OLEH :
Tiffano Taufan Firdaus (1210211033)
Pembimbing :
dr. Djunaidi Ruray Sp.PD, MARS, FINASIM
Periode 11 Agustus 18 Oktober 2014
Presentasi Kasus
Disusun Oleh:
121.0211.033
Tanda Tangan
.......................
Tanggal
.............................
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat dan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan pembuatan presentasi kasus
dengan judul Diabetes Melitus Tipe II dan Komplikasi, yang merupakan salah satu
syarat dalam melaksanakan kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.
Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.
Djunaidi Ruray, Sp.PD, MARS, FINASIM selaku pembimbing dalam pembuatan presentasi
kasus ini dan berbagai pihak yang telah membantu pembuatan laporan kasus ini. Tidak lupa
pula penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan teman-teman sejawat
dokter muda yang telah membantu sehingga terselesaikannya referat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan presentasi kasus ini banyak terdapat
kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
BAB II
1. Nefropati diabetikum.......................................................................... 4
a. Definisi Diabetes Melitus............................................................... 4
b. Klasifikasi Diabetes Melitus ......................................................... 4
c. Patofisiologi Diabetes Melitus....................................................... 4
d. Diagnosis Diabetes Melitus ........................................................... 6
e. Penatalaksanaan Diabetes Melitus................................................. 8
2. Nefropati diabetikum.......................................................................... 9
a. Definisi Nefropati diabetikum........................................................ 9
b. Etiologi Nefropati diabetikum ....................................................... 9
c. Patofisiologi Nefropati diabetikum................................................ 10
d. Gambaran Klinik Nefropati diabetikum ........................................ 12
e. Penatalaksanaan Nefropati diabetikum.......................................... 12
3. Ulkus Diabetikum ....................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
hal ini semakin diperparah karena kaki yang terluka tersebut tidak dirawat dan
mendapat perhatian serius, serta ditambah dengan adanya gangguan aliran darah ke
perifer kaki yang disebabkan karena komplikasi makrovaskular, mengakibatkan luka
tersebut sukar untuk sembuh dan akan menjadi ulkus. Ulkus tersebut dapat
berkembang menjadi kematian jaringan, yang apabila tidak ditangani dengan baik
secara intensive dapat menyebabkan gangren, yang pada penderita diabetes mellitus
disebut dengan gangren diabetik.
Gangren diabetik merupakan suatu komplikasi yang ditimbulkan akibat infeksi atau
suatu proses peradangan luka pada tahap lanjut yang disebabkan karena perubahan
degeneratif atau perawatan yang kurang intensive, yang dikaitkan dengan penyakit
diabetes mellitus. Infeksi pada kaki diabetes dapat terjadi pada kulit, otot dan tulang
yang umumnya dapat disebabkan oleh kerusakan dari pembuluh darah, syaraf dan
menurunnya aliran darah kedaerah luka.
Nefropati diabetik terjadi akibat komplikasi diabetes yang menyebabkan timbulnya
penyakit ginjal kronik. Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisologis
dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif, dan pada umumnya berakhir dengan kegagalan fungsi ginjal. Selanjutnya,
gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal
yang ireversibel dan pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang
tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal.2
Diagnosis penyakit ginjal kronik dapat mengacu pada kriteria National Kidney
Foundation (NKF) Kidney Disease Outcome Quality Initiative (K/DOQI) didasarkan
atas 2 kriteria, yaitu:3
1. Kerusakan ginjal 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal dengan
atau tanpa penurunan penurunan laju filtrasi glomerolus; berdasarkan kelainan
patologik atau petanda kerusakan ginjal seperti adanya kelainan pada
komposisi darah atau urin, atau kelainan pada pemeriksaan pencitraan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Diabetes Melitus
a. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes mellitus adalah salah satu penyakit metabolik berupa gangguan
metabolisme karbohidrat, yakni penurunan penggunaan glukosa yang rendah
sehingga mengkibatkan adanya
lemak bebas yang terjadi sebagai akibat tekanan hambatan hormone sensitive
lipase (HSL). Normalnya insulin menghambat lipolisis dengan menghambat HSL,
namun pada resistensi insulin tidak terjadi secara efisien. Hasil dari peningkatan
lipolisis adalah peningkatan asam lemak bebas, dan inilah yang menyebabkan
obesitas dan peningkatan adiposa. Asam lemak bebas menyebabkan resistensi
insulin dengan mempromosikan fosforilasi serin pada reseptor insulin yang dapat
mengurangi aktivitas insulin signalling pathway. Fosforilasi reseptor insulin pada
asam amino tirosin penting untuk mengaktifkan insulin signalling pathway, jika
tidak, maka GLUT-4 akan gagal untuk translocate, dan penyerapan glukosa ke
jaringan akan berkurang, menyebabkan hiperglikemia. Pada individu non-diabetik
sel beta mampu menangkal resistensi insulin dengan meningkatkan produksi dan
sekresi insulin. Pada penderita DM apabila keadaan resistensi insulin bertambah
berat disertai tingginya glukosa yang terus terjadi, sel beta pankreas dalam jangka
waktu yang tidak lama tidak mampu mensekresikan insulin dalam jumlah cukup
untuk menurunkan kadar gula darah, disertai dengan peningkatan glukosa hepatik
dan penurunan penggunaan glukosa oleh otot dan lemak akan mempengaruhi
kadar
gula
dara
puasa
dan
postpandrial. Akhirnya sekresi insulin oleh sel beta pankreas akan menurun dan
terjadi hiperglikemia berat
sehingga
10
11
anak), dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit.
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk
12
2. Nefropati Diabetika
a. Definisi Nefropati Diabetika
Nefropati Diabetika adalah penyakit ginjal akibat penyakit DM yang merupakan
penyebab utama gagal ginjal di Eropa dan USA. 2 Ada 5 fase Nefropati Diabetika.
Fase I, adalah hiperfiltrasi dengan peningkatan GFR, AER (albumin ekretion rate)
dan hipertropi ginjal.
13
albuminuria atau proteinuria ini dapat juga ditentukan dengan rationya terhadap
kreatinin dalam urin yang diambil sewaktu, disebut sebagai albumin atau kreatinin
ratio (ACR). Tingginya ekskresi albumin atau protein dalam urine selanjutnya akan
menjadi petunjuk tingkatan kerusakan ginjal seperti terlihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1. Tingkat Kerusakan Ginjal2
Kategori
Kumpulan
24
Normal
Mikroalbuminuria
Albuminuria klinis
jam
jam)
<30
30-299
300
Urin Kumpulan
Urin Perbandingan
(mg/24 sewaktu
(g/menit)
<20
20-199
200
Albumin/Urin
Kreatinin (g/mg)
<30
30-299
300
Tahap I
Pada tahap ini LFG meningkat sampai dengan 40% di atas normal yang disertai
pembesaran ukuran ginjal. Albuminuria belum nyata dan tekanan darah biasanya
normal. Tahap ini masih reversible dan berlangsung 0 5 tahun sejak awal diagnosis
DM tipe I ditegakkan. Dengan pengendalian glukosa darah yang ketat, biasanya
kelainan fungsi maupun struktur ginjal akan normal kembali.2
2. Tahap II
Terjadi setelah 5 -10 tahun diagnosis DM tegak, saat perubaan struktur ginjal
berlanjut, dan LFG masih tetap meningkat. Albuminuria hanya akan meningkat
setelah latihan jasmani, keadaan stress atau kendali metabolik yang memburuk.
14
Keadaan ini dapat berlangsung lama. Hanya sedikit yang akan berlanjut ke tahap
berikutnya. Progresivitas biasanya terkait dengan memburuknya kendali metabolik.
Tahap ini selalu disebut sebagai tahap sepi (silent stage).7
3. Tahap III
Ini
adalah
tahap
awal
nefropati
(insipient
diabetic
nephropathy),
saat
mikroalbuminuria telah nyata. Tahap ini biasanya terjadi 10-15 tahun diagnosis DM
tegak. Secara histopatologis, juga telah jelas penebalan membran basalis glomerulus.
LFG masih tetap tinggi dan tekanan darah masih tetap ada dan mulai meningkat.
Keadaan ini dapat bertahan bertahun-tahun dan progresivitas masih mungkin dicegah
dengan kendali glukosa dan tekanan darah yang kuat.
4. Tahap IV
Ini merupakan tahapan saat dimana nefropati diabetik bermanifestasi secara klinis
dengan proteinuria yang nyata dengan pemeriksaan biasa, tekanan darah sering
meningkat secara LFG yang sudah menurun di bawah normal. Ini terjadi setelah 15
20 tahun DM tegak. Penyulit diabetes lainnya sudah pula dapat dijumpai seperti
retinopati, neuropati, gangguan profil lemak dan gangguan vascular umum.
Progresivitas ke arah tahap akhir penyakit ginjal hanya dapat diperlambat dengan
pengendalian glukosa darah, lemak darah dan tekanan darah.2
5. Tahap V
Ini adalah tahap akhir penyakit ginjal, saat LFG sudah sedemikian rendah sehingga
penderita menunjukkan tanda-tanda sindrom uremik, dan memerlukan tindakan
khusus yaitu terapi pengganti, dialisis maupun cangkok ginjal.2
15
16
nefropati overt, akan tetapi bila LFG telah mulai menurun, maka pembatasan protein
dalam diet menjadi 0,6 gr/kgBB/hari mungkin bermanfaat untuk memperlambat
penurunan LFG selanjutnya. Jenis protein sendiri juga berperan dalam terjadinya
dislipidemia. Pemberian diet rendah protein ini harus diseimbangkan dengan
pemberian diet tinggi kalori, yaitu rata-rata 40-50 Kal/24 jam. Untuk pembatasan
asupan garam adalah 4-5 g/hari. Penderita
keadaan dislipidemia. Keadaan ini perlu diatasi dengan diet dan obat bila diperlukan.
Dislipidemia diatasi dengan statin dengan target LDL kolesterol < 100mg/dl pada
penderita DM dan < 70 mg/dl bila sudah ada kelainan kardiovaskuler.8,9
3. Latihan Jasmani.
Dilakukan teratur 3-4 kali seminggu, selama kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani
dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, tapi
tetap harus disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani penderita. Contoh
latihan jasmani yang dimaksud adalah jalan, sepeda santai,
joging, berenang.
17
1. Pengendalian DM
Berbagai penelitian klinik jangka panjang (5-7 tahun) dengan melibatkan ribuan
penderita telah menunjukkan bahwa pengendalian kadar gula darah secara intensif
akan mencegah progresivitas dan mencegah timbulnya penyulit kardiovaskuler, baik
pada DM tipe I maupun tipe II. Oleh karena itu, perlu sekali diupayakan agar terapi
ini dilaksanakan sesegera mungkin. Diabetes terkendali yang dimaksud adalah
pengendalian secara intensif kadar gula darah, lipid dan kadar HbAlc sehingga
mencapai kadar yang diharapkan. Selain itu pengendalian status gizi dan tekanan
darah juga perlu diperhatikan.10,11
Tabel. 2. Pengendalian DM
Indikator
Gula darah puasa
Gula darah 2 jam post prandial
HbA1C
Kolesterol total
LDL
HDL
Trigliserida
Target
80-100 g/dl
80-144 g/dl
<6.5%
<200
<100
>45
<150
18
Pada penderita diabetes dan kelainan ginjal, target tekanan darah yang dianjurkan
oleh American Diabetes Association dan National Heart, Lung, and Blood Institute
adalah < 130/80 mmHg, akan tetapi bila proteinuria lebih berat 1 gr/24 jam, maka
target lebih rendah yaitu < 125/75 mmHg.2
Pengelolaan tekanan darah dilakukan dengan dua cara, yaitu non-farmakologis dan
famakologis. Terapi non-farmakologis adalah melalui modifikasi gaya hidup antara
lain menurunkan berat badan, meningkatkan aktivitas fisik, menghentikan merokok,
serta mengurangi konsumsi garam. Harus diingat bahwa untuk mencapai target ini
tidak mudah. Sering harus memakai kombinasi berbagai jenis obat dengan berbagai
efek samping dan harga obat yang kadang sulit dijangkau penderita. Hal terpenting
yang perlu diperhatikan adalah tercapainya tekanan darah yang ditargetkan apapun
jenis obat yag dicapai. Akan tetapi karena Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
(ACE-I) dan Angiotensin Reseptor blocker (ARB), dikenal mempunyai efek
antiprotein uric maupun renoproteksi yang baik, maka selalu disukai pemakaian obatobatan ini sebagai awal pengobatan hipertensi pada penderita DM. Pada penderita
hipertensi dengan mikroalbuminuria atau makroalbuminuria, ACE inhibitor dan ARB
merupakan terapi utama yang paling dianjurkan. Jika salah satu tidak dapat diterima
atau memberikan hasil yang kurang maksimal maka dapat dianjurkan penggunaan
Non Dihydropyridine CalciumChannel Blockers (NDCCBs).12,13,14
3. Penanganan Gagal Ginjal
Dasar penatalaksanaan gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Terapi konservatif dan terapi pengganti.15
a. Terapi Konservatif
1. Memperkecil beban ginjal atau mengurangi kadar toksin uremik:
a. keseimbangan cairan
b. diet tinggi kalori, rendah protein, dan rendah garam bila ditemukan
adanya oedema atau hipertensi
c. menghindarkan obat-obat nefrotoksik (NSAID, aminoglikosida,
tetrasiklin)
19
4. Penanganan Multifaktorial
Suatu penelitian klinik dari Steno Diabetes Center di Copenhagen mendapatkan
bahwa penanganan intensif secara multifaktorial pada penderita DM tipe II dengan
mikroalbuminuria menunjukkan pengurangan faktor resiko yang jauh melebihi
penanganan sesuai panduan umum penanggulangan diabets nasional mereka. Juga
ditunjukkan bahwa penurunan yang sangat bermakna pada kejadian kardiovaskuler,
termasuk stroke yang fatal dan nonfatal. Demikian pula kejadian yang spesifik seperti
nefropati, retinopati, dan neuropati autonomik lebih rendah. Yang dimaksud dengan
intensif adalah energi yang dititrasi sampai mencapai target, baik tekanan arah, kadar
gula darah, lemak darah dan mikroalbuminuria juga disertai pencegahan penyakit
kardiovaskuler dengan pemberian aspirin. dalam kenyataanya penderita dengan terapi
intensif lebih banyak mendapat obat golongan ACE-I dan ARB. Demikian juga
dengan obat hipoglikemik oral atau insulin. Untuk pengendalian lemak darah lebih
banyak mendapat statin. Bagi penderita yang sudah berada dalam tahap V gagal
ginjal maka terapi yang khusus untuk gagal ginjal perlu dijalankan, sepeti pemberian
20
diet rendah protein, pemberian obat pengikat fosfat dalam makanan, pencegahan dan
pengobatan anemia dengan pemberian eritropoietin dan lain-lain.16
3. Ulkus Diabetikum
a. Definisi Ulkus Diabetikum
Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik DM yang paling ditakuti.
Hasil pengelolaan kaki diabetes sering mengecewakan baik bagi dokter pengelola
maupun penyandang DM dan keluarganya. Sering kaki diabetes berakhir dengan
kecacatan dan kematian. Sampai saat ini, di Indonesia kaki diabetes masih merupakan
masalah yang rumit dan tidak terkelola dengan maksimal, karena sedikit sekali orang
berminat menggeluti kaki diabetes. Juga belum ada pendidikan khusus untuk
mengelola kaki diabetes. Di samping itu, ketidaktahuan masyarakat mengenai kaki
diabetes masih sangat mencolok, lagi pula adanya permasalahan biaya pengelolaan
yang besar yang tidak terjangkau oleh masyarakat pada umumnya, semua menambah
peliknya, masalah kaki diabetes.
b. Patofisiologi Ulkus Diabetikum
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang
menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik
neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai
perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan
distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya
21
Stadium
Tingkat
0
1
Tanpa
tukak Luka
atau
Luka
pasca superfisial,
tukak,
intak/utuh
B
C
D
kulit tidak
tendon
sampai tendon
3
sampai Luka
sampai
atau tulang
atau
kapsul sendi
tulang
kapsul sendi
Dengan infeksi
Dengan iskemia
Dengan infeksi dan iskemia
Sumber: Sudoyo AW dkk.Kaki Diabetes.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
III.Edisi V. Jakarta: Interna Publishing;2009 p.1966
Tabel 4 Klasifikasi PEDIS International Consensus on the Diabetic Foot 2003
Impaired Perfusion
Size/Extent in mm2
Tissue Loss/Depth
0 = None
1 = PAD + but no critical
2 = Critical limb ischemia
1 = Superficial full thickness, not deeper than
dermis
2 = Deep ulcer, below dermis, involving
22
inflammatory response
4 = Infection with systemic manifestation: fever,
leukocytosis, shift to the left, metabolic instability,
Impaired Sensation
hypotension, azotemia
1 = Absent
2 = Present
Klasifikasi primer
Klasifikasi sekunder
Vaskular
Neuropati
Neuroiskemik
Tukak sederhana, tanpa komplikasi
Tukak dengan komplikasi
23
Adanya klasifikasi kaki diabetes yang dapat diterima oleh semua pihak akan
mempermudah para peneliti dalam membandingkan hasil penelitian dari berbagai
tempat di muka bumi. Dengan klasifikasi PEDIS akan dapat ditentukan kelainan apa
yang lebih dominan, vascular, infeksi atau neuropatik, sehingga arah pengelolaan pun
dapat tertuju dengan lebih baik. Misalnya suatu ulkus gangrene dengan critical limb
ischemia (P3) tentu lebih memerlukan tindakan untuk mengevaluasi dan memperbaiki
keadaan vaskularnya dahulu. Sebaliknya kalau faktor infeksi menonjol (I4), tentu
pemberian antibiotik harus adekuat. Demikian juga kalau faktor mekanik yang
dominan (insensitive foot, S2), tentu koreksi untuk mengurangi tekanan plantar harus
diutamakan.1
Suatu klasifikasi lain yang juga sangat praktis dan sangat erat dengan pengelolaan
adalah klasifikasi yang berdasar pada perjalanan alamiah kaki diabetes (Edmonds
2004-2005):1
Stage 1: Normal Foot
Stage 2: High Risk Foot
Stage 3: Ulcerated Foot
Stage 4: Infected Foot
Stage 5: Necrotic Foot
Stage 6: Unsalvable Foot
Untuk stage 1 dan 2, peran pencegahan primer sangat penting dan semuanya dapat
dikerjakan pada pelayanan kesehatan primer, baik oleh podiatrist/chiropodist maupun
oleh dokter umum maupun dokter keluarga.1
Untuk stage 3 dan 4 kebanyakan sudah memerlukan perawatan di tingkat pelayanan
kesehatan yang lebih memadai umumnya sudah memerlukan pelayanan spesialistik.1
Untuk stage 5, apalagi stage 6, jelas merupakan kasus rawat inap dan jelas sekali
memerlukan suatu kerjasama tim yang sangat erat, dimana harus ada dokter bedah,
utamanya dokter ahli bedah vaskular/ahli bedah plastik dan rekonstruksi.1
Untuk optimalisasi pengelolaan kaki diabetes, pada setiap tahap harus diingat
berbagai faktor yang harus dikendalikan, yaitu:1
Mechanical control-pressure control
Metabolic control
Vascular control
24
Educational control
Wound control
Microbiological control-infection control
Pada tahap yang berbeda diperlukan optimalisasi yang berbeda pula. Misalnya pada
stadium 1 dan 2 tentu saja faktor wound control dan infection control belum
diperlukan, sedangkan untuk stadium 3 dan selanjutnya tentu semua faktor tersebut
harus dikendalikan, disertai keharusan adanya kerjasama multidisipliner yang baik.
Sebaliknya, untuk stadium 1 dan 2, peran usaha pencegahan untuk tidak terjadi ulkus
sangat mencolok. Peran rehabilitasi medis dalam usaha mencegah terjadinya ulkus
dengan usaha mendistribusikan tekanan plantar kaki memakai alas kaki khusus, serta
berbagai usaha untuk non-weight bearing lain merupakan contoh usaha yang sangat
bermanfaat untuk mengurangi kecacatan akibat deformitas yang terjadi pada kaki
diabetes.1
25
26
Tabel 7 Regimen terapi antibiotik empiris untuk ulkus pada kaki diabetic 5
Skenario
Drug of Choice
Alternatives
Mild to moderate,
Dicloxacillin (Pathocil)
Localized cellulitis
(cleocin)
(outpatient)
Moderate to severe cellulitis
Nafcillin
(Unipen)
oxacillin
(inpatient)
or Cefazolin
(unasyn),
(ancef);
ampicilin/sulbactam
clindamycin
IV,
vancomycin
(vancocin)
Ampicilin/sulbactam
Ticarcilin/clavulanat
(timentin);
local necrosis
plus
ciprofloxacin
(fortaz)
or
orcefotaxime
(rocephin)
cefazolin
(cipro);
cefepime
(claforan)
plus
(for
cefreazidime
(maxipime)
or
ceftriaxon
metronidazole
(flagyl);
Staphylococcus
aureus);
Ticarcilin/clavulanate
Clindamycin
infection
orpoperacilin/tazobactam,
tobramycin
with
or
without
aminoglycoside
plus
ciprofloxacin
or
(nebcin);
clindamycin
plus
vancomycin
plus
with
serious
M.S.Diabetic
Foot
Infection.2011.
28
Penyuluhan diperlukan untuk semua kategori risiko tersebut. Untuk kaki yang kurang
merasa/insensitif (kategori 3 dan 5), alas kaki perlu diperhatikan benar, untuk
melindungi kaki yang insensitif tersebut.1
Kalau sudah ada deformitas (kategori risiko 2 dan 5), perlu perhatian khusus
mengenai sepatu/alas kaki yang dipakai, untuk meratakan penyebaran tekanan pada
kaki.1
Untuk kasus dengan ketegori risiko 4 (permasalahan vaskular), latihan kaki perlu
diperhatikan benar untuk memperbaiki vaskularisasi kaki.1
Untuk ulkus yang complicated, tentu saja semua usaha dan dana seyogyanya perlu
dikerahkan untuk mencoba menyelamatkan kaki dan usaha ini masuk ke usaha
pencegahan sekunder.1
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dan pengelolaan ulkus/gangren diabetik yang sudah terjadi,
yakni pencegahan agar tidak terjadi kecacatan yang lebih parah.1
a. Kontrol metabolik : kontrol kadar gula darah, kadar albumin serum, kadar Hb
dan derajat oksigenasi jaringan serta fungsi ginjal. Semua factor tersebut akan
dapat mneghambat kesembuhan luka jika tidak diperhatikan dan tidak
b.
diperbaiki.
Kontrol vaskular : kelainan pembuluh darah perifer dapat dikenali secara
sederhana seperti : warna dan suhu kulit, perabaan arteri dorsalis pedis dan
arteri
tibialis
posterior
serta
ditambah
pengukuran
tekanan
darah.
arterosklerosis
dan
walking
program),
terapi
farmakologis
29
d.
e.
f.
BAB III
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. R
30
TTL
: 19-09-1973
Umur
: 41 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Sudah Menikah
Alamat
Pekerjaan
No RM
: 440914
Tgl MRS
B. ANAMNESIS
Autoanamnesis dan Aloanamnesis pada tanggal 23 Agustus 2014, pukul 15.00
Keluhan Utama
31
merasakan sangat nyeri. Waktu di temukannya luka sampai pasien datang ke IGD
waktunya 2 minggu. Pasien juga mengeluhkan sehari-hari sering merasa baal
pada kedua kaki, sampai saat memakai sendal pasien tidak menyadari sendal yang
dipakai terlepas sendiri.
Pasien memiliki riwayat sakit gula semenjak pasien berumur 19 tahun.
Pasien mengaku dahulu sering merasakan sering buang air kecil, sering
merasakan haus dan juga sering merasakan lapar. Pasien juga mengaku kalau
berat badannya turun dari 80 kg menjadi 55 kg.
Pasien juga merasakan keluhan, mata kabur sejak 2 tahun yang lalu dan
luka yang sulit sembuh sebelumnya, namun tidak sampai separah keluhan sperti
sekarang.
Pasien
tidak
rutin
memeriksakan
penyakit
gulanya.
Pasien
mengkonsumsi obat gula yaitu glukophag dan insulin namun karena pasien
pernah memeriksa gula darah saat turun pasien memutuskan untuk menghentikan
insulin tanpa instruksi dokter, pasien mengaku tidak mengkonumsi obat gulanya
secara teratur
Pasien juga mengaku 3 tahun yang lalu saat periksa ke dokter dinyatakan
ada kebocoran ginjal, namun saat itu pasien mengabaikan. Pasien lupa obat yang
diberikan untuk kebocoran ginjalnya, pasien mengaku sering merasa lemas,
menyangkal adanya sesak, pasien mengaku BAK suka terdapat busa, bengkak
pada kaki disangkal.
Pasien jarang berolahraga. Riwayat merokok dan minum alkohol
disangkal oleh pasien. BAB pada pasien normal.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat penyakit ginjal disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat stroke disangkal
32
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 76 x/mnt, reguler.
RR
Suhu
: 36,5 C
BB
: 54 kg
TB
: 160 cm
IMT (Asia)
: 21,09 (Normoweight)
Gizi
: Baik
D. PEMERIKSAAN FISIK
-
Kulit
33
dicabut.
Alis
Mata
ikterik, pupil bulat dan isokor, tidak terdapat benda asing, pergerakan
-
timpani intak.
Mulut
: Bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor, mukosa mulut basah,
tonsil T1-T1.
Leher
:Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada
submentalis,
subklavikula,
pre-aurikula,
post-aurikula,
oksipital,
34
Abdomen
Inspeksi : Tampak cembung, tidak terlihat massa, caput medusa (-),
sikatrik (-)
Auskultasi: Bising usus (+) normal.
Palpasi : Supel, turgor baik, tidak terdapat nyeri tekan. Tidak teraba
massa, hepatomegaly (-) splenomegaly (-), balotemen tidak
teraba ginjal.
Perkusi : Suara timpani di semua lapang abdomen, tidak terdapat nyeri
ketok CVA.
Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
: akral hangat, edem (-)
Lihat status kaki diabetikum
ABI kanan : 0,9
ABI kiri : 1
35
o
o
o
o
o
Perfusion impairment
Extend
Depth
Infection
Sensation
: 1 (PAD+)
: luka kiri 3x5 cm. Luka kanan 8x4cm
:2
:3
:2
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Lab
36
Pemeriksaan
18/8
19/8
Nilai Rujukan
(01.00)
(08.29)
Hemoglobin
9.3
8.3
13 18 gr/dL
Hematokrit
27
26
37 47 %
Eritrosit
3.4
3.0
4.3 -6 juta/uL
Leukosit
28700
35410
6000 10.800/uL
Trombosit
647000
560000
150.000 400.000/uL
MCV
81
86
80 96 fl
MCH
28
28
27 32 pg
MCHC
34
32
32 36 g/dL
Hematologi
Kimia
18/8
19/8
(01.00)
(08.29)
Ureum
149
135
20 -50 mg/dL
Kreatinin
2.0
2.7
Natrium
136
135
135 - 145
Darah
Nilai Rujukan
mEq/L
Kalium
5.1
4.7
Klorida
107
106
97 107 mEq/L
Aseton
-/negatif
-/negatif
Protein total
6 8.5 g/dL
Albumin
3.5 5 g/dL
Globulin
37
Kalsium (Ca)
8.6-10.3 mg/dL
Phosphate
2.5-5.0 mg/dL
Inorganic
Magnesium
1.8-3.0 mg/dL
Kimia Klinik
20/8
Nilai
(06.20)
Rujukan
Ph
7.320
7.37-7.45
pCO2
20.6
33-44 mmHg
pO2
98.8
71-104 mmHg
Bikarbonat (HCO3)
10.7
22-29 mmol/L
Base Excess
-12.9
(-2) 3 mmol/L
Saturasi O2
97
94%-98%
Urinalisa
19/8
Nilai Rujukan
Urin lengkap
(11.48)
pH
6.0
4.6 8.0
Berat Jenis
1.010
1.010 1.030
Protein
Negatif
Glukosa
Negatif
Bilirubin
Negatif
Nitrit
Negatif
Keton
Negatif
38
Eritrosit
2-2-2
< 2 / LPB
Leukosit
4-4-4
< 5 / LBP
Kristal
Negatif
Epitel
Positif
Lain-lain
Negatif
PEMERIKSAAN KULTUR
1.Kultur Pus dan Resistensi
Didapatkan infeksi Coccus Gram positif
Streptococcus agalactie
Antibiotik Sensitif : Amikasin, Doxycycline dan Imipenem
2.Kultur Urine dan Resistensi
Jumlah kuman pada urine >1000/M
Didaptkan infeksi Coccus Gram positif
Granulicatella adiacens
Antibiotik Sensitif : Ampicilin, Amikasin, Doxycycline, Gentamycin, Imipenem,
Kanamycin, Diperacilin, Amoxicilin, Chloromycetin, Tobramycin, Ceftriazoxime dan
Amoxicilin kombinasi Clavunic Acid.
3.Kultur Darah dan Resistensi
Digunakan bahan Media BACTEC
Tidak ditemukan kuman dan tidak tampak pertumbuhan kuman
Tidak dilakukan pemeriksaan resistensi
39
Gambaran EKG
40
Tulang-tulang infark
41
F. RINGKASAN MASALAH
Pasien datang ke RSPAD Gatot Soebroto hari Sabtu 17 agustus 2014 dengan
keluhan ulkus pada kaki kanan yang dirasakan sangat nyeri. Nyeri dirasakan
terus-menerus, sampai pasien tidak bisa untuk berdiri. Luka pada pedis dextra
tersebut diawali dari sebuah luka lecet yang diabaikan oleh pasien. Pasien
kemudian berenang kurang lebih 1 jam. 2 hari kemudian pasien merasakan ulkus
pada pergelangan kaki kananya menjadi bengkak dan di dalamnya terdapat pus.
Pasien lalu berobat ke dokter dan disarankan untuk di kompres. Namun, karena
tidak dirasakan membaik, pasien pun mengeluarkan sendiri pus yang terdapat
pada lukanya tersebut. Setelah mengeluarkan pus pada lukanya pasien pun
merasakan sangat nyeri. Waktu di temukannya luka sampai pasien datang ke IGD
waktunya 2 minggu. Pasien memiliki riwayat diabetes semenjak pasien berumur
42
19 tahun. Pasien mengaku dahulu sering merasakan sering poliuria, polifagia dan
polidipsi.Merasakan penurunan berat badannya dari 80 kg menjadi 55 kg . Pasien
juga merasakan keluhan berupa sering kesemutan pada kaki, mata kabur dan luka
yang sulit sembuh. Pasien tidak rutin memeriksakan penyakit gulanya. Pasien
mengkonsumsi obat gula yaitu glukophag , pasien tidak mengkonsumsi obat dan
memeriksakan gulanya secara teratur. Pasien juga di diagnosis sudah adanya
kebocoran ginjal sejak 3 tahun yang lalu, pasien mengaku sering merasa lemas,
dan pasien mengaku BAK suka terdapat busa.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, keadaan umum
sakit sedang, Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 80x/menit, Laju pernafasan
20x/menit, Suhu 36.5 derajat Celcius, mata adanya penurunan penglihatan +/+,
conjunctiva anemis +/+.Paru dan Jantung dalam batas normal. Ulkus pada
ekstremitas bawah -/+
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium, didapatkan gula darah sewaktu 246
mg/dl dengan aseton negatif. Pada hematologi klinik didapatkan hemoglobin 8,3
mg/dl dan leukosit 35410, dan kimia darah ureum 135 dan kreatinin 2.7. Pada
pemeriksaan AGD juga didapatkan Ph 7.320, Pco2 20.6 dan Bikarbonat 10.7,
serta pada pemeriksaan analisis urinalisis didapatkan protein +1.
G. DAFTAR MASALAH
1. Ulkus DM pedis dextra post debridement
2. DM tipe 2, normoweight, dengan gula darah tidak terkontrol
3. Anemia normositik normokrom
4. CKD stage IV
5. Asidosis Metabolik
6. Susp Retinopati e.c DM tipe 2
43
PENGKAJIAN :
1. Ulkus DM pedis post debridement
Menurut klasifikasi texas kasus ini adalah stadium 2
Menurut klasifikasi PEDIS
Stadium
o Perfusion impairment
o Extend
: 1 (none)
: luka kiri 3x5 cm. Luka kanan
8x4cm
o Depth
o Infection
o Sensation
:2
:3
:2
atau
Luka
pasca superfisial,
tukak,
intak/utuh
B
C
D
kulit tidak
sampai tendon
tendon
3
sampai Luka
atau tulang
sampai
atau
kapsul sendi
tulang
kapsul sendi
Dengan infeksi
Dengan iskemia
Dengan infeksi dan iskemia
44
Gejala klasik Diabetes mellitus seperti sering haus, sering buang air
45
46
glomerulus
dengan metode
Cockcroft Gault
23
mL/min/1.73m2
Tata
Laksana:
IVFD
NaCl 500cc/ 12 jam, Asam folat 1x15mg, B12 3x50mg, BicNat
1x2amp, ukur balance cairan/24 jam, Captopril 1x12,5mg
o Rencana diagnosis : Urine protein 24 jam, ureum, kreatinin,
elektrolit, urinalisis.
5. Susp. Retinopati e.c DM tipe 2
Anamnesis : penurunan penglihatan
Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan lab : Konsul departemen mata
Rencana Edukasi
- Edukasi kepada pasien tentang penyakit tersebut, untuk mengikuti pola
makan
sehat,
meningkatkan
kegiatan
jasmani/aktivitas
fisik,
sehat.
Edukasi kepada pasien untuk merawat kakinya agar tidak kering dan
melakukan aktivitas yang membuat kakinya luka.
Prognosis
Quo ad vitam
Qou ad functionam
= Dubia
= Dubia ad malam
47
Qou ad sanationam
19/08/2014
= Dubia ad malam
20/08/2014
21/08/2014
tidak
O: CM/TSS
O: CM/TSS
TD 120/80mmHg, HR 80 TD 120/70mmHg, HR 84
x/m, RR 20 x/m, S x/m, RR 18 x/m, S 36 oC
36,5oC
Mata: CA +/+, SI -/Mata: CA +/+, SI -/Thorax: BJ I/II regular,
Thorax: BJ I/II regular, murmur (-) gallop (-), SN
murmur (-) gallop (-), SN vesikuler, rhonchi -/-,
vesikuler, rhonchi -/-, wheezing -/-.
wheezing -/-.
Abd: Bising usus (+)
Abd: bising usus (+)
Ext: Ulkus pedis dextra
Ext: Ulkus pd pedis
GDS 225 mg/dL
dextra
GDS: 289 mg/dl
A: Ulkus
dextra
dm
pedis
TD 120/70mmHg, HR 84
x/m, RR 18 x/m, S 36 oC
Mata: CA +/+ SI -/Thorax: BJ I/II regular,
murmur (-) gallop (-), SN
vesikuler, rhonchi -/-,
wheezing -/-.
Abd: Datar, supel, BU
dbn
Ext:
Akral
hangat,
edema (-) ulkis pedis
dextra
48
A:
Ulkus
dextra
dm
pedis
A: Ulkus
Normositik dextra
dm
pedis
Novorapid 3 x 4 unit,
Diet DM 1700 kkal/hari
DAFTAR PUSTAKA
49
5. Kadri.
Konsensus
Pengelolaan
Diabetes
Mellitus
Terpadu.
Subbagian
gov/articlerender.fcgi?artid=1347541,
diambil
50