Oleh:
Wahyu Sujatmiko
Studio Simulasi dan Pemodelan Kebakaran Balai Sains Bangunan Puslitbang Permukiman Member NFPA seksi Riset wsujatmiko@yahoo.com
Materi : 1. PERATURAN PROTEKSI KEBAKARAN BERBASIS KINERJA 2. PEMODELAN, SIMULASI, DAN PERCOBAAN TERSKALA 3. STUDI KASUS
Wahyu Sujatmiko
UPAYA PEMBAKUAN : SFPE ENGINEERING GUIDE TO PERFORMANCE-BASED FIRE PROTECTION Analysis and Design of Buildings
1
ISI : 1. 2. 3. Glosari Tinjauan Umum Proses Analisis dan Rancangan Proteksi Kebakaran Berbasis Kinerja
4. 5. 6. 7. 8.
Pendefinisian Lingkup Pekerjaan Pengidentifikasian Sasaran Pendefinisian Tujuan Stakeholder dan Tujuan Rancangan Pengembangan Kriteria Kinerja Pengembangan Skenario Kebakaran Rancangan
9.
10. Pengevaluasian Rancangan Awal 11. Pengembangan Ringkasan Rekayasa Proteksi Kebakaran 12. Dokumentasi dan Spesifikasi
Wahyu Sujatmiko
Persyaratan Kinerja
Level COHb tidak melebihi 12 % Visibilitas > 7 m
Tidak terjadi Temperatur lapisan kerusakan termal yang atas < 200oC signifikan pada ruangan asal kebakaran Waktu berhenti proses HCl < 5 ppm produksi < 8 jam Partikulat < 0,5 g/m3
Wahyu Sujatmiko
NFPA 101 Life Safety Code edisi 2000 Chapter 5 PERFORMANCEBASED OPTION
Sasaran (4.1)
Tujuan (4.2)
Rubah Rancangan
Dapat diterima?
4.1.1 Darurat Kebakaran dan yang Serupa. Sasaran Code ini adalah untuk menyediakan lingkungan untuk penghuni yang reasonably safe dari darurat kebakaran dan yang serupa dengan cara berikut :
4.2.2 Integritas Struktur. Integritas struktur bangunan harus dipelihara selama waktu yang dibutuhkan untuk evakuasi, relokasi, atau bertahan di tempat penghuni sehingga tidak terkena pertumbuhan awal kebakaran. 4.2.3 Keefektivitasan Sistem. Sistem yang dipergunakan untuk mencapai sasaran Seksi 4.1 harus efektif dalam mitigasi bahaya atau kondisi sesuai penggunaannya, harus andal, harus dipelihara pada level rancangan operasinya, dan harus tetap operasional. Kriteria Kinerja (5.2) 5.2.1 Umum. Suatu rancangan harus memenuhi spesifikasi tujuan Seksi 4.2 jika, untuk setiap skenario kebakaran rancangan, asumsi, dan spesifikasi rancangan, kriteria kinerja dalam butir 5.2.2 dipenuhi.
5.2.2 Kriteria Kinerja. Penghuni yang tidak terkena penyulutan tidak ada satu pun yang terpapar kondisi untenable baik sesaat atau pun akumulasi.
Wahyu Sujatmiko
PENGERTIAN
5.3.1 Sistem dan Kelengkapan. Seluruh sistem proteksi kebakaran dan kelengkapan bangunan harus memenuhi Standar-Standar terkait dengan sistem dan kelengkapan tersebut.
5.3.2 Sarana Jalan Keluar. Rancangan harus sesuai dengan persyaratan berikut sebagai tambahan kriteria kinerja Seksi 5.2 dan metode Seksi 5.4 sampai 5.8. : perubahan level dalam sarana jalan keluar, pegangan, pintu, tangga, ramp, fire escape ladders, alternating tread devices, kapasitas sarana jalan keluar, hambatan ke jalan keluar, iluminasi sarana jalan keluar, pencahayaan darurat, penandaan sarana jalan keluar.
5.3.3 Ekuivalensi. Spesifikasi Rancangan dan Kondisi Lain (5.4) 5.4.1 Pernyataan yang Jelas.
PENGERTIAN
Wahyu Sujatmiko
PENGERTIAN
5.5.1 Skenario Kebakaran Rancangan. Instansi berwenang harus menyetujui parameter yang terlibat dalam skenario kebakaran rancangan. Rancangan usulan harus ditinjau sesuai sasaran dan tujuan jika itu mencapai kriteria kinerja untuk setiap skenario kebakaran rancangan yang dipersyaratkan. 5.5.2 Evaluasi. Skenario kebakaran rancangan harus dievaluasi menggunakan metoda yang diterima instansi berwenang dan sesuai untuk kondisi tersebut. Setiap skenario kebakaran rancangan harus sedapat mungkin sesuai kondisi nyata yang terjadi dalam bangunan dengan mengacu sekurang-kurangnya salah satu dari spesifikasi skenario berikut :
Wahyu Sujatmiko
PENGERTIAN
5.6.1 Umum. Kinerja rancangan usulan harus dikaji relatif terhadap setiap tujuan kinerja Seksi 4.2 dan setiap skenario yang dapat diterapka dalam butir 5.53, dengan pengkajian dilaksanakan melalui pengunaan metode perhitungan yang sesuai. Instansi berwenang harus menyetujui pilihan metode pengkajian. 5.6.2 Penggunaan. Rancangan profesional harus menggunakan metode pengkajian untuk memperlihatkan bahwa usulan rancangan akan mencapai sasaran dan tujuan, sebagaimana diukur dengan kriteria kinerja sesuai dengan margin keselamatan analisis ketidakpastian, untuk setiap skenario, asumsi yang diberikan.
NFPA 204
Standard for Smoke and Heat Venting
edisi 2002 Telah diupayakan jadi SNI Pembuangan Asap dan Panas Akibat Kebakaran
Wahyu Sujatmiko
Ketentuan mengenai ven, saluran masuk udara, penghalang asap, kebakaran rancangan, sistem pembuangan asap mekanik, pembuangan asap pada bangunan berspringkler
Perhitungan ukuran ven Pemeriksaan dan pemeliharaan
Dokumentasi Rancangan
Wahyu Sujatmiko
NFPA 204
Standard for Smoke and Heat Venting
edisi 2000
Wahyu Sujatmiko
2
Sarana Penunjang : PEMODELAN & SIMULASI KEBAKARAN
Model Kebakaran
Model Kebakaran Fisis Baik model terskala maupun skala penuh dengan penerapan aturan penskalaan geometrik dan keserupaan (mekanis, termal, dan kimia)
Model Deterministik, baik model empiris maupun teoritis (prinsip pertama) Model sederhana Model jaringan Model zona Model ruang
Model Probabilistik Model jaringan Model statistik Model simulasi Diskrit Kontinyu
Wahyu Sujatmiko
Geometri Ruangan
Lingkungan
MODEL PEMBAKARAN
Deteksi Otomatik
Toksisitas
Visibilitas
Alarm
Penghuni
Tak Bereaksi
Dinas Kebakaran
Aksi
Fatal
Penyelamatan
Terkendali
Tak Terkendali MODEL FLASHOVER MODEL RESPONS STRUKTUR BANGUNAN MODEL PASCA FLASHOVER
Bertahan
Runtuh
Padam
Wahyu Sujatmiko
Wahyu Sujatmiko
Wahyu Sujatmiko
Wahyu Sujatmiko
Wahyu Sujatmiko
Wahyu Sujatmiko
Saling Melengkapi : PEMODELAN & SIMULASI KEBAKARAN dengan dukungan PERCOBAAN TERSKALA
Wahyu Sujatmiko
3
STUDI KASUS PADA BANGUNAN RUKO
Wahyu Sujatmiko
Contoh ruko
Wahyu Sujatmiko
Bahan Bakar
KEGANASAN API
Suplai Udara
Ukuran seminimum mungkin dan semakin rendah semakin baik. Bentuk memanjang (koridor) lebih aman dibanding bujursangkar
Wahyu Sujatmiko
Wahyu Sujatmiko
4. Bengkel
5. Kedai Soto
= rolling door (tempat akses keluar masuk pembeli dan juga penghuni pada sisi depan bangunan)
Halaman Belakang Halaman Samping 2 1 Tempat Penjualan Sepeda 2 1 Tempat Penjualan Makanan Ringan dan Beras 2 1 Tempat Penjualan Telur, Minyak Tanah, dan Gas Tempat Bengkel 2 1 Tempat Kedai Soto
Halaman Depan
Ket : Jalan Raya (b). Denah Bangunan 1 = kamar tidur dan dapur 2 = kamar mandi / WC = rolling door = pintu belakang
Wahyu Sujatmiko
Kasus B. Asal api Lt. I dan II. Di duga konsliting listrik. Terdapat 4 korban jiwa, tidak sempat lari dari lantai III dan IV dan bantuan evakuasi sulit dilakukan akibat kuatnya teralis. Kebakaran berlangsung pukul 13.00 dan padam 15.00.
Kasus C.
Asal api Lt. II. Terdapat 45 korban jiwa, tidak sempat lari dari lantai III, IV dan V akibat sarana penyelamatan yang hanya satu tertutup api dan bantuan evakuasi sulit dilakukan karena kondisi bangunan yang tertutup rapat dinding. Kebakaran berlangsung pukul 15.00 dari Lt. II, dengan cepat merambat ke Lt. III. Dinas Kebakaran hingga 16.30 hanya bisa melokalisir api akibat terhalang papan nama. Pukul 21.00 Lt II dan III mulai bisa di padamkan. Esok harinya, 15.00 tim evakuasi mulai masuk Lt. IV tapi api di dalam masih menyala. Untuk pemadaman harus membobol dinding.
Lt. II Ruko
Lt. I Ruko
Wahyu Sujatmiko
Pohon Kejadian
Pemberitahuan segera ke Dinas Kebakaran dan waktu tanggap Dinas Kebakaran maksimum 15 menit Dikendalikan oleh Tidak springkler Dipadamkan oleh penghuni Tidak Kebakaran pada ruko Ya
Tidak
Ya
Ya
OR
OR
OR
Terhalang
Tak mampu
AND
AND
AND
AND
Eksit tak mencukupi dan andal Tidur Terbangun oleh bau asap dan panas api
OR
Pohon Kegagalan
Wahyu Sujatmiko
Perkembangan Bahaya
a. Berawal dari salah satu kios, terus menyebar lewat langitlangit yang menyatu. b. Kandungan bahanbahan kombustibel yang ada membuat kebakaran berlangsung sangat cepat. c. Lama kebakaran dan pendinginan 4 jam. Sampai 30 menit setelah kejadian api sudah pada tahap pembakaran penuh dan semua atap telah runtuh. a. Berawal dari Lt. I, terjadi penyebaran vertikal ke Lt. II dan III. b. Ditunjang kandungan bahan kombustibel c. Lama kebakaran 3 jam 15 menit.
Respons Bangunan
a. Adanya atap gandeng membuat langit-langit menyatu dan kompartemenisasi horisontal tidak ada. Ruang langit-langit sebagai jalan penyebaran api horisontal. b. Adanya akses keluar lewat pintu belakang sangat membantu penyelamatan penghuni. a. Tidak adanya kompartemenisasi vertikal membuat penyebaran cepat. Saf tangga yang tak terlindung menjadi jalan penyebaran api dan asap secara vertikal. b. Tidak ada 2 eksit membuat penyelamatan sulit
Respons Penghuni
a. Penghuni tidur, tidak ada alarm membuat hampir terlambat untuk melakukan penyelamatan jiwa. Sudah tidak ada waktu untuk menyelamatkan harta benda.
Proteksi Kebakaran
a. Tidak ada sistem springkler maupun APAR. Meski APAR kalau pun ada barangkali tidak membantu karena api diketahui sudah besar. b. Ketiadaan air tidak memungkinkan upaya bantuan pemadaman sebelum Unit Pemadam datang.
Astanaanyar
a. Penghuni tidur, tidak ada alarm membuat salah seorang cidera terkena api dan hampir terlambat untuk melakukan penyelamatan jiwa. Sudah tidak ada waktu untuk menyelamatkan harta benda.
a. Tidak ada sistem springkler maupun APAR. Meski APAR kalau pun ada barangkali tidak membantu karena api diketahui sudah besar. b. Bantuan pemadaman awal oleh warga sangat membantu lokalisasi kebakaran. Wahyu Sujatmiko
Perkembangan Bahaya
a. Berawal dari Lt. I atau II, terjadi penyebaran vertikal ke Lt. III dan IV. b. Ditunjang kandungan bahan kombustibel. c. Lama kebakaran 2 jam.
Respons Bangunan
a. Tidak adanya kompartemenisasi vertikal membuat penyebaran cepat. Saf tangga sebagai jalan penyebaran api vertikal. b. Tidak ada 2 eksit plus adanya teralis membuat penyelamatan sulit a. Tidak adanya kompartemenisasi vertikal membuat penyebaran cepat. Saf tangga sebagai jalan penyebaran api vertikal. b. Tidak ada 2 eksit plus dinding yang tertutup dan terhalang papan nama membuat penyelamatan sulit
Respons Penghuni
a. Penghuni tidak tidur, namun terlambat menyadari kalau ada kebakaran akibat tidak ada alarm sehingga tidak bisa menyelamatkan diri.
Proteksi Kebakaran
a. Tidak ada sistem springkler. b. Bantuan pemadaman dengan APAR oleh petugas Satpam tidak bisa karena api diketahui sudah besar.
Heppi Karaoke
a. Berawal dari Lt. II, terjadi penyebaran vertikal ke Lt. III, IV, dan V. b. Ditunjang kandungan bahan kombustibel c. Lama kebakaran dan pendinginan mencapai 24 jam karena kesulitan operasi.
a. Penghuni tidak tidur, namun terlambat menyadari kalau ada kebakaran akibat tidak ada alarm sehingga tidak bisa menyelamatkan diri.
a. Tidak ada sistem springkler maupun APAR. Meski APAR kalau pun ada barangkali tidak membantu karena api diketahui sudah besar. b. Pemadaman dari luar terhalang oleh papan nama.
SIMULASI KEBAKARAN
Waktu (detik)
Kebakaran Rancangan
Wahyu Sujatmiko
SIMULASI KEBAKARAN
Tipe Luasan Ruang Asal Kebakaran Jalancagak (24 m2)
Bukaan normal A = 2 m2
Api SLOW + konstan Api MEDIUM + konstan Api FAST + konstan Api ULTRA FAST + konstan Api SLOW + konstan
Oksigen normal, tak Oksigen normal, terjadi flashover, flashover detik 343 detik 605 hingga 9000 temp = 399 oC Oksigen normal, tak Oksigen normal, terjadi flashover, flashover detik 388 detik 885 hingga 9000 temp = 399 oC Oksigen normal, tak Oksigen normal, terjadi flashover, flashover detik 417 detik 1085 hingga 9000 temp = 399 oC Oksigen normal, tak terjadi flashover, detik 1170 hingga 9000 temp = 399 oC Detik 429 oksigen mulai kurang dan detik 429 pula flashover terjadi
Detik 215 mulai kurang oksigen, detik 5930 hingga 9000 temp = 109oC Detik 335 mulai kurang oksigen, detik 6065 hingga 9000 temp = 149oC Detik 280 mulai kurang oksigen, detik 5585 hingga 9000 temp = 165oC Detik 400 mulai kurang oksigen, detik 5870 hingga 9000 temp = 171oC
Detik 145 mulai kurang oksigen, detik 6805 hingga 9000 temp = 133oC Detik 220 mulai kurang oksigen, detik 6140 hingga 9000 temp = 184oC Detik 255 mulai kurang oksigen, detik 8315 hingga 9000 temp = 205oC Detik 265 mulai kurang oksigen, detik 5665 hingga 9000 temp = 212oC
Detik 95 mulai kurang oksigen, detik 7235 hingga 9000 temp = 164oC Detik 145 mulai kurang oksigen, detik 5145 hingga 9000 temp = 229oC Detik 165 mulai kurang oksigen, detik 4740 hingga 9000 temp = 255oC Detik 170 mulai kurang oksigen, detik 5995 hingga 9000 temp = 265oC
Detik 65 mulai kurang oksigen, detik 5510 hingga 9000 temp = 203oC Detik 95 mulai kurang oksigen, detik 4930 hingga 9000 temp = 286oC Detik 105 mulai kurang oksigen, detik 5180 hingga 9000 temp = 319oC Detik 110 mulai kurang oksigen, detik 5185 hingga 9000 temp = 331oC
Flashover akan terjadi pada ruko untuk luasan antara 24 m2 hingga 112,35 m2 antara 183 detik (3,05 menit) hingga 284 detik (4,7 menit) setelah penyalaan
Wahyu Sujatmiko
SIMULASI KEBAKARAN
Wahyu Sujatmiko
waktu start sama, tak ada interupsi individu, penggunaan fasilitas eksit secara seimbang, dan secara fisik mampu menyelamatkan diri.
Langkah-langkah : PENDEKATAN ORDE PERTAMA : 1. Estimasi kapabilitas aliran tangga eksit, 2. Estimasi kapasitas aliran melalui pintu, 3. Estimasi laju pergerakan untuk perkiraan aliran tangga eksit, 4. Estimasi waktu evakuasi bangunan. ANALISIS LEBIH RINCI : 1. Estimasi kerapatan aliran, laju, aliran spesifik, lebar efektif, aliran terhitung awal tipikal tiap lantai, 2. Estimasi pengaruh pintu masuk tangga eksit pada aliran eksit, 3. Estimasi pengaruh tangga eksit pada aliran eksit, 4. Estimasi pengaruh pertemuan aliran tangga eksit dan aliran masuk tangga eksit pada aliran eksit, dan 5. Runut aliran penyelamatan. Wahyu Sujatmiko
Ruang Toko
1
(b) Model alur evakuasi
1 1
P r o g r a m
Tw ig Doo r wid th m 1 11 1.0 0 1.0 0
W a y O u t
Sl ope (L evel , Up ,Dow n) Le vel Le vel m 1 .00 4 .00 m 1.0 0 1.0 0 L eng th Wi dth Numb er merg ing stre ams 1 0 1 4 0 of Nu mbe r o f ev acu ees Star t time s Ti me, lef t at ... 0' 0' 6" 4" 0' 6" mi nut es: Ma ximu m eg ress ti me Las t ev acu ee
Kasus
Penghuni 8 orang
Flashover ruangan toko yang terbakar detik 183 atau menit 3,05 (kasus Jalancagak)
Berlantai sama, evakuasi ke luar bangunan Hunian di atas lantai terbakar, evakuasi ke lantai 1 (belum diperhitungkan kalau kemudian ke luar bangunan)
43 detik
4 lt di atas lt terbakar, per lantai 50 orang dengan 1 tangga, te = 4,5 menit 4 lt di atas lt terbakar, total 10 orang, dengan 1 tangga, te = 0,21 menit
Wahyu Sujatmiko
USULAN PROTEKSI
Flashover ruangan bangunan ruko dapat terjadi dalam waktu kurang dari lima menit setelah penyulutan dengan penyalaan. Sistem deteksi dan alarm (dengan detektor asap yang dapat teraktivasi satu menit setelah penyulutan dengan penyalaan) merupakan sistem yang dasar yang penting untuk disediakan. Perlu disediakan sarana penyelamatan jiwa yang mencukupi dan andal. Semakin tinggi lantai ruko dan semakin padat tingkat hunian perlantai (meskipun hanya satu lantai), menjadikan waktu yang dibutuhkan untuk evakuasi menjadi bertambah dan dapat melebihi batas waktu flashover bangunan. Dalam kasus ini penyediaan sistem proteksi selain APAR berupa sistem springkler otomatik sangat diperlukan agar flashover dapat dihindari
Wahyu Sujatmiko
CONTOH MANAJEMEN RISIKO KAWASAN : MEMBERIKAN PROTEKSI RISIKO DENGAN PENYUSUNAN POS KEBAKARAN
Kajian Dinamika Peta Risiko terkait Kondisi Eksisiting dan Perubahan RTRW Model susunan pos kebakara n yang optimal
--------------A. Distribusi pos berdasarkan peta peringkat risiko B. Jumlah Pos Optimal Distribusi pos berdasarkan luasan wilayah
Analisis Risiko
Penentuan Jumlah dan Rasio Pos Kebakaran yang Optimal Kajian Keekonomisan Pos
Kajian rasio pos berdasarkan Standar, Peraturan, Respos Time dan tipologi Kota / Daerah (urban, suburban, dan rural)
Analisis p-Median (Metoda Lokasi Permintaan Kebutuhan) untuk mendapatkan data kemungkinan optimal pentahapan pembangunan pos dan besar kecil ukuran tiap pos yang dipilih
Wahyu Sujatmiko