DERMATITIS
HERPETIFORMIS
Pembimbing
Disusun Oleh :
Moh Rezki Widiansyah
(201320401011088)
Pendahuluan...
Definisi
DERMATITIS
HERPETIFORMIS (DH)
Duhring (1884)
mendefinisikan DH
sebagai
kelainan kronis yang ditandai oleh
gangguan pruritus yang intens dan
lesi kulit pleomorfik berupa eritema,
plak urtika, dengan papul serta
vesikel
Epidemiologi
Etiologi
Etiologi belum diketahui secara pasti.
Tetapi gluten sejenis protein yang
ditemukan pada gandum, gerst, dan
gandum hitam, diyakini menjadi
penyebab utama DH.
Gluten mengandung gliadin yaitusuatu
fraksi alkohol solubel yang dipercaya
sebagai komponen antigen yang nantinya
akan menimbulkan reaksi alergi.
Patogenesis
Pencernaan gluten di usus
halus
Rangsangan kronis
Memicu IgA
kulit
IgA+ epidermal
tranglutaminase
Usus
Ig A + glutenjaringan
Masuk ke sirkulasi
pembuluh darah
Genetik : HLAA1, HLA-DR3,
dan HLA-DQ2
haplotype
Dermatitis
herpetiformis
Gejala klinis
Keadaan umum penderita biasanya
baik dan keluhannya sangat gatal.
Rasa gatal yang hebat seperti
terbakar atau tersengat yang
biasanya sering mendahului lesi
sehingga cepat menimbulkan erosi,
eksoriasi atau krusta, kemungkinan
tidak akan ditemukan vesikel yang
masih utuh.
Pemeriksaan penunjang
Histopatologi
ujung papilla dermis dimana edema dan
eksudat netrofil serta eusinofil muncul
untuk pemisahan subepidermis.
Inilah yang menyebabkan timbulnya bulla.
Kemudian terjadi degenerasi dari ujung
papilla, lapisan epidermis membelah,
serta ujung lapisan dermis memanjang
dan menghasilkan vesikel-vesikel.
Infiltrasi sel-sel ini mengandung banyak
netrofil dan sedikit eosinofil
Imunofluoresensi
Direct imunofluoresensi (DIF)
didapatkan deposit granula IgA pada
papilla dermis, dan IgA muncul dalam
jumlah yang banyak pada dekat lesi
aktif,
oleh karena itu daerah yang disukai
untuk biopsi untuk imunofluoresensi
adalah daerah yang tampak normal
atau sedikit eritematosa yang
berdekatan pada lesi aktif.
Diagnosis banding
1. PEMFIGUS
VULGARIS
2. PEMFIGOID
BULLOSA
3. Chronic
Bullous
Diseases of
Childhood
(CBDC)
Penatalaksanaan
Penghindaran dari gluten dengan cara
tidak mengkonsumsi makanan yang
mengandung gluten dan farmakoterapi.
Pengobatan pada dermatitis herpetiformis
sebaiknya memperbaiki kulit dan usus.
Pengobatan farmakoterapi yang biasa
digunakan adalah dapsone dan sulfaridin.
Sulfon yang paling efektif adalah
diaminodyphenylsulfone (dapsone).
1. Dapson
Dosis dimulai dari 100-150 mg/hari, tetapi
beberapa penderita mungkin memerlukan
300-400 mg/hari.
Biasanya diminum 1x/hari.
Peningkatan dosis dilakukan secara bertahap
hingga dapat menekan gejalanya dan tanpa
menimbulkan efek samping yang berarti dan
gejalanya menghilang dalam waktu 3 jam atau
beberapa hari setelah pil pertama diminum
2. Sulfapiridin
Sulfapiridin jarang didapat karena jarang
diproduksi sebab efek toksiknya lebih
banyak dibandingkan preparat sulfa
yang lain.
Obat tersebut kemungkinan akan
menyebabkan terjadinya nefrolitiasis
karena sukar larut dalam air.
Khasiatnya kurang dibandingkan dapson
dan dosisnya antara 1-4 gram sehari.
3.Kortikosteroid
Saat ini penggunaan kortikosteroid
oral tidak memberikan hasil yang
baik.
Penggunaan steroid kuat atau paling
kuat secara topikal (khususnya
clobetasol propionate) dapat berguna
untuk menurunkan gatal.
4. Antihistamin
Walaupun keampuhannya tidak terlalu
baik pada pengobatan dermatitis
herpetiformis,
antihistamin generasi ketiga dengan
aktivitas yang spesifik pada granulosit
eosinofil, digolongkan pada pilihan
pengobatan level ketiga, dapat berguna
untuk mengontrol gatal.
Obat anti histamin yang dapat digunakan
adalah Diphenhydramine ( Benadryl),
Chlorpheniramine, Loratadine (Claritin),
Cetirizine (Zyrtec
Prognosis
Sebagian besar penderita akan
mengalami dermatitis herpetiformis
yang kronis dan residif, dan sekitar
10% dari penderita akan mangalami
remisi
TERIMA KASIH....