Anda di halaman 1dari 31

PERAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN

PROFESIONALITAS GURU PADA PEMBELAJARAN


AL QURAN HADITS DAN SKI
DI MI

Makalah
Mata Kuliah MPMPAI 2

Dosen Pengampu:
M. Ngali Zainal Makmun, M.Pd.I

Disusun Oleh:
1. Dessy Eristha

1290045

2. Fandi Israwan

1290155

3. Hesti Ratnasari

1290215

Program Studi: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah


Jurusan: Tarbiyah
Semester: V

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI


STAIN JURAI SIWO METRO
TAHUN 2014

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu
yang telah ditentukan tanpa suatu halangan apapun.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk mengikuti mata kuliah MPMPAI 2 untuk dapat dipresentasikan kepada
mahasiswa lain, dan untuk menambah wawasan khazanah ilmu pengetahuan.
Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, dan
khususnya kepada bapak M. Ngali Zainal Makmun, M.Pd.I selaku dosen yang
telah membantu memberi saran dan masukan atau arahan sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami
mengharapkan kepada pembaca untuk memberi kritik dan saran, yang berguna
untuk memperoleh kesempurnaan pada pembuatan makalah selanjutnya. Semoga
makalah yang kami buat bermanfaat bagi diri kami sendiri khususnya dan
pembaca pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya
makalah ini. Dengan segala kerendahan hati , saran-saran dan kritik yang
konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan
makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Metro, 17 Oktober 2014


Penulis

Kelompok 4

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 5
A. Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran .............................................. 5
B. Kajian tentang Profesionalisme Guru ..................................................... 14
C. Peran Perencanaan Pembelajaran dalam Meningkatkan
Profesionalitas Guru pada Pembelajaran Al Quran Hadits
dan SKI di MI ......................................................................................... 20
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 26
A. Kesimpulan ............................................................................................. 26
B. Saran ........................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 27

iv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah pembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya
pengajaran adalah; upaya untuk membelajarkan siswa. Pembelajaran pada
dasarnya merupakan suatu rekayasa yang diupayakan untuk membantu peserta
didik agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan maksud dan tujuan
penciptaannya. Dalam konteks proses belajar di sekolah, pembelajaran tidak
dapat hanya terjadi dengan sendirinya, yakni peserta didik belajar berinteraksi
dengan lingkungan seperti yang terjadia dalam proses belajar di masyarakat,
proses pembelajaran harus diupayakan dan selalu terikat dengan tujuan, oleh
karenanya segala kegitan interaksi, metode, dan kondisi pembelajaran dengan
selalu mengacu pada tujuan pembelajaran yang dikehendaki.
Salah satu permasalahan serius yang dihadapi dunia pendidikan sekarang
ini adalah rendahnya kualitas pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran
pendidikan agama Islam, proses pembelajran pendidikan agama Islam yang
terjadi sering kali baru bersifat seadanya, rutinitas, formalis, kering dan kurang
bermakna, kualiatas pembelajran semacam itu akan mengahsilkan mutu
pendidiakan agama yang rendah pula. Begitu juga berbagai kritik terhadap
kegitan pembelajaran pendidikan agama Islam. Dalam konteks pembelajaran,
agaknya

titik

lemah

pendidikan

agama

terletak

pada

komponen

metodologinya. Diantaranya yaitu: 1) kurang bisa mengubah pengetahuan


agama yang kognitif menjadi makna dan nilai atau kurang mendorong
penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam
diri peserta didik; 2) kurang dapat bejalan bersama dan bekerja sama dengan
program-program pendidikan non agama; 3) kurang mempunyai relevansi
terhadap perubahan sosial yang terjadi dimasyarakat atau kurang ilustrasi
konteks sosial budaya, dan/atau bersifat statis akontekstual dan lepas dari
sejarah, sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai
nilai yang hidup dalam keseharian.

Melihat dari fenomena di atas ini, perbaikan kualitas pembelajaran


pendidikan agama Islam harus diawali dari desain pembelajaran yang baik,
dengan perkataan lain perencanaan pembelajaran pendidikan agama dapat
dijadikan titik awal upaya perbaikan kualitas pembelajaran.
Berkaitan dengan masalah proses belajar mengajar di sekolah, siswa
maupun guru yang akan melakukan dinamisasi dalam arti proses belajar
mengajar tersebut merupakan sarana untuk mengembangkan diri dan ilmu
pengetahuan, sikap maupun akhlak. Hanya saja proses belajar tersebut tidak
selamanya berjalan tanpa hambatan. Hambatan atau rintangan akan senantiasa
muncul setiap waktu. Dengan demikian perencanaan pembelajaran yang juga
menyangkut didalamnya tentang pelaksanaan perencanaan serta evaluasinya
merupakan keniscayaan yang harus dilakukan dengan sebaik- baiknya.
Keberadaan perencanaan pembelajaran, berperan untuk lebih terarahnya
suatu proses pembelajaran agar dapat menghantarkan peserta didik kepada
tujuan pendidikan yang telah ditargetkan semula. Dari sini, peranan
perencanaan pembelajaran sangat diperlukan, karena ia merupakan sistem
keharusan yang harus dilalui oleh seluruh tenaga kependidikan dalam
melaksanakan

sebuah

pembelajaran

dalam

pendidikan.

Perencanaan

pembelajaran yang keberadaannya semakin dibutuhkan dalam dunia


pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai fungsi sangat penting.
Dengan kata lain perencanaan pembelajaran mempunyai peran dalam
mensistimatiKIan inti pendidikan itu sendiri yaitu pelaksanaan pembelajaran
serta evaluasi keberhasilan dan kegagalannya.
Perencanaan pembelajaran berfungsi untuk membantu kelancaran
pembelajaran dan pengajaran di kelas, artinya dengan adanya perencanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan baik, akan memberi dampak
baik secara langsung maupun secara tidak langsung, yang akhirnya akan
kembali pada keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan dan pembelajaran,
meSKIpun tidak dengan perencanaan akan diketahui penyebab tidak
tercapainya tujuan karena adanya evaluasi di dalamya.
Dalam kaitannya dengan perencanaan pembelajaran, guru dituntut untuk
membuat persiapan mengajar yang efektif dan efisien. Namun dalam

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.2

kenyatannya, dengan berbagai alasan, banyak guru yang mengambil jalan


pintas dengan tidak membuat persiapan ketika mau melakukan pembelajaran,
sehingga guru mengajar tanpa persiapan. Mengajar tanpa persiapan,
disamping merugikan guru sebgai tenaga profesioanal juga akan sangat
mengganggu perkembangan peserta didik. Padahal sebenarnya para guru
menyadari persipan memiliki peran penting dalam pembelajara, namun masih
banyak guru sering tidak membuat persiapan mengajar, khusunya persipan
tetulis. Ada kalanya guru membuat persiapan mengajar tertulis hanya untuk
memenuhi tuntutan administratif atau disuruh oleh kepala sekolah karena akan
ada pengawasan ke sekolahannya.
Bertolak dari realitas dan fenomena di atas, maka eksistensi perencanan
pembelajaran di sekolah/madrasah menjadi sangat urgen, karena perencanaan
pembelajaran merupakan bagian keseriusan guru dalam mengurus pendidikan
dan tentu saja salah satu faktor keberhasilan dalam pencapain tujuan
pendidikan dan pembelajaran baik secara umum maupun khusus.
Tuntutan untuk merencanakan proses pembelajaran dengan baik (dalam
hal ini oleh tenaga pendidik/ guru) memang memerlukan usaha-usaha yang
baik pula, sensitif terhadap karakter, kemauan, kemampuan, potensi serta
talenta peserta didik. Dengan demikian, seorang guru yang profesioanal
dituntut

untuk

selalu

konsentrasi

dan

bersungguh-sungguh

dalam

mengusahakan perencanaan pembelajaran yang baik dan cocok dengan peserta


didiknya. Berdasarkan pada pemikiran inilah kiranya perlu dilakukan kajian
tentang:

Peran

Perencanaan

Pembelajaran

dalam

Meningkatkan

Profesionalitas Guru pada Pembelajaran Al Quran Hadits dan SKI di MI.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar perencanaan pembelajaran?
2. Bagaimana konsep profesionalisme guru?
3. Bagaimana peran perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan
profesionalitas guru pada pembelajaran Al Quran Hadits dan SKI di MI?

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.3

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep dasar perencanaan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui konsep profesionalisme guru.
3. Untuk mengetahui peran perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan
profesionalitas guru pada pembelajaran Al Quran Hadits dan SKI di MI.

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran


1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Berkenaan dengan perencanaan, ada beberapa pendapat para ahli
yang dikutip oleh Abdul Majid yaitu mendefinisikan perencanaan sebagai
berikut :
Menurut H. Newman. Perencanaan adalah menentukan apa yang
akan dilakukan. Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan
yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, menentukan kebijakan,
penentuan program, penentuan metode -metode dan prosedur tertentu dan
penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.
Terry menyatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan pekerjaan
yang harus dilaksanakan oleh kelompok yang harus dikerjakan untuk
mencapai tujuan yang digariKIan. Perencanaan mencakup kegiatan
pengambilan keputusan. Oleh karena itu diperlukan untuk mengadakan
visualisasi dan melihat kedepan guna merumuKIan suatu pola tindakan
untuk masa mendatang.
Banghart dan Trull mengemukakan bahwa, perencanaan adalah awal
dari semua proses yang rasional dan mengandung sifat optimis yang
didasarkan atas kepercayaan bahwa dapat mengatasi berbagai macam
permasalahan. Sedangkan Nana Sudjana mengatakan bahwa perencanaan
adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang
tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.1
Kemudian menurut Wina Sanjaya, Perencanaan pembelajaran adalah
proses pengambilan keputusan hasil berfikir secara rasional tentang
sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku serta
rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai pencapaian tujuan
tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang
ada. Hasil akhir dari proses pengambilan keputusan tersebut adalah
1

Abdul Majid. Perncanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standart Kompetensi Guru.


(Bandung: Rosdakarya, 2007), hlm. 16

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.5

tersusunnya dokumen yang berisi tentang hal-hal di atas, sehingga


selanjutnya dokumen tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dan pedoman
dalam melaksanakan proses pembelajaran.2
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan
pembelajaran di sekolah atau madrasah dapat diartikan sebagai proses
penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan
pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi
waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
Dalam hal ini, perencanaan mencakup rangkaian kegiatan untuk
menentukan tujuan umum dan tujuan khusus suatu organisasi atau
lembaga penyelenggara pendidikan berdasarkan dukungan informasi yang
lengkap. Setelah tujuan ditetapkan, perencanaan berkaitan dengan
penyusunan pola, rangkaian, dan proses kegiatan untuk mencapai tujuan,
dapat

diukur

dengan

terpenuhinya

faktor

kerjasama

perumusan

perencanaan, program kerja sekolah atau madrasah, dan upaya


implementasi program kerja tersebut dalam mencapai tujuan.
2. Prinsip-prinsip Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran merupakan kurikulum secara mikro yang
menggambarkan tujuan/kompetensi, materi/isi pembelajaran, kegiatan
belajar, dan alat evaluasi yang digunakan. Efektifitas perencanaan
pembelajaran tersebut sangat dipengaruhi beberapa prinsip. Sebelum kita
mempelajari prinsip-prinsip dalam perencanaan pembelajaran, sebaiknya
kita

mengingat

lagi

tentang

prinsip-prinsip

kurikulum

berbasis

kompetensi. Karena secara umum prinsip-prinsip kurikulum tersebut dapat


dijadikan landasan untuk perencanaan pembelajaran.
Menurut

Sugeng

Listiyo

Prabowo

&

Faridah

Nurmaliyah

mengemukakan bahwa, ada beberapa prinsip perencanaan pembelajaran


adalah meliputi :

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 28.

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.6

a. Dilakukan oleh SDM yang tepat dan kompeten. Dalam


melaksanakan perencanaan pembelajaran maka perencanaan
tersebut harus dilakukan oleh orang yang tepat.
b. Memiliki vasibilitas. Dalam melakukan perencanaan harus
diperhitungkan bagaimana perencanaan tersebut dilaksanakan.
Oleh karena itu, harus diperhitungkan proses yang akan dilalui
untuk dapat mencapai kompetensi yang telah direncanakan tadi.
Dalam kaitan dengan proses tersebut maka kemampuan
menyediakan sumber daya juga harus diperhitungkan.
c. Beracuan pada masa yang akan datang. Perencanaan yang dibuat
adalah apa yang akan diupayakan untuk dapat dicapai pada kurun
waktu yang akan datang. Oleh karena itu apa yang akan dicapai
dalam perencanaan tersebut adalah sesuatu yang akan dicapai
dalam kurun waktu yang akan datang.
d. Berpijak pada fakta. Perencanaan yang dibuat memperhitungkan
berbagai realitas dan kondisi yang ada di sekolah/madrasah.
Utamanya berkaitan dengan kemampuan siswa, dan kemampuan
sekolah/madrasah menyediakan sumber daya.3
Prinsip-prinsip tersebut harus dijadikan landasan dalam penyusunan
perencanaan pembelajaran. Secara praktis dalam penyusunan perencanaan
pembelajaran kita harus sudah menguasai bagaimana menjabarkan
kompetansi dasar menjadi indikator, bagaimana dalam memilih materi
pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar, bagaimana memilih
alternatif metode mengajar yang dianggap paling sesuai untuk memcapai
kompetensi dasar, dan bagaimana mengembangkan evaluasi belajar.
Untuk membuat perencanaan yang baik, seorang pendidik harus
mengetahui unsur-unsur perencanaan pembelajaran yang baik, diantara
unsur-unsur tersebut antara laian : mengidentifikasi kebutuhan siswa,
tujuan yang hendak dicapai, berbagai strategi dan KIenario pembelajaran
yang relevan digunakan untuk mencapai tujuan, dan kriteria evaluasi.
Lebih lanjut pengembangan persiapan pembelajaran harus memperhatikan
3

Sugeng Listiyo Prabowo dan Faridah Nurmaliyah, Perencanaan Pembelajaran, (Malang:


UIN Maliki Press, 2010), h. 5.

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.7

minat dan perhatian peserta didik terhadap materi yang dijadikan bahan
kajian. Dalam hal ini peran pendidik bukan hanya sebagai transformator,
tetapi juga harus berperan sebagai motivator yang dapat membangkitkan
gairah belajar, serta mendorong siswa untuk belajar dengan menggunakan
berbagai variasi media, dan sumber belajar yang sesuai serta menunjang
pembentukan kompetensi pada siswa.
3. Fungsi dan Manfaat Perencanaan Pembelajaran
a. Fungsi Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran memiliki beberapa fungsi di antaranya
seperti dijelaKIan berikut ini.
1) Fungsui Kreatif
Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang
matang, akan dapat memberikan umpan balik yang dapat
menggambarkan berbagai kelemahan yang terjadi. Melalui
umpan

balik

itulah

guru

dapat

meningkatkan

dan

memeperbaiki program. Secara kreatif, guru akan selalu


memperbaiki berbagai kelemahan dan menemukan hal-hal
baru.
2) Fungsi Inovatif
Suatu inovasi hanya akan mungkin muncul seandainya kita
memahami

adanya

kesenjangan

antara

harapan

dan

kenyataan. Kesenjangan itu hanya mungkin dapat ditangkap,


manakala kita memahami proses yang dilaksanakan secara
sistematis. Proses pembelajaran yang sistematis itulah yang
direncanakan dan terprogram secara utuh. Dalam kaitan
inilah perencanaan memiliki fungsi inovasi.
3) Fungsi Selektif
Adakalanya untuk mencapai suatu tujuan atau sasaran
pembelajaran kita dihadapkan kepada berbagai pilihan
strategi. Melalui proses perencanaan kita dapat menyeleksi
strategi mana yang kita anggap lebih efektif dan efisien untuk
dikembangkan. Tanpa suatu perencanaan tidak mungkin kita

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.8

dapat menentukan pilihan yang tepat. Fungsi selektif ini juga


berkaitan dengan pemilihan meteri pelajaran yang dianggap
sesuai

dengan

tujuan

pembelajaran.

Melalui

proses

perencanaan guru dapat menentukan materi mana yang sesuai


dan materi mana yang tidak sesuai.
4) Fungsi Komunikatif
Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaKIan
kepada setiap orang yang terlibat, baik kepada guru, pada
siswa, kepada sekolah bahkan kepada pihak eksternal seprti
kepada orang tua dan masyarakat. Dokumen perencanaan
harus dapat mengkomunikasikan kepada setiap orang baik
tentang tujuan dan hasil yang ingin dicapai, startegi atau
rangkaian kegiatan yang dapat dilakukan. Oeh sebab itu,
perencanaan memiliki fungsi komunikasi.
5) Fungsi Prediktif
Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat, dapat
menggambarkan apa yang akan terjadi setelah dilakukan
suatu treatment sesuai dengan program yang disusun. Melaui
fungsi prediktifnya, perencanaan dapat mmenggambarkan
berbagai kesulitan yang akan terjadi. Di samping itu, fungsi
prediktif dapat menggambarkan hasil yang akan diperoleh.
6) Fungsi Akurasi
Sering terjadi, guru merasa kelebihan bahan pelajaran
sehingga mereka merasa waktu yang tersedia tidak sesuai
dengan banayaknya bahan yang harus dipelajari siswa.
Akibatnya, proses pembelajaran berjalan tidak normal lagi,
sebab kriteria keberhasilan diukur dari sejumlah materi
pelajaran yang telah disampaikan pada siswa tidak perduli
materi itu dipahami atau tidak. Perencanaan yang matang
dapat mengindari hal tersebut. Sebab, melalui proses
perencanaan guru dapat menerka setiap waktu yang
diperlukan untuk menyiapkan bahan pelajaran tertentu. Guru

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.9

dapat menghitung jam pelajaran efektif, melalui program


perencanaan.
7) Fungsi Pencapaian Tujuan
Mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi, akan
tetapi membentuk manusia secara utuh. Manusia utuh bukan
hanya berkembang dalam aspek intelektual saja, akan tetapi
juga dalam sikap dan keterampilan. Dengan demikian
pembelajaran memiliki dua sisi yang sama pentingnya, yakni
sisi hasil belajar dan sisi proses belajar. Melalui perencanaan
itulah kedua sisi pembelajaran dapat dilakukan secara
seimbang.
8) Fungsi Kontrol
Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses
pembelajaran tertentu. Melalui perencanaan kita dapat
menentukan sejauh mana materi pelajaran telah dapat diserap
oleh siswa, materi mana yang sudah dan belum dipahami
siswa. Dalam hal inilah perencanaan sebagai kontrol, yang
selanjutnya dapat memeberikan balikan kepada guru dalam
mengembangkan program pembelajaran selanjutnya.4
b. Manfaat Perencanaan Pembelajaran
Dari berbagai definisi perencanaan pembelajaran di atas dapat
diketahui manfaat dan fungsi dari perencanaan pembelajaran yang
meliputi:
Pertama, memberikan kejelasan dalam pencapaian kompetensi
peserta didik, dan persyaratan yang diperlukan oleh peserta didik untuk
dapat mengikuti pembelajaran disekolah/madrasah tersebut. Kondisi
ini mengindikasikan bahwa perencanaan yang baik akan memudahkan
pelaksanaanya, bahkan jika disekolah/madrasah tersebut terjadi
berbagai perubahan personal dan kepemimpinan, masih dapat
dilaksanakan dengan mudah karena adanya perencanaan yang baik.
4

Wina Sanjaya, op. cit., h. 35-37.

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.10

Disisi lain adanya perencanaan dapat digunakan oleh menejemen


sekolah/madrasah untuk menentukan kualifikasi dan persyaratan lain
dibutuhkan oleh siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.
Kedua, meningkatkan efisisensi dalam proses pelaksanaan.
Adanya perencanaan akan memberikan gambaran tentang kebutuhan
sumber daya yang diperlukan dalam mencapai kompetensi. Baik itu
sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia. Dengan
diketahuinya berbagai kebutuhan sumber daya tersebut, maka proses
pengadaan sumber daya dapat ditentukan lebih dahulu. Selain itu
adanya perencanaan juga dapat menentukan proses yang tepat
sehingga terhindar dari proses yang tidak jelas dan berulang-ulang.
Ketiga, melaksanakan proses pengembangan berkelanjutan.
Adanya perencanaan

dapat

menetukan berbagai

proses

yang

diperlukan pada kurun waktu tertentu. Dengan memperhatikan


prioritas-prioritas yang harus dicapai, maka perencanaan pada saat ini
merupakan dasar dari perencanaan berikutnya, perencanaan berikutnya
merupakan dasar perencanaan berikutnya selanjutnya, demikian
seharusnya akan terjadi kesinambungan antara satu perencanaan
dengan perencanaan berikutnya, sehingga kemudian pengembangan
secara berkelanjutan akan dapat dilakukan.
Keempat,

perencanaan

dapat

digunakan

untuk

menarik

stakeholder. Seringkali stakeholder yang akan bekerjasama dengan


sekolah/madrasah meminta sekolah/madrasah untuk menunjukkan
berbagai hal yang akan dikerjakannya pada masa yang datang. Jika
sekolah/madrasah memiliki perencanaan belajar yang jelas, maka
sekolah/madrasah tersebut dengan mudah dapat menunjukkan dan
meyakinkan apa yang akan dicapai lulusannya setelah mengikuti
proses belajar di sekolah/madrasah.5
Menurut Wina Sanjaya, manfaat dari perencanaan pembelajaran
adalah sebagai berikut :

Sugeng Listiyo Prabowo dan Faridah Nurmaliyah, op. cit., h. 4-5.

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.11

1) Melalui proses perencanaan yang matang, kita akan terhindar


dari keberhasilan yang bersifat untung-untungan. Artinya,
dengan perencanaan yang matang dan akurat, kita akan
mampu memprediksi seberapa besar keberhasilan yang akan
dapat dicapai.
2) Sebagai alat untuk memecahkan masalah. Seorang perencana
yang baik akan dapat memprediksi kesulitan apa yang akan
dihadapi oleh siswa dalam mempelajari materi tertentu.
Melalui perencanaan yang matang kita akan dengan mudah
mengntisipasinya

sebab

berbagai

kemungkinan

sudah

diantisipasi sebelumnya.
3) Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat.
Melalui perencanaan, guru dapat menentukan sumber-sumber
mana saja yang dianggap tepat untuk mempelajari suatu
bahan pembelajaran.
4) Perencanaaan akan membuat pembelajaran berlangsung
secara sistematis artinya, proses pembelajaran tidak akan
berlangsung seadanya, akan tetapi akan berlangsung secara
terarah dan terorganisir. Melalui perencanaan yang matang
guru akan bekerja setahap demi setahap untuk menuju
perubahan yang diinginkan sesuai dengan tujuan.6
4. Langkah-langkah Penyusunan Perencanaan Pembelajaran
Langkah-langkah yang ditempuh untuk menyusun perangkat
pembelajaran dengan pendekatan mata pelajaran yang dijabarkan mulai
dari standar isi sampai menjadi RPP, diuraikan berikut.
a. Membaca dan mendalami KI/KD suatu mata pelajaran dan
struktur kurikulum mapel pada kelas tertentu.
b. Memetakan

KI/KD

dengan

tujuan

(1)

menentukan

karakteristik/kategori suatu kompetensi dasar (2) menentukan


cakupan materi, (2) menentukan pengetahuan prasarat yang
diperlukan untuk mencapai KD, atau (3) menata urutan penyajian
6

Wina Sanjaya, op. cit., h. 33-34.

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.12

kompetensi dasar dalam satu semester/ satu tahun. Format dan


penentuan tujuan pemetaan disesuaikan dengan karakteristik
mata pelajaran. Dengan mengetahui karakteristik KD dari
pemetaan dapat dilakukan penentuan waktu yang sesuai dan
model perencanaan pembelajaran berikutnya.
c. Menyusun program tahunan (prota) dengan cara (1) menentukan
jumlah minggu dalam 1 tahun (a), (2) menentukan jumlah
minggu yang tidak efektif (b), (3) menentukan minggu efektif
dalam satu tahun dengan cara a b = c (minggu efektif dalam
satu tahun), dan (4) menentukan jumlah jam pelajaran efektif
untuk tiap mata pelajaran dalam satu tahun dengan cara minggu
efektif dalam satu tahun x alokasi jam pelajaran (lihat struktur
kurikulum MI) = ... jam efektif mapel, (5) mengatur alokasi
waktu jam efektif dua semester(satu tahun) untuk pembelajaran
dan ulangan, (6) membagi jam efektif untuk ulangan, (7)
membagi waktu jam pelajaran efektif untuk semua kompetensi
dasar sesuai dengan karakteristik/cakupan KD yang telah
ditentukan pada pemetaan, dan (8) menuliKIan KD sesuai
dengan urutan KD dalam pemetaan beserta waktu yang
dialokasikan

untuk

KD

tersebut.

Minggu

efektif

tiap

sekolah/madrasah diatur sendiri asalkan dalam satu tahun tidak


kurang dari 34 minggu dan tidak lebih dari 38 minggu.
d. Menyusun program semester (prosem) dengan cara (1)
menentukan alokasi waktu jam efektif satu semester yang sudah
dituliKIan pada prota (pembelajaran dan ulangan), dan (2)
mendistribusikan jam efektif pembelajaran dan ulangan pada
rincian mingguan dalam tabel kalender akademik madrasah.
Urutan penyajian KD disesuaikan dengan pemetaan yang telah
dilakukan. Urutan TIDAK HARUS sama dengan urutan dalam
standar isi. Pengaturan urutan penyajian yang telah dirancang
pada pemetaan dituliKIan pada prosem. Contoh pada lampiran
ini perlu disesuaikan dengan kalender akademik madrasah.

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.13

Prosem memberikan gambaran perencanaan penyajian KD satu


semester denga rincian penyajian tiap minggu dan distribusi
ulangan harian. Jumlah alokasi waktu per KD pada prosem diisi
sesuai dengan jam pelajaran yang ada pada prota. Bedanya,
program

semester

menggambarkan

lebih

rinci

penyajian

kompetensi dasar pada minggu ke berapa dan pelaksanaan


ulangan pada minggu ke berapa.
e. Menyusun silabus yaitu menjabarkan semua KD menjadi
komponen-komponen silabus yaitu (1) identitas/tema mapel, (2)
KI/KD, (3) materi, (4) kegiatan pembelajaran, (5) indikator, (6)
penilaian, (7) alokasi waktu, dan (8) sumber belajar. Urutan
penulisan KD dalam silabus sesuai dengan pemetaan yang
dilakukan dan alokasi waktu sesuai dengan prota.
f. Menyusun RPP yaitu menjabarkan lebih lanjut silabus menjadi
lebih operasional terutama pada kegiatan pembelajaran dan
wujud alat penilaiannya. RPP menjabarkan pelaksanaan suatu
KD menjadi satu atau beberapa pertemuan sesuai dengan waktu
yang dimiliki. Komponen RPP mencakup (1) identitas/tema dan
alokasi waktu, (2) KI/KD, (3) tujuan pembelajaran, (4) materi,
(5) metode pembelajaran, (6) kegiatan pembelajaran, (7)
penilaian hasil belajar, dan (8) sumber belajar. Kompetensi dasar
pada RPP sesuai dengan kompetensi dasar pada silabus. Tiap-tiap
mapel diberi satu kompetensi dasar. RPP yang baik sudah
dilengkapi bahan ajar, instrumen penilaian yang siap pakai (ada
soal/perintah dan pedoman penilaian/ rubrik).7

B. Kajian tentang Profesionalitas Guru


1. Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme yaitu faham yang mengajarakan bahwa setiap
pekerjaan harus dilakaukan oleh orang yang profesioa nal. Orang yang
profesional yaitu orang yang memiliki profesi. Secara harfiah kata profesi
7

analisis-kurikulum-riyani17.blogspot.com, diakses tanggal 28/10/2014.

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.14

berasal dari kata profession yang berasal dari bahasa Latin profesus yang
berarti Mampu atau ahli dalam suatu bentuk pekerjaan8.
Vollmer dan Mill yang dikutip Peter Jarvis menyatakan bahwa
profesi adalah suatu pekerjaan yang didasarkan atas studi intelektual dan
latihan

yang

khusus,

tujuannya

untuk

menyediakan

pelayanan

keterampilan atau advise terhadap yang lain dengan bayaran atau upah
tertentu.
Peter Jarvis mengutip pendapat Cogan profesi adalah suatu
keterampilan yang dalam praktiknya didasarkan atas suatu struktur
teoritis tertentu dari beberapa bagian pelajaran atau ilmu pengetahuan.
Abin Syamsuddin mengartikan profesi sebagai suatu Pekerjaan tertentu
yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa sehingga meyakinkan dan
memperoleh kepercayaan pihak yang memerlukannya.9
Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: Apabi la suatu urusan (amanah) diserahkan kepada orang
yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.
Dari perspektif sosiologis, profesi adalah suatu pekerjaan yang
mengatur dirinya melalui suatu latihan wajib dan sistematis dan disiplin
kesejawatan, yang didasarkan atas pengetahuan teknis yang spesialis,
memiliki orientasi pelayanan dan bukan keuntungan serta dijunjung tinggi
melalui kode etiknya.
Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa profesi dapat
diartikan sebagai suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian,
yang didapat melalui pendidikan dan latihan tertentu, menuntut
persyaratan khusus, memiliki tanggung jawab dan kode etik tertentu pula.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,

Buchari Alma, dkk, Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar),
(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 115.
9
Ibid, h. 116.

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.15

kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma


tertentu serta memerlukan pendidikan profesi10.
2. Konsep Profesionalisme Guru
Profesionalisme mengarah kepada komitmen para anggota suatu
profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terusmenerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Profesinalisme guru
merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan
kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan
dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian11. Sementara,
guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Selain
itu, guru profesional yaitu guru yang tahu mendalam tentang apa yang
diajarkan,

mampu

mengajarkannya

secara

efektif,

efisien,

dan

berkepribadian mantap.12
Dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia
mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal.
Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki guru profesional
meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang
bersifat pribadi, sosial, maupun akademis. Syah merinci kompetensi
profesional guru ke dalam tiga aspek, yaitu kompetensi kognitif,
kompetensi afektif, dan kompetensi Kompetensi psikomotorik meliputi
kecakapan fisik umum dan khusus seperti psikomotorik. Kompetensi
kognitif meliputi penguasaan terhadap pengetahuan kependidikan,
pengetahuan materi bidang studi yang diajarkan, dan kemampuan
mentransfer pengetahuan kepada para siswa agar dapat belajar secara
efektif dan efisisen. Kompetensi afektif, yaitu sikap dan perasaan diri yang

10

Kunandar, Guru Profesional - Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 45.
11
Kunandar, h. 46.
12
Buchari Alma, dkk, h. 127.

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.16

berkaitan dengan profesi keguruan, yang meliputi self concept, self


efficacy, attitude of self-acceptance dan pandangan seorang guru terhadap
kualitas dirinya. ekspresi verbal dan nonverbal.13
Berdasarkan PP Nomor 17 Tahun 2007 tentang guru, dinyatakan
bahwa kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional. Kutipan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pasal 10 ayat (1) disebutkan bahwa yang dimaksud kompetensi pedagogik
adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Yang dimaksud
kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas
dan mendalam.
3. Kriteria Guru Profesional
Guru memegang peranan yang strategis terutama dalam upaya
membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilainilai yang diinginkan. Maka dalam hal ini sangat dibutuhkan
keprofesionalitasan seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Menurut
Buchari dkk dalam buku Guru Profesional terdapat enam tugas dan
tanggung jawab guru dalam mengembangkan profesinya, yakni:
a. Guru bertugas sebagai pengajar
Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam
merencanakan dan melaksanakan pengajaran.
b. Guru bertugas sebagai pembimbing
Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pembimbing memberi
tekanan kepada tugas memberikan bantuan kepada siswa dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya.
c. Guru bertugas sebagai administrator kelas
13

Ibid., h. 127-128.

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.17

Tugas dan tanggung jawab sebagai administrator kelas pada


hakikatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang
pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya.
d. Guru bertugas sebagai pengembang kurikulum
Tanggung jawab guru dalam hal ini adalah berusaha untuk
mempertahankan apa yang sudah ada serta mengadakan
penyempurnaan praktik pengajaran agar hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan.
e. Guru bertugas untuk mengembangkan profesi
Tanggung jawab mengembangkan profesi pada dasarnya ialah
tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai,
menjaga, dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab
profesinya.
f. Guru bertugas untuk membina hubungan dengan masyarakat
Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat
berarti guru harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai
bagian

integral

dari

masyarakat

serta

sekolah

sebagai

pemabaharu masyarakat. Untuk itu guru dituntut untuk dapat


menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan
pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Secara normatif, Pasal 20 UU Nomor 14/2005 tentang Guru dan
Dosen,

dalam

melaksanakan

tugas

keprofesionalan,

guru

harus

melaksanakan 5 kewajiban, yaitu:


a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran
yang

bermutu,

serta

menilai

dan

mengevaluasi

hasil

pembelajaran.
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
c. Bertindak

objektif

dan

tidak

diKIriminatif

atas

dasar

pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.18

tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi


peserta didik dalam pembelajaran.
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan
kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesaatuan bangsa14.
Selain itu, guru profesional yang kompeten harus dapat menunjukkan
karakteristik utamanya, yaitu sebagai berikut:
a. Mampu melakukan sesuatu pekerjaan tertentu secara rasional.
b. Menguasai perangkat pengetahuan (teori dan konsep, prinsip dan
kaidah, hipotesis dan generalisasi, data dan informasi, dsb.)
tentang seluk beluk apa yang menjadi bidang tugas pekerjaannya.
c. Menguasai perangkat keterampilan (strategi dan taktik, metode
dan teknik, sarana dan instrumen, dsb.) tentang cara bagaimana
dan dengan apa harus melakukan tugas pekerjaannya.
d. Memahami perangkat persyaratan ambang (basic standard)
tentang ketentuan kelayakan normatif minimal kondisi dari
proses yang dapat ditoleransikan dan kriteria keberhasilan yang
dapat diterima dari apa yang dilakukannya.
e. Memiliki daya (motivasi) dan citra (aspirasi) unggulan dalam
malakukan tugas pekerjaannya.
f. Memiliki kewenangan (otoritas) yang memancar atau penguasaan
perangkat kompetensinya yang dalam batas tertentu dapat
didemonstrasikan

dan

teruji,

sehingga

memungkinkan

memperoleh pengakuan pihak berwenang15.


Menurut S. Nasution menyatakan ada 10 kriteria untuk menjadi guru
yang baik, yaitu:
a. Guru yang baik dapat memahami dan menghormati murid.
b. Memahami bahan pelajaran yang diberikannya.
c. Memilih metode yang sesuai.
d. Menyesuaikan bahan pelajaran dengan kebutuhan murid.
e. Memiliki tujuan tertentu dari setiap pelajaran.
14
15

Ibid., h. 126
Ibid., h. 134-135

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.19

f. Tidak terikat dengan satu buku teks.


g. Tidak menyampaikan pengetahuan saja tapi berusaha membentuk
kepribadian anak.

C. Peran Perencanaan Pembelajaran dalam Meningkatkan Profesionalitas


Guru pada Pembelajaran Al Quran Hadits dan SKI di MI
1. Pembelajaran Al Quran Hadits
a. Pengertian
Al Quran secara istilah adalah firman Allah SWT yang menjadi
mujizat abadi kepada Rasulullah yang tidak mungkin bisa ditandingi
oleh manusia, diturunkan ke dalam hati Rasulullah SAW, diturunkan
ke generasi berikutnya secara mutawatir, ketika dibaca bernilai ibadah
dan berpahala besar. Al quran merupakan wahyu Allah dan sekaligus
sebagai pedoman atau panduan hidup bagi umat manusia.
Selanjutnya Istilah Hadits telah digunakan secara luas dalam
studi keislaman untuk merujuk kepada teladan dan otoritas Nabi saw
atau sumber kedua hukum Islam setelah Al Quran. Kata hadits
merupakan isim yang secara bahasa berarti kisah, cerita, pembicaraan,
percakapan atau komunikasi baik verbal maupun lewat tulisan. Yang
dimaksud hadits adalah semua yang bersumber dari Rasulullah SAW
baik berupa perkataan, perbuatan, atau pengakuan beliau terhadap
pekerjaan atau perkataan orang lain.16
Jadi Al Quran Hadits yang dimaksudkan dalam pembahasan ini
adalah bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Madrasah
Ibtidaiyah yang dimaksudkan untuk memberikan motivasi, bimbingan,
pemahaman, kemampuan dan penghayatan terhadap isi yang
terkandung dalam Al Quran dan Hadits sehingga dapat diwujudkan
dalam perilaku sehari-hari sebagai perwujudan iman dan taqwa kepada
Allah SWT.

16

M. abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Rineka Cipta,
2008), h. 100.

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.20

b. Tujuan Pembelajaran Al Quran Hadits


Pembelajaran Al Quran-Hadits adalah bagian dari upaya untuk
mempersiapkan

sejak

dini

agar

siswa

memahami,

terampil

melaksanakan dan mengamalkan isi kandungan Al Quran-Hadits


melalui kegiatan pendidikan. Tujuan pembelajaran Al Quran-Hadits di
Madrasah Ibtidaiyah adalah agar murid mampu membaca, menulis,
menghafal, mengartikan, memahami, dan terampil melaksanakan isi
kandungan Al Quran-Hadits dalam kehidupan sehari-hari sehingga
menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Inti
ketakwaan itu ialah berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kegiatan pembelajaran Al Quran Hadits sebagai salah satu
bidang studi pada pendidikan Madrasah, mempuyai fungsi yang sama
dengan bidang studi yang lain, yaitu sebagai suatu kegiatan
pembelajaran yang mempunyai tujuan akhir yang sesuai dengan arah
Tujuan Pendidikan Nasional, dan tentunya merupakan bagian dari
upaya untuk mencapai Tujuan Pendidikan Nasional pada jenjang
pendidikan tertentu.
Tujuan pembelajaran Al Quran Hadits dapat didefinisikan
sebagai kualifikasi yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah
menyelesaikan kigiatan pembelajaran bidang studi Al Quran Hadits
dalam suatu lembaga pendidikan. Tujuan mata pelajaran Al Quran
Hadits menggambarkan bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut dalam perencanaan
pembelajaran di sekolah. Tujuan ini menjadi acuan dari bentuk-bentuk
pengalaman belajar yang dicapai siswa setelah mempelajari mata
pelajaran tersebut pada jenjang pendidikan tertentu. Oleh karena itu,
tujuan semacam ini dapat memberikan tuntutan kepada pelaksana
perencanaan pembelajaran sekolah tentang materi pembelajaran Al
Quran Hadits yang dapat dikembangkan dan disajikan.17

17

Ibid., h. 105

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.21

2. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)


a. Pengertian
Sejarah dianggap salah satu bidang studi pendidikan agama.
Yang dimaksud dengan sejarah di sini adalah studi tentang riwayat
hidup Rasulullah SAW, sahabat-sahabat, dan imam-imam pemberi
petunjuk yang diberikan kepada murid sebagai contoh teladan yang
utama dari tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan
pribadi maupun kehidupan sosial.
Kebudayaan Islam merupakan hasil pikir dan karya manusia
yang didasarkan kepada pemahaman Islam yang beragam. Artinya,
kebudayaan Islam lahir dari pemahaman ajaran yang mengatur
kehidupan masyarakat yang menganut agama Islam sejak datangnya
wahyu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebudayaan Islam
mencakup tidak hanya hasil pikiran dan karya umat Islam saja, tetapi
meliputi pula totalitas pikir dan karya orang-orang yang hidup dan
bernaung di bawah panji-panji Islam, baik bangsa Arab ataupun non
Arab.18
Berangkat dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa yang di
maksud dengan Sejarah Kebudayaan Islam adalah catatan lengkap
tentang segala sesuatu yang di hasilkan oleh umat islam untuk
kemaslahatan hidup dan kehidupan manusia.
b. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Mempelajari sejarah dalam hal ini sejarah kebudayaan Islam
memiliki tujuan yang penting bagi kehidupan kita untuk zaman
sekarang maupun untuk zaman yang akan dating, diantaranya yaitu:
1) Untuk mendapatkan informasi dan pemahaman mengenai
asal-usul khazanah budaya dan kekayaan di bidang lainnya
yang pernah diraih umat Islam dimasa lampau dan
mengambil ibrah (pelajaran) dari kejadian tersebut.
2) Untuk membentuk watak dan kepribadian umat. Sebab,
dengan mempelajari SKI generasi muda akan mendapatkan
18

Ibid., h. 210.

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.22

pelajaran yang sangat berharga dari perjalanan suatu tokoh


atau generasi terdahulu.
3) Agar siswa dapat memilah dan memilih mana aspek sejarah
yang perlu dikembangkan dan mana yang tidak perlu
dikembangkan. Mengambil pelajaran baik dari suatu umat
dan meninggalkan hal-hal yang tidak baik.
4) Agar siswa mampu berfikir secara kronologis dan memiliki
pengetahuan tentang masa lalu yang dapat digunakan untuk
memahami dan menjelaskandan perkembangan, perubahan
masyarakat serta keragaman sosial budaya Islam dimasa
lampau.19
3. Peran Perencanaan Pembelajaran dalam Meningkatkan Profesionalitas
Guru
Pada dasarnya perencanaan pembelajaran di sekolah/madrasah
adalah sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media
pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian
dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Guru merupakan pemeran utama dalam proses pembelajaran
sehingga dalam sistem pembelajaran di kelas maupun di luar kelas tetap
menempatkan guru pada tempat yang penting. mengajar merupakan suatu
kegiatan yang sangat komplek, sulit untuk menentukan tentang bagaimana
mengajar yang baik atau bagaimana guru yang profesional, karena setiap
guru mempunyai cara tersendiri untuk mencapai tujuan mengajarnya. Guru
dikatakan profesional dalam mengajar secara umum harus mempunyai
keterampilan khusus yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.
Keterampilan

khusus

perencanaan/program

yang

harus

pembelajaran

dimiliki
atau

yaitu

menyusun

persiapan

mengajar,

melaksanakan perencanaan pembelajaran denga baik serta mengevaluasi


hasil perencanaan pembelajaran.

19

Ibid., h. 213.

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.23

Pembahasan tentang perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan


profesionalitas guru ini bertitik tolak pada kedua uraian di atas. Dalam
pelaksanaan pembelajaran, perencanaan pembelajaran mempunyai peran
yang sangat penting untuk memandu guru dalam melaksanakan tugasnya
dalam

kegiatan

belajar

mengajar

berlangsung.

Karena

rencana

pembelajaran baik secara tertulis atau tidak tertulis adalah gambaran


bagaimana guru akan memulai kegiatan belajar mengajar berlangsung
nantinya. Perencanaan pembelajaran itu penting sebagai bahan acuan
untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Namun, dalam merencanakan
haruslah mempertimbangkan aspek-aspek yang mampu mengacu terhadap
kurikulum sekolah, kegiatan pembelajaran yang aktif komunikatif serta
memberikan pemehaman yang konkrit atau jelas bagi para siswanya.
Melalui perencanaan yang matang kita dapat menginventarisir halhal yang dibutuhkan. Mengapa perencanaan pembelajaran dibutuhkan?
Hal ini disebabkan beberapa hal.
Pertama, pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Sesederhana
apa pun proses pembelajaran yang dibangun oleh guru. Proses tersebut
diarahkan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian semakin kompleks
tujuan yang harus dicapai, maka semakin kompleks pula proses
pembelajaran yang berarti akan semakin kompleks pula perencanaan yang
harus disusun oleh guru.
Kedua, pembelajaran adalah proses kerja sama. Proses pembelajaran
minimal akan melibatkan guru dan siswa. Dengan demikian, dalam proses
pembelajaran guru dan siswa perlu bekarja sama secara harmonis. Di sini
pentingnya perencanaan pembelajaran. Guru perlu merencanakan apa yang
harus dilakukan oleh siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
optimal, di samping guru juga harus merencanakan apa yang sebaikanya
diperankan oleh dirinya sebagai pengelola pembelajaran.
Ketiga, proses pembelajaran adalah proses yang kompleks.
Pembelajaran bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan
tetapi juag suatu proses pembentukan perilaku siswa. Itulah sebabnya
proses pembelajaran adalah proses yang kompleks, yang harus

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.24

memperhitungkan

berbagai

Kemungkinan-kemungkinan

kemungkinan
itulah

yang

yang
selanjutnya

akan

terjadi.

memerlukan

perencanaan yang matang dari setiap guru.


Keempat, proses pembelajaran akan efektif manakala memanfaatkan
berbagai sarana dan prasarana yang tersedia termasuk memanfaatkan
berabagai sumber belajar. Untuk itu perlu perencanaan yang matang
bagaimana

memanfaatkannya

untuk

keperluan

pencapaian

tujuan

pembelajaran secara efektif dan efisien.


Disamping itu, tingkat kompetensi guru yang tinggi akan sangat
mendukung terhadap pelaksanaan perencanaan pembelajaran yang telah
dibuat sebelumnya. Dengan begitu, pelaksanaan terhadap perencanaan
pembelajaran tersebut akan lebih maksimal lagi. Hal ini dikarenakan
bahwa

seorang

guru

yang

profesional

akan

menguasai

proses

kependidikan, keguruan termasuk didalamnya adalah pembelajaran


terhadap siswa.
Ini

membuktikan

bahwa

perencanaan

pembelajaran

memudahkan/membantu guru dalam proses kegiatan belajar yang akan


dilaksanakan, selain itu juga fungsi dari perencanaan ini adalah sebagai
bahan evaluasi bagi guru untuk menyempurnakan perencanaan yang akan
di buat selanjutnya.

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.25

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas tentang konsep dasar perencanaan
pembelajaran,

konsep

profesionalisme

guru

dan

peran

perencanaan

pembelajaran dalam meningkatkan profesionalisme guru dapat ditarik


kesimpulan.
Perencanaan pembelajaran di sekolah atau madrasah dapat diartikan
sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran,
penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu
alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Profesinalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas
suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang
berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Guru
yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan
untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Selain itu, guru
profesional yaitu guru yang tahu mendalam tentang apa yang diajarkan,
mampu mengajarkannya secara efektif, efisien, dan berkepribadian mantap.
Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa perencanaan pembelajaran
yang sudah matang (tersusun dengan baik) dan dilaksanakan dengan sungguhsungguh (secara maksimal) akan meningkatkan profesionalitas guru. Sehingga
perencanaan ini akan menjadi sebagai bahan evaluai bagi guru serta dapat
dijadikan pedoman/acuan untuk kegiatan pembelajaran di masa mendatang.

B. Saran
Dari hasil studi tentang perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan
profesionalitas guru, maka penulis masih perlu memberikan saran-saran baik
kepada pihak sekolah, kepada para guru, anak didik, agar nantinya
pelaksanaan perencanaan pembelajaran akan lebih baik dan kualitas serta
prestasi siswa dapat lebih meningkat.

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.26

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, M. Abdul Qadir. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Rineka
Cipta, 2008.
Alma, Buchari. dkk. Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil
Mengajar). Bandung: Alfabeta, 2010.
analisis-kurikulum-riyani17.blogspot.com, diakses tanggal 28/10/2014.
Kunandar. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2011.
Majid, Abdul. Perncanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standart Kompetensi
Guru. Bandung: Rosdakarya, 2007.
Prabowo, Sugeng Listiyo dan Faridah Nurmaliyah. Perencanaan Pembelajaran.
Malang: UIN Maliki Press, 2010.
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2011.

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4.27

Anda mungkin juga menyukai