Evaluasi Klinis Longitudinal Sistem Pasak: Tinjauan Pustaka
Penulis : Carlos Jose Soares Andrea Dolores Correia Miranda Valdivia Gisele Rodriguesda Silva Fernanda Ribeiro Santana Murilo de Souza Menezes Pembimbing : Anna Muryani, drg., Sp.K.G. Dian Soraya Tanjung, drg. Seminaris : Ayu Pujiwati 160112130067
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 ABSTRAK Studi klinis retrospektif dan prospektif yang membahas pasak dan inti cor serta pasak fiber akan diulas pada survey ini berdasarkan tingkat ketahanan restorasi dan banyaknya kegagalan yang terjadi. Literatur elektronik terdapat dalam MEDLINE dengan menggunakan kata kunci: Fiber post and clinical study, Fiber post and clinical evaluation, Cast post-and-core and clinical study, dan Root post and retrospective survival study. Periode yang ditentukan yaitu Desember 1990 hingga akhir Desember 2010. Ulasan literatur menunjukkan bahwa beberapa faktor biologis, mekanis, dan estetik mempengaruhi tingkat ketahanan prosedur restoratif pada gigi yang dirawat endodontik, dan pemilihan pasak harus dapat meningkatkan dan mengoptimalisasi faktor tersebut. Data berdasarkan penelitian klinis jangka panjang dibutuhkan oleh praktisi umum untuk membuat keputusan klinis. Pemilihan gigi dan sistem pasak yang adekuat harus dibuat, dengan jumlah penghilangan substansi gigi seminimal mungkin. Harus terdapat ferrule sebagai indikator keamanan dari pasak fiber. Pasak fiber glass telah menunjukkan ketahanan yang baik dalam penelitian klinis, dengan hasil yang sama dengan pasak dan inti cor. Pasak logam memiliki ketahanan klinis yang baik, namun kegagalan yang ditimbulkan biasanya bersifat irreversibel, tidak seperti yang terjadi pada pasak fiber glass.
Kata kunci: pasak dan inti cor, investigasi klinis, pasak fiber, evaluasi longitudinal.
PENDAHULUAN Gigi yang telah dirawat endodontik seringkali membutuhkan restorasi pasak dan inti untuk tujuan retensi karena struktur defek yang luas akibat karies dan akses preparasi kavitas menurut Heydecke dan Peter. Upaya mempertahankan struktur gigi merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam menghindari komplikasi dengan retensi intraradikuler. Pasak dan inti cor telah menjadi jenis pasak yang paling sering digunakan pada dekade terakhir, namun beberapa kerugian seringkali dihubungkan dengan pasak dan inti cor konvensional. Kerugian tersebut antara lain hilangnya retensi pasak, fraktur akar, dan resiko korosi. Jumlah dentin akar yang dikurangi selama preparasi gigi untuk pasak dan inti cor lebih banyak, sehingga meningkatkan resiko fraktur akar. Gigi yang direstorasi dengan pasak dan inti cor serta pasak logam lainnya memiliki konsentrasi tekanan pada pasak dan tegangan dentin yang lebih tinggi. Pengenalan sistem pasak karbon atau fiber glass atau karbon memberikan alternatif kepada pasak cor atau logam pabrikan sebagai restorasi untuk gigi yang telah dirawat endodontik. Sistem pasak ini memiliki sifat mekanis yang menyerupai dentin, menghasilkan pola tekanan yang menyerupai gigi intak. Sebagai tambahan, preparasi saluran akar untuk sistem pasak tipe ini juga bersifat lebih konservatif. Beberapa penelitian retrospektif dan prospektif yang dilakukan untuk mengevaluasi tingkat ketahanan beberapa sistem pasak, menunjukkan tidak terjadinya fraktur gigi pada penggunaan pasak fiber sebagai restorasi gigi yang telah dirawat endodontik. Data berdasarkan penelitian klinis jangka panjang dibutuhkan oleh praktisi umum untuk membuat keputusan klinis. Beberapa penelitian klinis dan percobaan acak masih dapat digunakan untuk analisis. Fokkinga dkk menjelaskan bahwa informasi yang dipilih berasal dari penelitian klinis prospektif komparatif, terutama percobaan klinis yang random dan terkontrol. Beberapa faktor mempengaruhi tingkat ketahan prosedur restoratif pada gigi yang telah dirawat endodontik. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengulas penelitian klinis retrospektif dan prospektif, dibatasi pada penerimaan manusia dewasa terhadap restorasi pasak logam cor atau fiber pada gigi permanen dengan memperhatikan ketahanan restorasi dan kemungkinan terjadinya kegagalan.
BAHAN DAN METODE Strategi Pencarian Literatur elektronik terdapat dalam MEDLINE and The Cochrane Library dengan menggunakan kata kunci: Fiber post and clinical study, Fiber post and clinical evaluation, Cast post-and-core and clinical study, dan Root post and retrospective survival study (Tabel 1). Periode yang ditentukan yaitu Desember 1990 hingga akhir Desember 2010. Hanya artikel berbahasa Inggris yang dipilih.
Pencarian literatur bertujuan untuk menemukan jawaban atas beberapa pertanyaan berikut: 1. Apakah pasak fiber memiliki ketahanan klinis yang menyerupai pasak logam? 2. Dalam kondisi struktur gigi yang tersisa seperti apakah masing-masing sistem pasak diindikasikan? 3. Kegagalan seperti apa yang paling sering terjadi pada gigi yang direstorasi menggunakan pasak fiber atau logam?
Tabel 1. Kombinasi kata kunci yang digunakan untuk strategi pencarian Kata Kunci Jumlah Artikel Artikel yang Dipilih Fiber post and clinical study 252 13 Fiber post and clinical evaluation 99 2 Cast post-and-core and clinical study 60 5 Root post and retospective survival study 25 2
Seleksi Penelitian Dua orang pengulas secara independen mengevaluasi judul dan abstrak penelitian retrospektif dan prospektif yang didapat dari pencarian elektronik menggunakan kata kunci pada tahap pemeriksaan awal. Artikel berulang yang diperoleh menggunakan kata kunci berbeda dianggap satu. Teks lengkap artikel kemudian diperoleh dan diulas berdasarkan kriteria sebagai berikut: Kriteria inklusi: follow-up klinis setidaknya 1 tahun: jumlah sampel minimum 30 pasien; prosedur restoratif dan bahan digambarkan dengan detail; tingkat ketahanan dan karakter pasien disebutkan secara umum dalam penelitian prospektif; lokasi gigi yang direstorasi; publikasi terbaru dari penelitian yang sama. Kriteria eksklusi: laporan kasus; penelitian laboratorium; penggunaan pasak keramik; artikel ulasan. Ketidaksepakatan antara pengulas diselesaikan melalui diskusi. Konsultasi kepada pengulas ketiga dilakukan jika kesepakatan tidak tercapai. Seluruh penelitian memenuhi kriteria inklusi, tidak satu pun memenuhi kriteria eksklusi, serta melalui uji validitas dan ekstraksi data. Hanya 22 dari 436 artikel yang digunakan dalam penelitian ini.
Ekstraksi Data dan Presentasi Ekstraksi data dilakukan dengan bantuan lembar ekstraksi data yang diuji coba dalam beberapa artikel. Data yang disimpan yaitu: (i) nama referensi; (ii) tahun publikasi; (iii) waktu evaluasi dalam hari; (iv) jenis pasak; (v) jumlah sampel; (vi) lokasi gigi; (vii) komentar mengenai tingkat kesuksesan dan kegagalan (Tabel 2 dan 3).
Tabel 2. Penelitian retrospektif pasak Penulis Durasi N * Sistem Pasak Ferrari dkk, 2000 4 tahun 200 Pasak fiber dan pasak dan inti cor Balkenhol dkk, 2007 10 tahun 802 Pasak dan inti cor Fokkinga dkk, 2007 17 tahun 307 Pasak dan inti cor, pasak logam pabrikan dan inti komposit resin, pasak tanpa komposit dan inti keseluruhan komposit Jung dkk, 2007 5-10 tahun 72 Pasak dan inti cor dan pasak komposit Ferrari dkk, 2007 7-11 tahun 985 Pasak fiber Gomes-Polo dkk, 2010 10 tahun 112 Pasak dan inti cor dan pasak titanium pabrikan * N = jumlah sampel
Tabel 3. Penelitian prospektif pasak Penulis Durasi N * Sistem Pasak Hatzikyriakos dkk, 1992 3 tahun 154 Pasak baut atau pasak emas dengan inti resin dan pasak dan inti cor Glazer dkk, 2000 4 tahun 52 Pasak fiber karbon Monticelli dkk, 2003 2-3 tahun 225 Pasak fiber glass dan karbon Ellner dkk, 2003 10 tahun 50 Pasak dan inti cor dan pasak pabrikan Malferrari dkk, 2003 30 bulan 205 Pasak fiber quartz Grandini dkk, 2005 30 bulan 100 Pasak fiber Naumann dkk, 2005 2 tahun 105 Pasak fiber Mannocci dkk, 2005 5 tahun 219 Pasak fiber Creugers dkk, 2005 5 tahun 319 Pasak logam Naumann dkk, 2007 3 tahun 91 Pasak titanium dan fiber Cagidiaco dkk, 2007 2 tahun 162 Pasak fiber Schmitter dkk, 2007 2 tahun 100 Pasak titanium dan fiber Salvi dkk, 2007 4 tahun 325 Pasak dan inti cor dan pasak titanium Piovesan dkk, 2007 97 bulan 69 Dikuatkan dengan fiber polyethylene Naumann dkk, 2008 5-79 bulan 149 Pasak fiber Bitter dkk, 2009 32 bulan 120 Pasak fiber quartz * N = jumlah sampel HASIL Dua puluh dua artikel klinis dipilih. Sebagian besar artikel merupakan penelitian retrospektif (n=16) dan 6 buah artikel merupakan penelitian cohort retrospektif. Jumlah sampel berkisar antara 31 pasien hingga 911 pasien. Dua artikel dikeluarkan dari ulasan ini karena merupakan penelitian yang sama namun dalam waktu evaluasi yang berbeda, dan oleh karena itu, kami menggunakan survey terbaru. Satu artikel dikeluarkan karena tidak menjelaskan dengan jelas jumlah pasien, hanya menyebutkan jumlah pasak. Tingkat pengurangan sampel hanya dilaporkan oleh beberapa artikel, yaitu 2-3%, 9%, 11-32%, dan 15.55%, pasien ini diantaranya meninggal atau tidak dapat ditemukan karena alamat rumah atau nama mereka yang telah berubah atau tidak memenuhi panggilan. Hasil utama penelitian yang dievaluasi yaitu kegagalan endodontik dan periodontal, fraktur akar, kehilangan gigi, lepasnya pasak atau restorasi, dan karies, sesuai dengan yang terdapat pada artikel ulasan dari Goodacre dkk. Ferrari dkk membandingkan pasak fiber karbon dengan pasak dan inti cor, dan hasil observasi menunjukkan tingkat kesuksesan klinis masing-masing 95% dan 84%. Kegagalan paling penting yang ditemukan pertama kali yaitu lesi periapikal (2%) dan fraktur akar terhadap pasak cor (9%). Dengan cara yang sama, Glazer dkk menunjukkan 7.7% kegagalan berupa lesi periapikal terjadi pada sekitar 50% pasak fiber karbon. Grandini dkk dan Jung dkk mengobservasi jenis kegagalan yang sama pada gigi yang direstorasi dengan pasak fiber selama 30 bulan, 7-11 tahun, dan 5-10 tahun. Mannocci dkk melaporkan kegagalan yang melibatkan karies atau fraktur akar, namun fraktur tersebut ditemukan pada gigi yang direstorasi dengan amalgam tanpa pasak. Piovesan dkk mengevaluasi penggunaan klinis pasak fiber selama 97 bulan dan menemukan fraktur pasak fiber sebagai kegagalan utama. Hasil yang serupa juga ditemukan oleh Naumann dkk. Nauman dkk pada penelitian lain tidak menemukan kegagalan apapun setelah 24 hingga 36 bulan penggunaan pasak titanium dan fiber glass. Malferrari dkk dan Cagidiaco dkk masing-masing menemukan 1.7% dan 4.3% kasus lepasnya pasak fiber dalam waktu 30 bulan. Monticelli dkk, setelah 2-3 tahun menemukan 6.2% kasus lepasnya pasak. Tingkat kegagalan yang sama juga ditemukan oleh Ellner dkk dengan membandingkan pasak cor dengan pasak logam pabrikan selama 10 tahun, namun mereka tidak menyebutkan jenis kegagalannya. Beberapa penulis menjelaskan bahwa hilangnya retensi pasak merupakan jenis kegagalan utama, seperti yang dilaporkan oleh Balkenhol dkk, yang menggambarkan seringnya terjadi kegagalan selama dua tahun pertama setelah insersi pasak logam. Sehubungan dengan perbandingan antara pasak fiber dan logam, Schmitter dkk menemukan bahwa tingkat ketahanan baut pasak logam secara signifikan lebih rendah dari pasak fiber glass, dengan ekstraksi gigi akibat fraktur akar gigi yang tidak direstorasi merupakan 63.63% dari seluruh kegagalan. Salvi dkk juga menemukan banyaknya komplikasi yang melibatkan fraktur akar (6.2%) berhubungan dengan pasak titanium pabrikan. Bagaimanapun, Hatzikyriakos dkk tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara pasak logam setelah tiga tahun. Pengaruh struktur koronal yang tersisa pada gigi yang bertahan dijelaskan oleh beberapa penulis. Glazer dkk, Ellner dkk, Naumann dkk, dan Bitter dkk telah mengindikasikan setidaknya 2 mm ferrule dibutuhkan untuk penempatan pasak. Bukti lain yang telah dikonfirmasi ditunjukkan oleh penulis yang berbeda, yaitu adanya pengurangan kegagalan restorasi post endodontik ketika meningkatkan jumlah dentin yang tersisa, sehingga menambah retensi dan memberikan adanya bentuk resistensi, untuk menambah daya tahan restorasi. Aspek klinis lain mengenai gigi dengan perawatan endodontik yang juga relevan namun masih kontroversial yaitu jenis gigi. Gomez-Polo dkk menemukan tingkat kegagalan tertinggi (26.78%) terjadi pada premolar maksila. Naumann dkk menemukan bahwa penempatan restorasi pada insisivus atau caninus memiliki tingkat kegagalan sekitar 3 kali lebih besar dibandingkan pada premolar atau molar. Balkenhol dkk menyimpulkan bahwa peluang ketahanan tidak bergantung pada lokasi gigi pada lengkung rahang (anterior, premolar, molar) maupun rahang (atas, bawah), meskipun Ferrari dkk melaporkan bahwa lengkung gigi dan posisi gigi pada lengkung gigi merupakan faktor resiko signifikan untuk kegagalan, di mana gigi atas posterior lebih sering mengalami kegagalan dibandingkan gigi bawah dan gigi anterior. Jenis sistem pasak dan inti tidak menujukkan adanya pengaruh terhadap peluang ketahanan, meskipun selama ini diperkirakan tingkat ketahanan kumulatif akan menurun secara bertahap, menjadi 94.6% setelah 5 tahun, 85.6% setelah 10 tahun, 70.5% setelah 15 tahun, dan akhirnya 60.4% setelah 18 tahun.
DISKUSI Survey ini memeriksa literatur yang telah ada mengenai evaluasi klinis longitudinal sistem pasak. Hasil observasi menunjukkan hanya sedikit penelitian klinis telah dilakukan, diperkirakan hal ini diakibatkan besarnya kesulitan dalam melakukan penelitian in vivo yang telah terstandradisasi. Ulasan literatur ini menyatakan bahwa gigi dengan perawatan endodontik tidak semakin kuat dengan adanya pasak logam atau fiber. Peran pasak hanya untuk mendukung bahan abutment dan restorasi final. Definisi dari kesuksesan klinis didasarkan pada tidak adanya temuan negatif pada pemeriksaan klinis. Penelitian prospektif menunjukkan banyaknya varibel berpengaruh yang telah dikontrol pada tahap pemilihan kasus, dan grup eksperimental dapat dibuat secara homogen pada seluruh variabel yang berhubungan dengan penelitian. Model studi dapat digunakan dengan membatasi efek faktor pengganggu, sehingga menghasilkan informasi yang lebih terpercaya, reliabel, dan berharga. Banyak penelitian klinis retrospektif mengenai sistem pasak dan inti yang telah dilakukan, dan hasilnya lebih kuat dibandingkan hasil serupa yang ditemukan tanpa dapat mengontrol faktor tersebut. Beberapa faktor yang telah disebutkan di atas, menunjukkan hubungan antara prognosis restorasi post endodontik dan faktor yang mempengaruhinya, seperti tipe oklusi, posisi gigi pada lengkung rahang, penempatan mahkota, atau tipe abutment. Banyak penelitian yang memiliki hasil serupa mengenai perbandingan tipe sistem pasak, namun pasak logam berhubungan dengan komplikasi yang lebih tidak menguntungkan, seperti fraktur akar. Pasak sebaiknya memiliki modulus elastisitas yang serupa dengan dentin agar penyebaran tekanan yang merata sepanjang pasak. Pasak paralel berulir menghasilkan resistensi pelepasan terhadap saluran akar yang paling besar, sementara pasak paralel dengan semen diketahui lebih retentif dibandingkan pasak tapered dengan semen. Tekanan yang dikonsentrasikan terhadap akar lebih kecil karena berkurangnya wedging effect; akibatnya, jenis pasak ini menyebabkan lebih sedikit fraktur akar dibandingkan pasak tapered. Pasak tapered membutuhkan pengurangan dentin yang lebih sedikit, karena kebanyakan akar berbentuk tapered dan pasak ini terutama diindikasikan untuk digunakan pada gigi dengan akar sempit dan morfologi yang kompleks. Pasak bergerigi berbentuk paralel memiliki tingkat kegagalan yang hampir tiga kali lebih tinggi dibandingkan sistem pasak tapered. Hubungan antara geometri gigi dan posisi gigi pada lengkung rahang dan pemilihan tipe retainer yang digunakan pada gigi yang telah dirawat endodontik cukup diperbincangkan namun masih kontroversial. Penempatan restorasi pada insisiv atau caninus memiliki tingkat kegagalan sekitar tiga kali lebih tinggi dibandingkan penempatan restorasi pada gigi premolar atau molar. Temuan ini dapat dijelaskan dengan lebih tingginya gaya tekan horizontal pada gigi anterior dibandingkan dengan vektor gaya tekan pada gigi posterior yang lebih tegak lurus. Penggunaan pasak resin yang diperkuat dengan karbon pada gigi premolar, terutama pada premolar rahang bawah, dapat dihubungkan dengan tingginya tingkat kegagalan dan rendahnya daya tahan dibandingkan pada gigi anterior. King dkk melaporkan bahwa menurut percobaan mereka, kekuatan pasak fiber karbon menurun sebanyak sepertiga kali ketika direndam dalam air selama 24 jam. Pasak yang diperkuat dengan carbon fiber menyerap air secara perlahan dari jaringan sekitar selama fungsi klinis melalui difusi, sehingga mengakibatkan reduksi pada kekuatan yang dapat turut menyebabkan terjadinya kegagalan klinis. Jenis restorasi akhir dan adanya gigi yang berdekatan menjadi penentu signifikan tingkat kegagalan pada gigi yang direstorasi dengan pasak yang diperkuat dengan fiber glass. Sebagian besar penelitian klinis menunjukkan bahwa kegagalan yang terjadi pada pasak dan inti cor adalah fraktur berat. Salah satu penyebab terjadinya fraktur akar terdapat pada pasak dan inti cor, yaitu adanya tekanan yang terkonsentrasi pada area yang tidak terkontrol di mana fraktur dapat terjadi. Penyebab kegagalan lain yaitu karena pasak dan inti cor memiliki retensi (disebabkan gesekan sepanjang dinding akar yang dapat mengantarkan tekanan langsung ke struktur akar, berhubungan dengan area di mana dinding dentin lebih tipis dan akibatnya lebih resisten), kemudian fraktur dapat terjadi. Kegagalan yang terjadi pada pasak yang diperkuat dengan fiber adalah kegagalan periapikal, lepasnya pasak sebagian besar disebabkan oleh kesalahan dalam sementasi atau saat penghilangan restorasi sementara. Hal ini dapat diatasi dengan mudah dengan sementasi baru, sehingga dapat memperpanjang fungsi untuk jangka waktu yang panjang. Adanya pasak belum tentu menjadi faktor yang menyebabkan kegagalan endodontik, namun kondisi periapikal terhadap perawatan, batas apikal, dan kualitas pengisian dapat menjadi faktor utama yang mempengaruhi kesuksesan perawatan. Perawatan saluran akar dengan kualitas yang tinggi dan prosedur restorasi yang tepat pada setiap situasi klinis spesifik berpengaruh tehadap tingginya tingkat ketahanan dan rendahnya tingkat komplikasi pada saluran akar yang telah diisi. Kegagalan mekanis pada gigi yang direstorasi dengan pasak yang diperkuat dengan fiber dapat berhubungan dengan jumlah stuktur koronal residual. Penelitian prospektif menunjukkan bahwa jenis pasak dan inti tidak berhubungan dengan ketahanan, namun jumlah dentin yang tersisa setelah preparasi mempengaruhi usia restorasi pasak dan inti secara signifikan. Desain preparasi yang melibatkan bagian servikal gigi dapat menahan gaya lateral dengan lebih baik dibandingkan preparasi shoulder. Ferrule menambahkan retensi, namun utamanya menyediakan bentuk resistensi dan menambah usia gigi dengan perawatan endodontik yang direstorasi dengan pasak dan inti. Paling sedikit 1.5-2 mm ferrule dari dentin telah digambarkan secara konsisten sebagai faktor penting untuk kesuksesan sistem pasak dan inti. Fokkinga dkk menyarankan untuk menggunakan pasak dan inti cor pada kasus tidak adanya coronal ferrule. Tabel 2 dan 3 menunjukkan ringkasan penelitian klinis yang dievaluasi dalam survey ini, terlihat bahwa perbedaan sistem pasak dan inti dapat memberikan penampilan klinis yang baik. Faktor paling penting yaitu untuk melakukan pemilihan sistem pasak dan inti yang tepat, penggunaan bahan sementasi yang akurat, dan mengevaluasi pengisian akar yang tersisa dengan baik. Pengamatan mengenai ada atau tidak adanya ferrule dan penentuan jenis restorasi tetap apa yang dibutuhkan dapat meningkatkan usia dan mencegah kegagalan di kemudian hari. Ulasan bukti klinis yang tersedia pada penggunaan sistem pasak untuk restorasi gigi dengan perawatan endodontik mengarah pada simpulan: pemilihan gigi dan pasak yang adekuat harus dilakukan; jumlah struktur gigi yang dikurangi minimal; sebaiknya terdapat ferrule untuk indikasi keamanan pasak fiber; pasak fiber glass menunjukkan ketahanan yang baik dalam penelitian klinis, dengan hasil serupa dengan pasak logam; pasak logam memiliki ketahanan klinis yang baik, namun kegagalan yang berhubungan sebagian besar bersifat irreversible, tidak seperti yang terjadi pada pasak fiber glass.
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis