REACTION PAPER
IS ABC SUITABLE FOR YOUR COMPANY?
OLEH:
KELOMPOK 5
SHINTA MILATINA NOFRIZAL DEFI YENTI 1010532052 1010531035 1010533029
Dengan menganalisa kelima faktor atau variabel pertama, pihak manajemen dapat mengetahui metode apa yang cocok digunakan perusahaan, apakah ABC atau metode tradisional. Setelah mengetahui metode apa yang cocok, maka pihak manajemen dapat menilai kemampuan mereka dalam menggunakan informasi biaya yang dihasilkan metode tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan menganalisa kelima faktor atau variabel terakhir dari sepuluh faktor di atas. Setelah menganalisa semuanya, maka hasil analisa tersebut diaplikasikan pada suatu alat bantu grafis yang disebut dengan Contingency Grid. Contingency Grid terdiri dari dua buah garis yang saling berpotongan dan membagi daerah yang dilaluinya menjadi empat bagian, yaitu Kuadran I, Kuadran II, Kuadran III, dan Kuadran IV. Seperti grafik pada umumnya, Contingency Grid terdiri dari sumbu X dan sumbu Y. Namun, skalanya hanya berkisar -5 hingga +5, baik untuk sumbu X maupun sumbu Y. Sumbu X pada Contingency grid mengindikasikan keuntungan perusahaan dalam mengimplementasikan ABC berdasarkan pada distorsi biaya, sedangkan sumbu Y mengindikasikan kemampuan manajemen dalam menggunakan informasi biaya dalam membuat keputusan bisnis. Karena Contingency Grid terdiri dari empat kuadran, maka ada empat kemungkinan yang muncul dari analisa pihak manajemen. Pertama, jika sumbu X dan Y bernilai postif, maka hasil analisa terletak pada kuadran I. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan lebih beruntung menggunakan ABC daripada metode tradisional dalam perhitungan biaya dan pihak manajemem pun mampu untuk menggunakan informasi biaya tersebut untuk membuat keputusan. Dengan demikian, perusahaan direkomendasikan untuk mengimplementasikan ABC. Kedua, jika sumbu X bernilai positif, sedangkan sumbu Y bernilai negatif, maka hasil analisa terletak pada kuadran II. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan lebih beruntung menggunakan ABC daripada metode tradisional dalam perhitungan biaya, namun pihak manajemen belum mampu menggunakan informasi biaya yang dihasilkannya dalam membuat suatu keputusan bisnis. Dengan demikian, perusahaan tidak direkomendasikan untuk mengimplementasikan ABC.
Ketiga, jika sumbu X dan Y bernilai negatif, maka hasil analisa terletak pada kuadran III. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan lebih beruntung menggunakan metode tradisional daripada ABC dalam melakukan perhitungan biaya dan pihak manajemen pun belum mampu menggunakan informasi biaya yang diperoleh melalui metode ABC, mereka hanya mampu menggunakan informasi biaya yang diperoleh melalui metode tradisional dalam membuat keputusan. Dengan demikian, perusahaan sangat tidak direkomendasikan untuk mengimplementasikan ABC. Keempat, jika sumbu X bernilai negatif, sedangkan sumbu Y bernilai positif, maka hasil analisa terletak pada kuadran IV. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan lebih beruntung menggunakan metode tradisional daripada ABC dalam melakukan perhitungan biaya, namun pihak manajemennya telah mampu menggunakan informasi biaya yang diperoleh melalui metode ABC. Apabila perusahaan terus berkembang dan metode ABC menjadi lebih menguntungkan daripada metode tradisional dalam perhitungan biaya, maka ABC mungkin dapat langsung diimplementasikan. Dengan demikian, ABC mungkin dapat direkomendasikan dalam jangka panjang. Namun demikian, setiap metode yang digunakan dalam menganalisa suatu permasalahan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan menganalisa dengan menggunakan Contingency Grid adalah sebagai berikut: KELEBIHAN KEKURANGAN Pada kasus T. L. Estrin, CMA, Jeffrey Kantor, dan David Albers (Young, hal 72-77), nilai dari suatu organisasi terletak pada kuadran III contingency grid. Hal ini menunjukkan bahwa setelah dilihat dari segi keanekaragaman produk, keanekaragaman dukungan, proses umum, alokasi biaya periode, dan tingkat pertumbuhan periodenya, perusahaan belum cocok untuk menerapkan ABC. Dari segi kemampuan manajemennya, juga terlihat bahwa manajemen tidak bebas dalam menentukan harga, kurang mampu meminimalkan rasio beban periode
yang memungkinkan adanya distorsi biaya, kurang baik dalam melakukan pertimbangan strategis, kurang baik dalam mereduksi biaya, serta jarang melakukan analisa terhadap biaya produk dan perusahaan secara keseluruhan. Dengan kondisi seperti itu, yang mana perusahaan dan manajemennya sama-sama tidak siap, perusahaan tidak mungkin dapat mengimplementasikan ABC. Jika mereka tetap nekat ingin mengimplementasikannya (fool proof??), maka perusahaan akan..................... lanjutin ya... nta nggak tahu. Mungkin maksud fool proof tu nekat kali ya...