panggilan untuk merasul dan memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah. GEREJA YANG BERSIFAT KATOLIK.
Kata Katolik berasal dari bahasa Yunani dari kata
“Katholikos” yang berarti universal atau umum. Pada zaman reformasi, kata Katolik merupakan sebutan untuk Gereja Roma yang tersebar dimana-mana, dibedakan dengan Gereja Protestan yang pada masa itu hanya tersebar di daerah- daerah tertentu. Sejak saat itu kata “Katolik” ditujukan khusus kepada jemaat Kristen yang mengakui Paus sebagai pimpinannya. Konsili vatikan II mengembalikan arti asli kata Katolik yaitu universal atau umum. Menurut Konsili terutama dalam dokumen Lumen Gentium kata Katolik mengandung dua arti , yakni: 1. Gereja disebut Katolik karena Gereja dapat hidup di tengah segala bangsa dan memperoleh umatnya dari segala bangsa. 2. Gereja disebut Katolik karena ajarannya tertuju kepada seluruh bangsa dan Gereja dapat menampung dan memajukan segala kemampuan, kekayaan dan adat istiadat bangsa-bangsa yang memiliki nilai luhur, tanpa kehilangan jati diri Gereja sendiri. Gereja bersifat Katolik berarti terbuka bagi dunia, tidak terbatas pada tempat tertentu, bangsa dan kebudayaan tertentu, waktu atau golongan masyarakat tertentu. Kekatolikan Gereja tampak dalam: - Rahmat dan keselamatan yang ditawarkannya. - Iman dan ajaran yang ditawarkan bersifat umum, dapat diterima dan dihayati oleh siapapun. - Kekatolikan Gereja tidak berarti bahwa Gereja melebur diri ke dalam dunia. Dalam keterbukaan itu Gereja tetap mempertahankan identitas dirinya. - Gereja bersifat dinamis, maka Gereja dapat dikembangkan lebih nyata atau diwujudkan dengan cara: bersikap terbuka dan menghormati kebudayaan, adat istiadat, bahkan agama bangsa manapun; bekerjasama dengan pihak manapun yang berkehendak baik untuk mewujudkan nilai- nilai luhur di dunia ini. MEWUJUDKAN GEREJA YANG KATOLIK Sifat Gereja yang Katolik atau universal umum dan terbuka perlu diusahakan di tengah masyarakat dengan cara: 1. Bersifat terbuka dan menghormati kebudayaan, adat-istiadat, bahasa, golongan atau agama manapun juga. 2. Bersedia bekerjasama dengan pihak manapun untuk memajukan nilai-nilai luhur di dunia. 3. Berusaha untuk memperjuangkan dan menyejahterahkan semua manusia di dunia. 4. Membela kaum lemah dan membebaskan siapapun juga yang terjerat oleh kemiskinan dan ketidakadilan. 5. Harus selalu terlibat penuh dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. GEREJA YANG APOSTOLIK Pendalaman Kitab Suci: Matius 28:16-20 1. Apa yang dikatan Yesus kepada para murid atau para rasulnya? 2. Apa yang dimaksudkan dengan Gereja yang apostolik? 1. Yesus mengutus para Rasul dengan bersabda:”Pergilah, ajarilah semua bangsa, dan baptislah mereka atas nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus dan ajarlah mereka menaati segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu”. 2. Perintah untuk Kristus untuk mewartakan kebenaran yang menyelamatkan itu oleh Gereja diterima dari Para Rasul dan harus dilaksanakan sampai ke ujung bumi. 1. Kata Apostolik berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata apostolos yang berarti utusan . 2. Gereja yang bersifat apostolik tidak berarti bahwa Gereja terpaku pada Gereja perdana, tetapi Gereja selalu dinamis dan berkembang di bawah Roh Kudus dan tetap mau berpegang pada iman para rasul. 3. Gereja bersifat apostolik karena didirikan di atas dasar para Rasul 4. Gereja disebut apostolik karena Gereja berhubungan dengan para Rasul yang diutus oleh Yesus yang tampak dalam: a. Fungsi dan kuasa para Hierarki berasal darui para Rasul dan diwariskan sampai pada saat ini. b. Ajaran-ajaran Gereja diturunkan dan berasal dari kesaksian iman para rasul. c. Ibadat dan struktur Gereja pada dasarnya berasal dari Para Rasul. MEWUJUDKAN GEREJA YANG APOSTOLIK Secara singkat usaha mewujudkan keapostolikan Gereja adalah dengan: 1. Setia mempelajari injil, sebab injil merupakan iman Gereja para Rasul. 2. Mengevaluasi situasi konkret zaman kita dengan iman Gereja para Rasul. 3. Setia dan taat kepada para Hierarki sebagai pengganti para Rasul. 4. Berpegang teguh pada iman kita walaupun menghadapi banyak rintangan dan perubahan zaman.