Anda di halaman 1dari 8

Reduksionisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas



Artikel ini perlu dikembangkan agar dapat memenuhi kriteria sebagai
entri Wikipedia.
Bantulah untuk mengembangkan artikel ini. Jika tidak dikembangkan, artikel ini akan dihapus.

WP:TUGAS
Reduksionisme dapat diartikan sebagai (a) suatu pendekatan untuk memahami sifat dasar hal-hal kompleks
dengan menyederhanakannya ke dalam interaksi dari bagian-bagiannya, atau membuat suatu hal menjadi
lebih sederhana atau lebih mendasar atau (b) suatu posisi [filsafat filosofis] bahwa sistem yang kompleks tak
lain hanyalah penggabungan komponen-komponennya, dan suatu pernyataan tersebut dapat direduksi
menjadi pernyataan dari unsur-unsur perseorangan. Hal ini dapat dikatakan sebagai objek,fenomena,
penjelasan,teori, dan pengertian.
Reduksionisme secara jelas menggambarkan perspektif pasti dari kausalitas. Dalam kerangka reduksionis,
fenomena dapat dijelaskan sepenuhnya dalam hal hubungan antara fenomena yang lebih mendasar lainnya,
yang disebut [epifenomena]. Seringkali ada implikasi bahwa epifenomena menggunakan perantara tanpa
sebab pada fenomena mendasar yang menjelaskannya.
Reduksionisme tidak menghalangi keberadaan apa yang biasa disebut dengan [fenomena emergen], tetapi hal
itu menyiratkan kemampuan untuk memahami fenomena tersebut secara lebih lengkap dalam hal proses
dimana mereka terbentuk. Pemahaman reduksionis ini sangat berbeda dari yang biasanya diimplikasikan oleh
istilah emergence, yang secara khusus bermaksud bahwa apa yang muncul lebih dari jumlah proses-proses
dimana ia muncul.
Reduksionisme religius pada umumnya mencoba untuk menjelaskan agama dengan cara meleburkannya
bersama penyebab pandangan non-religius tertentu. Beberapa contoh penjelasan reduksionistik tentang
adanya agama: bahwa agama dapat direduksi menjadi konsep kemanusiaan tentang benar dan salah, agama
tersebut pada dasarnya merupakan sebuah usaha primitif dalam mengendalikan lingkungan kita, dan agama
itu adalah cara untuk menjelaskan keberadaan fisik dunia. Antropolog Edward Burnett Tylor dan James
George Frazer mempergunakan beberapa argumen reduksionis religius. Sigmund Freud mempunyai ide
bahwa agama tidak lebih dari sebuah ilusi, atau bahkan penyakit kejiwaan, dan Marxis melihat bahwa agama
adalah "napas yang tertindas", yang hanya menyediakan "kebahagiaan ilusi rakyat," kedua hal tersebut
merupakan pandangan reduksionis agama yang berpengaruh.
Ada tingkatan tertentu pada reduksionisme dalam ilmu sosial, yang sering mencoba untuk menjelaskan
keseluruhan wilayah kegiatan sosial sebagai sub-bidang belaka dari bidang mereka sendiri. Sebagai contoh,
ekonom Marxis sering mencoba untuk menjelaskan politik sebagai sub-ordinasi ekonomi, dan sosiolog
terkadang melihat ekonomi dan politik hanya sebagai sub-bidang dari masyarakat.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Jenis
o 1.1 Reduksionisme Teoritis
o 1.2 Reduksionisme Metodologis
o 1.3 Reduksionisme Ontologis
2 Reduksionisme dan Ilmu Pengetahuan
o 2.1 Reduksionisme dalam Matematika
3 Reduksionisme Ontologis
4 Reduksionisme dalam Linguistik
5 Batas-Batas Reduksionisme
o 5.1 Dalam Ilmu Filsafat
o 5.2 Dalam Ilmu Pengetahuan
o 5.3 Kehendak Bebas dan Agama
6 Manfaat Reduksi
7 Alternatif untuk Reduksionisme
Jenis[sunting | sunting sumber]
Reduksionisme Teoritis[sunting | sunting sumber]
Reduksi teoritis adalah proses dimana sebuah teori menyerap teori lainnya. Misalnya, hukum Kepler tentang
gerak planet dan teori Galileo tentang gerak pada benda terrestrial, keduanya direduksi menjadi teori Newton
tentang mekanika, karena semua kemampuan yang menjelaskan teori lama terkandung dalam teori yang
terakhir. Selanjutnya, reduksi dianggap sebagai teori yang lebih bermanfaat karena teori mekanik
Newton adalah teori yang lebih umum, teori ini menjelaskan lebih banyak kejadian dibandingkan dengan Teori
Kepler ataupun Galileo.
Oleh karena itu, teori reduksionisme merupakan reduksi dari sebuah penjelasan atau teori terhadap teori lain,
itu lah yang dimaksud dengan penyerapan dari suatu ide mengenai hal-hal khusus menjadi ide lain.
Reduksionisme Metodologis[sunting | sunting sumber]
Reduksionisme metodologis adalah sebuah posisi yang merupakan strategi ilmiah terbaik dalam upaya untuk
menyederhanakan penjelasan menjadi entitas terkecil yang mungkin. Jadi, reduksionisme metodologis akan
berteguh bahwa penjelasan atomik dari titik didih suatu zat lebih baik daripada penjelasan kimia, dan bahwa
sebuah penjelasan tentang partikel yang bahkan lebih kecil akan menjadi penjelasan yang lebih baik sekalipun.
Oleh karena itu, reduksionisme metodologis adalah posisi yang menyatakan bahwa semua teori-teori ilmiah
dapat atau harus direduksi menjadi teori super tunggal melalui proses reduksi teoritis.
Reduksionisme Ontologis[sunting | sunting sumber]
Reduksionisme ontologis adalah keyakinan bahwa realita terdiri dari jumlah minimum dari beberapa jenis
entitas atau substansi. Penjelasan ini umumnya bersifat metafisika dan merupakan bentuk paling umum
dari monisme, dalam pengaruh klaim semua obyek, ciri-ciri dan kejadian dapat direduksi menjadi sebuah
substansi tunggal. (Seorang dualis yang merupakan seorang reduksionis ontologis percaya bahwa segala
sesuatu dapat direduksi menjadi 2 substansi sebagai contoh, seorang dualis dapat mengklaim bahwa realita
tersusun dari unsur dan jiwa.)
Nancey Murphy telah mengklaim bahwa ada 2 macam reduksionisme ontologis: jenis pertama adalah yang
menyangkal bahwa keseluruhan adalah sesuatu yang lebih daripada bagian-bagiannya; kedua, tesis yang
lebih kuat dari reduksionisme atomis bahwa keseluruhan tidak benar-benar nyata. Dia mengakui bahwa frase
benar-benar nyata tampaknya tidak masuk akal tetapi walaupun demikian dia telah mencoba untuk
menjelaskan perbedaan di antara keduanya yang dianggap benar.
Reduksionisme dan Ilmu Pengetahuan[sunting | sunting sumber]
Pemikiran dan metode reduksionis membentuk dasar untuk banyak ilmu pengetahuan modern yang
berkembang pesat, meliputi fisika, kimia, biologi sel. Mekanika klasik dalam hal tertentu dapat dilihat sebagai
sebuah kerangka reduksionis dan mekanika statistik dapat dilihat sebagai sebuah rekonsiliasi dari hukum
termodinamika yang makroskopik dengan pendekatan reduksionis dari penjelasan ciri-ciri makroskopik dalam
istilah komponen mikroskopik.
Dalam ilmu pengetahuan, reduksionisme berarti cakupan/bahasan suatu ilmu pengetahuan yang didasarkan
pada bagian yang mempunyai skala cakupan/bahasan atau unit organisasi yang lebih kecil. Biasanya bahwa
pondasi dari ilmu kimia didasarkan pada ilmu fisika dan mikrobiologi sebagai sumbernya, pernyataan-
pernyataan serupa menjadi kontroversial ketika suatu anggapan yang tidak tepat dikemukakan oleh seorang
cendekiawan. Sebagai contoh, tuntutan bahwa ilmu sosiologi didasarkan pada ilmu psikologi, atau bahwa
ilmu ekonomi didasarkan pada ilmu sosiologi dan ilmu psikologi akan banyak dijumpai. Anggapan tersebut sulit
untuk dibenarkan, sekalipun ada banyak hubungan yang jelas antara cakupan/bahasannya (misalnya,
sebagian besar mengakui bahwa ilmu psikologi dapat mempengaruhi dan menginformasikan ilmu ekonomi).
Batas penggunaan prinsip reduksionisme berasal dari sifat yang muncul pada sistem yang kompleks, yang
biasanya berada pada tingkatan tertentu dalam suatu organisasi. Sebagai contoh, aspek tertentu dari psikologi
evolusioner dan sosiobiologi ditolak oleh beberapa orang yang menuntut bahwa sistem yang kompleks sudah
menjadi sifat yang tidak dapat direduksi dan bahwa pendekatan holistik dibutuhkan untuk memahaminya.
Beberapa reduksionis yang teguh percaya bahwa ilmu pengetahuan harus menjadi disiplin ilmu yang murni
berdasarkan biologi genetika, dan pada studi yang sistematis dari suatu budaya (lihat konsep Richard Dawkins
tentang meme). Dalam bukunya The Blind Watchmaker, Richard Dawkins memperkenalkan istilah
"reduksionisme hirarkis" untuk menggambarkan pandangan bahwa sistem yang kompleks dapat digambarkan
dengan hirarki organisasi, masing-masing dapat digambarkan dengan objek satu tingkat ke bawah dalam
hirarki. Dia memberikan contoh sebuah komputer, yang secara tingkatan reduksionisme dapat dijelaskan
dengan baik dalam hal pengoperasian hard drive, prosesor, dan memori, tetapi tidak pada tingkat gerbang
DAN ATAU, atau bahkan pada tingkat yang lebih rendah dari elektron dalam media semikonduktor.
Pendapat lain menyatakan bahwa penggunaan yang tidak tepat dari reduksionisme membatasi pemahaman
kita tentang sistem yang kompleks. Secara khusus, ekolog Robert Ulanowiczmengatakan bahwa ilmu
pengetahuan harus mengembangkan teknik untuk mempelajari cara-cara di mana skala yang lebih besar dari
organisasi mempengaruhi yang lebih kecil, dan juga cara-cara di mana gelung umpan balik menciptakan
struktur pada tingkat yang telah ditentukan, secara independen dari rincian pada tingkat yang lebih rendah dari
organisasi. Dia menganjurkan (dan menggunakan) teori informasi sebagai kerangka kerja untuk
mempelajari kecenderungan dalam sistem yang lazim. Ulanowicz menerangkan sifat kritikisme ini dari
reduksionisme kepada filsufKarl Popper dan ahli biologi Robert Rosen.
Reduksionisme dalam Matematika[sunting | sunting sumber]
Dalam matematika, reduksionisme dapat diartikan sebagai filosofi bahwa semua matematika dapat (atau
harus) dibangun di atas dasar yang sama, yaitu teori himpunan aksiomatik biasanya.Ernst Zermelo adalah
salah satu pendukung utama dari pandangan ini, dia juga mengembangkan banyak teori himpunan aksiomatik.
Hal ini telah dikemukakan bahwa metode yang berlaku secara umum dari pembenaran aksioma matematika
dengan kegunaannya dalam praktek umum dapat berpotensi merusak program reduksionis Zermelo.
Sebagai alternatif pada teori himpunan, yang lain berpendapat untuk teori kategori sebagai dasar untuk aspek-
aspek tertentu dalam matematika.
Reduksionisme Ontologis[sunting | sunting sumber]
Reduksionisme ontologis merupakan suatu anggapan bahwa segala sesuatu yang ada terbuat dari sejumlah
kecil zat dasar yang berperilaku secara biasa (bandingkan dengan monisme). Reduksionisme ontologis
menyangkal gagasan munculnya ontologis, dan mengklaim bahwa kemunculannya merupakan
fenomena epistemologis yang hanya ada melalui analisis atau deskripsi dari suatu sistem, dan tidak ada pada
tingkat dasar.
Reduksionisme ontologis mengambil dua bentuk yang berbeda: reduksionisme ontologis tanda dan
reduksionisme ontologis tipe. Reduksionisme ontologis tanda adalah gagasan bahwa setiap hal yang ada
adalah sebuah gabungan hal. Untuk hal-hal yang dapat dipahami, dikatakan bahwa setiap hal yang dapat
dipahami merupakan jumlah hal pada tingkat kompleksitas yang lebih kecil. Reduksi ontologis tanda dari hal-
hal biologis menuju hal-hal kimia secara umum diterima. Reduksionisme ontologis tipe adalah gagasan bahwa
setiap tipe hal merupakan jumlah dari tipe hal, dan bahwa setiap tipe hal yang dapat dipahami adalah jumlah
tipe hal pada tingkat kompleksitas yang lebih rendah. Reduksi ontologis tipe dari hal-hal biologis menuju hal-
hal kimia sering ditolak.
Michael Ruse telah mengkritik reduksionisme sebagai suatu argumentasi yang tidak layak melawan vitalisme.
Reduksionisme dalam Linguistik[sunting | sunting sumber]
Reduksionisme linguistik adalah gagasan bahwa segala sesuatu dapat dijelaskan dalam bahasa dengan
sejumlah konsep inti yang terbatas dan kombinasi dari konsep tersebut.
Batas-Batas Reduksionisme[sunting | sunting sumber]
Suatu hal yang bertentangan dengan pendekatan reduksionis adalah holisme atau emergentisme. Holisme
adalah sebuah gagasan yang menyatakan bahwa suatu benda dapat memiliki sifat, (sifat-sifat yang muncul),
sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dijelaskan dari sejumlah komponennya (tidak dapat ditemukan
dalam komponen terkecil suatu materi). Prinsip holisme telah diringkas secara singkat oleh Aristoteles dalam
sebuah Metafisika: "Keseluruhan itu lebih dari sejumlah komponennya". Sebuah istilah greedy
reductionism yang diciptakan oleh Daniel Dennett, digunakan untuk mengkritik penggunaan reduksionisme
yang tidak semestinya. Penulis lain menggunakan bahasa yang berbeda saat menjelaskan hal yang sama.
Dalam Ilmu Filsafat[sunting | sunting sumber]
Konsep hubungan sebab akibat mengemukakan suatu alternatif bagi reduksionisme yang terdapat dalam
filsafat. Pandangan ini dikembangkan dan dieksplorasi oleh Peter Bgh Andersen, Claus Emmeche, Niels Ole
Finnemann, Peder Voetmann Christiansen, dan yang lainnya. Para filsuf tersebut mengeksplorasi cara-cara di
mana orang dapat berbicara tentang fenomena pada tingkat organisasi yang lebih besar yang mengerahkan
pengaruh kausalitas pada tingkat skala kecil, dan menemukan bahwa beberapa, tetapi tidak semua jenis
diusulkan dalam hubungan sebab akibat yang kompatibel dengan ilmu pengetahuan. Secara khusus, mereka
menemukan kendala yang merupakan salah satu cara di mana hubungan sebab akibat dapat beroperasi.
Gagasan kausalitas sebagai kendala juga telah dieksplorasi sebagai cara untuk menjelaskan konsep-konsep
ilmiah seperti pengorganisasian diri, seleksi alam, adaptasi, dan pengendalian.
Dalam Ilmu Pengetahuan[sunting | sunting sumber]
Fenomena seperti kemunculan dan pekerjaan dalam bidang teori sistem yang kompleks menimbulkan batas
reduksionisme. Stuart Kauffman adalah salah satu pendukung sudut pandang ini.
Kemunculan sangat terkait dengan nonlinieritas. Batas-batas dari penerapan reduksionisme menjadi sangat
jelas pada tingkat organisasi dengan jumlah kompleksitas yang lebih tinggi, termasukbudaya, jaringan
saraf, ekosistem, dan sistem lain yang terbentuk dari penggabungan sejumlah besar komponen yang saling
berinteraksi. Pemecahan simetri adalah sebuah contoh darifenomena emergen. Pemenang Nobel P. W.
Anderson menggunakan ide ini pada tahun 1972 dalam tulisan ilmiahnya, 'Lebih itu berbeda' untuk
mengungkapkan beberapa keterbatasan reduksionisme. Keterbatasan reduksionisme dijelaskan sebagai
berikut. Ilmu-ilmu dapat diatur secara kasar dan linier dalam suatu hirarki seperti fisika partikel, fisika
tubuh, kimia, biologi molekuler, biologi sel, fisiologi, psikologi dan ilmu sosial. Entitas dasar dari salah satu ilmu
pengetahuan mematuhi hukum-hukum dari ilmu pengetahuan yang mendahuluinya dalam hirarki bagian atas.
Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa satu ilmu hanyalah versi terapan ilmu yang mendahului itu. Mengutip dari
artikel, "Pada setiap tahap, dengan semua hukum baru, konsep dan generalisasi itu diperlukan, kebutuhan
inspirasi dan kreativitas hanya sebesar sebuah gelar/tingkatan seperti pada sebelumnya. Psikologi tidak
diterapkan dalam ilmu biologi, begitupun biologi juga tidak diterapkan dalam ilmu kimia."
Disiplin ilmu seperti cybernetics dan teori sistem sangat penting dalam pandangan non-reduksionis yang
menggambarkan ilmu pengetahuan, kadang-kadang menjelaskan fenomena pada tingkat tertentu yang lebih
tinggi, dalam arti, kebalikan dari pendekatan reduksionis.
Kehendak Bebas dan Agama[sunting | sunting sumber]
Filsuf di era pencerahan bekerja untuk melindungi kehendak bebas manusia dari
reduksionisme. Descartes memisahkan antara kebebasan yang bersifat duniawi dengan kebebasan jiwa. Filsuf
Jerman memperkenalkan konsep alam noumenal yang tidak diatur oleh hukum-hukum deterministik alam
fenomenal, di mana setiap peristiwa sepenuhnya ditentukan oleh hubungan sebab-akibat. Perumusan yang
paling berpengaruh adalah oleh Immanuel Kant, yang membedakan antara kerangka deterministik kausal
pikiran alam dunia, alam fenomenal, dan alam noumenaltermasuk kehendak bebas. Untuk melindungi teologi
dari reduksionisme, abad ke-19 pasca-pencerahan, para teologis Jerman telah bergerak ke arah baru, yang
dipimpin oleh Friedrich Schleiermacher dan Albrecht Ritschl. Mereka mengambil pendekatan Romantis dari
akar keagamaan yang menyangkut ketenangan batin dan jiwa manusia, sehingga perasaan seseorang lebih
peka dalam hal-hal kerohanian seperti agama.
Manfaat Reduksi[sunting | sunting sumber]
Reduksi ontologis mengurangi jumlah primitif ontologis yang ada dalam ilmu ontologi. Hal ini
menyederhanakan sebuah filosofi, karena setiap primitif ontologis menuntut penjelasan khusus untuk
keberadaannya. Misalnya, jika seseorang mempertahankan bahwa kehidupan bukanlah sifat fisik, maka
seseorang harus memberikan penjelasan terpisah mengapa beberapa objek memilikinya dan mengapa yang
lain tidak, proses semacam ini dapat berubah menjadi cukup rumit. Tambahan, seseorang harus membuktikan
bahwa primitif sebenarnya layak, dan tidak lebih baik jika didefinisikan sebagai varian dari sesuatu yang lain
yang lebih mendasar. Misalnya, akan sulit untuk mempertahankan planet sebagai sesuatu yang primitif, dan
mungkin akan lebih baik untuk memperlakukannya sebagai badan besar lain yang tak hidup, yang merupakan
contoh dari reduksionisme.
Di sisi lain, kelebihan reduksionisme bisa menyebabkan penyederhanaan yang berlebihan. Misalnya, ada
perbedaan yang nyata antara kehidupan hewan dan kehidupan tumbuhan, hewan mempunyai kekuatan
namun tumbuhan kurang, seperti sensasi, gerak secara aktif, dan dapat dikatakan emosi. Pengurangan kedua
hal tersebut untuk sesuatu hal yang sama dapat kemudian membingungkan pemikiran yang melibatkan baik
hewan maupun tumbuhan. Reduksionisme dapat menghapus perbedaan yang penting, khususnya dalam
bidang filsafat yang lebih abstrak, seperti moralitas atau ilmu agama. Sekarang, tidak semua perbedaan
dianggap penting. Memperlakukan orang hitam dan putih dengan sama biasanya akan dibenarkan, di luar
pengobatan, sejarah, atau studi kultural, misalnya. Hal ini karena mudah untuk menyatakan bahwa tidak ada
perbedaan intrinsik antara keduanya, meskipun mungkin jelas ada perbedaan ekstrinsik, seperti tradisi dan
budaya. Dalam kasus seperti ini, di mana perbedaan antara kedua hal tidak relevan dengan topik, mereka
dapat diperlakukan sebagai sesuatu yang sama.
Alternatif untuk Reduksionisme[sunting | sunting sumber]
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan sistem berfikir telah melengkapi metode-metode untuk
mengatasi perkara-perkara dalam suatu pandangan holistik dibandingkan cara reduksionis, dan banyak ilmuan
yang melakukan pendekatan pada pekerjaannya dalam suatu paradigma holistik. Ketika banyak istilah
digunakan dalam konteks ilmiah, holisme dan reduksionisme mula-mula mengarah pada berbagai
macam model atau teori-teori yang menawarkan penjelasan yang berlaku pada dunia; metode ilmiah dari
pemutarbalikkan hipotesis, pemeriksaan data empiris yang melawan teori, sebagian besar tidak berubah,
namun pendekatan menuntun pada teori-teori yang dipandang. Konflik antara reduksionisme dan holisme pada
ilmu pengetahuan bukan hal umum--bagaimanapun juga suatu pendekatan holistik ataupun reduksionisme
layak berada pada konteks pembelajaran suatu sistem khusus atau fenomena.
Dalam banyak kasus (seperti teori kinetika gas), diberikan sebuah pemahaman yang baik dari komponen-
komponen suatu sistem, salah satunya dapat memprediksikan semua sifat yang paling penting dari sistem
secara keseluruhan. Dalam kasus lain, mencoba melakukan hal ini mengarah pada sebuah kekeliruan dari
komposisi. Dalam sistem itu, sifat-sifat yang bermunculan dari sistem tersebut sudah hampir tidak mungkin
untuk memprediksi pengetahuan tentang bagian-bagian dari sistem. Teori Kompleksitas mempelajari sistem-
sistem tersebut.
Alfred North Whitehead mengatur pemikiran metafisiknya dalam pertentangan terhadap reduksionisme. Ia
menyebut teknik ini sebagai 'kesalahan dari kenyataan yang salah tempat'. Rencananya berangkat untuk
membingkai pemahaman rasional, pemahaman tentang hal-hal umum, yang berasal dari realita kita.
Strategi reduksionis atau metode penyederhanaan dalam disiplin ilmu berisiko mengabaikan atau meniadakan
kesadaran yang sudah ada. Teori kekacauan, konsep entropi dalam studi kimia, dan prinsip ketidakpastian
Heisenberg dalam fisika partikel, semua menunjukkan bahwa pengetahuan dan kognisi dunia menjadi lebih
kompleks karena tingkat kesadaran itu meningkat. Para ilmuwan yang menggunakan metode reduksionis
sering mengambil pendekatan yang bertentangan dengan kontribusi sebelumnya dalam konteks ilmu
pengetahuan dalam rangka untuk membenarkan sebuah teori baru, kadang-kadang tidak perlu untuk
membantah teori yang sudah ada dalam memberikan wawasan baru. Membuktikan teori yang tidak valid dan
membuktikan asumsi baru menjadi kenyataan yang benar harus berlangsung berdasarkan kemampuannya
sendiri. Teori-teori ilmiah yang setengah valid dan setengah tidak valid dapat sepenuhnya ditolak dengan
reduksionisme, sedangkan dengan paradigma holistik seperti additivisme, seseorang dapat menambahkan
setengah-bagian untuk memperbarui asumsi. Seorang reduksionis akan kecil kemungkinannya untuk melihat
teori saat ini tidak valid sebagai kontribusi yang berlaku dalam konteks di mana mereka diamati, digunakan dan
disajikan, mengingat bahwa teori kompleksitas lebih dari hal tersebut.
Sven Erik Jorgensen, seorang ahli ekologi, memaparkan baik dari segi teori maupun dari sisi argumen pratik
untuk suatu pendekatan holistik dalam beberapa cakupan ilmu pengetahuan, terutama ekologi. Ia mengatakan
bahwa banyak sistem yang terlalu kompleks sehingga tidak akan mungkin untuk menjelaskan semua secara
detail. Menarik sebuah analogi Hukum Ketidakpastian Heisenberg dalam ilmu fisika, ia mengatakan bahwa
banyak sesuatu yang menarik dan relevan dengan fenomena ekologi yang tidak dapat ditiru dalam kondisi
laboratorium, dan dengan demikian tidak dapat diukur atau diamati tanpa mempengaruhi dan mengubah
sistem dalam berbagai cara. Ia juga menunjukan pentingnya keterkaitan dalam sistem biologi. Menurut
pandangannya, ilmu pengetahuan hanya akan berkembang dengan cara menguraikan pertanyaan yang belum
terjawab dan menggunakan model yang tidak berusaha untuk menjelaskan semuanya dalam tingkat hirarki
yang lebih kecil dari organisasi, tetapi menggunakan model dari skala sistem itu sendiri dengan
mempertimbangkan beberapa (tetapi tidak semua) faktor dari kedua tingkatan, baik yang lebih tinggi atau lebih
rendah di dalam hirarki.

Anda mungkin juga menyukai