Anggaran Perusahaan Docs
Anggaran Perusahaan Docs
KULIAH 1
DEFINISI ANGGARAN
Suatu pendekatan yang formal dan sistematis daripada pelaksanaan
tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan dan pengawasan
DEFINISI PENGANGGARAN
Suatu proses dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya
penyususnan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang
perlu, pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencana sendiri,
implementasi rencana sampai pada tahap pengawasan dan evaluasi
SYARAT MENYUSUN ANGGARAN
1. REALISTIS
Tidak terlalu optimis dan pesimis
2. LUWES
Tidak terlalu kaku, mempunyai peluang untuk disesuaikan
3. KONTINUE
Membutuhkan perhatian secara terus menerus dan tidak merupakan
suatu usaha yang insidensial
ANGGARAN KOMPREHENSIF DAN PARSIAL
ANGGARAN KOMPREHENSIF
Anggaran dengan ruang lingkup menyeluruh, karena kegiatan yang
dicakupnya meliputi seluruh aktivitas perusahaan bidang marketing,
produksi, keuangan, personalia dan tertib administrasi
ANGGARAN PARSIAL
Anggaran yang ruang lingkupnya terbatas
ANGGARAN FIXED DAN CONTINUE
ANGGARAN FIXED
Anggaran yang disusun untuk periode waktu tertentu dimana volumenya
sudah tertentu sehingga direncanakan revenue dan cost dalam anggaran
fixed tidak disediakan revisi secara periodic
ANGGARAN KONTINUE
Disusun secara periode terntu
Dilakukan penilaian kembali (reviewing) .biasanya tiap kuartal atau
triwulan
SYARAT PEMANFAATAN ANGGARAN KONTINUE
Memerlukan perekaman data extern secara terus menerus
Memerlukan sistem personalia akuntansi yang cepat terutama dalam hal
melihat penyimpangan-penyimpangan
ANGGARAN DALAM DIMENSI WAKTU
Anggaran menyangkut masa Lalu
Anggaran Menyangkut masa sekarang
Anggaran menyangkut masa akan datang
ANGGARAN DALAM DIMENSI WAKTU
Proy
ek
20
06
X-2
20
07
X-1
20
08
X
20
09
X+
1
20
10
X+
2
II
III
ANGGARAN PERUSAHAAN
KULIAH 2
ANGGARAN KOMPREHENSIF
Ada beberapa alasan perusahaan menyusun anggaran secara partial
Perusahaan tidak mempunyai kemampuan untuk membuat
anggaran secara keseluruhan karena tidak ada skill
Tidak tersedianya data yang lengkap tentang keseluruhan bagian
dalam perusahaan
Kekurangan biaya untuk membuat anggaran yang lengkap sehingga
disususn anggaran yang perlu saja
ISTILAH KOMPREHENSIF DALAM ANGGARAN DIARTIKAN
Pemakaian secara lebih luas konsep-konsep penganggaran dalam setiap
kegiatan perusahaan
Pemakaian total sistem approach dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari
BEBERAPA PEDOMAN UMUM YANG DIPERLUKAN DALAM PENYUSUNAN
ANGGRAN KOMPREHENSIF
Mengadakan spesifikasi terhadap tujuan yang luas perusahaan
Mempersiapkan rencana-rencana pendahuluan secara keseluruhan
Menyusun rencana jangka panjang dan jangka pendek
PENGGOLONGAN ANGGARAN KOMPREHENSIF
20
11
X+
3
SUBSTANTIVE PLAN
FINANCIAL PLAN
SUBSTANTIVE PLAN
Rencana yang mencerminkan tujuan apa yang ingin dicapai oleh suatu
perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang,startegi
yang dipakai serta asumsinya
CONTOH ILUSTRASI SUBSTANTIVE PLAN
1. Progonosa tentang prospek pasaran produk tahun anggaran 2008
1. Keadaan ekonomi pada umunya
2. Situasi pasaran produk
3. Kondisi persaingan
4. Posisi pasar pesaing
5. Posisi perusahaan dalam persaingan
Volume
Penjualan
Industri
Volume Penjualan
Perusahaan
Market share
perusahaan
2008
1500
150
10%
2009
3000
500
16,67 %
2010
5000
1000
20%
2011
8000
2000
25%
2.2.
2.2. TREND
PERKIRAAN
PERMINTAANTAHUN
PERKIRAAN PERMINTAAN
2008
150
2009
500
2010
1000
2011
2000
2.3.
TAHU
N
2008
2009
2010
2011
% MARKET
SHARE
YANG
DIHARAPK
AN
PENJUALAN
PERUSAHAA
N
2.4.
ROI
(RETURN ON EQUITY)
2008
2009
2010
2011
Bahan baku
Tenaga kerja
Mesin
Modal kerja
Kebijaksanaan pemerintah
FINANCIAL PLAN
Merupakan penjabaran segala hal yang direncanakan menjadi suatu
anggaran yang memiliki perspektif financial. Dengan kata lain financial
plan merupakan usaha untuk mengkuantifisir segala tujuan, rencana dan
kebijakan perusahaan
PENGELOMPOKKAN FINANCIAL PLAN BERDASARKAN JANGKA WAKTU
Anggaran jangka Panjang ( strategic plan)
Anggaran tahunan ( tactical plan)
STRATEGIC PLAN
Merupakan perencanaan perusahaan untuk jangka waktu yang lama,
yakni lebih dari satu tahun atau bahkan lebih dari lima tahun atau sepuluh
tahun
CONTOH ANGGARAN
No
Informasi
2008
Kebutuhan
Produk
Market share
perusahaan
Rencana
penjualan
perusahaan
Kontribusi
produk
menurut
type
2009
2010
2011
X1
X2
X3
Satuan
2008
2009
2010
2011
2012
2013
X1
Ton
Rp/ton
X2
Ton
Rp/ton
X3
Ton
Rp/ton
Item
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Penghasilan
penjulan
Harga pokok
penjualan
Margin
keuntungan
Biaya distribusi
Biaya umum dan
administrasi
Biaya operasi
keuntungan
sebelum bunga
dan pajak
ANGGARAN OPERASIONAL
Merupakan rencana seluruh kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan
(keuntungan)
TAHUN
Sales
2001
1800
2002
1900
2003
2000
2004
1950
2005
1900
2006
1950
2007
2000
2008
2200
Semi Total
Semi Average
7650
1912.5
8050
2012.5
Tahun
Sales (Yi)
Xi
XiYi
Xi^2
2001
180
2002
190
190
2003
200
400
2004
195
585
2005
190
760
16
2006
195
975
25
2007
200
1200
36
2008
220
1540
49
Jumlah
1570
28
5650
140
Tahun
Sales (Yi)
Xi
XiYi
Xi^2
2002
180
-3
-540
2003
190
-2
-380
2004
200
-1
-200
2005
195
2006
190
190
2007
195
390
2008
200
600
Jumlah
1350
60
28
n
PERSAMAAN REGRESI (1)
Y
=a
+ bX
Dimana :
b
=n XY - XY
n X - (X)
a
= Y b X
n
SALES
(Y)
PROMOS
IX
XY
199
4
53
205
26
30
206
28
68
254
35
90
246
31
26
201
21
21
291
49
259
234
30
20
199
5
209
30
70
204
24
96
216
31
96
245
32
40
286
47
442
312
54
848
200
24
265
40
600
322
42
90
54
756
90
0
43
681
57
6
41
616
96
1
46
656
10
24
60
025
22
09
81
796
29
16
10
97
344
16
00
13
84
681
16
200
7
40
401
01
13
200
6
44
78
200
5
60
516
66
200
4
96
48
200
64
516
62
200
2
12
70
200
42
436
25
14
200
0
78
42
199
9
42
025
76
199
8
67
88
199
7
Y
^2
6
57
199
6
^2
70
225
17
10
524
JUM
LAH
64
13
3696
520
3230
3684
19
338
93
4358
akan
akan
n XY X Y
n X 2 ( X )
n Y 2 ( Y ) 2
RUMUS KORELASI
Tahun
Demand Prsh
(unit)
Demand Industri
(Unit)
Market Share
(%)
Kenakan Market
Share
2003
110
1100
10
2004
138
1150
12
2005
168
1200
14
2006
208
1300
16
2007
252
1400
18
2008
310
1550
20
Kenaikan
2003
1100
2004
1150
4.5
2005
1200
4.3
2006
1300
8.3
2007
1400
7.7
2008
1550
10.7
Bulan
200
4
200
5
200
6
200
7
200
8
RataRata
1
1
-66
121
-9
50.
4
5.6
XY
X^
2
Tren
d
variasi
musim
index
musim
107.07911
96
81
0.06
5.54
98.869720
4
49
0.12
5.68
101.36823
32
5.8
-7
40.
6
-5
-30
25
0.18
5.82
103.86674
6
0.24
5.16
92.088042
83
5.4
-3
16.
2
5.6
-1
-5.6
0.3
5.3
94.586555
62
5.8
5.8
0.36
5.44
97.085068
41
18
0.42
5.58
99.583581
2
5.8
29
25
0.48
5.32
94.943486
02
10
6.4
44.
8
49
0.54
5.86
104.58060
68
11
6.2
55.
8
81
0.6
5.6
99.940511
6
12
10
6.6
1
1
72.
6
121
0.66
5.94
106.00832
84
Jumla
h
43
55
78
79
101
71.2
17.
2
572
3.96
67.24
- Bersifat nasional
KONSEP ANGGARAN PENJUALAN (4)
Keadaan persaingan
- Bersifat monopoli
- Bersifat persaingan bebas
- Bersifat persaingan monopolitis
KONSEP ANGGARAN PENJUALAN (5)
c. Kemampuan pasar untuk menyerap barang
d. keadaan/sifat konsumen, apakah
konsumennya merupakan:
- Konsumen akhir
- Konsumen industri
KONSEP ANGGARAN PENJUALAN (6)
2. Kemampuan finansial
- Kemampuan membiayai penelitian pasar yang dilakukan
- Kemampuan membiayai usaha-usaha untuk mencapai target
penjualan (modal kerja)
- Kemampuan membeli bahan mentah untuk dapat memenuhi
target penjualan.
KONSEP ANGGARAN PENJUALAN (7)
3. Keadaan personalia
- Apakah jumlah tenaga kerla cukup, kurang atau berlebih
- Apakah tenaga kerja tersedia mampu untuk melakukan
tugas-tugasnya agar target yang ditentukan tercapai
KONSEP ANGGARAN PENJUALAN (8)
4. Dimensi waktu
Apabila membuat rencana terlalu awal,kemungkinan terjadi perubahan
keadaan , juga perlu dipertimbangkan seberapa lama rencana yang disusun
tersebut masih reliabel.
POLITIK HARGA DALAM ANGGARAN PENJUALAN (1)
Ada 2 dasar yang berhubungan dengan masalah penentuan harga jika
dikaitkan dengan volume penjualan:
1.Estimasi terhadap kurva permintaan, yakni perubahan tingkat harga akan
mengakibatkan perubahan tingkat permintaan.
2.Kurva biaya per-unit, yakni makin tinggi volume produksi maka makin besar
biaya yang ditanggung.
POLITIK HARGA DALAM ANGGARAN PENJUALAN (2)
Tekadang terjadi kesulitan bagi manajer untuk mengambil keputusan
terhadap 2 alternatif kebijaksanaan:
- Menaikan tingkat harga/unit tetapi volume penjualan dalam unit
menurun
- Menurunkan tingkat harga/unit tetapi volume penjualan meningkat.
POLITIK HARGA DALAM ANGGARAN PENJUALAN (3)
Contoh:
Sebuah perusahaan pada awalnya mengharapkan dapat menjual 10.000 unit
produknya dengan harga Rp. 4/unit. Biaya yang ditanggung Rp.6.000 yang
bersifat biaya tetap dan Rp. 8.000 biaya variabel. Tetapi akhir-akhir ini
diperkirakan bahwa target tersebut tidak dapat di capai lagi.
Manajemen dihadapkan pada 3 alternatif kebijaksanaan yang harus dipilih:
POLITIK HARGA DALAM ANGGARAN PENJUALAN (4)
a. Mempertahankan seperti yang direncanakan
b. Menaikan harga 10%, turunnya volume 10%
- Unit
- harga/unit
- penjualan
- biaya-biaya
- biaya tetap
- Biaya variabel
Total biaya
Mempertahank
an rencana
Kenaikan harga
10%
Kenaikan
volume 10%
10.000
Rp. 4
9000
Rp. 4,4
11.000
Rp. 3,6
Rp. 40.000
Rp. 39.600
Rp. 39.600
Rp. 6.000
Rp. 8.000
Rp. 6.000
Rp. 7.800
Rp. 6.000
Rp. 8.800
Rp. 14.000
Rp. 13.200
Rp. 14.800
Rp. 26.000
Rp. 26.400
Rp. 24.800
Sales/Y (Unit)
XY
X^2
2004
335,691
2005
346,428
346,428.00
2006
331,965
663,930.00
2007
317,134
951,402.00
2008
381,648
1,526,592.00
Jumlah
1,712,866
10
3,488,352
16
30
Tahun
kurtal I
kurtal II
kurtal III
kurtal IV
jumlah
2004
69.204
92.221
93.59
80.676
335.691
2005
91.844
77.765
98.202
78.617
346.428
2006
71.87
85.74
100.235
94.12
351.965
2007
61.739
90.949
86.286
78.16
317.134
2008
57.575
102.757
114.755
106.561
381.648
Jumlah
352.232
449.432
493.068
438.134
1732.866
Rata-rata
70.446
89.886
98614
87.627
Kuartal I
Type A = 6% x 74.277 = 4.457 unit
B = 92% x 74.277 = 68.335 unit
C = 2% x 74.277 = 1.485 unit
74.277 unit
CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PENJUALAN (10)
Kuartal II
Type A = 6% x 94.774 = 5.686 unit
B = 92% x 94.774 = 87.192 unit
C = 2% x 94.774 = 1.896 unit
94.774 unit
CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PENJUALAN (11)
Kuartal III
Type A = 6% x 103.945 = 6.237 unit
B = 92% x 103.945 = 95.629 unit
C = 2% x 103.945 = 2.079 unit
103.945 unit
CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PENJUALAN (12)
Kuarta IV
Type A = 6% x 92.363 = 5.542 unit
B = 92% x 92.363 = 84.974 unit
C = 2% x 92.363 = 8.847 unit
92.363 unit
Berdasarkan hal ini, maka dapatlah disusun anggaran penjualan yang lebih
lengkap sebagai berikut :
Anggaran Penjualan 2008
Tipe A
Ku
art
al
Uni
t
Ha
rga
(R
p)
Tipe B
Jumla
h
Uni
t
Tipe C
Ha
rga
(R
p)
Jumlah
U
nit
Ha
rga
(R
p)
Jumlah
Juml
ah
Uni
t
Jumlah
4,5
57
31,
50
0
143,5
45,50
0
68,
335
27,
50
0
1,879,
212,5
00
1,
48
5
12,
00
0
17,8
20,0
00
74,
377
2,040,
578,00
0
II
5,6
86
31,
50
0
179,1
09,00
0
87,
192
27,
50
0
2,397,
780,0
00
1,
89
6
12,
00
0
22,7
52,0
00
94,
774
2,599,
641,00
0
III
6,2
37
31,
50
0
196,4
65,50
0
95,
629
27,
50
0
2,629,
797,5
00
2,
07
9
12,
00
0
24,9
48,0
00
103
,94
5
2,851,
211,00
0
IV
5,5
42
31,
50
0
174,5
73,00
0
84,
974
27,
50
0
2,336,
785,0
00
1,
84
7
12,
00
0
22,1
64,0
00
92,
363
2,533,
522,00
0
Ju
ml
ah
22,
02
2
693,6
93,00
0
336
,13
0
9,243,
575,0
00
7,
30
7
87,6
84,0
00
365
,45
9
10,024
,952,0
00
ANGGARAN PRODUKSI
KULIAH KE 5
PENGERTIAN (1)
Anggaran Produksi dalam arti luas berupa penjabaran dari rencana
penjualan menjadi rencana produksi yang meliputi perrencanaan tentang
jumlah produksi, kebutuhan persediaan material, tenaga kerja dan
kapasitas produksi
PENGERTIAN (2)
Anggaran produksi dalam arti sempit adalah suatu perencanaan yang
meliputi tingkat volume barang yang harus diproduksi oleh perusahaan
agar sesuai dengan volume penjualan yang telah direncanakan.
PENGERTIAN (3)
Berdasarkan pengertian diatas maka perencanaan produksi mencakup
masalah yang berkaitan dengan :
Tingkat produksi
Kebutuhan fasilitas produksi
Tingkat persediaan barang jadi
PENDEKATAN PENYUSUNAN ANGGARAN PRODUKSI
Pendekatan dalam penyusunan Anggaran Produksi :
disusun
dengan
Tingkat penjualan
Januari
150 unit
Februari
160 unit
Maret
160 unit
April
140 unit
Mei
120 unit
Juni
100 unit
Juli
70 unit
Agustus
60 unit
September
90 unit
Oktober
110 unit
Nopember
120 unit
Desember
140 unit
Total
1.420 unit
Juml
ah
10
11
12
(1
Tahu
n)
60
90
11
0
12
0
14
0
1420
11
0
16
0
18
0
18
0
17
0
15
0
150
18
0
22
0
27
0
29
0
29
0
29
0
1570
Keteran
gan
Rencana
15
0
16
0
16
0
14
0
12
0
10
0
70
17
0
13
0
90
70
60
70
32
0
29
0
25
0
21
0
18
0
17
0
Penjual
an
Persedi
aan
Akhir
Jumlah
Persedi
aan
20
0
17
0
13
0
90
70
60
70
11
0
16
0
18
0
18
0
17
0
200
12
0
12
0
12
0
12
0
11
0
11
0
11
0
11
0
11
0
11
0
11
0
12
0
1370
Awal
Tingkat
Produks
i
Juml
ah
Ketera
ngan
Rencan
a
1
5
0
1
6
0
1
6
0
1
4
0
1
2
0
1
0
0
7
0
6
0
Penjual
1
0
1
1
1
2
(1
Tah
un)
9
0
1
1
0
1
2
0
1
4
0
142
0
an
1
9
0
1
8
0
1
7
0
1
6
0
1
5
0
1
5
0
1
5
0
1
5
0
1
5
0
1
5
0
1
5
0
1
5
0
150
Jumlah
3
4
0
3
4
0
3
3
0
3
0
0
2
7
0
2
5
0
2
2
0
2
1
0
2
4
0
2
6
0
2
7
0
2
9
0
157
0
Persedi
aan
2
0
0
1
9
0
1
8
0
1
7
0
1
6
0
1
5
0
1
5
0
1
5
0
1
5
0
1
5
0
1
5
0
1
5
0
200
1
4
0
1
5
0
1
5
0
1
3
0
1
1
0
1
0
0
7
0
6
0
9
0
1
1
0
1
2
0
1
4
0
137
0
Persedi
aan
Akhir
Awal
Tingkat
Produk
si
Rencan
a
1
5
0
1
6
0
1
6
0
1
4
0
1
2
0
1
0
0
Penjual
an
70
60
10
11
1
2
90
11
0
12
0
1
4
0
(1
Tahu
n)
142
0
1
6
0
1
3
0
1
0
0
9
0
9
5
1
2
0
13
0.5
15
1
14
1.5
15
6.5
16
0
1
5
0
150
Jumlah
3
1
0
2
9
0
2
6
0
2
3
0
2
1
5
2
2
0
20
0.5
21
1
23
1.5
26
6.5
28
0
2
9
0
157
0
Persedi
aan
2
0
0
1
6
0
1
3
0
1
0
0
5
0
9
5
12
0
13
0.5
15
1
14
1.5
15
6.5
1
6
0
200
1
1
0
1
3
0
1
3
0
1
3
0
1
6
5
1
2
5
80.
5
80.
5
80.
5
12
5
12
3.5
1
3
0
137
0
Persedi
aan
Akhir
Awal
Tingkat
Produk
si
ANGGARAN PERUSAHAAN
ANGGARAN BAHAN MENTAH
KULIAH 6
TUJUAN PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN MENTAH (1)
Bahan mentah yang digunakan dalam proses produksi dikelompokan
menjadi bahan mentah langsung (direct material) dan bahan mentah tidak
langsung (indirect material).
Tujun menyusun anggaran bahan mentah dapat dikatakan sebagai
berikut :
TUJUAN PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN MENTAH (2)
a. Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan mentah
b. Memperkirakan jumlah pembelian bahan mentah yang diperlukan.
c. Sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang dipelukan
untuk melaksanakan pembelian bahan mentah
d. Sebagai dasar penyusunan product costing, yaitu memperkirakan
komposisi/komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan
mentah
e. Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan mentah.
TUJUAN PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN MENTAH (3)
Anggaran bahan mentah terdiri dari :
1. Anggaran kebutuhan bahan mentah
SP
Bahan Mentah Y
Kebutuhan
Produksi
SP
Kebutuhan
Barang A
Barang B
Jumlah
Kuartal II
Barang A
Barang B
Jumlah
Kuartal III
Barang A
Barang B
Jumlah
Kuartal IV
Barang A
Barang B
Jumlah
Keterangan : SP = Standar Penggunaan Bahan
Kuartal
I
Barang
A
Barang
B
Jumlah
Kuartal
II
Barang
A
Barang
BAGIAN II
BAGIAN III
JUMLAH
Materi
al X
Materi
al Y
Materi
al X
Materi
al Y
Materi
al X
Materi
al Y
PRODUK
SI
SP
SP
SP
SP
SP
SP
B
Jumlah
Kuartal
III
Barang
A
Barang
B
Jumlah
Kuartal
IV
Barang
A
Barang
B
Jumlah
Bulan
Januari
110
800
Februari
120
900
Maret
100
800
April
130
700
Mei
120
1000
Juni
140
1000
Bahan Mentah
Barang
Bahan
Mentah X
Bahan
Mentah Y
Bahan
Mentah Z
Kebutu
Kebutu
Kebutu
han
han
han
Barang A
Januari
110
220
330
220
Februari
120
240
360
240
Maret
100
200
300
200
April
130
260
390
260
Mei
120
240
360
240
Juni
140
280
420
280
Jumlah
720
1,440
2,160
1,440
Barang B
Januari
800
2400
1600
800
Februari
900
2700
1800
900
Maret
800
2400
1600
800
April
700
2100
1400
700
Mei
1000
3000
2000
1000
Juni
1000
3000
2000
1000
Jumlah
5,200
Jumlah
15,600
10,400
5,200
17,040
12,560
6,640
Kebutuh
an
mentah.
EEC
SOC
Total
Lead
Time
Per
Order
Per
Tahun
Per
Order
Per
Tahun
Per
Tahun
3 hari
16.65
166.5
166.5
4 hari
1.6675
16.675
4.1625
41.625
58.3
5 hari
6.67
66.7
66.7
Bahan Mentah
Kuart
al
Persedian Akhir
1100
1400
1000
370
345
340
II
700
1200
1000
130
100
125
III
600
1200
1000
150
150
100
IV
600
1200
1000
150
125
100
Jumla
h
3000
5000
4000
CONTOH ANGGARAN
PEMBELIAN BAHAN MENTAH (2)
Persediaan Awal Tahun 2008
Harga/satuan Bahan Mentah
X
100 Rp. 10
Y
150 Rp. 15
Z
100 Rp. 10
Maka anggaran pembelian bahan mentah dapat disusun sebagai
berikut :
PT. SENGSARA NIKMAT
Anggaran pembelian Bahan Mentah
2008
Jenis
Baha
n
Ment
ah
Kebutuh
an
Bahan
Mentah
Persedi
an
Jumlah
Persedia
an
Pembelian
dan
Wakt
u
Untuk
Produksi
Akhir
Kebutuh
an
Awal
Uni
t
Harg
a
Jumlah
1100
370
1470
100
137
0
Rp.
10
Rp.
13.700
Baha
n
Ment
ah
Kuart
al I
II
700
130
830
370
460
Rp.
4.700
III
600
150
750
130
620
Rp.
6.200
600
150
750
150
600
Rp.
IV
(1
Tahun
)
6.000
3000
800
3800
750
305
0
Rp.
30.000
Kuart
al I
1400
345
1745
150
159
5
Rp.
23.000
II
1200
100
1300
345
955
Rp.
14.325
III
1200
150
1300
100
125
0
Rp.
18.750
Rp.
17.625
Baha
n
Ment
ah Y
IV
1200
125
1325
150
497
5
(1
Tahun
)
5000
720
5670
745
877
5
Rp.
74.000
Rp.12.4
00
Baha
n
Ment
ah Z
Kuart
al I
100
340
1340
100
124
0
II
100
125
1125
340
785
Rp.
7.850
III
100
100
1100
125
975
Rp.
9.750
IV
100
100
1100
100
100
0
Rp.12.4
00
665
400
0
Rp.40.0
00
(1
Tahun
)
400
665
4665
KULIAH 7
ANGGARAN TENAGA KERJA
ANGGARAN TENAGA KERJA (1)
Tenaga kerja yang bekerja dipabrik dikelompokan menjadi dua
yakni :
Tenaga kerja langsung terlibat secara
landsung dalam
proses produksi,
biasanya
dikaitkan dengan biaya produksi
Golonga
n
I
Tingkat
Upah/Jam
Jumlah
Jumlah
Rp.
TK
DLH
Rp. 500
50
100
Jumlah
Rp.
2.500.000
II
III
Rp. 750
Rp. 1000
Jumlah
20
Rp.
1.500.000
Rp. 500.000
75
100
Rp.
4.500.000
terjadi
Bagian
0,4
0,2
Rp. 200
II
0,2
Rp. 150
II
0,4
0,2
Rp. 100
230.000
108.000
II
240.000
140.000
III
230.000
127.000
IV
260.000
145.000
Jumlah
960.000
520.000
CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (1)
Contoh :
PT. GOROKINDO selama tahun 2008 diperkirakan akan tinbul biaya overhead
sebagai berikut :
Bagian Produkasi
Bagian produksi I Rp. 15.000.000
Bagian produksi II Rp. 25.000.000
Bagian produksi III Rp. 20.000.000
CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (2)
Bagian jasa/pembantu
Bagian jasa/pembantu I Rp. 2.500.000
Bagian jasa/pembantu II Rp. 2.000.000
CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (3)
BAGIAN PRODUKSI
BAGIAN JASA/PEMBANTU
II
50%
45%
II
30%
30%
III
20%
25%
BAGIAN PRODUKSI
KETERANG
AN
II
III
II
BIAYA
OVER
15,000,0
00
25,000,0
00
20,000,0
00
2,500,00
0
5,000,00
0
1,250,00
0
750,000
500,000
(2,500,0
00)
JASA II
2,250,00
0
1,500,00
0
1,250,00
0
JUMLAH
BIAYA
18,500,0
00
27,250,0
00
21,750,0
00
HEAD 2008
ALOKASI
BAGIAN
JASA I
(5,000,0
00)
OVERHEAD
CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (4)
Dari contoh diatas tampak bahwa jasa/pembantu tidak memakai jasanya sendiri,
sehinggankedua bagian jasa/pembantu tidak dibebani biaya overhead.
CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (5)
Clean cost concept sebetulnya dapat pula dipakai untuk kasus lain,
misalnya:
bagian jasa pembantu terdiri dari bagian pembangkit tenaga listrik dan
bagian reparasi. Bagian pembangkit tenaga listrik menggunakan sebagian
jasa reparasi untuk perbaikan mesin-mesin diesel demikian sebaliknya
(vice versa).
CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (6)
Ada satu cara mudah mengalokasikan biaya overhead bagian
jasa/pembantu yaitu dengan metode aljabar dengan persamaan :
X = a1 + b1 Y
Y = a2 + b2 X
Dimana:
X = jumlah biaya overhead bagian jasa x
setelah menerima alokasi biaya dari bagian jasa y
Y = jumlah biaya overhead bagian jasa y setelah
menerima alokasi biaya dari bagian jasa x
CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (7)
a1 = adalah biaya overhead bagian jasa X sebelum alokasi
A2 = adalah biaya overhead bagian jasa Y sebelum
alokasi
b1 = prosentase penggunaan jasa bagian Y oleh bagian
X
b2 = prosentase penggunaan jasa bagian X oleh bagian
Y
Contoh:
Pada PT Genit selama tahun 2000 akan timbul biaya
Overhead sebesar sebagai berikut :
CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (8)
Bagian
Bagian
- Bagian
- Bagian
Bagian
- Bagian
- Bagian
Biaya overhead
produksi
I
II
Jasa
I (X)
II (Y)
Rp. 10.000.000
Rp. 15.000.000
Rp. 5.000.000
Rp. 4.000.000
CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (9)
Bagian Produksi
Bagian Jasa
Pemberian
jasa
II
I (X)
5%
40%
55%
30%
II (Y)
15%
10%
CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (10)
CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (11)
CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (12)
Y = 4.000.000 + 0,10 X
Y = 4.000.000 + 0,10(5.685.279)
Y = 4.000.000 + 568.527
Y = 4.568.527
Artinya :
1. Biaya overhead bagian jasa I setelah mendapat alokasi biaya overhead
dari bagian jasa II, adalah sebesar Rp. 5.685.279
2. Biaya overhead bagian jasa II setelah mendapatkan alokasi biaya
overhead dari bagian jasa I adalah sebesar Rp. 4.568.528
CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (13)
Bagian
Jasa
BOP
Asli
Menerim
a
Memb
eri
BOP
Netto
Bagian I
(X)
5.000.0
00
685.279
568.52
8
5.116.751
Bagain II
(Y)
4.000.0
00
568.528
685.27
9
3.883.249
Kedua biaya BOP netto dari Departemen Jasa I dan II kemudian dibebankan
kepada Departemen Produksi I dan II dengan proporsi sebagai berikut:
Bagian
Produksi I
Bagian Produksi II
Rp.
10.000.000
15.000.000
Rp. 2.842.639
Rp. 2.512.691
Jumlah
Rp.
15.355.330
18.644.670
1. B.O.P langsung
2. B.O.P tidak langsung
Rp.
Rp.
Bagian
Satuan Kegiatan
Produksi I
Unit barang A
Produksi II
Reparasi
Barang
Biaya TK langsung
Rp. 70.000
Rp.35.000
Rp.60.000
Rp.14.000
Bagian
Perhitungan
Satuan
Kegiatan
Tingkat
Kegiatan
Unit A
7.000
DMH
4.000
DRH
4.200
(dari anggaran
produksi
Produksi I
brg A = 7.000x4
DMH
= 28.000
Produksi II
brg B = 4.000x3
DMH
= 12.000
Reparasi
Bagian I =
7.000x0,20
= 1.400
Bagian II =
4.000x0,07
= 2.800
Bagian
I
II
Rp. 26.000
Rp. 6000
Rp. 2.000
- Bagian produksi II
= (2.800/4.200)x Rp. 6000
keterangan
Rp. 4000
Bagian
I
II
Rp.
28.000
Rp.20.00
0
Rp.7.000
Rp. 4000
Rp. 4,00
Rp. 0,50
MODUL KULIAH
ANGGARAN PERUSAHAAN
STIE TRIANANDRA