Askep Stroke 2
Askep Stroke 2
INTRODUCTION
ETIOLOGI
Trombosis serebral: terjadi pada pembuluh darah yang
mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi
jaringan otak yang menimbulkan edema dan kongesti
disekitar.penyebab trombosis (aterosklerosis,
hiperkoagulasi/polisitemia, artritis, emboli)
Hemoragi: perdarahan intrakranial dan intraserebral
termasuk pada perdarahan dalam ruang subarachnoid
atau kedalam jaringan otak sendiri (karena
aterosklerosis dan hipertensi)
Hipoksia umum (hipertensi parah, henti jantung paru dan
curah jantung turun akibat aritmia)
Hipoksia setempat (spasme arteri serebral, vasokontriksi
arteri otak)
Hipertensi (faktor resiko utama)
Penyakit kardiovaskuler-emboli serebral
Kolesterol tinggi
Obesitas
Peningkatan hematokrit meningkatkan resiko infark serebral
Diabetes terkait dengan aterogenesis terakselerasi
Kontrasepsi oral (khususnya dengan hipertensi, merokok dan kadar
estrogen tinggi)
Merokok
Penyalahgunaan obat
Konsumsi alkohol
KLASIFIKASI
PERBEDAAN PIS & PSA
GEJALA PIS PSA
Timbulnya Dalam 1 jam 1-2 menit
PERDARAHAN
ATEROSKLEROSIS/ INTRASEREBRAL PENYUMBATAN PEMBULUH
HIPERKOAGULASI ARTESIS DARAH OTAK OLEH BEKUAN
DARAH, LEMAK DAN UDARA
STROKE
Identitas klien: nama, umur (biasanya pada orang
tua), jenis kelamin, alamat,pekerjaan, agama, suku,
tanggal MRS, no Reg dan diagnosa medis
Keluhan utama: kelemahan anggota gerak sebelah
badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi dan
penurunan tingkat kesadaran
ANAMNESIS
Riwayat penyakit sekarang: sering kali terjadi secara
Lanjutan………….
mendadak, pada saat klien beraktifitas, biasanya ada nyeri
kepala, mual, muntah, bahkan kejang sampai tidak sadar
selain ada kelumpuhan dan gangguan fungsi otak lain.
Adanya penurunan atau perubahan tingkat kesadaran
Riwayat penyakit dahulu: adanya hipertensi, stroke
sebelumnya, DM, penyakit jantung, anemia, trauma kepala,
kontrasepsi oral, pengguna obat, merokok, alkoholis
Riwayat penyakit keluarga: adakah yang
menderita hipertensi, DM, dan stroke
Pengkajian psikososial:mekanisme koping dan
respon emosi klien dengan penyakitnya,
perubahan peran klien dalam keluarga dan
masyarakat. Takut akan kecacatan dan cemas
dengan prognosis penyakitnya,status ekonomi
karena sebagai anggota keluarga
Lanjutan………….
B1(BREATHING): klien batuk, peningkatan
produksi sputum, sesak nafas dan peningkatan
RR dan auskultasi adanya ronchi, pada klien
dengan kesadaran CM tidak ada kelainan
pengkajian breathing
B2 (Blood): syok hipovolemik dan hipertensi
masif >200mmHg
PEMERIKSAAN FISIK
B3 (BRAIN):
Pengkajian tingkat kesadaran: berkisar antara
tingkat letargi, stupor dan semikomatosa,
sangat penting untuk evaluasi pemberian askep
Pengkajian fungsi serebral: meliputi status
mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa,
lobus frontal dan hemisfer
Lanjutan……………
Status mental: observasi penampilan, tingkah laku, gaya
bicara, ekspresi wajah dan aktifitas motorik klien
Fungsi intelektual: penurunan daya ingat dan memori
jangka panjang dan pendek kemampuan berhitung,
kadang tidak bisa memberikan pendapat perbedaan dan
persamaan
Kemampuan bahasa: adanya disartria(kesulitan bicara),
disfasia( tidak bisa memahami bahasa lisan dan tulisan),
apraksia (ketidakmampuan melakukan tindakan yang
dipelajari sebelumnya)
Lanjutan………..
Lobus Frontal: kerusakan fungsi kognitif dan
efek psikologis. Lapang perhatian terbatas,
kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang
motivasi. Emosi labil, depresi,
Hemisfer: stroke hemisfer kanan didapatkan
hemiparese kiri, dan stroke hemisfer kiri
didapatkan hemiparese kanan perilaku lambat
dan sangat hati-hati, kelainan lapang pandang,
disfagia global, afasia dan mudah frustasi
Lanjutan………..
Nervus II: disfungsi persepsi visual
Nervus III,IV dan VI. Jika stroke mengakibatkan
paralisis satu sisi otot-otot okularis didapatkan
kemampuan gerakan konjugat disisi yang sakit
Nervus V: penurunan kemampuan koordinasi
mengunyah, penyimpangan rahang bawah
kesisi ipsilateral dan kelumpuhan satu sisi
Nervus IX dan X: kemampuan menelan kurang
baik dan kesulitan membuka mulut
PENGKAJIAN SISTEM
MOTORIK
Refleks profunda, pengetukan pada tendon,
ligamentum dan periosteum respon normal
Refleks patologis: sisi yang lumpuh akan hilang
PENGKAJIAN REFLEK
Adanya ketidakmampuan untuk
mengintepretasikan sensasi.
Kesulitan dalam mengintepretasikan stimuli
visual, taktil dan auditorius
PENGKAJIAN SISTEM
SENSORIK
Mengalami inkontinensia urine sementara,
ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan dan mengendalikan kandung kemih
karena kerusakan kontrol motorik dan postural
B4 (BLADDER)
Adanya kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual muntah. Adanya gangguan
defekasi konstipasi karena penurunan peristaltik
usus dan bed rest
B5 (BOWEL)
Adanya hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
Hemiparese (kelemahan pada salah satu sisi)
Kulit pucat, turgor menurun jika hipovolemia, adanya
dekubitus jika bed rest lama,
Adanya kesulitan beraktifitas karena kelemahan,
paralisis/hemiplegia. Dan masalah pola aktifitas dan
tidur
B6 (BONE)
Angiografi serebral: menentukan penyebab
perdarahan arteriovena adanya ruptur, mencari
sumber perdarahan
Lumbal pungsi: tekanan yang meningkat dan
disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragi perdarahan
subarachnoid.
CT-Scan: memperlihatkan secara spesifik letak
oedema, posisi hematoma,adanya jaringan otak
yang infark atau iskemia.
Pemeriksaan Diagnostik
Lanjutan………….
MRI: menggunakan gelombang magnetik untuk
menentukan posisi dan besar/luasnya terjadinya
perdarahan otak. Didapatkan area lesi/infark
akibat perdarahan
USG (Doppler): adanya arteriovena
EEG: melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan infark menurunkan impuls listrik
dalam jaringan otak
Lumbal pungsi: pemeriksaan liquor merah pada
perdarahan yang masif.
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan kimia darah
Pemeriksaan darah lengkap
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
Mempertahankan saluran nafas yang paten,
lakukan pengisapan lendir dan oksigenasi, jika
perlu trakeostomi
Mengendalikan tekanan darah, usaha
memperbaiki hipertensi dan hipotensi
Memperbaiki aritmia jantung
Merawat kandung kemih, kateter
Memberikan posisi yang tepat, posisi dirubah 2
jam sekali dan latihan gerak pasif
KONSEP PENATALAKSANAAN
Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral
Diberikan histamin,aminopilin, asetozolamid,
papaverin intraarterial
Medikasi antitrombosit seperti aspirin
Antikoagulan: mencegah dan memperberat
terjadinya trombus atau embolisasi
PENGOBATAN KONSERVATIF
Endosterektomi karotis membuka kembali arteri
karotis dileher
Revaskularisasi
Evaluasi bekuan darah
Ugasi arteri karotis komunis dileher pada
aneurisma
PENGOBATAN PEMBEDAHAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko tinggi TIK b/d adanya peningkatan volume intrakranial,
penekanan jaringan otak dan edema serebral
Perubahan perfusi jaringan otak b/d perdarahan intraserebral, oklusi
otak. Vasospasme dan edema otak
Ketidakefektifan jalan nafas b/d akumulasi sekret, kemampuan
batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder dan perubahan
tingkat kesadaran
Hambatan mobilitas fisik b/d hemiparese/hemiplegia, kelemahan
neuromuskuler ekstremitas
Resiko tinggi terjadinya cedera b/d penurunan luas lapang
pandang, penurunan persepsi sensori
Resiko gangguan integritas kulit b/d tirah baring lama
Defisitperawatan diri b/d kelemahan neuromuskuler,
kesadaran, kehilangan kontrol
Kerusakan komunikasi verbal b/d efek dari kerusakan
area hemisfer otak dan kehilangan kontrol otot fasia
atau oral
Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d
kelemahan otot mengunyah dan menelan
Takut b/d kondisi penyakit
Gangguan konsep diri b/d perubahan persepsi
Ketidak patuhan b/d perubahan status kognitif dan
kurangnya informasi
Lanjutan…………
Gangguan persepsi sensori b/d penurunan sensori, dan
penglihatan
Gangguan eliminasi alvi b/d imobilisasi dan asupan
cairan kurang
Gangguan eliminasi urine (inkontinesia urine) b/d lesi
pada area UMN
Resiko penurunan pelaksanaan ibadah spiritual b/d
dengan kelemahan neuromuskular pada ekstremitas
Perubahan proses keluarga yang b/d perubahan status
sosial, ekonomi dan harapan hidup
Kecemasan klien dan keluarga b/d dengan prognosis
penyakit yang tidak menentu
Lanjutan…………
INTERVENSI I
Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab
koma/penurunan fungsi jaringan dan kemungkinan penyebab
peningkatan TIK
Memonitor TTV tiap 4 jam
Evaluasi pupil
Monitor temperatur dan pengaturan suhu lingkungan
Pertahankan kepala/leher pada posisi netral, usahakan dengan
sedikit bantal
Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi
lamanya prosedur
Kurangi rangsangan ekstra dan berikan rasa nyaman seperti
massase punggung, lingkungan yang tenang, sentuhan yang ramah,
dan suasana/pembicaraan yang tidak gaduh
Cegah dan hindarkan terjadinya valsava manuver
Bantu klien jika batuk atau muntah
Kaji peningkatan istirahat dan tingkah laku pada pagi hari
Lanjutan…..
Palpasi pada pembesaran/pelebaran bladder,
pertahankan drainase urine, pantau konstipasi
Berikan penjelasan pada klien (jika sadar) dan
keluarga tentang sebab akibat TIK meningkat
Observasi tingkat kesadaran dengan GCS
Kolaborasi pemberian oksigen
Berikan cairan cairan intravena sesuai indikasi
Berikan obat diuretik atau furosemid, steroid,
narkotik, antihiertensi, antipiretik
Terima Kasih