Anda di halaman 1dari 5

Nama : Zahra Alfiyya Nasywa

NPM : 10050022156
Kelas :D
Mata Kuliah : PAI 3

HARTA DALAM PANDANGAN ISLAM

Buku PAI 3 Muamalah Halaman 30

1. Jelaskan Pengertian Harta menurut bahasa dan istilah?


à Dalam literatur fiqh, harta terjemahan dari kata ‫) اﻣﻼل‬al-Mâl) jamaknya adalah yang
berarti condong, cenderung atau ‫ ﻣﯿﺎل ﻣﯿﯿﻞ ﻣﺎل‬al-Amwâl), berasal dari kata( ‫ اﻻﻣﻮال‬berpaling
dari tengah ke salah satu sisi (Nasrun Haroen, 2002: 10). Sedangkan menurut istilah, para
ulama memberikan devinisi sebagai berikut: Menurut ulama Hanafiyah, harta adalah segala
sesuatu yang naluri manusia cenderung kepadanya dan dapat disimpan sampai batas waktu
yang diperlukan dan dapat dimanfaatkan.

2. Bagaimana kedudukan dan Fungsi harta dalam Islam?


Kedudukan harta dalam Al-Qur’an, yaitu:
• Harta bagi kehidupan manusia sebagai perhiasan dan kesenangan, sebagaimana
dijelaskan dalam QS. Al Kahfi (46) yang artinya “Harta dan anak-anak adalah
perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan- amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih
baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
• Harta sebagai amanah/titipan yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan aturan Allah dan Rasul-Nya, jika tidak dijaga dengan baik maka akan
menimbulkan fitnah, Karena Harta sebagai titipan, maka harta tersebut bukan milik
mutlak manusia, tetapi pemilik mutlaknya hanya Allah, sebagaimana dijelaskan
dalam QS. At-Taghabun (15) yang artinya “Sesungguhnya hartamu dan anak-
anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan disisi Allah-lah pahala yang besar”.
Fungsi harta diantaranya:
• Harta berfungsi menyempurnakan pelaksanaan ibadah mahdhah, karena ibadah
memerlukan alat-alat, seperti kain untuk menutupi aurat dalam pelaksanaan shalat,
bekal untuk melaksanakan ibadah haji, berzakat, shadaqah, hibabah, dan lain-lain.
• Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, karena kefakiran
cenderung mendekatkan diri kepada kekufuran.
• Untuk meneruskan kehidupan dari satu periode ke periode berikutnya, sebagaimana
dijelaskan dalam QS. An Nisa (9)
• Menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat
• Untuk menyambung hidup, sebab hidup adalah hak setiap orang, sehingga ia wajib
untuk mendapat kehidupan, bukan sebagai hadiah, maupun belas kasihan.

3. Jelaskan apa yang masuk kategori Mal Mutaqawwim, dan berikan contohnya!
à Mâl Mutaqawwim adalah harta yang dibolehkan syara‟ untuk dimanfaatkan atau harta
yang halal. Harta yang termasuk kepada macam ini adalah harta yang materi dan cara
memperolehnya dibenarkan atau sesuai dengan tuntunan syara‟, seperti sapi, kerbau, buah-
buahan dan lain sebagainya. Sapi yang disembelih dengan cara dipukul tidak halal
dimakan, karena tidak sesuai dengan tuntutan syara‟. Kemudian membeli motor hasil
curian tidak termasuk kategori macam harta ini.

4. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang pembagian harta?


à Pembagian harta memiliki beberapa macan seperti pembagian harta warisan dan harta
gono gini. Harta warisan merupakan waris berarti Orang yang berhak menerima harta
pusaka dari orang yang telah meninggal. Sedangkan harta gono gini merupakan Harta yang
diperoleh pasangan suami istri secara Bersama sama selama masa dalam ikatan
perkawinan. Pembagian harta gono gini sebesar 50% dari masing-masing pihak.

5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hak milik?


à Al-Milkiyyah atau al-Milku yakni kepemilikan atau hak milik, secara bahasa, berarti
pemilikan atas sesuatu harta benda, dan kewenangan bertindak secara bebas terhadapnya.
(Gufron A. Mas‟adi, 2002: 13) Menurut Wahbah Az-Zuhaili, al-Milk secara etimologi
adalah penguasaan seseorang terhadap harta dalam artian hanya dirinya yang berhak
melakukan pentasharrufan (mengembangkan) terhadapnya. Adapun makna kepemilikan
secara syar‟i (terminologis) adalah sebagai berikut;
Menurut Wahbah Az-Zuhaili, kepemilikan adalah keterkhususan terhadap sesuatu yang
orang lain tidak boleh mengambilnya dan menjadikan pemiliknya, bisa melakukan
pentasharrufan terhadapnya secara mendasar kecuali adanya suatu penghalang yang
ditetapkan oleh syara‟. (Ahmad Azhar Basyir, t.t.: 45)
Hak Milik adalah penguasaan terhadap sesuatu, yang penguasanya dapat melakukan
sendiri tindakan tindakan terhadap sesuatu yang dikuasainya dan dapat menikmati
manfaatnya, apabila tidak ada halangan syara‟.

6. Jelaskan sebab-sebab kepemilikan menurut Wahbah Az-Zuhaili? Jelaskan bentuk-


bentuk bekerja dalam memperoleh harta?
à Sebab-sebab kepemilikan harta adalah sebab yang menjadikan seseorang memiliki harta
tersebut, yang sebelumnya tidak menjadi hak miliknya atau kepemilikan harta baru. (An-
Nabhani, 1996: 71).Menurut Wahbah Al-Zuhaili bahwa sebab-sebab kepemilikan itu ada
empat, yaitu :
1. Menguasai yang statusnya mubah (tidak milik siapapun)
2. Akad
3. Al-Khalafiyyah (pergantian kepemilikan)
4. Muncul dari sesuatu yang dimiliki.

Sedangkan bentuk kepemilikan bekerja artinya yaitu seseorang dalam memperoleh


harta benda bisa melalui bekerja yang sesuai dengan hukum syara’. Bekerja yang
dibenarkan oleh syara’ yaitu:
§ Menghidupkan tanah yang mati dalam bahasa fiqih disebut ihyâ‟ul mawât. Tanah disini
adalah tanah yang tidak ada pemiliknya dan tidak dimanfaatkan oleh siapapun.
§ Menggali kandungan bumi, yang termasuk harta yang berasal dari perut bumi adalah
emas, perak, tembaga, besi, timah dan sebagainya. (Wahbah Az Zuhaili, 2007: 465).
§ Berburu, seperti berburu ikan, mutiara, batu permata, bunga karang serta harta yang
diperoleh dari hasil buruan laut lainnya, juga berburu burung dan hewan-hewan yang
lain yang diperoleh dari hasil buruan darat.
§ Jadi makelar, adalah sebutan bagi orang yang bekerja untuk orang lain dengan upah,
baik untuk keperluan menjual maupun membelikan (imsarah).
§ Bekerja dengan cara mudharabah, yaitu perseroan antara dua orang dalam suatu
perdagangan, yang satu sebagai shaibul mâl (pemilik modal) dan pihak lain sebagai
pekerja.
§ Bekerja dengan cara musaqat, yaitu kerjasama antara dua orang, yang satu sebagai
pekerja dengan cara menyirami pepohonan/tanaman, dan yang satu lagi sebagai
pemilik kebun/lahan perkebunan.
§ Bekerja untuk memperoleh harta dengan cara ijarah, yaitu seseorang mengontrak
tenaga para pekerja, atau buruh, agar mereka mau bekerja untuk orang tersebut.

7. Jelaskan sebab kepemilikan adalah harta yang diperoleh tapa kompensasi harta atau
tenaga?
à Harta yang diperoleh tanpa kompensasi harta atau tenaga yang melingkupi yaitu:
-

8. Apa yang anda ketahui tentang Milk Mutamayyaz dan Milk masya' dan berikan
contoh masing-masingnya?
à Milk Mutamayyaz (milik jelas) adalah pemilikan sesuatu benda yang mempunyai batas-
batas yang jelas dan tertentu yang dapat dipisahkan dari yang lainnya. Seperti, pemilikan
terhadap seekor binatang, sebuah kitab, sebuah rumah, dan lain-lain. Sedangkan Milk
Masya‟ (milik campuran) ialah pemilikan atas sebagian, baik sedikit atau banyak yang
tidak tertentu dari sebuah harta benda, seperti pemilikan atas separuh rumah, atau
seperempat kebun, dan lain sebagainya. Pemilikan campuran tidak hanya berlaku pada
pemilikan atas benda, tetapi bisa juga terjadi pemilikan atas hutang (milk al Dain). Hutang
demikian dinamakan al duyun al musytarikah (hutang bersama), yaitu hutang atau
tanggungan yang dibebankan kepada sejumlah orang tertentu karena sebab tertentu.
Seperti, ketika dua orang atau lebih membeli secara tangguh atas suatu harta bersama, atau
jika seseorang menghilangkan suatu harta bersama. Maka harga barang yang dibeli atau
nilai barang yang dihilangkan tersebut merupakan al duyûn al musytarikah (piutang
bersama).
9. Jelaskan Prinsip kepemilikan sempurna tidak dibatasi waktu sedangkan
kepemilikan nagish dibatasi waktu?
à Dalam unsur harta, kepemilikan dapat dibedakan menjadi milk al tamm dan milk al
naqish. Milk al tamm adalah kepemilikan terhadap harta benda sekaligus manfaatnya,
pemilik memiliki hak mutlak atas kepemilikan ini tanpa dibatasi dengan waktu. Selain itu,
kepemilikan ini tidak bisa digugurkan kecuali dengan jalan yang dibenarkan syara‟, seperti
jual beli, mekanisme hukum waris, atau pun wasiat. Dalam milk al tamm, pemilik memiliki
kewenangan mutlak atas harta yang dimiliki. Ia bebas melakukan transaksi, investasi atau
hal lainnya, seperti jual beli, hibah, waqf, wasiat, i‟arah, ijarah dan lainnya, karena ia
memiliki dzat harta benda sekaligus manfaatnya. Jika ia merusak harta yang dimiliki, maka
tidak berkewajiban untuk menggantinya. Akan tetapi, dari sisi agama, ia bisa mendapat
sanksi, karena merusak harta benda, haram hukumnya.

Sedangkan, milk al naqish (kepemilikan tidak sempurna) adalah kepemilikan atas salah
satu unsur harta benda saja. Bisa berupa pemilikan atas manfaat tanpa memiliki bendanya,
atau pemilikan atas benda tanpa disertai pemilikan atas manfaatnya.

REFERENSI:
Tim Penyusun Buku Panduan PAI (2012). Muamalah (Edisi Revisi). LSPIK
Universitas Islam Bandung.

Anda mungkin juga menyukai