Anda di halaman 1dari 11

Filsafat harta dan

kepemilikan
Pendahuluan

Harta merupakan kekayaan yang dianugrahkan oleh


sang pencipta kepada hambanya untuk dijadikan
sarana kehidupan dalam rangka beribadah kepadanya
sebagaimana firman-nya dalam al-quran surah Ali Imran ayat 186
.
‫َلُتْبَلُو َّن ِفْٓي َاْم َو اِلُك ْم َو َاْنُفِس ُك ْۗم‬
“Kamu sungguh akan di uji hartamu dan dirimu”
Dalam islam hak milik pribadi tidaklah Mutlaq, sebab pada
hakikatnya harta yang kita miliki saat sekarang ini adalah milik
Allah sang pencipta, yang diamanatkan kepada kita, oleh karena itu
harta hanyalah berfungsi untuk sosial saja.
Hasil dan Pembahasan

A. Harta adalah kebutuhan dasar kehidupan manusia dan tidak dapat dipisahkan
darinya. Islam melihat keinginan manusia untuk memperoleh, memiliki dan
menggunakan harta sebagai sesuatu yang umum.
Secara etimologis, kata harta diartikan dalam bahasa Arab sebagai al-mal, yang
merupakan akar kata (masdar) yang berarti cenderung, condong, dan al-maal
diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menyenangkan manusia, dan
mereka menerima manfaat baik dalam bentuk materi maupun dalam bentuk non
material.
Defenisis Harta Menurut Para Ahli

1. Ibn Mazhur menjelaskan didalam bukunya yang berjudul Lisan Al-arab


beliau mengatakan bahwa harta adalah semua yang benar-benar ingin dimiliki
dan dimiliki oleh seseorang. Jadi semua yang disukai dan memiliki nilai adalah
harta.

2. Sedangkan ulama kontemporer salah satunya yang sering kita kenal adalah
syekh wahbah al-zuhaili beliau mendefinisikan bahwa harta secara etimologis
adalah segala sesuatu yang dimiliki atau dikuasai oleh manusia secara nyata, dan
berupa benda yang bermanfaat, seperti emas, perak, hewan, tumbuhan, atau
barang yang bermanfaat lainnya
Secara istilah hak milik terdiri dari dua suku kata, yaitu: hak dan milik. Secara etimologi, kata
“hak” berasal dari bahasa arab yang artinya “sesuatu yang tetap Secara istilah terdapat beberapa
definisi yang dikemukakan oleh para ulama fiqih.;

Menurut Syekh Ali Al-Khafifi, hak adalah kemaslahatan yang diperoleh secara syara’.

Menurut Mustafa Ahmad Az-Zarqa, hak adalah suatu keharusan yang padanya ditetapkan syara’
suatu kekuasaan atau taklif..

Sedangkan pengertian hak dalam istilah ahli ushul sama dengan arti hukum, yaitu : Sekumpulan
kaidah dan nas yang mengatur atas dasar harus ditaati untuk mengatur hubungan manusia
dengan manusia, baik mengenai orang maupun mengenai harta.
Kepemilikan secara etimologi berasal dari kata bahas arab yaitu “Malaka-
yamliku-mulkan” yang berarti memiliki, menguasai, dan mengumpulkan.

Sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S Al-Jin ayat 21.


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
‫ُقْل ِاِّنْي ٓاَل َاْمِلُك َلُك ْم َض ًّر ا َّو اَل َر َش ًد ا‬
Katakanlah, “Sesungguhnya aku tidak mampu (menolak) mudarat dan tidak
(pula mampu mendatangkan) kebaikan kepadamu.”
Analisis Filosofis Terhadap Pengaturan Kepemilikan dalam Islam

Dari ketentuan syara’ mengenai sebab atau cara memperoleh


kepemilikan, maka terkandung nilai-nilai filosofis, yaitu

a. Nilai rahmat (kemurahan). Diperbolehkannya seseorang memiliki


sesuatu yang mubah, seperti air, rumput, pepohonan di hutan,
binatang buruan dan lain-lain, dengan syarat sesuatu itu tidak berada
dalam pemilikan/kekuasaan orang lain
b. Nilai penghargaan, kepastian dan kerelaan. Akad/transaksi dikategorikan
sebagai suatu cara memperoleh hak milik menurut Islam. Dalam akad terdapat
satu atau lebih pihak yang melakukan perjanjian, masing-masing pihak dihargai
memiliki posisi yang sama, masing-masing memiliki sesuatu yang bernilai sejak
awal yang sama-sama dihargai dalam akad, hal ini mencerminkan bahwa dalam
ketentuan Islam terkandung nilai penghargaan terhadap setiap kepemilikan.
c. Nilai tanggung jawab dan jaminan kesejahteraan keluarga. Salah
satu cara yang diatur Islam untuk memperoleh pemilikan adalah
melalui khalafiyah syakhsy ‘an syakhsy atau kewarisan.

Anda mungkin juga menyukai