LAPORAN AKHIRPRAKTIKUM
PENGANTAR FISIOLOGI TANAMAN
Dosen:
Ir Winarso D. Widodo, MS. PhD
Dr Ir Ketty Suketi, MSi
Asisten Praktikum:
Kiki Rizki Apriani, SP
Jumiatun, SP
Disusun Oleh:
Kelompok VI Praktikum 1:
Deyan Sander
Eny Yuliyanti
Rezky Hastono
Desti Warni Telaumbanua
Yusta Yusnidar Harefa
Fifi Masyuni Lahagu
J3G214040
J3G214069
J3G214072
J3G414064
J3G414068
J3G414071
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya,sehingga kami kelompok 6 dapat menyelesaiakan
makalah praktikum Fisiologi Tanaman ,dan kami juga mengucapkan terimakasih banyak kepada
dosen dan kakak asisten dosen yang telah membimbing dan mengajari kami dengan baik.Dalam
makalah ini kami menjelaskan mengenai proses terjadinya osmosis pada tanaman.Kami
menyadari ,dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan.Hal ini disebabkan
karena keterbatasanya kemampuan,pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki,namun
demikian banyak pula pihak yang membantu kami deengan menyediakan dokumen atau sumber
informasi,memberikan masukan pemikiran.Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran.Demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini diwaktu yang akan datang.Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Demikianlah laporan yang kami buat semoga bermanfaat.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iv
LAJU TRANSPIRASI...............................................................................................1
OSMOSIS..................................................................................................................8
TRANSPORT XYLEM..............................................................................................16
UJI KEMASAKAN BUAH.......................................................................................33
INISIASI PEMBENTUKAN AKAR.........................................................................50
LAJU FOTOSINTESIS PADA BAGIAN GELOMBANG CAHAY........................58
NUTRIAI TANAMAN..............................................................................................68
KURVA SIGMOID.....................................................................................................79
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1. Rata-rata jumlah akar pada tanaman Coleus sp.............................................55
2. Rata-rata panjang akar....................................................................................55
3. Pengamatan panjang akar perlakuan control .................................................71
4. Pengamatan panjang akar perlakuan growmore.............................................71
5. Pengamatan panjang akar perlakuan Hyponex..............................................72
6. Pengamatan jumlah akar perlakuan control...................................................72
7. Pengamatan jumlah akar perlakuan growmore..............................................73
8. Pengamatan jumlah akar perlakuan Hyponex................................................73
9. Pengamatan jumlah daun perlakuan control..................................................74
10. Pengamatan jumlah daun perlakuan growmore.............................................74
11. Pengamatan jumlah daun perlakuan Hyponex...............................................74
12. Kurva tinggi tanaman.....................................................................................82
13. Kurva jumlah daun.........................................................................................83
14. Kurva panjang daun.......................................................................................83
15. Kuva lebar daun.............................................................................................84
LAJU TRANSPIRASI
PENDAHULUAN
Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk uap
melalui stomata, kutikula atau lentisel (Soedirokoesoemo, 1993).Kecepatan
transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya. Bermacam cara
untuk mengukur besarnya transpirasi, misalnya dengan menggunakan metode
penimbangan. Sehelai daun segar atau bahkan seluruh tumbuhan beserta potnya
ditimbang. Setelah beberapa waktu yang ditentukan, ditimbang lagi.Selisih berat
antara kedua penimbangan merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi.
Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada air yang terlepas, yaitu dengan
cara menangkap uap air yang terlepas dengan dengan zat higroskopik yang telah
diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan angka penunjuk besarnya
transpirasi (Soedirokoesoemo, 1993).
Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya
gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di
bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh
teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air
dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui
proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk
melakukan fotosintesis agar kelangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin
(Anonim, 2009).
Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan
tumbuhan, karena kalau transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan
dapat kekurangan air. Bila kandungan air melampaui batas minimum dapat
menyebabkan kematian.Transpirasi yang besar juga memaksa tumbuhan
mengedakan penyerapan banyak, untuk itu diperlukan energi yang tidak sedikit
(Soedirokoesoemo, 1993).Pada transpirasi hal yang penting adalah difusi air dari
udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun.Kehilangan air dari
daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas
pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh, dari akar ke pucuk dan
bahkan dari tanah ke akar. Cepat lambatnya proses transpirasi ditentukan oleh
faktor-faktor yang mampu merubah wujud air sebagai cairan ke wujud air sebagai
uap atau gas. Faktor dari dalam yaitu jumlah daun, luas daun dan jumlah stomata
sedangkan faktor luar meliputi suhu, cahaya, kelembapan udara dan angin. Di
samping itu, luas permukaan jaringan epidermis atau luka tempat proses
transpirasi berlangsung juga ikut berperan
Percobaan ini dilakukan untuk mengukur laju transpirasi pada dua jenis
tanaman, membandingkan laju transpirasi pada jenis tanaman yang berbeda, dan
menggamati jumlah stomata yang ada pada bagian atas dan bawah daun.dalam
percobaan ini menggunakan tumbuhan coleus, dan pucuk merah.
Tujuan dari praktikum ini bertujuan Mengukur laju transpirasi pada dua
jenis tanaman, Mengamati jumlah stomata bagian atas dan bagian bawah daun,dan
Menghitung kecepatan stomata pada daun
TINJAUAN PUSTAKA
Transpirasi dapat dikatakan proses kehilangan air dalam bentuk uap dari
jaringan tumbuhan melalui stomata. Transpirasi berlangsung melalui bagian
tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu melalui pori pori daun
yakni melalui stomata, lubang kutikula, dan lentisel oleh proses fisiologi tanaman.
Selain itu juga transpirasi terjadi melalui luka dan jaringan epidermis pada daun,
batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan bahkan akar. Cepat lambatnya proses
transpirasi ditentukan oleh faktor-faktor yang mampu merubah wujud air sebagai
cairan ke wujud air sebagai uap atau gas dan faktor-faktor yang mampu
menyebabkan pergerakan uap atau gas.
Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui kutikula hanya 510% dari jumlah air yang ditranspirasikan di daerah beriklim sedang.Air sebagian
besar menguap melalui stomata, sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat
mempengaruhi laju transpirasi menyatakan bahwa transpirasi mempunyai arti
penting bagi tanaman.Transpirasi pada dasarnya suatu penguapan air yang
membawa garam-garam mineral dari dalam tanah.Transpirasi jiga bermanfaat di
dalam hubungan penggunaan sinar matahari, kenaikan temperatur yang diterima
tanaman digunakan untuk penguapan air.Transpirasi dibedakan menjadi tiga
macam berdasarkan tempatnya, yaitu transpirasi kutikula, transpirasi lentikuler,
transpirasi stomata.Hampir 97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi
stomata.
Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat
dalam penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi
dengan ruang antar sel daun merupakan permukaan penguapan.Konsentrasi uap
air dalam ruang antar sel biasanya lebih besar daripada udara luar. Manakala
stomata terbuka, lebih banyak molekul air yang akan keluar dari daun melalui
stomata dibandingkan dngan jumlah yang masuk per satuan waktu, dengan
demikian tumbuhan tersebut akan kehilangan air (Ayiguna, 2008).
METODOLOGI KERJA
Tempat dan Waktu
Percobaan laju transfirasi dilaksanakan di Laboratorium CAB01 pukul
08.00 cilibende, Institut Pertanian Bogor s/d selesai.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pratikum ini, seperti tiga buah gelas ukur 10
ml,kacapreparat,timbangan
analitik,mikroskop,gunting,rak
tabung,
dan
penggaris.dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi dua ranting
tanaman yang berbeda(coleus,dan pucuk merah).
Prosedur Pelaksanaan
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan laju
transpirasi
Memotong ranting tanaman dari dua tanaman yang berbeda,usahakan
potongan selalu ada dalam air,demikian juga sewaktu memasukkan
potongan ranting tumbuhan ke dalam gelas ukur selalu terendam
Masukkan segera potongan ranting tumbuhan ke dalam gelas ukur
dan satu gelas dibiarkan tanpa tumbuhan (sebagai control).buat lh
tinggi permukaan air pada gelas ukur sama.
Siapkan tiga buah gelas ukur 10 ml,untuk setiap perangkat (set)isilah
dengan air sebanyak 6 ml atau sebanyak yang kita ingin kan
Catat waktu saat memasukkan daun ke dalam gelas ukur.
Letakkan perangkat gelas ukur di luar laboratorium agar terkena sinar
matahari
Melakukan pengamatan perubahan air yang terjadi dalam gelas ukur
setiap 30 menit selama dua jam dengan membaca skala yang
terdapatpada gelas ukur.
Catat jumlah air yang mengguap setiap periode dan lakukan lh
pengmatan.
pucuk merah
Coleus
2.21
2.21
1.,80
2.44
2.32
1.,41
4.66
2.44
8.43
2.66
2.77
6.98
3.43
3.33
6.76
3.41
3.4
1.,72
rata-rata
3.13
2.74
1.,92
nama tanaman
Syzigium oleina
Coleus sp
66
Bougainvillea spectabilis
180
4
Cochinchinensis
gambar stomata
jumlah
Perlakuan
kelompok
kontrol
1
2
3
4
5
6
Rata-rata
Coleus sp
1
2
3
4
5
6
Rata-rata
Syzigium oleina
Rata-rata
1
2
3
4
5
6
0
6.0
6.o
6.2
6.0
6.0
6.0
6.07
6.0
6.0
6.6
6.0
6.6
6.0
6.2
6.0
6.0
6.2
6.0
6.0
6.0
6.03
Laju transpirasi
30
5.8
6.0
5.6
5.4
5.8
5.9
5.75
5.8
5.2
6.4
6.0
5.6
5.5
5.75
5.4
5.8
5.8
5.3
5.2
5.2
5.45
Pembahasan
Data diatas dapat diketahui bahwa luas daun dan panjang daun
mempengaruhi jumlah stomata. Jumlah stomata bagian atas dan bawah daun juga
berbeda karena bagian atas sering terkena sinar matahari dan faktor lingkungan
yang lain sehingga jumlah stomata bagian atas lebih sedikit disbanding dengan
stomata bagian bawah. Data diatas tidak terisi dengan lengkap karena sulitnya
untuk menemukan stomata pada mikroskop.
Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun
luar. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis
lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan
daun,banyaksedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata.
Dari pengamatan laju transpirasi hal yang terpenting adalah difusi air dari
udara yang lembab didalam daun ke udara kering di luar daun.cepat lambat nya
laju transpirasi ditentukan oleh faktor-faktor yang mampu merubah wujud air
sebagai cairan ke wujud air sebagai uap atau gas,faktor luar di penggaruhi oleh
suhu,cahaya,kelembaban udara, dan angin.
60
5.75
5.8
5.4
5.2
5.6
5.2
5.49
5.5
4.6
6.2
5.9
5.4
5.4
5.5
5.2
5.5
5.6
5.1
5.9
4.9
.5.37
Kesimpulan
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap
dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari
jaringan lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil
dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam
perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya
difokuskan pada air yang hilang melalui stomata.
Pengamatan laju transpirasi yang dilakukan menunjukkan penurunan atau
laju transpirasi yang sangat signifikan.Pemberian minyak pada air membantu
tanaman agar udara tidak keluar dari air karena tertahan oleh minyak sehingga
udara keluar hanya dari daun dan batang.
Pengamatan jumlah stomata pada daun dipengaruhi oleh luas dan panjang
daun.Selain itu isban lingkungan seperti sinar matahari, suhu dan angin
mempengaruhi jumlah stomata pada bagian atas dan bawah daun.Sehingga jumlah
stomata pada bagian bawah daun lebih banyak isbanding bagian atas daun.
Saran
Sebaiknya pratikum ini dilengkapi alat-alat yang kita perlukan saat
pratikum,supayapratikum ini dapat berjalan semana mestinya. Selain itu jumlah
mikroskop yang digunakan sebaiknya sesuai dengan jumlah kelompok yang ada
sehingga tidak berebut dalam penggunaan alat dan waktu yang digunakan lenih
efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Wardiana,
Ayiguna
Mada.
2008.
Transpirasi
pada
Tumbuhan.
http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&biw=1366&bih=583&q=laju
+transpirasi+tumbuhan&aq=0&aqi=g7&aql=&oq=laju+t&gs_rfai=&fp=4
ba4fd3435162061. Diakses pada tanggal 6 desember 2015
Widodo, Winarso D. 2010.Penuntun Praktikum Fisiologi Tanaman. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi
Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Anonim.2009. Sistem Transportasi dan Transpirasi dalam Tanaman.
http://www.indoforum.org/showthread.php?t=34436. Diakses pada tanggal
6 desember 2015
11
OSMOSIS
PENDAHULUAN
Dalam mempelajari dunia tumbuhan,tidak terlepasnya mempelajari dunia
alam yang sebenarnya.Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan ilmu
pengetahuan juga berkembang semakin pesat,sehing banyak muncul teori-teori
dari berbagai ahli.Teori tersebut adalah salah satunya tentang difusi.Difusi
merupakan suatu proses penyebaranya molekul-molekul zat dari kosentrasi tinggi
ke kosentrasi tinggi ke kosentrasi rendah ke kosentrasi yang tidak berpengaruh
oleh faktor kosentrasi larutan,tetapi hanya di perlukan energi pengaktifan saja
yang di sebut transpor aktif. Difusi juga dapat diartikan suatu proses penyabaran
zat molekul yang dapat di timbulkan oleh suatu gaya yang identik dengan energi
kinetik.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi,yaitu:
Ukuran partikel.
Semakin kecil ukuran parikel,semakin cepat partikel itu bergerak,sehingga
kecepatan difusi semakin tinggi.
Ketebalan membran.
Semakin tebal,semakin lambat kecepatan difusi.
Luas suatu area.
Semakin besar luas area,semakin cepat kecepatan difusi.
Jarak.
Semakin besar jarak antara dua kosentrasi,semakin lmabat proses difusinya.
Suhu.
Semakin tinggi suhu,partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan
lebih cepat.Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya
Osmosis pada dasarnya masih termasuk peristiwa defusi.Dalam peristiwa
osmosis,air bergerak melalui membran semipermiable dari larutan hipotonik
kelaruta hipertonik.Larutan hipotonik adalah larutan yang mengandung sedikit zat
atau dapat dikatakan larutan yang cair.Sedangkan larutan hipertonik adalah larutan
yang mengandung banyak zat di dalam larutanya atau dapat di katakan larutan
yang kental.
Osmisis adalah perpindahan molekul air melalui selaput semipermiabel
selektif dari bagian yang lebih encer kebagian yang paling pekat.Membran
semipermiabel harus ditembus oleh pelaput,tetapi tidak oleh zat terarut,yang
mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran.Tekanan osmosis merupakan
koligatif,yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada kosentrasi zat terlarut,dan
bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air yang
menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi.Sejumlah
besar basar volume akan memiliki kelebiahan energi bebas daripada volume yang
sedikit,dibawah kondisi yang sama.Energi bebas suatu zat per unit
TINJAUAN PUSTAKA
Difusi merupakan suatu proses penyebaranya molekul-molekul zat dari
kosentrasi tinggi ke kosentrasi tinggi ke kosentrasi rendah ke kosentrasi yang
tidak berpengaruh oleh faktor kosentrasi larutan,tetapi hanya di perlukan energi
pengaktifan saja yang di sebut transpor aktif. Difusi juga dapat diartikan suatu
proses penyabaran zat molekul yang dapat di timbulkan oleh suatu gaya yang
identik dengan energi kinetik (Campbell 1999)..
Faktor-faktor ini dapat di ketahui kecepatan dan kelambatan difusi yang
terjadi molekul-molekul zat.
Osmisis adalah perpindahan molekul air melalui selaput semipermiabel
selektif dari bagian yang lebih encer kebagian yang paling pekat.Membran
semipermiabel harus ditembus oleh pelaput,tetapi tidak oleh zat terarut,yang
mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran.Tekanan osmosis merupakan
koligatif,yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada kosentrasi zat terlarut,dan
bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri(Svender dan Anhtony 1974). Osmosis
sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air yang menggambarkan
kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi.Sejumlah besar basar
volume akan memiliki kelebiahan energi bebas daripada volume yang
sedikit,dibawah kondisi yang sama.Energi bebas suatu zat per unit
jumlah,terutama per berat grammolekul (energi bebar mol-1) disebut potensi
kimia.Potensi kimia zat terlarut kurang lebih sebading dengan kosentrasi zat
terlarutnya.Zat terlarut yang berdifusi cenderung untuk bergerak dari daerah yang
berpotensial kimia lebih tinggi menuju daerah yang berpoensial lebih rendah.
Osmosis juga dapat diartikan suatu pristiwa dengan potensi solvent
tinggi,menuju solent yang lebih rendah melalui semipermiabel.Solvent ini dapat
dikatakan air yang mengalir(Wibisno,2006).
13
METODOLOGI KERJA
Tempat dan Waktu
Laboratorium CA BIO 1 pukul 08.00 s/d selesai
Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah pisau atau
cutter,penggaris,tisau,gelas ukur dengan skala 0.1 ml,kaca perparat dan gelas
penutup,petridish,pinset,mikroskop cahaya,gelas piala,jam atau stopwacth.Bahan
yang digunakan adalah kentang,bawang merah,larutan isotonik,larutan hipertonik
( 3% sukrosa ).
Metode Kerja
a. Perubahan volume umbi kentang
Masukan kentang
ke dalam larutan
Menghitung volume
awal potongan kentang
Inkubasikan pada
suhu kamar 1-1.5 jam
15
Nomor Sampel
Volume (ml)
Awal
Akhir
6,06
1,06
5,76
0,76
5,08
6,04
0,96
5,98
0,98
6,1
1,1
Rata-rata
Volume (ml)
Awal
Akhir
1,0764
1,238
0,1562
0,66
0,791
0,13
0,859
0,8194
0,72
0,914
0,188
0,441
0,62
0,18
0,8134
0,814
0,124
Rata-rata
0,761
0,866
0,129
17
Pembahasan
Dari tabel perubahan volume kentang di atas,data dari kelompok 1,2,4,5,6
memiliki volume awal kentang yang sama yaitu 5 ml,sedangkan pada kelompok 3
memiliki volume awal kentang 5,08 ml.Pada akhir volume kentang data dari ke- 6
kelompok tidak ada data volume yang sama karena dalam setiap kelompok cara
memotong bentuk kentang,mengukur,mengeringkan kentang setelah di keluarkan
dari rendaman aquades memiliki perbedaan.
Dalam hasil pencobaan kelompok 6,pertama kali kentang direndam terjadi
sedikit perbedaan bentuk dari sebelumnya,yaitu kentang mengecil.Kentang yang
telah selesai di rendam,lalu di keringkan dengan tisu kentang terlihat sedikit agak
putih dari sebelumnya.
Dari pencobaan yang di lakukan ini,kentang mengalami perubahan.Dari
hasil pengamatan dapat kita ketahui bahwa sel-sel kentang mengalami perubahan
ukuran.Bertambahnya ukuran ketang dari volume awal ke volume akhir,hal ini
terjadi karena sifat larutan yang hipertonis maupun hipotonis terhadap kentang.
peristiwa osmosis terjadi perpindahan zat cair dari yang kosentrasinya rendah ke
kosentrasi yang tinggi.Seperti pada kentang dan air,air yang memiliki kosentrasi
yang rendah berpindah ke kentang yang memiliki kosentrasi yang tinggi sehingga
berat kentang bertambah.
Pada larutan gula dan kentang yang memiliki kosentrasi yang rendah pindah
kelarutan gula yang kosentrasi tinggi sehingga berat kentang berkurang.
Saran
Hasil dari praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan,untuk itu kritik dan
saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaa penulisan makalah di
kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
www.pengertianahli.com.2014/01
http://oktean.wordpress.com.biologi
http://oktean.wordpress.com.biologi
http://id.m.wikipedia.org/wiki/osmosis
Osmosis menurutWibisno,2006.
Difusi menurutCampbell 1999.
Kanginan,Marthen.2006 Jakarta penerbit Erlangga.
TRANPORT XYLEM
PENDAHULUAN
Transportasi tanaman adalah pemindahan hasil asimilasi dari daerah
sumber ke daerah pemanfaatan terjadinya melalui pembuluh tapis. Untuk
19
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem jaringan pembuluh padaumbuhan terdiri dari dua jaringan yaitu
xilem dan floem yang berfungsi transport air dan materi organik ke seluruh bagian
tumbuhan dan melakukan transport jarak jauh antara akar dan taruk (Iriawati
2009). Fungsi utama xylem adalah mengangkut air serta zat-zat yang terlarut
didalamnya. Floem berfungsi mengangkut zat makanan hasil fotosintesis. Pada
batang berkas xylem umumnya berasosiasi dengan floem pada satu ikatan
pembuluh. Kombinasi xylem dan floem membentuk sistem jaringan pembuluh di
seluruh tubuh tumbuhan, termasuk semua cabang batang dan akar.
Xilem, terdiri dari trakeid, trakea atau pembuluh kayu, parenkim xylem,
dan serabut atau serat xylem. Berdasarkan asal terbentuknya terbagi menjadi
xylem primer dan xylem sekunder. Xilem primer berasal dari prokambium
sedangkan xilem sekunder berasal dari kambium. Berdasarkan proses
terbentuknya xilem primer dapat dibedakan menjadi protoxylem dan
metaxylem. Protoxilem adalah xylem primer yang pertama kali terbentuk
sedangkan metaxilem yang terbentuk kemudian.
Floem terdiri dari unsur tapis (sel tapis dan komponen pembuluh tapis), sel
pengiring / sel pengantar, parenkim dan serabut / serat floem. Berdasarkan asal
terbentuknya terbagi menjadi floem primer dan floem sekunder. Floem primer
berasal dari prokambium sedangkan floem sekunder berasal dari cambium.
Berdasarkan proses terbentuknya floem primer terdiri dari protofloem dan
metafloem. Protofloem adalah floem primer yang pertama kali terbentuk
sedangkan metafloem terbentuk kemudian.
Air diserap tanaman melalui akar bersama-sama dengan unsur-unsur hara
yang terlarut di dalamnya, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman, terutama
daun, melalui pembuluh xilem. Pembuluh xilem pada akar, batang, dan daun
merupakan suatu sistem yang kontinu, berhubungan satu sama lain. Untuk dapat
diserap oleh tanaman, molekul-molekul air harus berada pada permukaan akar.
Dari permukaan akar ini air bersama-sama bahan-bahan yang terlarut diangkut
menuju pembuluh xilem.
Menurut Lakitan 2012, ada 4 teori yang menjelaskan tentang
pengangkutan air di dalam pembuluh xilem yaitu:
Teori tekananan akar. Pada awalnya diperkirakan air naik ke bagian atas
tanaman karena adanya tekanan dari akar. Hal inidasarkan atas fakta
bahwa jika batang tanaman dipotong dan kemudian dihubungkan dengan
selan manometer air raksa, maka air di dalam selang akan terdorong ke
atas oleh tekanan yang berasal dari akar. Tetapi dari hasil pengukuran yang
intensif pada berbagai jenis tanaman, maka besarnya tekanan tersebut
umumnya tidak lebih dari 0,1 Mpa (mega pascal). Selain itu tekanan akar
hanya teramati pada kondisi tanah yang berkecukupan air dan kelembaban
udara relatif tinggi, atau dengan kata lain pada saat laju transpirasi sengat
rendah.
Teori kapilaritas. Kapilaritas merupakan gejala yang timbul akibat
interaksi antara permukaan benda padat dengan benda cair yang
menyebabkan gangguan terhadap bentuk permukaan cairan yang semula
21
data. Didalam pipa yang kecil, hal ini menyebabkan naiknya permukaan
cairan. Hal ini disebabkan karena cairan ditarik oleh dinding bagian dalam
pipa oleh gaya adhesi. Secara visual hal ini terlihat dari bentuk permukaan
cairan (meniscus) di dalam pipa. Tinggi permukaan ciran yang di dalam
pipa kapiler sangat tergantung pada diameter pipa kapiler tersebut.
Teori sel pemompa. Pada abad ke-19 diyakkini bahwa pergerakan vertikal
air dari akar ke daun adalah karena adanya peranan sel-sel khusus yang
berfungsi memompakan air ke atas. Sel-sel ini diperkirakan berada pada
setiap interval jarak tertentu dan pada possi yang berurutang secara
suksesif. Setiap sel pemompa bertugas memompkan air sampai pada posisi
sel pemompa yang berada diatasnya. Hal ini berlangsung secara kontinu
dari akar sampa ke daun. Tetapi hasil kajian natomis yang teliti gagal
menemukan keberadaan sel-sel pemompa ini.
Teori kohesi. Ada 3 elemen dasar dari teori kohesi untuk menjelaskan
pergerakan vertikal air dalam tubuh tumbuhan, yaitu tenaga pendorong
(driving force), hidrasi pada lintasan yang dilalui, dan gaya kohesi antara
molekul air.
Dari keseluruhan teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa teori yang
mampu untuk menjelaskan pergerakan vertikal air di dalam pembuluh xilem
adalah teori kohesi yang didasarkan atas tiga konsep yakni adanya perbedaan
potensi air antara tanah dan atmosfir sebagai tenaga pendorong, adanya tenaga
hidrasi dinding pembuluh xilem yang mampu mempertahankan molekul air
terhadap gaya gravitasi, dan adanya gaya kohesi antara molekul air yang menjaga
keutuhan kolom air di dalam pembuluh xilem.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari selasa tanggal 22September 2015 di
laboratorium CA BIO 1 Cilibende IPB pada pukul 07.00-11.00 WIB.
Metode Kerja
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dipersiapkan
23
Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Tingkat Kelayuan
(%)
Mekar
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
0%
25%
50%
75%
100%
16
0
28
27
10
10
90
20
16
23
11
14
23
26
18
11
56
70
93
86
55
45
25
11
35
37
84
37
39
37
36
4.7
86
41
33
34
40
2.9
79
31
28
37
46
5.8
45
45
45
40
54
99
36
22
20
70
30
20
19
13
82
32
32
28
12
23
8
10
2
Tingkat Kelayuan
(%)
Mekar
Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
0%
25%
50%
75%
100%
71
37
38
28
43
15
21
21
62
119
10
7
10
4
28
46
9
48
14
35
10
46
10
48
44
29
49
0
51
2
37
4
38
1
27
35
85
3
42
4
36
2
31
0
34
85
39
46
41
39
81
25
43
3
34
2
40
2
36
0
34
36
98
0
36
8
34
0
35
2
20
89
35
40
22
30
80
40
37
30
25
2
4
7
0.3
2.9
1.8
15
13
11
4.3
4.7
5.9
7
3
6
-
25
Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Tingkat Kelayuan
(%)
Mekar
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
0%
25%
50%
75%
100%
15
0
53
47
35
30
27
10
30
95
60
74
60
45
10
8
36
44
30
34
93
32
42
31
38
90
54
40
40
45
24
27
33
83
44
37
35
33
87
40
43
39
44
78
37
36
42
38
25
34
36
10
8
36
44
30
34
93
32
42
31
38
90
54
40
40
45
1
15
8
1.5
4.6
2.6
13
34
18
4.3
7.1
6.9
0
0
0
-
Tingkat Kelayuan
(%)
Mekar
Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
0
%
69
25%
50%
75%
100%
36
35
27
32
2,1
16,4
45
46
45
32
48
10,5
97
54
26
44
31
1.91
78
52
45
32
27
86
56
42
38
39
2.9
22
10
23
11
88
33
34
38
20
4.2
83
37
38
40
13
10.4
85
35
34
47
36
7.2
25
37
21
36
35
97
54
20
44
31
78
52
45
32
27
86
56
43
38
39
27
Tingkat Kelayuan
(%)
Mekar
Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
0
%
69
25%
50%
75%
100%
36
35
27
32
5,8
18,2
45
82
46
63
45
36
32
41
48
30
11,7
2.3
60
68
46
33
31
6.71
38
10
78
0
59
0
49
2
45
3
6.6
13
21
14
2
91
0
38
3
30
0
35
0
33
12
3.5
88
34
32
36
35
10.2
89
0
35
0
39
0
38
3
30
0
11.2
0
7
86
2
63
2
36
1
41
1
30
0
-
60
68
46
33
31
38
78
59
49
43
Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Mekar
50
75
%
%
8
0
100
%
0
Tingkat kelayuan
(%)
30
25
%
2
29
30
39
44
44
25
35
19
37
32
9.5
38
40
6.8
12
0
33
34
29
29
90
42
50
30
33
90
31
55
56
22
25
14
20
0%
29
Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Mekar
50
75
%
%
7
6
100
%
6
Tingkat kelayuan
(%)
0
%
16
25
%
14
11
24
14,7
28
2,8
36
42
43
28
27
24
35
30
9.5
37
14.2
38
15.9
90
32
28
31
26
23
75
35
25
26
21
17
80
32
28
26
22
30
20
35
Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Mekar
50
75
%
%
3
0
29
28
16
31
4,7
33
40
41
2.2
24
15
27
37
33
34
29
26.8
36
35
36
34.8
35
32
30
25
30
37
30
35
22
18
31
33
29
28
20
40
41
22
1
21
9
22
2
33
100
%
0
Tingkat kelayuan
(%)
25
%
4
0%
31
Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
Mekar
50
75
%
%
9
5
100
%
4
Tingkat kelayuan
(%)
21
25
%
11
12
12
10
12
18,2
11
4,7
30
39
39
4.5
22
22
23
69
74
29
63
33
87.5
35
69.7
82
19
6
19
4
30
35
32
30
25
30
37
30
35
22
18
31
33
29
28
20
39
39
0%
7,5
5%
Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Mekar
50
75
%
%
1
1
100
%
0
Tingkat kelayuan
(%)
12
25
%
12
19,8
18
5,2
30
2.5
38
38
6.8
10
56
21
93
76
28
95
31
97.5
34
83.3
99
18
8
17
9
30
40
31
38
35
42
56
30
33
31
55
56
22
38
0%
10,8
33
Sukrosa
5%
38
Pembahasan
Dari hasil praktikum transport xylem,data kelompok 6 belum terhitung
tingkat kelayuan dari bunga krisan dari hari pertama sampai hari ke-5.Dari
pngamatan hari pertama data kelompok 3 yang tingkat kelayuannya lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok lain dengan perlakuan control,sukrosa 2%,dan
sukrosa 5% yaitu,11%,9%,5% .Hari kedua tingkat kelayuan yang paling tinggi
pada kelompok 3 dengan tingkatan kelayuan 15%,13%,11%,untuk percobaan
kedua ini sudah mulay mengalami kelayuan pada stiap percoaan disetiap
kelompok.
Pada pengamatan hari ketiga tingkat kelayuan paling tingi adalah pada
kelompok 3 dengan tingkatan 13%.34%.18%,untuk kelompok lain rataan
tingkatan kelayuan masih rata seperti pada hari kedua,pada pengamatan hari ke
empat kelompok yang paling tinggi tingkat kelayuannya adalah kelompok 1
dengan perlakuan sukrosa 2% yaitu 16,4%,untuk perlakuan sukrosa 5% yang
paling tinggi tikat kelayuannya adalah kelompok 5 yaitu 35%,pada percobaan di
hari kelima kelompok yang bunganya tidak mengalami tingkat kelayuan adalah
kelompok.Pada hari kelima tingkat kelayuan paling tinggi pada perlakuan sukrosa
2% didapat hasil 18,2% pada kelompok 1.Adapun kelompok yang tidak
mengalami kelayuan pada bunga krisan yaitu pada kelompok 5.
Bunga sedap malam kelompok 6 tidak didapat tingkat kelayuan pada
masing-masih perlakuan.Pada pengamatan hari pertama sudah mengalamai
kelayuan pada percobaa kelompok 3 dan 4 pada perlakuan control,sukrosa 2% dan
sukrosa 5%,tingkat kelayuan yang paling tinggi dari kelompok 3 dan 4 adalah
pada perlakuan sukrosa 2% dengan jmlah tingkatan 19%,
Pengamatan hari kedua pada kelompok 2 tidakmengalami kelayuan pada
bunga sedap malam.Tingkat kelayuan sudah mulay dialami oleh beberapa
kelompok kecuali kelompok 2.Pada kelompok 5 dengan perlakuan control
mengalami tingkat kelayuan yang paling tinggi yaitu 23%,untuk perlakuan
sukrosa 2% yang paling tinggi kelayuanny adalah pada kelompok 3 dengan
tingkatan 24%.
Pengamatan hari ketiga masng-masing kelompok sudah mengalami
kelayuan pada bunga sedap malam.tingkat kelayuan paling tinggi pada perlakuan
sukrosa 2% pada kelompok 3,dengan tingkatan 37%,perlakuan sukrosa 5% yang
paling tinggi tingkat kelayuannya pada kelompok4 dengan tingkatan 34,8%,pada
perlakuan kontol yang paling tinggi tingkat kelayuannya pada kelompok dengan
tingkatan 30%.
Pengamatan di hari keempat tingkat kelayuan pada setiap kelompok mulay
bertambah banyak tingkat kelayuannya.Pada perlakuan sukrosa 2% tingkat
kelayuan paling tinggi terdapat pada kelompok 4 dengan tingkatan 87,5%,pada
perlakuan sukrosa 5% yang paling tinggi pada kelompok 3 dengan tingkatan
74%,pada perlakuan kontro tingkatkelayuan palinh tinggi pada kelompok 4
dengan tingkatan 63%.
Pengamatan di hari terahir yaitu hari kelima tingkat kelayuan pada setiap
perlakuan sudah pada titik kelyuan yang paling tinggi.Tetapi pada kelompok 5
tidak mengalami tingkat kelayuan.Tingkat kelayuan paling tinggi pada perlakuan
sukrosa 2% dengan tingkatan 97,5% pada kelompok 4,untuk perlakuan sukrosa
5% yang paling tinggi adalah 83,3% pada kelompok 4,dan untuk yang tanpa
perlakuan adalah 95% pada kelompok 5.
Pada perlakuan kontrol membuat bunga krisan dan sedap malam tetap
terlihat segar.
Perlakuan larutan sukrosa 5% membuat tanaman bunga sedap malam dan
bunga krisan mengalami tingkat kelayuan yang tinggi.
Perlakuan larutan sukrosa 2% membuat tanaman bunga sedap malam dan
bunga krisan mengalain tingkat kelayuan,tetapi tingkatan kelayuannya
lebih rendah apabila di bandingkan dengan perlakuan sukrosa 5%.
Saran
Saran untuk materi transport xylem perlu di lakukan penelitian yang lebih
mendalam dan teliti supaya mengetahui kepastian dari hasil data-data yang
didapat dan juga lebih akurat, sehingga tidak didapat data yang rancu. Lalu
pengamatan dilakukan secara rutin setiap hari selama 5 HST agar dapat
terpantaunya kondisi tanaman sebagai objek penelitian.
Dalam pelaksanaan penelitian mahasisa/mahasiswi harus lebih teliti dan
cermat, dan diperlukan uji ulang terhadap hasil penelitian.
Kritik dan saran dari dosen dan asisten dosen serta pembaca sangat saya butuhkan
untuk kesempurnaan laporan praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Feryanto, Indra. 2011. Panduan Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Fakultas
Pertanian Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung. (JURNAL)
Lakitan, B. 1996. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. CV Rajawali, Jakarta.
Sumadi dan M. Aditya. 1989. Biologi Sel. Graha Ilmu, Jakarta.
Tania, Meta. 2013. LAPORAN FISTUM JARINGAN TRANSPORT
AIRhttp://laveniaovi.wordpress.com/2013/01/08/laporan-fistum-jaringantransport-air/.
35
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Menurut Munirotun R, Munifatul I, Erma P, 40 50, Buah-buahan
mempunyai arti penting sebagai sumber vitamin, mineral, dan zat-zat lain dalam
menunjang kecukupan gizi, selain itu juga merupakan komoditas hortikultura
yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Buah-buahan dapat dimakan baik
pada keadaan mentah maupun setelah mencapai kematangannya. Sebagian besar
buah yang dimakan adalah buah yang telah mencapai tingkat kematangan. Buahbuahan juga dikenal sebagai hasil pertanian yang mudah rusak (busuk). Hal ini
disebabkan karena komoditi hortikultura tersebut setelah dipanen masih terus
melangsungkan respirasi dan metabolisme. Aktivitas respirasi dan transpirasi ini
menggunakan dan merombak zat-zat nutrisi yang ada pada buah, sehingga dalam
jangka waktu tertentu akibat penggunaan dan perombakan zat nutrisi tersebut,
buah mengalami kemunduran mutu dan kerusakan fisiologis (Suhaidi, 2003).
Untuk meningkatkan nilai ekonomis buah-buahan maka masa simpan dan
kesegarannya harus dipertahankan.
37
TINJAUAN PUSTAKA
Etilen adalah suatu gas tanpa warna dengan sedikit berbau manis. Etilen
merupakan suatu hormon yang dihasilkan secara alami oleh tumbuhan dan
merupakan campuran yang paling sederhana yang mempengaruhi proses fisiologi
pada tumbuhan. Proses fisiologi pada tumbuhan antara lain perubahan warna
kulit, susut bobot, penurunan kekerasan, perubahan kadar gula dan lain-lain
(Winarno dan Aman, 1979).
Etilen telah digunakan sejak Mesir kuno, yang akan luka buah ara untuk
merangsang pematangan (melukai merangsang produksi etilen oleh jaringan
tanaman). Orang Cina kuno akan membakar dupa di kamar tertutup untuk
meningkatkan pematangan pir. Pada tahun 1864, ditemukan bahwa gas bocor dari
lampu jalan menyebabkan pengerdilan pertumbuhan, memutar tanaman, dan
penebalan abnormal dari batang. Pada tahun 1901, seorang ilmuwan Rusia
bernama Dimitry Neljubow menunjukkan bahwa komponen aktif adalah etilen
Keraguan menemukan bahwa etilen merangsang absisi pada tahun 1917. Ia tidak
sampai 1934 yang Gane melaporkan bahwa tanaman mensintesis etilen. Pada
tahun 1935, Crocker mengusulkan bahwa etilen adalah hormon tanaman yang
bertanggung jawab untuk pematangan buah serta penuaan dari vegetatif jaringan.
Etilen merupakan jenis senyawa tidak jenuh atau memiliki ikatan rangkap
yang dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman pada waktu tertentu dan pada suhu
kamar etilen berbentuk gas. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya
perubahan penting dalam proses pertumbuhan tanaman dan pematangan hasilhasil pertanian. Etilen disebut hormon karena dapat memenuhi persyaratan
sebagai hormon yang dihasilkan oleh tanaman, bersifat mobile dalam jaringan
tanaman dan merupakan senyawa organik. Pada tahun 1959 diketahui bahwa
etilen tidak hanya berperan dalam proses pematangan saja, tetapi juga berperan
dalam mengatur pertumbuhan tanaman (Winarno, 2002).
Trucker di dalam Saputro (2004) menyatakan bahwa gas etilen (C2H4)
adalah suatu jenis bahan yang banyak digunakan sebagai pemicu (trigger) proses
pematangan, dimana jumlah dan waktu yang tepat dalam pemberiannya juga
sangat khas untuk tiap jenis buah. Menurut Winarno dan Aman (1979),
konsentrasi etilen selama pematangan berubah-ubah. Buah pisang yang baru
dipanen mengandung etilen 0.2 ppm dan sekitar 4 jam sebelum pematangan
jumlah etilen secara cepat bertambah menjadi sekitar 0.5 ppm. Pisang pada saat
memasuki proses pematangan, jumlah etilen sekitar 1.0-1.5 ppm dan segera
setelah respirasi hingga mencapai puncak klimaterik jumlah etilen meningkat
menjadi 25-40 ppm.
Usaha untuk mengurangi etilen akan mengakibatkan tertundanya
kematangan dan mempertahankan kesegaran serta memperpanjang umur simpan
(Pantastico et. al., 1989). Pada buah klimaterik respon etilen hanya berpengaruh
pada saat fase pre-klimaterik sedangkan pada buah non-klimaterik, aktivitas
respirasi dan pematangan dapat dipercepat pada semua fase tahap pematangan.
Dengan adanya etilen, proses respirasi akan berlangsung cepat dan ikut dalam
proses reaksi pemasakan. Semakin matang buah, produksi etilen semakin
menurun. Adanya perlakuan tertentu yang dapat mengurangi kandungan etilen
disekitar buah dapat memperpanjang umur simpan buah tersebut.
Etilen adalah suatu senyawa kimia yang mudah menguap yang dihasilkan
selama proses masaknya hasil pertanian terutama bebuahan dan sayuran
(Hadiwiyoto, 1981). Pada bidang pertanian etilen digunakan sebagai zat pemasak
buah. Etilen mempengaruhi pemasakan buah dengan mendorong pemecahan
tepung dan penimbunan gula.
Keragaman pisang terletak didaerah Malesia (Asia Tenggara, Papua,
Australia Tropika) dan daerah Afrika Tropis. Tumbuhan ini menyukai iklim tropis
panas dan lembab, terutama di dataran rendah. Buah ini tersusun dalam tandan
dengan kelompok-kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Hampir semua
39
buah pisang memiliki warna kulit kuning ketika matang. Buah pisang termasuk
buah klimakterik.
METODOLOGI KERJA
Tempat Percobaan
Praktikum dilaksanakan pada hari selasa, pukul 07-11.00 tempat percobaan
Laboratoriu CA BIO 1.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah buah pisang,
buah mangga,spray, dan perlakuannya adalah kontrol, etilen 2cc, etilen 5cc, dan
etilen dari buah matang dan belum matang.
Metode Kerja
3 = Kuning
4 = Sangat lembek/busuk
4 = Kuning lembek
41
Parameter
Kelompok
Warna Kulit
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Warna
Daging Buah
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Tingkat
Kekerasan
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Rasa Buah
Rata Rata
1
2
3
4
5
6
Kontrol
2
3
2
1
3
1
2
2
2
3
2
0
2
1.83
2
2
2
1
1
2
1.67
2
2
1
1
0
2
1.33
Etilen 2 cc
2
3
2
1
3
1
2
2
2
0
2
0
2
1.33
2
2
2
1
2
0
1.50
2
2
0
1
0
0
0.83
Perlakuan
Etilen 5 cc
2
3
2
1
1
1
1.67
2
2
0
2
0
2
1.33
2
2
2
1
1
0
1.33
2
2
0
1
0
0
0.83
Etilen Alami
2
3
2
1
3
1
2
2
2
0
2
0
2
1.33
2
2
2
1
1
0
1.33
2
2
0
1
0
0
0.83
42
Parameter
Kelompok
Warna Kulit
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Warna
Daging
Buah
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Tingkat
Kekerasan
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Rasa Buah
Rata Rata
1
2
3
4
5
6
Kontrol
3
3
2
1
3
2
2.33
2
0
0
0
0
0
0.33
2
3
2
0
2
0
1.50
2
0
0
0
0
0
0.33
Perlakuan
Etilen 2 cc Etilen 5 cc
3
3
3
3
3
3
1
1
3
2
0
0
2.17
2.00
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.00
0.00
0
0
2
2
2
2
0
0
2
1
0
0
1.00
0.83
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.00
0.00
Etilen Alami
3
3
2
1
3
2
2.33
0
0
0
0
0
0
0.00
0
3
2
0
3
0
1.33
0
0
0
0
0
0
0.00
43
Parameter
Kelompok
Warna Kulit
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Warna
Daging
Buah
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Tingkat
Kekerasan
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Rasa Buah
Rata Rata
1
2
3
4
5
6
Kontrol
3
3
3
1
3
3
2.67
0
0
0
0
0
0
0
0
3
3
0
3
0
1.50
0
0
0
0
0
0
0
Perlakuan
Etilen 2 cc Etilen 5 cc
3
3
3
3
3
4
2
2
3
3
0
0
2.33
2.50
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
3
3
3
0
0
3
3
0
0
1.50
1.50
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Etilen Alami
3
3
3
2
3
2
2.67
0
0
0
0
0
0
0
0
3
3
0
3
0
1.50
0
0
0
0
0
0
0
44
Parameter
Kelompok
Warna Kulit
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Warna
Daging
Buah
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Tingkat
Kekerasan
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Rasa Buah
Rata Rata
1
2
3
4
5
6
Kontrol
3
3
3
2
3
4
3.00
0
0
0
0
0
0
0
0
4
3
0
3
0
1.67
0
0
0
0
0
2
0.33
Perlakuan
Etilen 2 cc Etilen 5 cc
3
3
3
3
4
4
2
2
3
4
0
0
2.50
2.67
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
3
3
3
0
0
2
4
0
0
1.33
1.67
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.00
0.00
Etilen Alami
3
3
3
2
3
0
2.33
0
0
0
0
0
0
0
0
4
3
0
2
0
1.50
0
0
0
0
0
0
0.00
45
Parameter
Kelompok
Warna Kulit
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Warna
Daging
Buah
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Tingkat
Kekerasan
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Rasa Buah
Rata Rata
1
2
3
4
5
6
Kontrol
4
3
4
2
3
4
3.33
4
4
3
3
2
4
3.33
3
4
3
3
4
4
3.50
3
3
4
2
3
4
3.17
Perlakuan
Etilen 2 cc Etilen 5 cc
3
3
3
3
4
4
3
3
3
4
4
4
3.33
3.50
3
3
4
4
3
3
3
3
3
4
4
2
3.33
3.17
3
3
3
4
4
4
2
4
3
3
3
3
3.00
3.50
3
3
3
3
3
3
2
2
3
2
3
4
2.83
2.83
Etilen Alami
3
3
4
2
3
3
3.00
3
4
3
3
4
2
3.17
3
4
4
3
4
2
3.33
3
3
3
2
3
3
2.83
46
Parameter
Kelompok
Warna Kulit
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Warna
Daging
Buah
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Tingkat
Kekerasan
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Rasa Buah
Rata Rata
1
2
3
4
5
6
Kontrol
1
1
1
1
1
1
1.00
1
1
2
2
0
2
1.33
1
1
1
1
1
1
1.00
1
1
1
1
0
1
0.83
Perlakuan
Etilen 2 cc Etilen 5 cc
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1.17
1.00
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0.67
0.67
1
1
1
1
1
1
0
0
2
1
1
1
1.00
0.83
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0.50
0.50
Etilen Alami
1
1
2
1
1
1
1.17
1
1
0
0
0
2
0.67
1
1
1
0
1
1
0.83
1
1
0
0
0
1
0.50
47
Parameter
Kelompok
Warna Kulit
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Warna
Daging
Buah
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Tingkat
Kekerasan
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Rasa Buah
Rata Rata
1
2
3
4
5
6
Kontrol
1
1
1
3
1
1
1.33
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
2
0
0.67
0
0
0
0
0
0
0
Perlakuan
Etilen 2 cc Etilen 5 cc
1
1
1
1
2
2
3
3
1
1
1
1
1.50
1.50
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
3
3
0
0
1
2
0
0
0.83
1.00
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Etilen Alami
1
1
2
3
1
1
1.50
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0.50
0
0
0
0
0
0
0
48
Parameter
Kelompok
Warna Kulit
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Warna
Daging
Buah
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Tingkat
Kekerasan
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Rasa Buah
Rata Rata
1
2
3
4
5
6
Kontrol
1
1
2
1
2
1
1.33
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
2
0
0.83
0
0
0
0
0
0
0
Perlakuan
Etilen 2 cc Etilen 5 cc
1
1
1
1
3
3
2
2
1
1
2
2
1.67
1.67
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
3
3
0
0
1
3
0
0
1.00
1.33
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Etilen Alami
1
1
2
2
1
1
1.33
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0.50
0
0
0
0
0
0
0
49
Parameter
Kelompok
Warna Kulit
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Warna
Daging
Buah
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Tingkat
Kekerasan
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Rasa Buah
Rata Rata
1
2
3
4
5
6
Kontrol
1
2
2
2
2
1
1.67
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
0
3
0
1.17
0
0
0
0
0
0
0
Perlakuan
Etilen 2 cc Etilen 5 cc
1
1
2
1
3
3
2
2
2
2
2
2
2.00
1.83
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
3
3
3
0
0
2
4
0
0
1.17
1.67
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Etilen Alami
1
1
3
2
1
2
1.67
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1
0
2
0
0.83
0
0
0
0
0
0
0
50
Parameter
Kelompok
Warna Kulit
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Warna
Daging
Buah
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Tingkat
Kekerasan
1
2
3
4
5
6
Rata Rata
Rasa Buah
Rata Rata
1
2
3
4
5
6
Kontrol
1
2
2
2
2
1
1.67
3
4
3
2
2
2.80
2
3
2
3
3
1
2.33
1
2
1
2
4
1
1.83
Perlakuan
Etilen 2 cc Etilen 5 cc
1
1
2
2
3
4
3
3
2
2
2
2
2.17
2.33
3,5
4
4
4
3
4
3
3
4
4
3
3
3.42
3.67
3
3
3
4
4
4
2
4
3
4
3
3
3.00
3.67
1
1
3
4
4
4
2
2
2
2
1
1
2.17
2.33
Etilen Alami
1
1
2
2
1
1
1.33
3
2
4
3
3
2
2.83
2
2
1
3
2
2
2.00
2
1
2
2
2
2
1.83
Pembahasan
Pada praktikum ini, sampel yang digunakan adalah buah pisang, dan mangga.
Pisang dan mangga merupakan jenis buah klimakterik. Perlakuan yang di lakukan
51
Saran
Saran yang kelompok kami tujukan adalah untuk:
Pembaca
Setelah pembaca membaca makalah yang berjudul Etilen (definisi, manfaat dan
peranannya dalam kehidupan sehari- hari) diharapkan dapat menambah khasanah
pengetahuan pembaca.Sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan seharihari.
Pengelola pemuliaan tanaman/hobbies tanaman
Dengan adanya makalah tersebut diharapkan para pengelola tanaman maupun
hobbies tanaman untuk meningkatkan kualitas tanaman yang telah dikelolanya lebih
utamanya dari aspek hasil tanaman yang berupa buah.
52
DAFTAR PUSTAKA
Suhaidi, 2003. Pengaruh pencelupan Banlate dan lapisan lilin terhadap mutu buah
pisang selama penyimpanan.
Sinay, H. 2008. Kontrol Pemasakan Buah Menggunakan Antisesne, UGM Press.
Yogyakarta.
Winarno FG, Aman M. 1979. Fisiologi lepas panen. Bogor : Sastra Hudaya. Jakarta.
Winarno F,G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Aman, M. 1989. Fisiologi Pasca Panen. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Pantastico, 1989. Dasar-Dasar Memilih Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Anonim, 2008. CIE Lab Color Scale Vol 8. No. 7.http://www. Hunterlab.com.
Dasar- Dasar Tentang Pengetahuan Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa.Bandung.
Hadiwiyoto, S. Dan Soehardi. Penanganan lepas panen. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
53
Lampiran
Hari ke 1
Potongan pisang
Hari ke 1
Hari ke 1
Hari ke 5
Hari ke 5
hari ke 1
Mangga Etil
54
PENDAHULUAN
Auksin berasal dari bahasa Yunani Auxano yang berarti tumbuh atau
bertambah. Auksin merupakan golongan dari substansi permacu pertumbuhan
tanaman dan morfogen (fitohormon) yang paling awal ditemukan. Salah satu anggota
dari auksin yang paling dikenal adalah IAA. Suatu system sel tumbuhan memerlukan
auksin untuk pertumbuhan, pembagian tugas (divisi,) maupun ekspansi selular.
Fungsi auksin tergantung pada jaringan yang spesifik; seperti pada batang, akar, dan
buah. Auksin dapat memacu pemanjangan apical batang, ekspansi lateral rambut akar,
atau ekspansi isodiametrik dalam pertumbuhan buah. Beberapa kasus (pertumbuhan
koleoptil), auksin memacu ekspansi selular tanpa adanya pembagian divisi dalam sel
tersebut. Kasus lainnya, auksin dapat mendorong pembagian divisi dan ekspansi sel
dalam jaringan yang sama seperti inisiasi akar.
Inisiasi merupakan salah satu aspek dari tumbuh pada tanaman dengan
menghasilkan bagian-bagian atau organ baru. Kenaikan jumlah akar merupakan salah
satu dari ciri pertumbuhan atau inisiasi tersebut. Rambut akar dapat tumbuh dari akar
utama (akar lateral) maupun berasal dari jaringan batang tumbuhan ( akar adventif),
yang dapat dipacu dengan pemberian golongan hormon auksin dalam jumlah tertentu.
Daerah tergenerasi akar terletak pada absisat batang yang dipotong mengikuti
perpindahan polar auksin menuju proses akhir fisiologi, yang letaknya lebih dekat
pada ujung tanaman ( Mukherji and Ghosh, 2000 ). Tujuan dari praktikum ini adalah
merangsang pembentukan akar pada stek batang dan stek daun pada coleus dengan
auksin.
TINJAUAN PUSTAKA
Auksin adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung
meristem apikal (ujung akar dan batang). F.W. Went (1928) pertama kali menemukan
auksin pada ujung koleoptil kecambah gandum Avena sativa. Istilah auksin pertama
kali digunakan oleh Frits Went yang menemukan bahwa suatu senyawa menyebabkan
pembengkokan koleoptil ke arah cahaya. Pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat
terpacunya pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli potongan agar yang
mengandung auksin. Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol
asetat (IAA). Selain IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap
sebagai hormon auksin, yaitu 4-kloro indolasetat (4 kloro IAA) yang ditemukan pada
biji muda jenis kacang-kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang ditemui pada banyak
jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan
berbagai jenis tumbuhan dikotil. Auksin berperan dalam berbagai macam kegiatan
tumbuhan di antaranya adalah perkembangan buah, dominansi apikal (pertumbuhan
55
56
57
METODOLOGI KERJA
Tempat dan Waktu
Praktikum dilaksanakan pada hari selasa tanggal 13 Oktober 2015 di
laboratorium CA BIO 1 Cilibende IPB pada pukul 07.00-11.00 WIB.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman Coleus
sp,air,wadah plastic mika,pissau cutter,arang sekam,gelas plastic,oasis,rootone f
Metode kerja
Larutkan bubuk rootone-F dalam air sehingga menjadi bentuk
pasta.
58
Hasil
Tabel 1 Data Kelas Waktu Muncul Akar pada Induksi Pembentukan Akar Tanaman
Coleus sp.
Jenis
Media
Perlakuan
Tanpa
Rootone-F
Oasis
Rootone-f
Arang
sekam
Tanpa
Rootone-f
Rootone-f
Bagian
Tanaman
Pucuk
1 MST
2 MST
3 MST
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
- - - - - - - - - -
Tengah
- - - -
Bawah
Pucuk
Tengah
Bawah
Pucuk
Tengah
Bawah
Pucuk
Tengah
Bawah
59
16
9.2
6.7
3.3
9.7
5.8
11.7
8.3
6.3
Pucuk
Tengah
Bawah
11.4
10.3
10
8.5
Pucuk
Tengah
5.8
5.35.4
4 3.8
3.5
2 2
Bawah
3.4
1.3
1.2
0
Oasis Tanpa Rootone-F
60
Pembahasan
Pada pengamatan inisiasi pembentukakar dengan menggunakan tanaman coleus
membuktikan bahwa tanaman mampu melakukan inisiasi atau pertumbuhan.Pada
percobaan inisiasi pembentukan akar yang diamati adalah kapan muncul akar,jumlah
akar dan panjang akar.Kami membandingkan percobaan ini dengan menggunakan 2
media tanam yaitu,media akarang sekan dan media oasis.
Pada media akarang sekam memiliki tingkat panjang akar dan jumlah akar
yang tinggi,sedangkan media oasis memiliki tingkat panjang akar dan jumlah akar
yang rendah.Hal ini disebabkan karena media oasis lebih padat dibandingkan dengan
media akarang sekam.Kepadatan pada media dapat akan mempengaruhi pertumbuhan
akar karena media padat susah untuk menyerap air,untuk akarang sekam tingkat
kepadatannya sangat rendah di bandingkan dengan oasis.Arang sekam memiliki
kepadatan yang rendah sehingga permbentukan akarnya tinggi,karena mudah
menyerap air.
Pengamatan pada perlakuan dengan menggunakan rootone -f dan tanpa
menggunakan rootone-f terlihat bahwa perlakuan dengan menggunakan rotone- f
yang lebih baik.Hal ini disebabkan karena penggunaanrootone-f pada tanaman coleus
sangat berpengaruh.Berpengaruhnya penggunaan rootone-f ini memicu pertumbuhan
akar.
Pada bagian tanaman yang digunakan untuk inisiasi akar tanaman coleus,bagian
pucuk tanaman memiliki tingkat perkembangan jumlah akar dan panjang akar yang
tinggi dibandingkan dengan menggunakan bagian bawah dan tengah tanaman. Hal ini
disebabkan karena sel-sel meristem pada bagian pucuk masih aktif membelah.
Pembelahan sel meristem pada tanaman tersebut memicu pertumbuhan akar.
Waktu muncul akar pada induksi pembentukan akar tanaman coleus pada
masing-masing perlakuan sama. Waktu muncul akar dengan menggunakan media
oasis dengan perlakuan tanpa rootone-f dan pemberian rootone-f pada bagian
pucuk,tengah,dan bawah tanaman sama,yaitu muncul pada waktu 2 MST. Pada
perlakuan media arang sekam dengan perlakuan tanpa rootone-f dan pemberian
rootone-f pada bagian pucuk,tengah dan bawah tanaman juga sama, yaitu muncul
pada waktu 2 MST.
Dengan adanya pertumbuhan jumlah akar dan panjang akar pada induksi
pembentukan akar diatas membuktikan pernyataan dari Mukherii dan Ghost (2000)
yaitu inisiasi merupakan salah satu aspek dari tubuh pada tanaman dengan
menghasilkan bagian-bagian atau organ baru.
Dari grafik pengamatan berbagai jenis perlakuan diatas, perlakuan yang terbaik
yaitu perlakuan dengan menggunakan media arangsekam dengan pemberian rootonef pada bagian pucuk tanaman dengan tingkat pekembangan jumlah akar dan panjang
akar yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
61
Perlakuan yang terbaik ditunjukan pada tanaman yang diberi rootone-f pada
media arang sekan.
Bagian tanaman yang mudah terinduksi adalah pucuk karena memiliki
kandungan auksin yang banyak.
Akar yang tumbuh paling panjang adalah akar yang di tanam pada media
arang sekam
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya tanaman selalu dipelihara
agar tanaman tidak kekeringan dan menjadi mati.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjosepoetro. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia.
Lakitan, B. 1994. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Mukherji, S and Ghosh., 2002. Plant Physiology. New Delhi: Tata Mc. Graw Hill
Publishing Company Limite.
62
LAMPIRAN
63
PENDAHULUAN
Banyak proses yang berlangsung dalam daun, tetapi yang menjadi pembeda dan
yang terpenting ialah proses pembuatan bahan makanan. Tumbuhan hijau memiliki
kemampuan membuat makanan dari bahan-bahan baku dari tanah dan udara, dan
pada aktifitas inilah bergantung kehidupan tumbuhan dan kehidupan seluruh binatang
dan manusia.
Seluruh benda hidup memerlukan energi tidak saja untuk pertumbuhan dan
reproduksi, tetapi juga untuk mempertahankan kehidupan itu sendiri. Energi ini
berasal dari energi kimiawi dalam makanan yang dikonsumsi, sedangkan makanan itu
asalnya dari proses fotosintesis (Sandara, 2012).
Proses fotosintesis mereaksikan karbondioksida dan air menjadi gula dengan
bantuan energi cahaya matahari dan klorofil. Fotosintesis pada umumnya berlangsung
pada tumbuhan berklorofil pada waktu siang hari. Proses fotosintesis merupakan
rangkaian dari proses penangkapan energi cahaya, aliran elektron dan penggunaan
energi yang dilepaskan oleh elektron untuk menghasilkan zat organic (Pramana,
2011).
Fotosintesis merupakan suatu proses biologi yang kompleks, proses ini
menggunakan energi dan cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan oleh klorofil
yang terdapat dalam kloroplas (Kimball, 2000).
Pada proses fotosintesa, terjadi penangkapan energi cahaya oleh zat hijau daun
untuk pembentukan bahan organik. Fotosintesa hanya terjadi pada tanaman yang
memiliki sel-sel hijau termasuk pada beberapa jenis bakteri (Baharsyah, 1983).
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui Laju Fotosintesis pada
berbagai panjang gelombang cahaya dan mempelajari jenis cahaya dalam proses
fotosintesis.
TINJAUAN PUSTAKA
Proses fotosintesis merupakan kebalikan dari proses respirasi. Proses respirasi
bertujuan memecah gula menjadi karbon dioksida, air, dan energi. Sebaliknya proses
fotosintesis mereaksikan karbondioksida dan air menjadi gula dengan menggunakan
energi cahaya matahari. Fotosintesis pada umumnya berlangsung pada tumbuhan
berklorofil pada waktu siang hari. Proses fotosintesis merupakan rangkaian dari
64
proses penangkapan energi cahaya, aliran elektron dan penggunaan energi yang
dilepaskan oleh elektron untuk menghasilkan zat organik. Fotosintesis dapat terjadi
pada malam hari asalkan ada sumber cahaya misalnya cahaya lampu. Secara singkat
persamaan reaksi fotosintesis yang terjadi di alam dapat dituliskan sebagai berikut
(Pramana, 2011):
cahaya matahari
6CO2 + 12 H2O
C6H12O6 +6 O2 + 6H2O
Klorofil
65
66
METODOLOGI KERJA
67
68
Hasil
Tabel 1hasil pengujian pati pada fotosintesis
Perlakuan
Merah
Biru
Bening
Hitam
Kelompok
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
Hijau Tua
Hijau
Hijau Tua
Hijau
Hijau Tua
Hijau
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Kondisi
Daun
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Warna Setelah
Perlakuan
Hijau Muda
Hijau Keemasan
Hijau Muda
Kuning Keemasan
Kuning Keemasan
Hijau keemasan
Hijau Muda Pucat
Hijau Kekuningan
Hijau
Hijau Kekuningan
Hijau Muda/Pucat
Hijau Muda Pucat
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau
Hijau
Hijau Tua
Hijau Kekuningan
Kuning Kecoklatan
kuning Kehijauan
Kuning
Tidak berubah warna
Hijau Kecoklatan
Pembahasan
Proses fotosintesis mereaksikan karbondioksida dan air menjadi gula dengan
bantuan energi cahaya matahari dan klorofil. Fotosintesis pada umumnya berlangsung
pada tumbuhan berklorofil pada waktu siang hari. Proses fotosintesis merupakan
69
rangkaian dari proses penangkapan energi cahaya, aliran elektron dan penggunaan
energi yang dilepaskan oleh elektron untuk menghasilkan zat organic (Pramana,
2011).
Dari hasil pengamatan daun, ada daun yang berwarna hijau muda, hijau
keemasan, hijau muda pucat, hijau muda kekuningan, hijau tua, hijau, kuning
kecoklatan, dan bahkan ada yang tidak berubah warna. Jika diperhatikan, semua daun
tidak ada yang berubah warna menjadi ungu kehitaman yang menunjukkan bahwa
daun menghasilkan karbohidrat. Hal ini di sebabkan bukan karena praktikan salah
melakukan percobaan. Tetapi, karena alkohol dan iodine yang digunakan tidak murni.
Kesimpulan
Saran
Dalam praktikum selanjutnya, diharapkan agar alat dan bahan yang digunakan
lengkap dan benar sehingga pada praktikum selanjutnya berjalan dengan sebagaimana
mestinya dan hasil yang didapat bisa lebih tepat tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan dan Baharsjah, 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia,
Jakarta.
Lakitan, B., 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kimball, 2000. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan Raja Grafindo Persada, Jakarta.
70
LAMPIRAN
71
NUTRISI TANAMAN
PENDAHULUAN
Tumbuhan merupakan salah satu dari klasifikasi makhluk hidup. Tumbuhan
memiliki klorofil atau zat hijau daun yang berfungsi sebagai media penciptaan
makanan dan untuk proses fotosintesis.
Nutrisi tanaman mempelajari tentang unsur hara yang diperlukan oleh
tanaman serta fungsi unsur-unsur tersebut pada kehidupan tanaman. Pertumbuhan
dan mutu tanaman sangat dipengaruhi oleh kadar nutrisi yang tersedia dalam media
tanam dan dapat diserap oleh tanaman. Unsur-unsur yang terdapat dalam tanah cukup
banyak. Seringkali tanah mengandung unsur yang diperlukan maupun yang tidak
diperlukan bagi tanaman. Dalam konsentrasi yang tinggi unsur-unsur tersebut dapat
merusak tanaman. Unsur yang diperlukan dalam jumlah yang banyak seperti
72
nitrogen, fosfor, kalium dan sebagainya biasanya tidak begitu berbahaya bagi
tanaman walaupun dalam jumlah yang berlebihan.
Unsur hara yang ada dalam tanah harus berbeda dalam bentuk tersedia dan
dapat diserap oleh tanaman. Di dalam tanaman , unsur-unsur hara tersebut mengalami
berbagai reaksi atau proses fisiologis, yang mengakibatkan tanaman tumbuh dan
berkembang serta dapat menyelesaikan daur hidupnya. Oleh karena pentingnya aspek
ketersediaan bagi tanaman dan penggunaan unsur hara di dalam tanah dan faktorfaktor yang mempengaruhi ketersediaanya bagi tanaman sangat diperlukan.unsurunsur hara sebagai faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
secara lebih utuh, mulai dari keberadaannyadi dalam tanah sampai dengan
penggunaannya oleh tanaman (Ali 2011).
Tanaman untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik membutuhkan
unsur hara yang selalu tersedia selama siklus hidupnya mulai dari penanaman hingga
panen. Ketersediaan hara dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
pemberian konsentrasi pupuk yang tepat akan mempengaruhi hasil suatu tanaman
upaya-upaya untuk menjaga ketersediaan hara dalam tanah selain pemberian
konsentrasi pupuk dapat juga melalui frekuensi pemberian pupuk, cara pemberian dan
bentuk pupuk digunakan secara tepat.
Tujuan praktikum nutrisi tanaman adalah mempelajari pengaruh komposisi
hara terhadap pertumbuhan caisim dalam kultur air.
TINJAUAN PUSTAKA
Kangung (Ipomoea aquatica) adalah tumbuhan yang termasuk jenis sayursayuran dan ditanam sebagai makanan. Kangkung banyak terdapat di kawasan Asia
dan merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampir dimana-mana terutama di
kawasan berair. Tumbuhan ini berwarna hijau pucat dan menghasilkan bunga
berwarna putih, yang menghasilkan kantung yang mengandung empat biji benih.
Kebutuhan unsur hara pada tanaman sangat berkaitan dengan jenis atau
macam unsur hara. Hal ini sejalan dengan adanya perbedaan karakter dari masingmasing tanaman menyangkut kebutuhannya akan unsur hara tertentu serta perbedaan
karakter dan fungsi dari unsur hara tersebut. kebutuhan tanaman akan unsur hara yang
berbeda sesuai dengan fase-fase pertumbuhan tanaman tersebut, misalnya pada saat
awal pertumbuhan tanaman atau fase vegetatif akan membutuhkan unsur hara yang
berbeda dengan saat tumbuhan mencapai fase generatif. Upaya yang dapat dilakukan
untuk mmemperbaiki kendala tidak tersedianya unsur hara baik makro maupun mikro
pada berbagai jenis tanah yang kurang subur adalah dengan pemberian pupuk.
73
METODOLOGI KERJA
74
Hasil
75
Perlakuan Kontrol
25
20
15
10
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
kelompok 4
Kelompok 5
kelompok 6
Perlakuan Growmore
20
15
Panjang Akar (cm)
10
5
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
0
Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2
76
Perlakuan Hyponex
25
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
20
15
Panjang (cm)
10
5
0
Minggu 0
Minggu1
Minggu 2
Perlakuan Kontrol
70
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
60
50
40
Jumlah Akar
30
20
10
0
Minggu 0
Minggu 1
Minggu 2
77
Perlakuan Growmore
35
30
25
20
Jumlah akar
15
10
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
5
0
Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2
Perlakuan Hyponex
70
60
50
Jumlah akar
40
30
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
20
10
0
78
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
8
6
Jumlah (helai)
4
2
0
Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2
Perlakuan Growmore
9
8
7
6
5
Jumlah (lembar)
4
3
2
1
0
Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2
Kelompok 1
kelompok 2
kelompok 3
kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
Perlakuan Hyponex
Kelomp ok 1
Kelomp ok 3
Jumlah (helai) Kelomp ok 5
Kelompok 2
Kelompok 4
Kelompok 6
79
Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data yang menunjukkan
bahwa pada tanaman kangkung yang diberi perlakuan growmore mengalami
penambahan panjang akar, jumlah daun tetapi pada warna daun dan jumlah akar
tetap. Pada kontral mengalami penambahan panjang akar, penurunan jumlah daun,
skor warna tetap jumlah akar tetap. Pada hyponex mengalami pemanjangan akar,
warna daun tetap, jumlah daun menurun dan jumlah akar meningkat. Adanya data
yang tidak sesuai contohnya pada kelompok enam adanya penurunan panjang akar
atau tidak mengalami pertumbuhan akar karena kesalahan dalam pengamatan atau
orang yang mengamati berbeda tiap pengamatan.
80
DAFTAR PUSTAKA
Munawar Ali. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor : PT Penerbit IPB
Pers.
Priyowidodo T, Risnadi C.2012. Budidaya Kangkung. Jurnal, laporan. alamtani.com.
(diakses tanggal 6 Desember 2015).
Purwaningsih S . 2009. Pengaruh Penambahan Nutrisi Tanaman Terhadap Efektifitas
Fitoremediasi. Jurnal, abstrak. www.jurnal.ugm.ac.id. (Diakses pada tanggal 7
Desember 2015).
81
LAMPIRAN
82
KURVA SIGMOID
83
PENDAHULUAN
Proses pertumbuhan merupakan hal yang lazim bagi setiap tumbuhan. Proses
pertumbuhan terjadi penambahan volume yang signifikan. Seiring berjalanya waktu
pertumbuhan suatu tanaman terus bertambah. Proses tumbuh sendiri dapat dilihat
pada selang waktu tertentu, setiap pertumbuhan tanaman akan menunjukan suatu
perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva atau diagram pertumbuhan.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman berlangsung secara terus menerus
sepanjang daur hidup, bergantung pada tersedianya meristem, hasil asimilasi, hormon
dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukungnya
Pertumbuhan juga dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam dan faktor
luar. Faktor dalam yang mempengaruhi pertumbuhan adalah ketahanan terhadap
tekanan iklim, tanah dan biologis, laju foto sintesis, respirasi, pembagian hasil
asimilasi dan nitrogen, klorofil, karoten dan kandungan pigmen lainnya, tipe dan
letak meristem, kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan, aktifitas enzim,
pengaruh langsung oleh gen, misalnya heterosis dan epistasis dan diferensiasi. Faktor
luar yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah faktor iklim,edafik dan
biologis. Faktor iklim meliputi cahaya, temperatur, air, panjang hari, angin, dan gas.
Faktor edafik meliputi tekstur, struktur, bahan organik, kapasitas pertukaran kation,
pH, kejenuhan basa, dan ketersediaan nutrisi. Faktor bioloismeliputi gulma, serangga,
organisme penyebab penyakit, nematoda, herbivora, dan mikro organisme tanah.
Adanya faktor pembatas dalam pertumbuhan tanaman berakibat pada terjadinya
pengurangan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman pada umumnya
berkembang pada daerah dengan iklim dan kondisi kesuburan tanah yang berbedabeda, sehingga berbeda pula kebutuhan hara untuk pertumbuhannya dan
toleransinyaterhadap unsur meracun (Ali 2011).
Tujuan melakukan praktikum kurva sigmoid, yaitu mempelajari laju tumbuh
organ vegetatif dan generatif atau bagian-bagian tanaman.
TINJAUAN PUSTAKA
Kedudukan tanaman jagung dalam sistematika tumbuhan adalah kingdom:
Plantae, Kelas: Monocotyledoneae, ordo Poales, famili: Poaceae, genus: Zea,
spesies: Zea mays. Sistem perakaran tanaman jagung meliputi tiga macam akar, akar
seminal, akar koronal dan akar udara. Akar seminal tumbuh pada saat biji
berkecambah yang dicirikan dengan arah pertumbuhan akar ke bawah atau
menembus tanah. Akar koronal muncul dari jaringan batang setelah plumula tumbuh.
Akar udara tumbuh pada buku-buku di atas permukaan tanah yang berfungsi untuk
asimilasi dan mendukung batang terhadap kerebahan. Daun jagung tumbuh disetiap
84
ruas batang. Daunnya berbentuk pipa, serta didukung oleh pelepah daun yang
menyelubungi batang.
Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal. Tiga fase utama
biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linier dan fase penuaan. Pada fase
logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponsionalsejalan dengan waktu (t).
Artinya, laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat
terus. Pada fase linear, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase
penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah
mencapai kematangan dan mulai menua.
Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih
cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila
digambarkan dalam grafik, maka waktu tertentu maka akan berbentuk kurva sigmoid
(bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi
penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan.
Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor
keturunan dan lingkungan.
85
METODOLOGI KERJA
Tempat dan Waktu
Tempat menyiapkan dan menanam jagung dilakukan di Green house Diploma
IPB Gunung Gede pada tanggal 24 November 2015.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih jagung,
polibag, arang sekam, pupuk kandang, air, tanah, pupuk urea, SP 18 dan KCl.
Metode Kerja
Siapkan alat dan bahan yang akan
digunakan.
Menyiapkan media tanam yang dimasukkan ke dalam
polibag yang berisi arang yang sudah dicampur
dengan pupuk kandang dan tanah dengan
perbandingan 1:1:1. Buat sebanyak tiga polibag
Tanam empat benih jagung dalam polibag,
siram secukupnya dengan air dan
dipelihara dalam rumah kaca
86
Hasil
120
100
80
60
40
20
0
1
87
12
10
2
0
1
Column1
30
20
10
0
1
88
25
20
10
0
1
Pembahasan
Dari percobaan yang dilakukan dapat dilihat bahwa tanaman jagung mengalami
perkembangan dan pertumbuhankarena terjadi pertumbuhan akar, batang dan daun.
Ini dapat dilihat dari dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung mulai dari
minggu pertama sampai minggu ke delapan.
Hasil dari percobaan diperoleh parameter tinggi tanaman pada pengamatan
kurva sigmoid mulai dari mulai minggu pertama sampai minggu ke delapan
mengalami fase logaritmik artinya pertumbuhan atau tinggi tanaman bertambah
secara eksposional sejalan dengan waktu, semakin lama tanaman semakin tinggi.
Belum terjadi fase linear dan fase penuaan pada tahap ini. Hal ini terjadi karena
jagung mengalami pertumbuhan. Pada fase pertumbuhan vegetatif ada tiga aspek
penting yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi.
Dari data diperoleh bahwa tinggi tanaman yang tidak selalu sama.
Dari hasil percobaan jumlah daun diperoleh dari minggu pertama hingga
minggu ke delapan. Minggu pertama menunjukkan fase loga ritmik, minggu ke empat
89
sampai minggu delapan kelompok satu diperoleh data sesuai dengan literatur,
kelompok dua, tiga, empat dan lima tidak sesuai dengan literatur.
Dari hasil percobaan panjang daun kelompok satu, lima dan enam mengalami
pertumbuhan dan sesuai dengan literatur, sedangkan kelompok dua mengalami
penurunan pada minggu ke lima, kelompok tiga mengalami penurunan pada minggu
ke empat, kelompok empat mengalami penurunan pada minggu ke delapan artinya
kelompok dua, tiga dan empat tidak sesuai dengan kurva sigmoid.
DAFTAR PUSTAKA
Munawar Ali. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor : PT Penerbit IPB
Pers.
Bangun BA, Melkasari S. 2009. Kurva Sigmoisd. Jurnal, paper, tugas,laporan,
journal.unila.ac.id/index.php/2009/08/laporan-fisiologi-tanaman?m-1.
(Diakses pada tanggal 3 Desember 2015).
90
LAMPIRAN
5.35
30.00
44.15
84.80
99.24
113.55
119.10
128.27
2.74
21.24
42.38
66.21
97.35
113.33
113.92
124.83
1.60
7.80
11.00
17.00
20.30
30.63
49.50
55.57
1.26
28.29
44.86
71.67
97.17
114.37
110.79
117.84
6.40
29.50
46.70
62.80
76.50
87.80
103.50
120.10
0.00
13.50
15.76
25.10
45.41
80.00
88.85
103.50
JumlahDaun (n)
1
1.50
4.25
6.00
7.00
8.00
9.00
11.75
13.50
0.94
3.75
5.69
7.00
7.08
8.13
8.13
7.96
2.00
4.00
5.40
6.63
5.70
5.05
6.50
6.30
1.26
3.79
6.21
6.13
6.88
5.83
6.09
6.25
1.75
4.00
6.50
6.50
7.25
6.50
6.75
6.75
0.00
3.13
3.72
6.33
9.66
7.00
7.50
8.25
91
Tanaman
PanjangDaun (cm)
1
3.8
26.5
37.575
49.425
57.6
61.975
68.45
72.4
0.85
15.03
28.75
73.83
64.44
75.79
80.73
85.42
2.80
11.00
18.00
29.65
40.83
45.00
59.50
53.85
1.26
13.89
18.98
35.24
51.47
62.89
65.43
64.78
4.97
13.80
22.40
33.80
40.85
51.10
59.70
66.60
0.00
1.73
9.90
15.45
25.30
56.08
61.41
72.33
LebarDaun (cm)
1
1.50
1.15
2.70
3.75
4.95
6.00
6.40
6.90
0.76
1.46
2.91
6.20
5.62
6.93
7.36
7.73
1.30
1.50
1.70
2.00
2.38
3.75
5.05
6.30
1.26
2.10
3.33
3.08
3.91
5.50
6.05
5.43
1.40
1.53
1.90
2.50
3.70
4.60
5.80
6.40
0.00
9.60
2.06
2.56
3.54
5.16
5.74
6.63
92
93