KU-1201
PENGANTAR REKAYASA & DESAIN II
ASISTEN :
FAJAR NURROHMAN (10710097)
DAFTAR ISI
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Hipotesis
3
3
3
3
3
3
3
3
Pembahasan
3
3
3
Daftar Pustaka
Latar Belakang
Fermentasi merupakan proses pengubahan bahan organic
menjadi bentuk lain yang lebih berguna, lebih memiliki nilai gizi,
dengan bantuan mikroorganisme secara terkontrol. Banyak orang
yang belum menyadari manfaat makanan hasil fermentasi ini.
Selain nilai gizi yang bertambah, mengonsumsi makanan hasil
fermentasi
akan
memudahkan
dalam
pencernaan
dan
meningkatkan bakteri yang baik dalam sistem pencernaan. Ada
bermacam-macam bahan makanan hasil fermentasi yang dapat
ditemui di pasar baik tradisional maupun modern. Salah satu produk
ferementasi yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah
tempe.
Tempe merupakan produk makanan fermentasi (dengan
menggunakan kapang) asli Indonesia yang biasanya terbuat dari
kacang-kacangan, khususnya kacang kedelai. Proses fermentasi
kapang ini menjadikan tempe memiliki beberapa nilai tambah
dibandingkan dengan bahan bakunya mula-mula, yaitu kedelai,
yang merupakan bahan baku tempe. Tempe memiliki citarasa dan
aroma yang khas yang berbeda dari kedelai, memiliki kandungan
gizi yang lebih baik, salah satunya mengandung Vit B12 yang
merupakan salah satu nilai tambah utama dari tempe, serta
memiliki nilai cerna yang lebih baik dibandingkan kedelai. Tempe ini
sendiri sudah dikenal dari berabad-abad tahun yang lalu, namun
sekitar masa perjuangan kemerdekaan, kata tempe sendiri
sempat mengalami perubahan makna. Kata tempe digunakan
untuk menyatakan sesuatu berada pada kelas yang rendah karena
tempe itu murah. Namun sejak tahun 1960-an, pandangan
mengenai tempe mulai berubah. Banyak perubahan yang dilakukan
dalam proses pembuatan tempe; dari yang awalnya menggunakan
daun pisang, mulai menggunakan plasstik sebagai bahan
pembungkus; dari yang awalnya menggunakan laru tradisional,
mulai menggunakan ragi berbasis tepung (kapang Rhizopus sp.) dan
dari yang awalnya menggunakan kacang kedelai tradisional, mulai
mengimpor kacang kedelai sebagai bahan utama hingga sekarang.
Karena saat ini kacang kedelai yang digunakan sebagai bahan
dasar tempe masih menggunakan kacang kedelai impor, kami
mencoba menggunakan bahan kacang-kacangan lain yang cukup
mudah ditemukan di Indonesia sebagai bahan dasar tempe. Jenis
kacang-kacangan yang terdapat di Indonesia sangatlah beragam.
Sangat disayangkan bila sumber daya alam Indonesia yang
beragam itu tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
3
Perumusan Masalah
1. Alternatif apa yang dapat digunakan sebagai bahan dasar
tempe yang baik selain kedelai?
2. Proses fermentasi seperti apa yang tepat untuk mengolah
tempe modifikasi?
3. Alat seperti apa yang tepat untuk mengolah tempe
modifikasi?
4. Bioreaktor dan inkubator seperti apa yang tepat untuk proses
fermentasi tempe modifikasi?
Hipotesis
Kacang tanah dapat dijadikan sebagai bahan dasar tempe yang
baik. Kardus dapat menjadi inkubator yang tepat untuk proses
fermentasi tempe berbahan dasar kacang tanah. Botol mineral
plastik dapat dijadikan bioreaktor yang baik untuk proses fermentasi
tempe berbahan dasar kacang tanah.
Weakness
-Tidak dapat
didiamkan
terlalu lama,
karena mudah
terdapat
bercak-cercak
hitam
Opportunities
-Tempe kacang
tanah dapat
menggantikan
tempe kedelai
karena
bahannya yang
mudah didapat,
serta ekonomis
Threat
-Tempe kacang
tanah agak
sulit untuk
dipasarkan
bagi pelanggan
di tempat yang
jauh dari
jangkauan
pemasaran
tempe karena
tempe ini tidak
bertahan lama
Tissue
Cutter dan gunting
Selotip
Prosedur praktikum
A. Persiapan bahan
1. Keluarkan kacang tanah dari bungkusnya, kemudian dicuci
bersih.
B. Cara Kerja
1. Sebelum memulai fermentasi, sterilkan area kerja dengan
menggunakan alcohol 70%. Gunakan sarung tangan yang juga
disterilkan dengan alkohol dan masker untuk menjaga kacang
dari mikroba-mikroba lain.
2. Kacang yang sudah dikukus dituang dalam wadah lebar untuk
didinginkan dengan menggunakan kipas sampai mencapai
suhu kamar. Pastikan tidak ada butiran air yang tersisa
menempel pada kacang atau wadahnya.
Hasil Pengamatan
Tahap Pelaksanaan
Awal
Berat kacang tanah
Kualitas kacang tanah
Lama perendaman
Lama pengukusan/perebusan
Prosentase ragi terhadap kacang
tanah
Setelah 24 jam
Warna
Uap air
Suhu
Pertumbuhan miselium
Tekstur
Setelah 48 jam
Warna
Pengamatan
100 gram
Baik
10 jam
20 menit
1%
Putih
Rata di atas
Tidak terlalu hangat
Ada
Padat
Putih, sebagian permukaannya
hitam
Rata di atas
Hangat
Ada
Padat
Uap air
Suhu
Pertumbuhan miselium
Tekstur
9
Akhir
Rasa
Aroma
Tekstur
Biaya produksi = Rp 4000,00
Pembahasan
Hasil pengamatan selama 48 jam menunjukan bahwa terdapat
bintik-bintik hitam di permukaan tempe. Selain karena proses aerasi
yang tidak sempurna, hal tersebut juga terjadi karena proses
fermentasi berlangsung terlalu lama sehingga spora jamur tumbuh
di permukaan tempe.
10
Daftar Pustaka
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Teknologi dan
Produksi Kacang Tanah-Pendahuluan
(http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/1264)
Diakses pada tanggal 7 Maret 2014 pukul 16:07
11