Dalam perkembangan nya aliran ini terpecah menjadi beberapa bagian, seperti syiah Itsnaasyariyah, Ismailiyah atau Sabiyyah, Zaidiyah, Jafariyah dan sebagainya. Jabariah, berasal dari kata jabar yang artinya terpaksa. Aliran ini berpendapat bahwa manusia terpaksa atau di paksa melakukan sesuatu yang telah di tentukan Allah, manusia tidak mempunyai ikhtiar, kemauan dan kekuasaan untuk menentukan pilihan sendiri mengenai perbuatan nya. Paham ini juga di sebut Fatalism dan Predestination. Pelopor aliran ini adalah al Jaad bin Dirham dan yang mempopulerkan nya adalah Jaham bin Sofyan. Qadariah, aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dalam menentukan perjalanan hidupnya. Manusia mempunyai kebebasan dan kemampuan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatan nya. Nama Qadariah berasal dari perkataan Qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, faham ini di sebut juga Free Will dan Free Act, di pelopori oleh Mabad al Juhaini dan Ghilan al Dimisyqi. Mutazilah, berasal dari kata Itazala yang artinya memisahkan diri. Aliran ini di sebut demikian karena pemimpin nya Washil bin Atha memisahkan diri dari gurunya yang bernama Hasan al-Basri, di sebabkan perbedaan pendapar tentang kedudukan orang yang berbuat dosa besar. Golongan ini mengajarkan Ilmu Kalam yang bersifat rasional, menggunakan Filsafat dalam menjelaskan keyakinan agama. Kuatnya kedudukan akal pada paham ini menyebabkan mereka sangat kritis terhadap Hadis. Al-Asyariyah, di pelopori oleh Abu al Hasan al Asyari, cucu dari Abu Musa al Asyari yang menandatangani tahkim antara Ali r.a dan Muawiyah. Aliran ini di sebut Ahl alSunnah wa al-Jamah, karena banyak berpegang pada dalil nawli (al-Quran dan al-Sunnah) dan tradisi parasahabat Nabi, aliran ini menggunakan akal fikiran dalam menguraikan ajaran agama. Seseorang yang menyelami ilmu ini di sebut ahli kalam atau mutakallim. Seorang mutakallim adalah seorang ahli debat yang pintar dalam memakai kata-kata. Ilmu ini bersifat kalami, yaitu menyangkut permasalahan akidah yang mendalam, seperti tauhid, hari akhirat, hakikat sifat-sifat Tuhan, kadar baik dan buruknya, hakikat kenabian dan penciptaan AlQuran. Sumber : Menjadi Cendekiawan Muslim Kuliah Islam di Perguruan Tinggi oleh DR. KH Zakky Mubarak, MA, hal : 162, 163, 164, 165, 169 Kisah Hidup Ali Ibn Abu Thalib oleh Dr. Musthafa Murad (Guru Besar Universitas Al-Azhar, Kairo), hal : 335, 107, 358, dst Al-Juwaini Peletak Dasar Teologi Rasional dalam Islam oleh Tsuroya Kiswali, hal : 4, 6, 7, dst