex and Supplementary Motor Untuk mengontrol dan merencanakan gerakan
Cortex
7 Somatosensory Association Cortex Area untuk input saraf sensorik
8 Frontal eye fields Berperan dalam kontrol perhatian visual dan gerakan mata

9 Dorsolateral prefrontal cortex Terlibat dalam fungsi kognitif seperti memori kerja,
perhatian, dan fungsi eksekutif
10 Anterior prefrontal cortex Berperan dalam fungsi kognitif yang lebih tinggi seperti
manajemen tugas dan perencanaan
11 dan 12 Orbitofrontal Area (orbital gyri, gyrus rectus, Menerima informasi tentang melihat objek serta nilai
rostral gyrus and part of superior frontal gyrus) penghargaan rasa

13 dan 16 Insular Cortex Pemrosesan sensorik, pengambilan keputusan, dan kontrol


motorik
17 Primary Visual Cortex (V1) Menafsirkan dan memproses informasi visual yang
diterima dari mata
Area Lokasi Anatomi Fungsi
Broadmann
18 Secondary Visual Cortex (V2) Menerima informasi visual untuk analisis lebih lanjut
19 Associative Visual Cortex (V3, V4 & V5) Pemrosesan informasi visual yang kompleks
20 Inferior Temporal Gyrus Memproses informasi visual di bidang penglihatan dan
terlibat dengan memori
21 Middle Temporal Gyrus Pemrosesan memori semantik, persepsi visual, dan
pemrosesan bahasa
22 Superior Temporal Gyrus (including Wernicke’s Penting untuk memproses suara dan pemahaman ucapan
Area)
23, 24, 28, sampai 33 Cingulate Gyrus Bagian dari sistem limbik yang terlibat dalam pemrosesan
emosi dan regulasi perilaku
25 Subgenual Area Area limbik yang kaya akan transporter serotonin yang
bekerja dengan area lain dari sistem limbik
26 Ectosplenial portion of the retrosplenial region Berhubungan dengan pembelajaran motorik
of the cerebral cortex
27 Piriform cortex Berhubungan dengan indera penciuman
29 Retrosplenial cingulate cortex Terkait dengan memori dan navigasi episodik
30 Part of the cingulate cortex Sebuah antarmuka antara regulasi emosional, penginderaan
dan tindakan
Area Lokasi Anatomi Fungsi
Broadmann
31 Dorsal posterior cingulate cortex Simpul pusat dari Default Mode Network (DMN), satu set
struktur otak dengan asosiasi yang kuat untuk aktivitas selama
banyak tugas kognitif
32 Dorsal anterior cingulate cortex Memproses deteksi dan penilaian proses sosial

34 Dorsal Entorhinal Cortex Terlibat dalam memori kerja

35 dan 36 - Dorsal entorhinal cortex Terlibat dalam memori kerja


- Perirhinal cortex and ectorhinal area
37 Fusiform gyrus Terlibat dalam pemrosesan visual tingkat tinggi

38 Temporal pole Area visual tingkat tinggi yang terlibat dalam kognisi visual,
pengenalan wajah, dan memori visual
39 Angular gyrus Terkait dengan bahasa dan pemrosesan angka, kognisi spasial,
pengambilan memori, dan perhatian
40 Supramarginal gyrus Peran dalam pemrosesan fonologis dan respons emosional

41 dan 42 Primary auditory cortex (Heschl gyrus) Stasiun relay pertama informasi pendengaran di korteks

43 Primary gustatory cortex Bertanggung jawab atas persepsi rasa

44 Part of Broca area Terkait dengan produksi ucapan dan artikulasi


(pars opercularis, part of the inferior frontal gyrus)
Area Lokasi Anatomi Fungsi
Broadmann
45 Part of Broca area Terkait dengan produksi ucapan dan artikulasi
(pars triangularis, part of the
class="internal">inferior frontal gyrus)
46 Dorsolateral Prefrontal Cortex Terlibat dalam fungsi kognitif seperti memori kerja, perhatian,
dan fungsi eksekutif
47 Pars orbitalis, part of the inferior frontal gyrus Berperan dalam pemrosesan bahasa

48 Retrosubicular area Pemrosesan emosi, pengkodean, dan navigasi

52 Parainsular area Gembira dengan pemrosesan perhatian dan arti-penting


JARAS MOTORIK
DESCENDING PATHWAYS
A. TRAKTUS PIRAMIDAL
▪ Traktus piramidal merupakan jaras motorik utama
yang pusatnya di girus presentralis (area 4
Broadmann), yang disebut juga korteks Motorik
primer.
▪ Dibagi menjadi dua:
1) Traktus kortikospinalis
2) Traktus kortikobulbar
1) TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

▪ Jaras motoric utama


▪ Berpusat di girus precentralis (area 4
broadmann) 🡪 korteks motoric primer
▪ Mensuplai otot-otot tubuh
1) TRAKTUS KORTIKOSPINALIS
Korteks Traktus Menuju ke medulla
motoric spinalis 🡪 ventral
corticospinal
Lateralis horn 🡪 otot-otot
Kapsula ang
interna y il
en
(substansia M
alba serebri)
Krus cerebri, Menuju ke medulla
Traktus
pons, spinalis 🡪
medulla corticospinal
anterior menyilang setingkat
(anterior) segmen
2) TRAKTUS CORTICOBULBAR
▪ Mensuplai otot-otot kepala dan leher

Lateral korteks
Kapsula interna Batang otak
motoric primer

Saraf kranial 🡪 Membawa sinyal


bersinaps dengan ke otot wajah dan
LMN leher
B. TRAKTUS EKSTRAPIRAMIDAL
▪ Berasal dari batang otak menuju ke medulla spinalis
▪ Bertanggung jawab atas gerakan involunter dan sebagai kontrol otomatis semua otot
(tonus otot, keseimbangan, postur)
▪ Dibagi menjadi 4:
1) Vestibulospinal
2) Retikulospinal
3) Rubrospinal
4) Tectospinal
1) TRAKTUS VESTIBULOSPINAL
▪ Berasal dari nuclei vestibularis
▪ Menerima akson dari auris interna melalui N.
Vestibularis dan cerebellum
▪ Mengatur keseimbangan dan postur melalui lower
motor neuron
2) TRAKTUS RETIKULOSPINALIS

▪ Berasal dari Pons 🡪 tractus retikulospinalis medial, memfasilitasi gerakan volunteer dan
meningkatkan tonus otot
▪ Berasal dari medulla 🡪 tractus retikulospinalis lateral, menghambat gerakan volunteer dan
mengurangi tonus otot
3) TRAKTUS RUBROSPINALIS
▪ Berasal dari red nuclei
▪ Menyilang kebawah melewati pons, medulla
oblongata 🡪 menuju kornu anterior medulla spinalis
substansia grisea
▪ Dianggap berperan dalam kontrol halus dan gerakan
tangan
4) TRAKTUS TECTOSPINALIS
▪ Berasal dari collicus superios
▪ Menerima rangsang dari saraf optikus
▪ Berjalan menyilang 🡪 melalui pons, medulla oblongata 🡪
kornu anterior medulla spinalis
▪ Berfungsi terjadinya refleks pupildilatasi (saat gelap) dan
reflek gerakan tubuh sebagai respon terhadap rangsang
penglihatan
JARAS SENSORIK
ASCENDING PATHWAYS
SENSORIK

▪ Disebut juga sebagai sistem somatosensorik

▪ Mempunyai kemampuan untuk mendeteksi stimulus dan


mentranduksi energi fisik ke dalam sinyal (impuls) saraf
▪ Reseptor sensorik dibagi 3 menurut letak:
1. Exteroseptor: permukaan kulit (sensasi nyeri, suhu, raba)
2. Proprioseptor: perasaan tubuh dalam (otot, sendi, tendon)
3. Interiseptor: pada organ dalam/viscera (lambung, usus, dll)

▪ Reseptor sensorik dibagi 4 menurut jenis stimulus


1. Mekanoreseptor: tekanan,raba
2. Thermoreseptor: suhu
3. Nociseptor: nyeri
4. Chemoreseptor: bau-bauan
5. Photoreseptor: mendeteksi perubahan cahaya
1) EKSTEROSEPTIF
2) PROPRIOSEP
TIF
▪ Sinyal diterima reseptor 🡪 Sinyal diterima reseptor 🡪
ganglion spinale melalui radiks ganglion spinale radiks posterior
posterior 🡪 cornu posterior medulla spinalis 🡪 naik sebagai
medulla spinalis 🡪 menyilang ke funiculus grasilis dan funiculus
kontralateral 🡪 membentuk
cuneatus 🡪 nucleus Goll 🡪
jaras yang berjalan ke atas yaitu
traktus spinotalamikus 🡪 menyilang ke kontralateral
thalamus 🡪 korteks medulla spinalis m🡪 thalamus 🡪
somatosensorik yang berada di korteks somatosensorik di girus
girus postsentralis (lobus postsentralis (lobus parietalis).
parietalis)
STROKE

▪ Menurut WHO stroke adalah adanya


tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal
(atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih
yang menyebabkan kematian tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler.
STROKE NON HEMORAGIK

▪ Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi


suatu perdarahan yang ditandai dengan kelemahan
pada satu atau keempat anggota gerak atau
hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan
kabur dan dysfhagia (kesulitan menelan). Stroke non
haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke
embolik dan stroke trombotik.
STROKE HEMORAGIK
Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai
dengan adanya perdarahan intra serebral atau
perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi adalah
penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat,
gejala fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku
kuduk.
HEMATOMA SUBDURAL
▪ Subdural hematoma adalah penimbunan darah di dalam rongga
subdural. Gejala subdural hematoma dapat bervariasi dari tanpa
gejala hingga sakit kepala, kejang, penurunan daya ingat, dan
kebingungan. Pasien bisa mengalami kesulitan dalam berbicara,
menelan, dan berjalan. Mungkin ada kelemahan atau mati rasa
pada lengan, kaki, dan wajah.
▪ Hematom subdural akut

Terjadi pada trauma kepala berat. Keadaan ini memiliki


prognosis yang sangat buruk, dan manifestasi klinisnya
ditentukan oleh lokasi dan luas cedera parenkimal yang sesuai
(Frotscher, 2016)
HEMATOMA SUBDURAL

∙ Hematom subdural kronik

Masih belum dipahami sepenuhnya. Umumnya sering


didapatkan satu atau beberapa kali Riwayat trauma kepala
ringsn sebelumnya. Manifestasi hematom subdural kronik
ditumbulkan oleh tekanan pada jaringan otak dibawahnya dan
bergantung pada lokasi hematom (Frotscher, 2016)
HEMATOM EPIDURAL
Epidural Hematom adalah perdarahan intrakranial yang
terjadi karena fraktur tulang tengkorak dalam ruang antara
tabula interna kranii dengan duramater. Gejala yang
sering tampak :
1. Penurunan kesadaran , bisa sampai koma
2. Bingung
3. Penglihatan kabur
4. Susah bicara
5. Nyeri kepala yang hebat
6. Keluar cairan dari hidung dan telinga
7. Mual
8. Pusing
9. Berkeringa
PERDARAHAN SUBARAKNOID
❖ Penyebab utama perdarahan subaraknoid adalah aneurisma.

❖ Tanda klasik PSA, meliputi nyeri kepala yang hebat dan mendadak, hilangnya kesadaran, fotofobia, maningismus, mual, dan muntah.

❖ Sebenarnya sebelum muncul tanda dan gejala yang hebat dan mendadak tadi, sudah ada berbagai tanda peringatan seperti nyeri kepala
yang mendadak dan kemudian hilang dengan sendirinya, nyeri kepala disertai mual dan fotofobia (Harsono, 2011)

❖ Aneurisma yang membesar (sebelum pecah) dapat menimbulkan tanda dan gejala sebagai berikut:

❖ defek medan penglihatan

❖ gangguan gerak bola mata

❖ nyeri wajah

❖ nyeri orbital

❖ nyeri kepala yang terlokalisasi (Harsono, 2011)


PERDARAHAN SUBARAKNOID

∙ Apabila aneurisma yang terjadi berasal dari arteri komunikan


anterior dapat menimbulkan defek medan penglihatan, disfungsi
endokrin, atau nyeri kepala di daerah frontal (Harsono, 2011)

∙ Aneurisma pada arteri karotis internus dapat menimbulkan paresis


okulomotorius, defek medan penglihatan, penurunan visus, dan nyeri
wajah di suatu tempat. Aneurisma pada arteri karotis internus didalam sinus
kavernosus, bila tidak menimbulkan fistula karotiko-kavernosus, dapat
menimbulkan sindrom sinus kavernosus (Harsono, 2011)

∙ Aneurisma pada arteri serebri media dapat menimbulkan disfasia,


kelemahan lengan fokal, atau rasa baal (Harsono, 2011)
AFASIA

❑ Afasia merupakan gangguan fungsi Bahasa karena kerusakan pusat Bahasa di otak. Kerussakan tersebut dapat
disebabkan langsung maupun tidak langsung dari penyakit otak, ataupun dapat diakibatkan oleh proses
degenerative (Prawiroharjo, 2022).

❑ Kerusakan ini terletak pada bagian otak yang mengatur kemampuan berbahasa, yaitu area Broca dan area
Wernickle.

❑ Area Broca atau area 44 dan 45 Broadmann, bertanggung jawab atas pelaksanaan motorik berbicara.

❑ Area Wernickle atau area 22 Broadmann, merupakan area sensorik penerima untuk impuls pendengaran
(Guyton dan Hall, 2006).
AFASIA

Gambar. Pemetaan area fungsional spesifik pada korteks serebral


(Guyton dan Hall, 2006)

Tabel. Jenis Afasia (Kusumoputro, 2013)


DAFTAR PUSTAKA
Brodmann K. 1909. Vergleichende Lokalisationslehre der Grobhirnrinde in ihren Prinzipien dargestellt auf Grund des Zellenbaues. Leipzig: J.A. Barth
Carter, R. (2019). The Human Brain Book: An Illustrated Guide to its Structure, Function, and Disorders (3rd ed). DK.
Chalik, Raimundus. 2016. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Drake, R. L,. Volg, A. W., and Adam, W. M. 2014. Gray’s Dasar-Dasar Anatomi. Jakarta: Elsevier
Dewanto, G., et al. (2009). Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC. ISBN 978-979-448-968-0.
Frotscher, M. B. M., 2016. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gajala. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Ferng, A. (2021, May 31). Brodmann areas. Kenhub. https://www.kenhub.com/en/library/anatomy/brodmann-areas
Hacking, C. Gaillard et al., (n.d.). Brodmann areas. Radiopaedia. Retrieved August 6, 2021, from: https://radiopaedia.org/articles/brodmann-areas?lang=gb
Harsono, 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. 5 ed. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Kalanjati, V. P. 2016. Anatomi. Surabaya: Departemen Anatomi dan Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya
Mahayani, N. K. D. and Putra, I. K. (2019) ‘Karakteristik penderita stroke hemoragik di RSUP Sanglah Denpasar’, Medicina, 50(1). doi: 10.15562/medicina.v50i1.481
Kusumoputro, S. 2013. Afasia : Gangguan Berkomunikasi Pasca Stroke Otak. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia Press.
Chalik, Raimundus. 2016. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology 11th edition. Philadelphia: Elsevier Saunders.
Pearl L.P, Emsellem A. Helene. 2014. The Central Nervous System : Brain and Cord. Dalam: Neurologic a primer on localization.
Awatara, Bagus. 2016. Neurofisiologi Korteks Serebri. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Kusumoputro, S. (2013). Afasia : Gangguan Berkomunikasi Pasca Stroke Otak. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI – Press).
Maas, Matthew B., Michael H. Lev, Hakan Ay, Aneesh B. Singhal, David M. Greer, Wade S. Smith, Gordon J. Harris, Elkan F. Halpern, Walter J. Koroshetz, and Karen L.
Furie. (2012). The Prognosis for Aphasia in Stroke.‖ Journal of Stroke and Cerebrovascular Diseases 21 (5): 350–57.

Anda mungkin juga menyukai