Anda di halaman 1dari 96

1

LAPORAN AKHIRPRAKTIKUM
PENGANTAR FISIOLOGI TANAMAN

Dosen:
Ir Winarso D. Widodo, MS. PhD
Dr Ir Ketty Suketi, MSi

Asisten Praktikum:
Kiki Rizki Apriani, SP
Jumiatun, SP

Disusun Oleh:
Kelompok VI Praktikum 1:
Deyan Sander
Eny Yuliyanti
Rezky Hastono
Desti Warni Telaumbanua
Yusta Yusnidar Harefa
Fifi Masyuni Lahagu

J3G214040
J3G214069
J3G214072
J3G414064
J3G414068
J3G414071

PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya,sehingga kami kelompok 6 dapat menyelesaiakan
makalah praktikum Fisiologi Tanaman ,dan kami juga mengucapkan terimakasih banyak kepada
dosen dan kakak asisten dosen yang telah membimbing dan mengajari kami dengan baik.Dalam
makalah ini kami menjelaskan mengenai proses terjadinya osmosis pada tanaman.Kami
menyadari ,dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan.Hal ini disebabkan
karena keterbatasanya kemampuan,pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki,namun
demikian banyak pula pihak yang membantu kami deengan menyediakan dokumen atau sumber
informasi,memberikan masukan pemikiran.Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran.Demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini diwaktu yang akan datang.Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Demikianlah laporan yang kami buat semoga bermanfaat.

Bogor,15 Desember 2015

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iv
LAJU TRANSPIRASI...............................................................................................1
OSMOSIS..................................................................................................................8
TRANSPORT XYLEM..............................................................................................16
UJI KEMASAKAN BUAH.......................................................................................33
INISIASI PEMBENTUKAN AKAR.........................................................................50
LAJU FOTOSINTESIS PADA BAGIAN GELOMBANG CAHAY........................58
NUTRIAI TANAMAN..............................................................................................68
KURVA SIGMOID.....................................................................................................79

DAFTAR TABEL

1. Luas daun Coleus sp dan Syzigium oleina .....................................................4


2. Jumlah stomata Syzigium oleina dan Bougenville sp ....................................4
3. Perbedaan volume pada gelas ukur ................................................................5
4. Perubahan volume awal dan volume akhir kentang .......................................12
5. Perubahan ukuran kentang .............................................................................12
6. Perlakuan pemberian air dan gula 3%.............................................................13
7. Tingkat kelayuan bunga krisan hari ke 1.........................................................20
8. Tingkat kelayuan bunga krisan hari ke 2.........................................................21
9. Tingkat kelayuan bunga krisan hari ke 3 ........................................................22
10. Tingkat kelayuan bunga krisan hari ke 4.......................................................23
11. Tingkat kelayuan bunga krisan hari ke 5.......................................................24
12. Tingkat kelayuan bunga sedap malam hari ke 1...........................................25
13. Tingkat kelayuan bunga sedap malam hari ke 2...........................................26
14. Tingkat kelayuan bunga sedap malam hari ke 3...........................................27
15. Tingkat kelayuan bunga sedap malam hari ke 4...........................................28
16. Tingkat kelayuan bunga sedap malam hari ke 5...........................................29
17. Pengamatan pisang hari ke 1.........................................................................37
18. Pengamatan pisang hari ke 2.........................................................................38
19. Pengamatan pisang hari ke 3.........................................................................39
20. Pengamatan pisang hari ke 4.........................................................................40
21. Pengamatan pisang hari ke 5.........................................................................41
22. Pengamatan mangga hari ke 1.......................................................................42
23. Pengamatan mangga hari ke 2.......................................................................43
24. Pengamatan mangga hari ke 3.......................................................................44
25. Pengamatan mangga hari ke 4.......................................................................45
26. Pengamatan mangga hari ke 5.......................................................................46
27. Waktu muncul akar pada induksi pembentukan akar....................................54
28. Pengujian pati pada fotosintesis....................................................................64
29. Pengamatan skor warna daun........................................................................75

DAFTAR GAMBAR
1. Rata-rata jumlah akar pada tanaman Coleus sp.............................................55
2. Rata-rata panjang akar....................................................................................55
3. Pengamatan panjang akar perlakuan control .................................................71
4. Pengamatan panjang akar perlakuan growmore.............................................71
5. Pengamatan panjang akar perlakuan Hyponex..............................................72
6. Pengamatan jumlah akar perlakuan control...................................................72
7. Pengamatan jumlah akar perlakuan growmore..............................................73
8. Pengamatan jumlah akar perlakuan Hyponex................................................73
9. Pengamatan jumlah daun perlakuan control..................................................74
10. Pengamatan jumlah daun perlakuan growmore.............................................74
11. Pengamatan jumlah daun perlakuan Hyponex...............................................74
12. Kurva tinggi tanaman.....................................................................................82
13. Kurva jumlah daun.........................................................................................83
14. Kurva panjang daun.......................................................................................83
15. Kuva lebar daun.............................................................................................84

LAJU TRANSPIRASI
PENDAHULUAN
Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk uap
melalui stomata, kutikula atau lentisel (Soedirokoesoemo, 1993).Kecepatan
transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya. Bermacam cara
untuk mengukur besarnya transpirasi, misalnya dengan menggunakan metode
penimbangan. Sehelai daun segar atau bahkan seluruh tumbuhan beserta potnya
ditimbang. Setelah beberapa waktu yang ditentukan, ditimbang lagi.Selisih berat
antara kedua penimbangan merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi.
Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada air yang terlepas, yaitu dengan
cara menangkap uap air yang terlepas dengan dengan zat higroskopik yang telah
diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan angka penunjuk besarnya
transpirasi (Soedirokoesoemo, 1993).
Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya
gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di
bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh
teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air
dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui
proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk
melakukan fotosintesis agar kelangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin
(Anonim, 2009).
Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan
tumbuhan, karena kalau transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan
dapat kekurangan air. Bila kandungan air melampaui batas minimum dapat
menyebabkan kematian.Transpirasi yang besar juga memaksa tumbuhan
mengedakan penyerapan banyak, untuk itu diperlukan energi yang tidak sedikit
(Soedirokoesoemo, 1993).Pada transpirasi hal yang penting adalah difusi air dari
udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun.Kehilangan air dari
daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas
pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh, dari akar ke pucuk dan
bahkan dari tanah ke akar. Cepat lambatnya proses transpirasi ditentukan oleh
faktor-faktor yang mampu merubah wujud air sebagai cairan ke wujud air sebagai
uap atau gas. Faktor dari dalam yaitu jumlah daun, luas daun dan jumlah stomata
sedangkan faktor luar meliputi suhu, cahaya, kelembapan udara dan angin. Di
samping itu, luas permukaan jaringan epidermis atau luka tempat proses
transpirasi berlangsung juga ikut berperan
Percobaan ini dilakukan untuk mengukur laju transpirasi pada dua jenis
tanaman, membandingkan laju transpirasi pada jenis tanaman yang berbeda, dan
menggamati jumlah stomata yang ada pada bagian atas dan bawah daun.dalam
percobaan ini menggunakan tumbuhan coleus, dan pucuk merah.

Tujuan dari praktikum ini bertujuan Mengukur laju transpirasi pada dua
jenis tanaman, Mengamati jumlah stomata bagian atas dan bagian bawah daun,dan
Menghitung kecepatan stomata pada daun

TINJAUAN PUSTAKA
Transpirasi dapat dikatakan proses kehilangan air dalam bentuk uap dari
jaringan tumbuhan melalui stomata. Transpirasi berlangsung melalui bagian
tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu melalui pori pori daun
yakni melalui stomata, lubang kutikula, dan lentisel oleh proses fisiologi tanaman.
Selain itu juga transpirasi terjadi melalui luka dan jaringan epidermis pada daun,
batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan bahkan akar. Cepat lambatnya proses
transpirasi ditentukan oleh faktor-faktor yang mampu merubah wujud air sebagai
cairan ke wujud air sebagai uap atau gas dan faktor-faktor yang mampu
menyebabkan pergerakan uap atau gas.
Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui kutikula hanya 510% dari jumlah air yang ditranspirasikan di daerah beriklim sedang.Air sebagian
besar menguap melalui stomata, sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat
mempengaruhi laju transpirasi menyatakan bahwa transpirasi mempunyai arti
penting bagi tanaman.Transpirasi pada dasarnya suatu penguapan air yang
membawa garam-garam mineral dari dalam tanah.Transpirasi jiga bermanfaat di
dalam hubungan penggunaan sinar matahari, kenaikan temperatur yang diterima
tanaman digunakan untuk penguapan air.Transpirasi dibedakan menjadi tiga
macam berdasarkan tempatnya, yaitu transpirasi kutikula, transpirasi lentikuler,
transpirasi stomata.Hampir 97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi
stomata.
Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat
dalam penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi
dengan ruang antar sel daun merupakan permukaan penguapan.Konsentrasi uap
air dalam ruang antar sel biasanya lebih besar daripada udara luar. Manakala
stomata terbuka, lebih banyak molekul air yang akan keluar dari daun melalui
stomata dibandingkan dngan jumlah yang masuk per satuan waktu, dengan
demikian tumbuhan tersebut akan kehilangan air (Ayiguna, 2008).

METODOLOGI KERJA
Tempat dan Waktu
Percobaan laju transfirasi dilaksanakan di Laboratorium CAB01 pukul
08.00 cilibende, Institut Pertanian Bogor s/d selesai.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pratikum ini, seperti tiga buah gelas ukur 10
ml,kacapreparat,timbangan
analitik,mikroskop,gunting,rak
tabung,
dan
penggaris.dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi dua ranting
tanaman yang berbeda(coleus,dan pucuk merah).
Prosedur Pelaksanaan

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan laju
transpirasi
Memotong ranting tanaman dari dua tanaman yang berbeda,usahakan
potongan selalu ada dalam air,demikian juga sewaktu memasukkan
potongan ranting tumbuhan ke dalam gelas ukur selalu terendam
Masukkan segera potongan ranting tumbuhan ke dalam gelas ukur
dan satu gelas dibiarkan tanpa tumbuhan (sebagai control).buat lh
tinggi permukaan air pada gelas ukur sama.
Siapkan tiga buah gelas ukur 10 ml,untuk setiap perangkat (set)isilah
dengan air sebanyak 6 ml atau sebanyak yang kita ingin kan
Catat waktu saat memasukkan daun ke dalam gelas ukur.
Letakkan perangkat gelas ukur di luar laboratorium agar terkena sinar
matahari
Melakukan pengamatan perubahan air yang terjadi dalam gelas ukur
setiap 30 menit selama dua jam dengan membaca skala yang
terdapatpada gelas ukur.
Catat jumlah air yang mengguap setiap periode dan lakukan lh
pengmatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tabel 1 luas daun Coleus sp dan Syzigium oleina
luas daun (cm)
kelompok

pucuk merah kontrol

pucuk merah

Coleus

2.21

2.21

1.,80

2.44

2.32

1.,41

4.66

2.44

8.43

2.66

2.77

6.98

3.43

3.33

6.76

3.41

3.4

1.,72

rata-rata

3.13

2.74

1.,92

Tabel 2 jumlah stomataSyzigium oleina dan Bougenville sp


Nomor

nama tanaman

Syzigium oleina

Coleus sp

66

Bougainvillea spectabilis

180

4
Cochinchinensis

Tabel 3 Perbedaan volume pada gelas ukur

gambar stomata

jumlah

Perlakuan

kelompok

kontrol

1
2
3
4
5
6
Rata-rata

Coleus sp

1
2
3
4
5
6

Rata-rata

Syzigium oleina

Rata-rata

1
2
3
4
5
6

0
6.0
6.o
6.2
6.0
6.0
6.0
6.07
6.0
6.0
6.6
6.0
6.6
6.0
6.2
6.0
6.0
6.2
6.0
6.0
6.0
6.03

Laju transpirasi
30
5.8
6.0
5.6
5.4
5.8
5.9
5.75
5.8
5.2
6.4
6.0
5.6
5.5
5.75
5.4
5.8
5.8
5.3
5.2
5.2
5.45

Pembahasan
Data diatas dapat diketahui bahwa luas daun dan panjang daun
mempengaruhi jumlah stomata. Jumlah stomata bagian atas dan bawah daun juga
berbeda karena bagian atas sering terkena sinar matahari dan faktor lingkungan
yang lain sehingga jumlah stomata bagian atas lebih sedikit disbanding dengan
stomata bagian bawah. Data diatas tidak terisi dengan lengkap karena sulitnya
untuk menemukan stomata pada mikroskop.
Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun
luar. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis
lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan
daun,banyaksedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata.
Dari pengamatan laju transpirasi hal yang terpenting adalah difusi air dari
udara yang lembab didalam daun ke udara kering di luar daun.cepat lambat nya
laju transpirasi ditentukan oleh faktor-faktor yang mampu merubah wujud air
sebagai cairan ke wujud air sebagai uap atau gas,faktor luar di penggaruhi oleh
suhu,cahaya,kelembaban udara, dan angin.

60
5.75
5.8
5.4
5.2
5.6
5.2
5.49
5.5
4.6
6.2
5.9
5.4
5.4
5.5
5.2
5.5
5.6
5.1
5.9
4.9
.5.37

Berdasarkan hasil pratikum yang didapat dari percobaan luas daun


menunjukan kelompok 3 memiliki luas daun pucuk merah control sebesar 4,66
dibandingkan dengan kelompok lain hanya kelompok 3 yang memiliki luas daun
yang besar.luas daun pucuk merah memiliki lebar daun 3,33 dari kelompok 5
sedangkan couleus memiliki luas daun terbesar 18,80 dari kelompok 1.ini dapat
dipicu oleh faktor luar seperti suhu dan kelembaban oleh sebab itu daun akan
menjadi lebar ditambah dengan fotosintesis.
Jumlah stomata pada tanaman couleus sebanyak 66 stomatan,sedangkan
jumlah stomata pada bougenville 180 stomata ini terjadi karena tumbuhan
kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan melalui stomata.
Perlakuan laju transpirasi pada perlakuan kontrol pada laju transpirasi 0
adalah 6,07, pada laju transpirasi 30 adalah 5,75 dan pada laju trasnpirasi 60
adalah 5,49. Sedangkan pada perlakuan couleus pada laju transpirasi 0 o adalah
6,2,pada laju transpirasi 30o adalah 5,75,pada laju transpirasi 60o adalah 5,5 dan
pada perlakuan Syzigium oleina pada laju transpirasi 0 adalah 6,03,pada laju
transpirasi 30 adalah 5,45,dan pada laju tranpirasi 60 adalah 5,37,data yang
diperoleh dari masing-masing perlkuan dan rata-ratanya.
Dalam proses ini, ketika air menguap dari sel mesofil, maka cairan dalam
sel mesofil akan menjadi semakin jenuh. Sel-sel ini akan menarik air melalu
osmosis dari sel-sel yang berada lebih dalam di daun. Sel-sel ini pada akhirnya
akan menarik air yang diperlukan dari jaringan xylem yang merupakan kolom
berkelanjutan dari akar ke daun. Oleh karena itu, air kemudian dapat terus dibawa
dari akar ke daun melawan arah gaya gravitasi, sehingga proses ini terus menerus
berlanjut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap
dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari
jaringan lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil
dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam
perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya
difokuskan pada air yang hilang melalui stomata.
Pengamatan laju transpirasi yang dilakukan menunjukkan penurunan atau
laju transpirasi yang sangat signifikan.Pemberian minyak pada air membantu
tanaman agar udara tidak keluar dari air karena tertahan oleh minyak sehingga
udara keluar hanya dari daun dan batang.
Pengamatan jumlah stomata pada daun dipengaruhi oleh luas dan panjang
daun.Selain itu isban lingkungan seperti sinar matahari, suhu dan angin
mempengaruhi jumlah stomata pada bagian atas dan bawah daun.Sehingga jumlah
stomata pada bagian bawah daun lebih banyak isbanding bagian atas daun.

Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa laju transpirasi


dipengaruhi oleh beberapa factor, yakni jumlah stomata pada daun, sinar matahari,
suhu, kelembapan udara, angin, dan lain-lain.

Saran
Sebaiknya pratikum ini dilengkapi alat-alat yang kita perlukan saat
pratikum,supayapratikum ini dapat berjalan semana mestinya. Selain itu jumlah
mikroskop yang digunakan sebaiknya sesuai dengan jumlah kelompok yang ada
sehingga tidak berebut dalam penggunaan alat dan waktu yang digunakan lenih
efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Wardiana,
Ayiguna
Mada.
2008.
Transpirasi
pada
Tumbuhan.
http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&biw=1366&bih=583&q=laju
+transpirasi+tumbuhan&aq=0&aqi=g7&aql=&oq=laju+t&gs_rfai=&fp=4
ba4fd3435162061. Diakses pada tanggal 6 desember 2015
Widodo, Winarso D. 2010.Penuntun Praktikum Fisiologi Tanaman. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi
Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Anonim.2009. Sistem Transportasi dan Transpirasi dalam Tanaman.
http://www.indoforum.org/showthread.php?t=34436. Diakses pada tanggal
6 desember 2015

11

OSMOSIS

PENDAHULUAN
Dalam mempelajari dunia tumbuhan,tidak terlepasnya mempelajari dunia
alam yang sebenarnya.Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan ilmu
pengetahuan juga berkembang semakin pesat,sehing banyak muncul teori-teori
dari berbagai ahli.Teori tersebut adalah salah satunya tentang difusi.Difusi
merupakan suatu proses penyebaranya molekul-molekul zat dari kosentrasi tinggi
ke kosentrasi tinggi ke kosentrasi rendah ke kosentrasi yang tidak berpengaruh
oleh faktor kosentrasi larutan,tetapi hanya di perlukan energi pengaktifan saja
yang di sebut transpor aktif. Difusi juga dapat diartikan suatu proses penyabaran
zat molekul yang dapat di timbulkan oleh suatu gaya yang identik dengan energi
kinetik.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi,yaitu:
Ukuran partikel.
Semakin kecil ukuran parikel,semakin cepat partikel itu bergerak,sehingga
kecepatan difusi semakin tinggi.
Ketebalan membran.
Semakin tebal,semakin lambat kecepatan difusi.
Luas suatu area.
Semakin besar luas area,semakin cepat kecepatan difusi.
Jarak.
Semakin besar jarak antara dua kosentrasi,semakin lmabat proses difusinya.
Suhu.
Semakin tinggi suhu,partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan
lebih cepat.Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya
Osmosis pada dasarnya masih termasuk peristiwa defusi.Dalam peristiwa
osmosis,air bergerak melalui membran semipermiable dari larutan hipotonik
kelaruta hipertonik.Larutan hipotonik adalah larutan yang mengandung sedikit zat
atau dapat dikatakan larutan yang cair.Sedangkan larutan hipertonik adalah larutan
yang mengandung banyak zat di dalam larutanya atau dapat di katakan larutan
yang kental.
Osmisis adalah perpindahan molekul air melalui selaput semipermiabel
selektif dari bagian yang lebih encer kebagian yang paling pekat.Membran
semipermiabel harus ditembus oleh pelaput,tetapi tidak oleh zat terarut,yang
mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran.Tekanan osmosis merupakan
koligatif,yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada kosentrasi zat terlarut,dan
bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air yang
menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi.Sejumlah
besar basar volume akan memiliki kelebiahan energi bebas daripada volume yang
sedikit,dibawah kondisi yang sama.Energi bebas suatu zat per unit

jumlah,terutama per berat grammolekul (energi bebar mol-1) disebut potensi


kimia.Potensi kimia zat terlarut kurang lebih sebading dengan kosentrasi zat
terlarutnya.Zat terlarut yang berdifusi cenderung untuk bergerak dari daerah yang
berpotensial kimia lebih tinggi menuju daerah yang berpoensial lebih rendah.
Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam.Perubahan bentuk sel
terjadi jika terdapat pada larutan yang berbeda.Sel terletak pada larutan
isotonik,maka volumenya akan konstanta.Dalam hal ini sel akan mendapat dan
kehilangan air yang sama.Banyak hewan-hewan laut,seperti binatang laut dan
kepiting cairan selnya bersifat hipotnik,maka sel tersebut banyak mendapatkan air
sehingga dapat menyebabkn lisis(pada sel hewan),atau turgiditas tinggi ( pada sel
tumbuhan).Sebaliknya,jika sel berada pada larutan hipertonik,maka sel banyak
kehilangan molekul air,sehingga sel menjadi kecil dan dapat menyebabkan
kematian.Pada hewan,untuk bisa bertahan dalam lingkungan yang hipotonok dan
hipertonik,maka di perlukan pengaturan keseimbangan air yaitu dalam proses
osmoregulasi.
Tujuan dari praktikum ini adalahmempelajari peristiwa osmosis yang terjadi
pada sel dan Mempelajari pengaruh osmosis terhadap perubahan volume

TINJAUAN PUSTAKA
Difusi merupakan suatu proses penyebaranya molekul-molekul zat dari
kosentrasi tinggi ke kosentrasi tinggi ke kosentrasi rendah ke kosentrasi yang
tidak berpengaruh oleh faktor kosentrasi larutan,tetapi hanya di perlukan energi
pengaktifan saja yang di sebut transpor aktif. Difusi juga dapat diartikan suatu
proses penyabaran zat molekul yang dapat di timbulkan oleh suatu gaya yang
identik dengan energi kinetik (Campbell 1999)..
Faktor-faktor ini dapat di ketahui kecepatan dan kelambatan difusi yang
terjadi molekul-molekul zat.
Osmisis adalah perpindahan molekul air melalui selaput semipermiabel
selektif dari bagian yang lebih encer kebagian yang paling pekat.Membran
semipermiabel harus ditembus oleh pelaput,tetapi tidak oleh zat terarut,yang
mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran.Tekanan osmosis merupakan
koligatif,yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada kosentrasi zat terlarut,dan
bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri(Svender dan Anhtony 1974). Osmosis
sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air yang menggambarkan
kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi.Sejumlah besar basar
volume akan memiliki kelebiahan energi bebas daripada volume yang
sedikit,dibawah kondisi yang sama.Energi bebas suatu zat per unit
jumlah,terutama per berat grammolekul (energi bebar mol-1) disebut potensi
kimia.Potensi kimia zat terlarut kurang lebih sebading dengan kosentrasi zat
terlarutnya.Zat terlarut yang berdifusi cenderung untuk bergerak dari daerah yang
berpotensial kimia lebih tinggi menuju daerah yang berpoensial lebih rendah.
Osmosis juga dapat diartikan suatu pristiwa dengan potensi solvent
tinggi,menuju solent yang lebih rendah melalui semipermiabel.Solvent ini dapat
dikatakan air yang mengalir(Wibisno,2006).

13

METODOLOGI KERJA
Tempat dan Waktu
Laboratorium CA BIO 1 pukul 08.00 s/d selesai
Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah pisau atau
cutter,penggaris,tisau,gelas ukur dengan skala 0.1 ml,kaca perparat dan gelas
penutup,petridish,pinset,mikroskop cahaya,gelas piala,jam atau stopwacth.Bahan
yang digunakan adalah kentang,bawang merah,larutan isotonik,larutan hipertonik
( 3% sukrosa ).
Metode Kerja
a. Perubahan volume umbi kentang

Alat dan bahan


yang digunakan

Potong umbi kentang 1 cm


x 1 cm,untuk 5 ulangan

Masukan kentang
ke dalam larutan

Potongan yag telah diketahui


volume awalnya,direndam
dalam larutan gula 3%

Hitung perubahan kentang


dan segera hilangkan air di
permukaanya

Menghitung volume
awal potongan kentang

Inkubasikan pada
suhu kamar 1-1.5 jam

Setiap 15 menit rendaraman


harus di goyangkan dengan
tangan

Catat hasil pengamatan

Ukur panjang dan lebar


kentang dengan
menggunakan

Hilangkan larutan gula di


permukaan kentang dengan
tisu
Ukur volume akhir
kentang

b. Pengamatan perubahan bentuk sel

Siapkan bawang merah

Diamkan berapa saat dan


amati di bawah mikroskp

Bandingkan keadaan sel


bawang merah pada larutan
gula dengan sel bawang
merah pada air

Kupas kulit arinya dan


letakkan pada kaca objek
Buat perparat baru kulit ari
bawang merah dengan larutan
hipertonok sukrosa 3%

Tambahkan dengan setetes air


(dianggap larutan isotonik)
Amati kenampakan di bawah
mikroskop

15

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
a. Perubahan Volume Kentang
Tabel 4 Data kelas Perubahan volume awal dan volume akhir kentang

Nomor Sampel

Volume Kentang (ml)

Volume (ml)

Awal

Akhir

6,06

1,06

5,76

0,76

5,08

6,04

0,96

5,98

0,98

6,1

1,1

Rata-rata

Tabel 5 Data kelas perubahan ukuran kentang


Nomor Sampel

Volume Kentang (ml)

Volume (ml)

Awal

Akhir

1,0764

1,238

0,1562

0,66

0,791

0,13

0,859

0,8194

0,72

0,914

0,188

0,441

0,62

0,18

0,8134

0,814

0,124

Rata-rata

0,761

0,866

0,129

b.Jaringan Kulit Bawang Merah

Tabel 3 perlakuan pemberian air dan gula 3 %


Kelompok
1

Jaringan kulit bawang merah


perlakuan gula 3%

Jaringan kulit bawang merah


dengan perlakuan air steril

17

Pembahasan
Dari tabel perubahan volume kentang di atas,data dari kelompok 1,2,4,5,6
memiliki volume awal kentang yang sama yaitu 5 ml,sedangkan pada kelompok 3
memiliki volume awal kentang 5,08 ml.Pada akhir volume kentang data dari ke- 6
kelompok tidak ada data volume yang sama karena dalam setiap kelompok cara
memotong bentuk kentang,mengukur,mengeringkan kentang setelah di keluarkan
dari rendaman aquades memiliki perbedaan.
Dalam hasil pencobaan kelompok 6,pertama kali kentang direndam terjadi
sedikit perbedaan bentuk dari sebelumnya,yaitu kentang mengecil.Kentang yang
telah selesai di rendam,lalu di keringkan dengan tisu kentang terlihat sedikit agak
putih dari sebelumnya.
Dari pencobaan yang di lakukan ini,kentang mengalami perubahan.Dari
hasil pengamatan dapat kita ketahui bahwa sel-sel kentang mengalami perubahan
ukuran.Bertambahnya ukuran ketang dari volume awal ke volume akhir,hal ini
terjadi karena sifat larutan yang hipertonis maupun hipotonis terhadap kentang.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:


Terjadinya penambahan ukuran pada kentang di karenakan media hipotonis
terhadap kentang.
Kosentrasi zat terlarut mempengaruhi massa jenis larutan dan intensitas osmosis.

peristiwa osmosis terjadi perpindahan zat cair dari yang kosentrasinya rendah ke
kosentrasi yang tinggi.Seperti pada kentang dan air,air yang memiliki kosentrasi
yang rendah berpindah ke kentang yang memiliki kosentrasi yang tinggi sehingga
berat kentang bertambah.
Pada larutan gula dan kentang yang memiliki kosentrasi yang rendah pindah
kelarutan gula yang kosentrasi tinggi sehingga berat kentang berkurang.
Saran
Hasil dari praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan,untuk itu kritik dan
saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaa penulisan makalah di
kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA
www.pengertianahli.com.2014/01
http://oktean.wordpress.com.biologi
http://oktean.wordpress.com.biologi
http://id.m.wikipedia.org/wiki/osmosis
Osmosis menurutWibisno,2006.
Difusi menurutCampbell 1999.
Kanginan,Marthen.2006 Jakarta penerbit Erlangga.

TRANPORT XYLEM

PENDAHULUAN
Transportasi tanaman adalah pemindahan hasil asimilasi dari daerah
sumber ke daerah pemanfaatan terjadinya melalui pembuluh tapis. Untuk

19

mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan serta


mengangkut air dan garam mineral dari akar ke daun, tumbuhan menggunakan
jaringan pengangkut. Jaringan pengangkut tersebut terdiri dari Xilem (pembuluh
kayu) dan Floem (pembuluh tapis). Xilem disusun oleh trakeid, trakea,
pembuluh parenkim kayu, dan sklerenkim kayu atau serabut kayu. Xilem
berfungsi untuk mengangkut air dan garam mineral dan dari dalam tanah menuju
ke daun. Lalu floem disusun oleh sel ayakan atau tapis, pembuluh tapis, sel
pengiring, sel parenkim kulit kayu, dan serabut kulit kayu atau sel sklerenkim.
Floem berfungsi untuk mengangkut zat-zat hasil fotosintesis ke seluruh bagian
tubuh. Xilem dan floem bersatu membentuk suatu ikatan pembuluh angkut
(Kusnadi 2012).
Kecepatan perjalanan zat-zat terlarut melalui pembuluh kayu atau xilem
dipengaruhi oleh kegiatan transpirasi, dan perjalanan transportasi dan fotosintesis.
Pada waktu siang, kecepatan transpirasi lebih besar dari pada waktu malam.
Sebaliknya pengiriman karbohidrat dari daun ke buah yang sedang berkembang
berlangsung lebih cepat pada malam hari dari pada di siang hari (Fitther dan Hay
1991). Jaringan pengangkut atau vaskular tissue umumnya hanya terdapat pada
tumbuhan tingkat tinggi, sedangkan pada tumbuhan tingkat rendah pengangkutan
air dan zat-zat makanan cukup dilangsungkan dari sel-sel lain, hanya pada
tumbuhan tingkat tinggi terutama yang hidup dan berkembang di daratan yang
organ serta alat-alat yang dipunyai adalah lebih besar dan kompleks dibandingkan
tumbuhan tingkat rendah (Tjitrosomo 1990).
Peran penting dari pembuluh angkut pada tanaman, air juga sangat
berperan penting dalam proses tranportasi mineral dan dalam keberlangsungan
semua sistem kehidupan secara umum. Air bagi tanaman mutlak diperlukan, tanpa
air tidak akan ada pertumbuhan tanaman. Status air dalam tubuh atau jaringan
tanaman ditentukan oleh laju penyerapan air dan proses kehilangan air melalui
proses transpirasi. Penyerapan air yang tidak cukup oleh akar tumbuhan akan
menimbulakan defisit air dalam tumbuhan, termasuk sel-sel daun yang akan
mengakibatkan penurunan evaporasi air dari daun sehingga laju transpirasi
menjadi rendah. Air pada sistem tanaman akan bergerak dari sumber air di dalam
tanah, ke perakaran dan melewati jaringan xylem yang tersusun secara kontinyu
mulai dari akar, batang dan daun. Air dapat diserap tanaman melalui akar
bersama-sama dengan unsur-unsur hara yang terlarut didalamnya, kemudian
diangkut kebagian atas tanaman, terutama daun, melului pembuluh xylem.
Pembuluh xylem pada akar, batang dan daun merupakan suatu system yang
kontinyu, berhubungan satu sama lain ( Lakitan 2004 ). Di samping itu, air adalah
komponen utama dalam proses fotosintesis, pengangkutan assimilasi hasil proses
ini ke bagian-bagian tanaman hanya dimungkinkan melalui gerakan air dalam
tanaman. Dengan peranan tersebut di atas, jumlah pemakaian air oleh tanaman
akan berkorelasi posistif dengan produksi biomase tanaman, hanya sebagian kecil
dari air yang diserap akan menguap melalui stomata atau melalui transpirasi
(Dwidjoseputro 1984).
Tujuan dari percobaan ini mempelajari transportasi xylem dalam bunga
potong untuk memperpanjang masa hidup bunga serta fungsi dalm
tanaman,mempelajari system pembuluh angkut dalam tanaman dan mengetahui
pengaruh pemberian gula pada tamana.

TINJAUAN PUSTAKA
Sistem jaringan pembuluh padaumbuhan terdiri dari dua jaringan yaitu
xilem dan floem yang berfungsi transport air dan materi organik ke seluruh bagian
tumbuhan dan melakukan transport jarak jauh antara akar dan taruk (Iriawati
2009). Fungsi utama xylem adalah mengangkut air serta zat-zat yang terlarut
didalamnya. Floem berfungsi mengangkut zat makanan hasil fotosintesis. Pada
batang berkas xylem umumnya berasosiasi dengan floem pada satu ikatan
pembuluh. Kombinasi xylem dan floem membentuk sistem jaringan pembuluh di
seluruh tubuh tumbuhan, termasuk semua cabang batang dan akar.
Xilem, terdiri dari trakeid, trakea atau pembuluh kayu, parenkim xylem,
dan serabut atau serat xylem. Berdasarkan asal terbentuknya terbagi menjadi
xylem primer dan xylem sekunder. Xilem primer berasal dari prokambium
sedangkan xilem sekunder berasal dari kambium. Berdasarkan proses
terbentuknya xilem primer dapat dibedakan menjadi protoxylem dan
metaxylem. Protoxilem adalah xylem primer yang pertama kali terbentuk
sedangkan metaxilem yang terbentuk kemudian.
Floem terdiri dari unsur tapis (sel tapis dan komponen pembuluh tapis), sel
pengiring / sel pengantar, parenkim dan serabut / serat floem. Berdasarkan asal
terbentuknya terbagi menjadi floem primer dan floem sekunder. Floem primer
berasal dari prokambium sedangkan floem sekunder berasal dari cambium.
Berdasarkan proses terbentuknya floem primer terdiri dari protofloem dan
metafloem. Protofloem adalah floem primer yang pertama kali terbentuk
sedangkan metafloem terbentuk kemudian.
Air diserap tanaman melalui akar bersama-sama dengan unsur-unsur hara
yang terlarut di dalamnya, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman, terutama
daun, melalui pembuluh xilem. Pembuluh xilem pada akar, batang, dan daun
merupakan suatu sistem yang kontinu, berhubungan satu sama lain. Untuk dapat
diserap oleh tanaman, molekul-molekul air harus berada pada permukaan akar.
Dari permukaan akar ini air bersama-sama bahan-bahan yang terlarut diangkut
menuju pembuluh xilem.
Menurut Lakitan 2012, ada 4 teori yang menjelaskan tentang
pengangkutan air di dalam pembuluh xilem yaitu:
Teori tekananan akar. Pada awalnya diperkirakan air naik ke bagian atas
tanaman karena adanya tekanan dari akar. Hal inidasarkan atas fakta
bahwa jika batang tanaman dipotong dan kemudian dihubungkan dengan
selan manometer air raksa, maka air di dalam selang akan terdorong ke
atas oleh tekanan yang berasal dari akar. Tetapi dari hasil pengukuran yang
intensif pada berbagai jenis tanaman, maka besarnya tekanan tersebut
umumnya tidak lebih dari 0,1 Mpa (mega pascal). Selain itu tekanan akar
hanya teramati pada kondisi tanah yang berkecukupan air dan kelembaban
udara relatif tinggi, atau dengan kata lain pada saat laju transpirasi sengat
rendah.
Teori kapilaritas. Kapilaritas merupakan gejala yang timbul akibat
interaksi antara permukaan benda padat dengan benda cair yang
menyebabkan gangguan terhadap bentuk permukaan cairan yang semula

21

data. Didalam pipa yang kecil, hal ini menyebabkan naiknya permukaan
cairan. Hal ini disebabkan karena cairan ditarik oleh dinding bagian dalam
pipa oleh gaya adhesi. Secara visual hal ini terlihat dari bentuk permukaan
cairan (meniscus) di dalam pipa. Tinggi permukaan ciran yang di dalam
pipa kapiler sangat tergantung pada diameter pipa kapiler tersebut.
Teori sel pemompa. Pada abad ke-19 diyakkini bahwa pergerakan vertikal
air dari akar ke daun adalah karena adanya peranan sel-sel khusus yang
berfungsi memompakan air ke atas. Sel-sel ini diperkirakan berada pada
setiap interval jarak tertentu dan pada possi yang berurutang secara
suksesif. Setiap sel pemompa bertugas memompkan air sampai pada posisi
sel pemompa yang berada diatasnya. Hal ini berlangsung secara kontinu
dari akar sampa ke daun. Tetapi hasil kajian natomis yang teliti gagal
menemukan keberadaan sel-sel pemompa ini.
Teori kohesi. Ada 3 elemen dasar dari teori kohesi untuk menjelaskan
pergerakan vertikal air dalam tubuh tumbuhan, yaitu tenaga pendorong
(driving force), hidrasi pada lintasan yang dilalui, dan gaya kohesi antara
molekul air.

Dari keseluruhan teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa teori yang
mampu untuk menjelaskan pergerakan vertikal air di dalam pembuluh xilem
adalah teori kohesi yang didasarkan atas tiga konsep yakni adanya perbedaan
potensi air antara tanah dan atmosfir sebagai tenaga pendorong, adanya tenaga
hidrasi dinding pembuluh xilem yang mampu mempertahankan molekul air
terhadap gaya gravitasi, dan adanya gaya kohesi antara molekul air yang menjaga
keutuhan kolom air di dalam pembuluh xilem.

METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari selasa tanggal 22September 2015 di
laboratorium CA BIO 1 Cilibende IPB pada pukul 07.00-11.00 WIB.

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas plastic
beserta tutupnya sebanyak 5 buah,gelas ukur dan timbangan digital.Bahan yang
digunakan adalah bunga potong krisan,bunga potong sedap malam,air dan larutan
gula.

Metode Kerja
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dipersiapkan

Timbang gula sebanyak 4 gram untuk membuat larutan


sukrosa 2% dan timbang gula sebanyak 10 gram untuk
larutan sukrosa 5%.

Campurkan ke dalam 200ml air dalam gelas pelastik, lalu


diaduk sampai larut dan setelah itu larutan gula ditutup
dengan tutup botol plastik.

Potong bunga krisan 20cm dan daun pada tanaman krisan


disisakan lima helai, kemudian dimasukan ke dalam larutan
percobaan yaitu control, gula 2% dan gula 5%

Bunga yang mekar 100%, 75%, 50%, 25%, dan 0% diamati


dan dihitung setiap harinya selama seminggu dengan lima
kali pengamatan

Perubahan yang tejadi diamati lalu pengamatan dilakukan


hingga bunga layu.

23

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tabel 1 Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-1
Hari 1
Kelompo
k
1

Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

Tingkat Kelayuan
(%)

Mekar

Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

0%

25%

50%

75%

100%

16
0

28

27

10

10

90

20

16

23

11

14

23

26

18

11

56

70

93

86

55

45

25

11

35

37

84

37

39

37

36

4.7

86

41

33

34

40

2.9

79

31

28

37

46

5.8

45

45

45

40

54

99

36

22

20

70

30

20

19

13

82

32

32

28

12

23
8
10
2

Tabel 2 Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-2


Hari 2
Kelompo
k
1

Tingkat Kelayuan
(%)

Mekar
Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

0%

25%

50%

75%

100%

71

37

38

28

43

15

21

21

62
119
10
7
10
4
28

46
9

48
14

35
10

46
10

48

44

29

49
0

51
2

37
4

38
1

27

35
85

3
42

4
36

2
31

0
34

85

39

46

41

39

81
25

43
3

34
2

40
2

36
0

34

36
98

0
36

8
34

0
35

2
20

89

35

40

22

30

80

40

37

30

25

2
4
7
0.3
2.9
1.8
15
13
11
4.3
4.7
5.9
7
3
6
-

25

Tabel 3 Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-3


Hari 3
Kelompo
k
1

Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

Tingkat Kelayuan
(%)

Mekar

Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

0%

25%

50%

75%

100%

15
0

53

47

35

30

27

10

30

95

60

74

60

45

10
8

36

44

30

34

93

32

42

31

38

90

54

40

40

45

24

27

33

83

44

37

35

33

87

40

43

39

44

78

37

36

42

38

25

34

36

10
8

36

44

30

34

93

32

42

31

38

90

54

40

40

45

1
15
8
1.5
4.6
2.6
13
34
18
4.3
7.1
6.9
0
0
0
-

Tabel 4 Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-4


Hari 4
Kelompo
k
1

Tingkat Kelayuan
(%)

Mekar
Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

0
%
69

25%

50%

75%

100%

36

35

27

32

2,1

16,4

45

46

45

32

48

10,5

97

54

26

44

31

1.91

78

52

45

32

27

86

56

42

38

39

2.9

22

10

23

11

88

33

34

38

20

4.2

83

37

38

40

13

10.4

85

35

34

47

36

7.2

25

37

21

36

35

97

54

20

44

31

78

52

45

32

27

86

56

43

38

39

27

Tabel 5 Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-5


Hari 5
Kelompo
k
1

Tingkat Kelayuan
(%)

Mekar
Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

0
%
69

25%

50%

75%

100%

36

35

27

32

5,8

18,2

45
82

46
63

45
36

32
41

48
30

11,7
2.3

60

68

46

33

31

6.71

38
10

78
0

59
0

49
2

45
3

6.6
13

21

14

2
91

0
38

3
30

0
35

0
33

12
3.5

88

34

32

36

35

10.2

89
0

35
0

39
0

38
3

30
0

11.2
0

7
86

2
63

2
36

1
41

1
30

0
-

60

68

46

33

31

38

78

59

49

43

Tabel 6 Tingkat Kelayuan Bunga Sedap Malam Hari Ke-1


Hari 1
Kelompo
k
1

Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

Kontrol

Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

Mekar
50
75
%
%
8
0

100
%
0

Tingkat kelayuan
(%)

30

25
%
2

29

30

39

44

44

25

35

19

37

32

9.5

38

40

6.8

12
0

33

34

29

29

90

42

50

30

33

90

31

55

56

22

25

14

20

0%

29

Tabel 7 Tingkat Kelayuan Bunga Sedap Malam Hari Ke-2


Hari 2
Kelompo
k
1

Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

Mekar
50
75
%
%
7
6

100
%
6

Tingkat kelayuan
(%)

0
%
16

25
%
14

11

24

14,7

28

2,8

36

42

43

28

27

24

35

30

9.5

37

14.2

38

15.9

90

32

28

31

26

23

75

35

25

26

21

17

80

32

28

26

22

30

20

35

Tabel 8 Tingkat Kelayuan Bunga Sedap Malam Hari Ke-3


Hari 3
Kelompo
k
1

Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

Kontrol

Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

Mekar
50
75
%
%
3
0

29
28

16

31

4,7

33

40

41

2.2

24

15

27

37

33

34

29

26.8

36

35

36

34.8

35

32

30

25

30

37

30

35

22

18

31

33

29

28

20

40

41

22
1
21
9
22
2
33

100
%
0

Tingkat kelayuan
(%)

25
%
4

0%

31

Tabel 9 Tingkat Kelayuan Bunga Sedap Malam Hari Ke-4


Hari 4
Kelompo
k
1

Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa

Mekar
50
75
%
%
9
5

100
%
4

Tingkat kelayuan
(%)

21

25
%
11

12

12

10

12

18,2

11

4,7

30

39

39

4.5

22

22

23

69

74

29

63

33

87.5

35

69.7

82
19
6
19
4
30

35

32

30

25

30

37

30

35

22

18

31

33

29

28

20

39

39

0%

7,5

5%

Tabel 10 Tingkat Kelayuan Bunga Sedap Malam Hari Ke-5


Hari 5
Kelompo
k
1

Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%

Mekar
50
75
%
%
1
1

100
%
0

Tingkat kelayuan
(%)

12

25
%
12

19,8

18

5,2

30

2.5

38

38

6.8

10

56

21

93

76

28

95

31

97.5

34

83.3

99
18
8
17
9
30

40

31

38

35

42

56

30

33

31

55

56

22

38

0%

10,8

33

Sukrosa
5%

38

Pembahasan
Dari hasil praktikum transport xylem,data kelompok 6 belum terhitung
tingkat kelayuan dari bunga krisan dari hari pertama sampai hari ke-5.Dari
pngamatan hari pertama data kelompok 3 yang tingkat kelayuannya lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok lain dengan perlakuan control,sukrosa 2%,dan
sukrosa 5% yaitu,11%,9%,5% .Hari kedua tingkat kelayuan yang paling tinggi
pada kelompok 3 dengan tingkatan kelayuan 15%,13%,11%,untuk percobaan
kedua ini sudah mulay mengalami kelayuan pada stiap percoaan disetiap
kelompok.
Pada pengamatan hari ketiga tingkat kelayuan paling tingi adalah pada
kelompok 3 dengan tingkatan 13%.34%.18%,untuk kelompok lain rataan
tingkatan kelayuan masih rata seperti pada hari kedua,pada pengamatan hari ke
empat kelompok yang paling tinggi tingkat kelayuannya adalah kelompok 1
dengan perlakuan sukrosa 2% yaitu 16,4%,untuk perlakuan sukrosa 5% yang
paling tinggi tikat kelayuannya adalah kelompok 5 yaitu 35%,pada percobaan di
hari kelima kelompok yang bunganya tidak mengalami tingkat kelayuan adalah
kelompok.Pada hari kelima tingkat kelayuan paling tinggi pada perlakuan sukrosa
2% didapat hasil 18,2% pada kelompok 1.Adapun kelompok yang tidak
mengalami kelayuan pada bunga krisan yaitu pada kelompok 5.
Bunga sedap malam kelompok 6 tidak didapat tingkat kelayuan pada
masing-masih perlakuan.Pada pengamatan hari pertama sudah mengalamai
kelayuan pada percobaa kelompok 3 dan 4 pada perlakuan control,sukrosa 2% dan
sukrosa 5%,tingkat kelayuan yang paling tinggi dari kelompok 3 dan 4 adalah
pada perlakuan sukrosa 2% dengan jmlah tingkatan 19%,
Pengamatan hari kedua pada kelompok 2 tidakmengalami kelayuan pada
bunga sedap malam.Tingkat kelayuan sudah mulay dialami oleh beberapa
kelompok kecuali kelompok 2.Pada kelompok 5 dengan perlakuan control
mengalami tingkat kelayuan yang paling tinggi yaitu 23%,untuk perlakuan
sukrosa 2% yang paling tinggi kelayuanny adalah pada kelompok 3 dengan
tingkatan 24%.
Pengamatan hari ketiga masng-masing kelompok sudah mengalami
kelayuan pada bunga sedap malam.tingkat kelayuan paling tinggi pada perlakuan
sukrosa 2% pada kelompok 3,dengan tingkatan 37%,perlakuan sukrosa 5% yang
paling tinggi tingkat kelayuannya pada kelompok4 dengan tingkatan 34,8%,pada
perlakuan kontol yang paling tinggi tingkat kelayuannya pada kelompok dengan
tingkatan 30%.
Pengamatan di hari keempat tingkat kelayuan pada setiap kelompok mulay
bertambah banyak tingkat kelayuannya.Pada perlakuan sukrosa 2% tingkat
kelayuan paling tinggi terdapat pada kelompok 4 dengan tingkatan 87,5%,pada
perlakuan sukrosa 5% yang paling tinggi pada kelompok 3 dengan tingkatan
74%,pada perlakuan kontro tingkatkelayuan palinh tinggi pada kelompok 4
dengan tingkatan 63%.

Pengamatan di hari terahir yaitu hari kelima tingkat kelayuan pada setiap
perlakuan sudah pada titik kelyuan yang paling tinggi.Tetapi pada kelompok 5
tidak mengalami tingkat kelayuan.Tingkat kelayuan paling tinggi pada perlakuan
sukrosa 2% dengan tingkatan 97,5% pada kelompok 4,untuk perlakuan sukrosa
5% yang paling tinggi adalah 83,3% pada kelompok 4,dan untuk yang tanpa
perlakuan adalah 95% pada kelompok 5.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Pada perlakuan kontrol membuat bunga krisan dan sedap malam tetap
terlihat segar.
Perlakuan larutan sukrosa 5% membuat tanaman bunga sedap malam dan
bunga krisan mengalami tingkat kelayuan yang tinggi.
Perlakuan larutan sukrosa 2% membuat tanaman bunga sedap malam dan
bunga krisan mengalain tingkat kelayuan,tetapi tingkatan kelayuannya
lebih rendah apabila di bandingkan dengan perlakuan sukrosa 5%.

Saran
Saran untuk materi transport xylem perlu di lakukan penelitian yang lebih
mendalam dan teliti supaya mengetahui kepastian dari hasil data-data yang
didapat dan juga lebih akurat, sehingga tidak didapat data yang rancu. Lalu
pengamatan dilakukan secara rutin setiap hari selama 5 HST agar dapat
terpantaunya kondisi tanaman sebagai objek penelitian.
Dalam pelaksanaan penelitian mahasisa/mahasiswi harus lebih teliti dan
cermat, dan diperlukan uji ulang terhadap hasil penelitian.
Kritik dan saran dari dosen dan asisten dosen serta pembaca sangat saya butuhkan
untuk kesempurnaan laporan praktikum ini.

DAFTAR PUSTAKA
Feryanto, Indra. 2011. Panduan Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Fakultas
Pertanian Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung. (JURNAL)
Lakitan, B. 1996. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. CV Rajawali, Jakarta.
Sumadi dan M. Aditya. 1989. Biologi Sel. Graha Ilmu, Jakarta.
Tania, Meta. 2013. LAPORAN FISTUM JARINGAN TRANSPORT
AIRhttp://laveniaovi.wordpress.com/2013/01/08/laporan-fistum-jaringantransport-air/.

35

LAMPIRAN

UJI KEMASAKAN BUAH (PERAN ETILEN)

PENDAHULUAN
Menurut Munirotun R, Munifatul I, Erma P, 40 50, Buah-buahan
mempunyai arti penting sebagai sumber vitamin, mineral, dan zat-zat lain dalam
menunjang kecukupan gizi, selain itu juga merupakan komoditas hortikultura
yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Buah-buahan dapat dimakan baik
pada keadaan mentah maupun setelah mencapai kematangannya. Sebagian besar
buah yang dimakan adalah buah yang telah mencapai tingkat kematangan. Buahbuahan juga dikenal sebagai hasil pertanian yang mudah rusak (busuk). Hal ini
disebabkan karena komoditi hortikultura tersebut setelah dipanen masih terus
melangsungkan respirasi dan metabolisme. Aktivitas respirasi dan transpirasi ini
menggunakan dan merombak zat-zat nutrisi yang ada pada buah, sehingga dalam
jangka waktu tertentu akibat penggunaan dan perombakan zat nutrisi tersebut,
buah mengalami kemunduran mutu dan kerusakan fisiologis (Suhaidi, 2003).
Untuk meningkatkan nilai ekonomis buah-buahan maka masa simpan dan
kesegarannya harus dipertahankan.

37

Pembangunan pertanian di Indonesia saat ini dan selanjutnya harus


dilakukan dengan penerapan teknologi baru seperti bioteknologi dan penggunaan
zat pengatur tumbuh. Masalahnya sekarang , mampukah kita menyeleksi
teknologi baru ini yang sesuai dengan keadaan Indonesia dalam rangka
menunjang pembangunan pertanian yang tangguh dan berkelanjutan.Konsep zat
pengatur tumbuh diawali dengan konsep hormon tanaman. Hormon tanaman
adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah
mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini terutama
tentang proses pertumbuhan, differensiasi dan perkembangan tanaman. Prosesproses lain seperti pengenalan tanaman, pembukaan stomata, translokasi dan
serapan hara dipengaruhi oleh hormon tanaman. Hormon tanaman kadang-kadang
juga disebut fitohormon, tetapi istilah ini lebih jarang digunakan. Istilah hormon
ini berasal dari bahasa Gerika yang berarti pembawa pesan kimiawi (Chemical
messenger) yang mula-mula dipergunakan pada fisiologi hewan. Dengan
berkembangnya pengetahuan biokimia dan dengan majunya industri kimia maka
ditemukan banyak senyawa-senya-wa yang mempunyai pengaruh fisiologis yang
serupa dengan hormon tanaman. Senyawa-senyawa sintetik ini pada umumnya
dikenal dengan nama zat pengatur tumbuh tanaman (ZPT = Plant Growth
Regulator).
Pemasakan buah merupakan proses yang sangat komplek dan terprogram
secara genetik yang diawali dengan perubahan warna, tekstur, aroma, dan rasa.
Selama proses pemasakan buah, kandungan asam berkurang dan kandungan gula
meningkat menyebabkan terjadinya kenaikan respirasi mendadak yang disebut
klimakterik. Aktivitas respirasi yang sangat tinggi menjadi pemacu biosintesis
etilen yang berperan dalam pemasakan buah. Etilen diperlukan untuk koordinasi
dan penyempurnaan pemasakan buah. Perubahan biokimiawi dan fisiologi
tersebut terjadi pada tahap akhir dari perkembangan buah (Sinay, 2008).
Penelitian ini bertujuan untuk :
a). Menganalisis potensi senyawa hidrokoloid nabati yang dihasilkan dari
gel cincau Stephania hernandifolia dan gel rumput laut Eucheuma sp. sebagai
penunda pematangan buah ditinjau dari kandungan gula dan total asam.
b). Membandingkan efisiensi senyawa hidrokoloid antara gel cincau
Stephania hernandifolia dan gel rumput laut Eucheuma sp. sebagai penunda
pematangan buah.Tujuan dari praktikum ini uji kemasakan buah yaitu untuk
mengetahui pengaruh zat pengatur pertumbuhan etilen pada pemasakan buah pada
berbagai kosentrasi.

TINJAUAN PUSTAKA
Etilen adalah suatu gas tanpa warna dengan sedikit berbau manis. Etilen
merupakan suatu hormon yang dihasilkan secara alami oleh tumbuhan dan
merupakan campuran yang paling sederhana yang mempengaruhi proses fisiologi
pada tumbuhan. Proses fisiologi pada tumbuhan antara lain perubahan warna
kulit, susut bobot, penurunan kekerasan, perubahan kadar gula dan lain-lain
(Winarno dan Aman, 1979).

Etilen telah digunakan sejak Mesir kuno, yang akan luka buah ara untuk
merangsang pematangan (melukai merangsang produksi etilen oleh jaringan
tanaman). Orang Cina kuno akan membakar dupa di kamar tertutup untuk
meningkatkan pematangan pir. Pada tahun 1864, ditemukan bahwa gas bocor dari
lampu jalan menyebabkan pengerdilan pertumbuhan, memutar tanaman, dan
penebalan abnormal dari batang. Pada tahun 1901, seorang ilmuwan Rusia
bernama Dimitry Neljubow menunjukkan bahwa komponen aktif adalah etilen
Keraguan menemukan bahwa etilen merangsang absisi pada tahun 1917. Ia tidak
sampai 1934 yang Gane melaporkan bahwa tanaman mensintesis etilen. Pada
tahun 1935, Crocker mengusulkan bahwa etilen adalah hormon tanaman yang
bertanggung jawab untuk pematangan buah serta penuaan dari vegetatif jaringan.
Etilen merupakan jenis senyawa tidak jenuh atau memiliki ikatan rangkap
yang dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman pada waktu tertentu dan pada suhu
kamar etilen berbentuk gas. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya
perubahan penting dalam proses pertumbuhan tanaman dan pematangan hasilhasil pertanian. Etilen disebut hormon karena dapat memenuhi persyaratan
sebagai hormon yang dihasilkan oleh tanaman, bersifat mobile dalam jaringan
tanaman dan merupakan senyawa organik. Pada tahun 1959 diketahui bahwa
etilen tidak hanya berperan dalam proses pematangan saja, tetapi juga berperan
dalam mengatur pertumbuhan tanaman (Winarno, 2002).
Trucker di dalam Saputro (2004) menyatakan bahwa gas etilen (C2H4)
adalah suatu jenis bahan yang banyak digunakan sebagai pemicu (trigger) proses
pematangan, dimana jumlah dan waktu yang tepat dalam pemberiannya juga
sangat khas untuk tiap jenis buah. Menurut Winarno dan Aman (1979),
konsentrasi etilen selama pematangan berubah-ubah. Buah pisang yang baru
dipanen mengandung etilen 0.2 ppm dan sekitar 4 jam sebelum pematangan
jumlah etilen secara cepat bertambah menjadi sekitar 0.5 ppm. Pisang pada saat
memasuki proses pematangan, jumlah etilen sekitar 1.0-1.5 ppm dan segera
setelah respirasi hingga mencapai puncak klimaterik jumlah etilen meningkat
menjadi 25-40 ppm.
Usaha untuk mengurangi etilen akan mengakibatkan tertundanya
kematangan dan mempertahankan kesegaran serta memperpanjang umur simpan
(Pantastico et. al., 1989). Pada buah klimaterik respon etilen hanya berpengaruh
pada saat fase pre-klimaterik sedangkan pada buah non-klimaterik, aktivitas
respirasi dan pematangan dapat dipercepat pada semua fase tahap pematangan.
Dengan adanya etilen, proses respirasi akan berlangsung cepat dan ikut dalam
proses reaksi pemasakan. Semakin matang buah, produksi etilen semakin
menurun. Adanya perlakuan tertentu yang dapat mengurangi kandungan etilen
disekitar buah dapat memperpanjang umur simpan buah tersebut.
Etilen adalah suatu senyawa kimia yang mudah menguap yang dihasilkan
selama proses masaknya hasil pertanian terutama bebuahan dan sayuran
(Hadiwiyoto, 1981). Pada bidang pertanian etilen digunakan sebagai zat pemasak
buah. Etilen mempengaruhi pemasakan buah dengan mendorong pemecahan
tepung dan penimbunan gula.
Keragaman pisang terletak didaerah Malesia (Asia Tenggara, Papua,
Australia Tropika) dan daerah Afrika Tropis. Tumbuhan ini menyukai iklim tropis
panas dan lembab, terutama di dataran rendah. Buah ini tersusun dalam tandan
dengan kelompok-kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Hampir semua

39

buah pisang memiliki warna kulit kuning ketika matang. Buah pisang termasuk
buah klimakterik.

METODOLOGI KERJA
Tempat Percobaan
Praktikum dilaksanakan pada hari selasa, pukul 07-11.00 tempat percobaan
Laboratoriu CA BIO 1.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah buah pisang,
buah mangga,spray, dan perlakuannya adalah kontrol, etilen 2cc, etilen 5cc, dan
etilen dari buah matang dan belum matang.
Metode Kerja

Siapkan alat dan bahan


Siapkan buah yang akan di semprot oleh spray yang
berisiair 500 mlsebagai kontrol dengan 2 ulangan
Siapkan buah yang di semprot dengan larutan etilen 1 ppm dan
2 ppm pada 500 ml dengan dua ulangan
Simpan pada suhu kondisi kamar
Melakukan pengamatan setiap hari dengan menggunakan skor nilai
antara lain:
Skor warna kulit
1 = Hijau 2 = Hijjaukekuningan 3 = Kuning 4 = Kuning tua
Skor kekerasan
1 = Keras 2 = Agakkeras

3 = Kuning

4 = Sangat lembek/busuk

Warna daging buah


1 = Putih pucat

2 = Putih kekuningan 3 = Kuning

4 = Kuning lembek

Rasa tingkat kemasakan


1 = Sepat/ bergetah 2 = Agak manis 3 = Manis 4 = Manis agak pahit

41

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tabel 1 Hasil Pengamatan Pisang h-1

Parameter

Kelompok

Warna Kulit

1
2
3
4
5
6

Rata Rata
Warna
Daging Buah

1
2
3
4
5
6

Rata Rata
Tingkat
Kekerasan

1
2
3
4
5
6

Rata Rata

Rasa Buah

Rata Rata

1
2
3
4
5
6

Kontrol
2
3
2
1
3
1
2
2
2
3
2
0
2
1.83
2
2
2
1
1
2
1.67
2
2
1
1
0
2
1.33

Etilen 2 cc
2
3
2
1
3
1
2
2
2
0
2
0
2
1.33
2
2
2
1
2
0
1.50
2
2
0
1
0
0
0.83

Perlakuan
Etilen 5 cc
2
3
2
1
1
1
1.67
2
2
0
2
0
2
1.33
2
2
2
1
1
0
1.33
2
2
0
1
0
0
0.83

Etilen Alami
2
3
2
1
3
1
2
2
2
0
2
0
2
1.33
2
2
2
1
1
0
1.33
2
2
0
1
0
0
0.83

42

Tabel 2 Hasil Pengamatan Pisang h-2

Parameter

Kelompok

Warna Kulit

1
2
3
4
5
6

Rata Rata
Warna
Daging
Buah

1
2
3
4
5
6

Rata Rata

Tingkat
Kekerasan

1
2
3
4
5
6

Rata Rata

Rasa Buah

Rata Rata

1
2
3
4
5
6

Kontrol
3
3
2
1
3
2
2.33
2
0
0
0
0
0
0.33
2
3
2
0
2
0
1.50
2
0
0
0
0
0
0.33

Perlakuan
Etilen 2 cc Etilen 5 cc
3
3
3
3
3
3
1
1
3
2
0
0
2.17
2.00
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.00
0.00
0
0
2
2
2
2
0
0
2
1
0
0
1.00
0.83
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.00
0.00

Etilen Alami
3
3
2
1
3
2
2.33
0
0
0
0
0
0
0.00
0
3
2
0
3
0
1.33
0
0
0
0
0
0
0.00

43

Tabel 3Hasil Pengamatan Pisang h-3

Parameter

Kelompok

Warna Kulit

1
2
3
4
5
6

Rata Rata
Warna
Daging
Buah

1
2
3
4
5
6

Rata Rata

Tingkat
Kekerasan

1
2
3
4
5
6

Rata Rata

Rasa Buah

Rata Rata

1
2
3
4
5
6

Kontrol
3
3
3
1
3
3
2.67
0
0
0
0
0
0
0
0
3
3
0
3
0
1.50
0
0
0
0
0
0
0

Perlakuan
Etilen 2 cc Etilen 5 cc
3
3
3
3
3
4
2
2
3
3
0
0
2.33
2.50
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
3
3
3
0
0
3
3
0
0
1.50
1.50
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Etilen Alami
3
3
3
2
3
2
2.67
0
0
0
0
0
0
0
0
3
3
0
3
0
1.50
0
0
0
0
0
0
0

44

Tabel 4 Hasil Pengamatan Pisang h-4

Parameter

Kelompok

Warna Kulit

1
2
3
4
5
6

Rata Rata
Warna
Daging
Buah

1
2
3
4
5
6

Rata Rata

Tingkat
Kekerasan

1
2
3
4
5
6

Rata Rata

Rasa Buah

Rata Rata

1
2
3
4
5
6

Kontrol
3
3
3
2
3
4
3.00
0
0
0
0
0
0
0
0
4
3
0
3
0
1.67
0
0
0
0
0
2
0.33

Perlakuan
Etilen 2 cc Etilen 5 cc
3
3
3
3
4
4
2
2
3
4
0
0
2.50
2.67
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
3
3
3
0
0
2
4
0
0
1.33
1.67
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.00
0.00

Etilen Alami
3
3
3
2
3
0
2.33
0
0
0
0
0
0
0
0
4
3
0
2
0
1.50
0
0
0
0
0
0
0.00

45

Tabel 5 Hasil Pengamatan Pisang h-5

Parameter

Kelompok

Warna Kulit

1
2
3
4
5
6

Rata Rata
Warna
Daging
Buah

1
2
3
4
5
6

Rata Rata

Tingkat
Kekerasan

1
2
3
4
5
6

Rata Rata

Rasa Buah

Rata Rata

1
2
3
4
5
6

Kontrol
4
3
4
2
3
4
3.33
4
4
3
3
2
4
3.33
3
4
3
3
4
4
3.50
3
3
4
2
3
4
3.17

Perlakuan
Etilen 2 cc Etilen 5 cc
3
3
3
3
4
4
3
3
3
4
4
4
3.33
3.50
3
3
4
4
3
3
3
3
3
4
4
2
3.33
3.17
3
3
3
4
4
4
2
4
3
3
3
3
3.00
3.50
3
3
3
3
3
3
2
2
3
2
3
4
2.83
2.83

Etilen Alami
3
3
4
2
3
3
3.00
3
4
3
3
4
2
3.17
3
4
4
3
4
2
3.33
3
3
3
2
3
3
2.83

46

Tabel 6 Hasil Pengamatan Mangga h-1

Parameter

Kelompok

Warna Kulit

1
2
3
4
5
6

Rata Rata
Warna
Daging
Buah

1
2
3
4
5
6

Rata Rata

Tingkat
Kekerasan

1
2
3
4
5
6

Rata Rata

Rasa Buah

Rata Rata

1
2
3
4
5
6

Kontrol
1
1
1
1
1
1
1.00
1
1
2
2
0
2
1.33
1
1
1
1
1
1
1.00
1
1
1
1
0
1
0.83

Perlakuan
Etilen 2 cc Etilen 5 cc
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1.17
1.00
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0.67
0.67
1
1
1
1
1
1
0
0
2
1
1
1
1.00
0.83
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0.50
0.50

Etilen Alami
1
1
2
1
1
1
1.17
1
1
0
0
0
2
0.67
1
1
1
0
1
1
0.83
1
1
0
0
0
1
0.50

47

Tabel 7 Hasil Pengamatan Mangga h-2

Parameter

Kelompok

Warna Kulit

1
2
3
4
5
6

Rata Rata
Warna
Daging
Buah

1
2
3
4
5
6

Rata Rata

Tingkat
Kekerasan

1
2
3
4
5
6

Rata Rata

Rasa Buah

Rata Rata

1
2
3
4
5
6

Kontrol
1
1
1
3
1
1
1.33
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
2
0
0.67
0
0
0
0
0
0
0

Perlakuan
Etilen 2 cc Etilen 5 cc
1
1
1
1
2
2
3
3
1
1
1
1
1.50
1.50
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
3
3
0
0
1
2
0
0
0.83
1.00
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Etilen Alami
1
1
2
3
1
1
1.50
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0.50
0
0
0
0
0
0
0

48

Tabel 8 Hasil Pengamatan Mangga h-3

Parameter

Kelompok

Warna Kulit

1
2
3
4
5
6

Rata Rata
Warna
Daging
Buah

1
2
3
4
5
6

Rata Rata

Tingkat
Kekerasan

1
2
3
4
5
6

Rata Rata

Rasa Buah

Rata Rata

1
2
3
4
5
6

Kontrol
1
1
2
1
2
1
1.33
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
2
0
0.83
0
0
0
0
0
0
0

Perlakuan
Etilen 2 cc Etilen 5 cc
1
1
1
1
3
3
2
2
1
1
2
2
1.67
1.67
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
3
3
0
0
1
3
0
0
1.00
1.33
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Etilen Alami
1
1
2
2
1
1
1.33
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0.50
0
0
0
0
0
0
0

49

Tabel 9 Hasil Pengamatan Mangga h-4

Parameter

Kelompok

Warna Kulit

1
2
3
4
5
6

Rata Rata
Warna
Daging
Buah

1
2
3
4
5
6

Rata Rata

Tingkat
Kekerasan

1
2
3
4
5
6

Rata Rata

Rasa Buah

Rata Rata

1
2
3
4
5
6

Kontrol
1
2
2
2
2
1
1.67
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
0
3
0
1.17
0
0
0
0
0
0
0

Perlakuan
Etilen 2 cc Etilen 5 cc
1
1
2
1
3
3
2
2
2
2
2
2
2.00
1.83
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
3
3
3
0
0
2
4
0
0
1.17
1.67
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Etilen Alami
1
1
3
2
1
2
1.67
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1
0
2
0
0.83
0
0
0
0
0
0
0

50

Tabel 10 Hasil Pengamatan Mangga h-5

Parameter

Kelompok

Warna Kulit

1
2
3
4
5
6

Rata Rata
Warna
Daging
Buah

1
2
3
4
5
6

Rata Rata

Tingkat
Kekerasan

1
2
3
4
5
6

Rata Rata

Rasa Buah

Rata Rata

1
2
3
4
5
6

Kontrol
1
2
2
2
2
1
1.67
3
4
3
2
2
2.80
2
3
2
3
3
1
2.33
1
2
1
2
4
1
1.83

Perlakuan
Etilen 2 cc Etilen 5 cc
1
1
2
2
3
4
3
3
2
2
2
2
2.17
2.33
3,5
4
4
4
3
4
3
3
4
4
3
3
3.42
3.67
3
3
3
4
4
4
2
4
3
4
3
3
3.00
3.67
1
1
3
4
4
4
2
2
2
2
1
1
2.17
2.33

Etilen Alami
1
1
2
2
1
1
1.33
3
2
4
3
3
2
2.83
2
2
1
3
2
2
2.00
2
1
2
2
2
2
1.83

Pembahasan
Pada praktikum ini, sampel yang digunakan adalah buah pisang, dan mangga.
Pisang dan mangga merupakan jenis buah klimakterik. Perlakuan yang di lakukan

51

adalah kontrol, etilen 2cc/l 2 ml etephon/100 ml aquades, etilen 5cc/l 5 ml


etephon/100 ml aquades, dan etilen dari buah matang dan yang belum matang.
Berdasarkan pengamatan buah buahan tidak semua sama ini dikarenakan
adanya kekeliruan yang didapat saat pengamatan atau dalam melakukan penyimpanan
pada suhu kondisi kamar dan lingkungan yang berbeda-beda.Berdasarkan data yang
diperoleh, puncak peningkatan karbondioksida yang tinggi adalah pada buah pisang,
dan mangga dengan perlakuan memakai etilen 5cc. Berdasarkan data kelas yang
diperoleh, semua buah-buahan memiliki bentuk kurva yang hampir sama yaitu
menyerupai kurva klimakterik. Pada buah-buahan yang tergolong klimaterik, proses
respirasi yang terjadi selama pematangan mempunyai pola yang sama yaitu
menunjukkan peningkatan karbondioksida yang mendadak. Perbedaan yang terjadi
dalam kurva yang dihasilkan dengan kurva klimaterik yang sebenarnya disebabkan
karena beberapa hal diantaranya kurang mendukungnya kondisi lingkungan atau suhu
kamar maupun larutan yang digunakan. Selain itu juga karena adanya kesalahan dari
praktikan dalam melakukan proses praktikum seperti kurang mahirnya praktikan
dalam melakukan titrasi. Oleh karena itu, ketelitian dan keterampilan dalam
melaksanakan praktikum sangat diperlukan untuk menghasilkan data yang akurat dan
bagus. Perbedaan yang terjadi juga disebabkan karena waktu inkubasi yang terlalu
lama untuk setiap perlakuan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan:
a.Etilen kosentrasi tinggi lebih cepat dalam pemantangan buah dari pada alami.
b.Dalam melakukan percobaan uji kemasan buah harus melihat kondisi lingkungan.

Saran
Saran yang kelompok kami tujukan adalah untuk:
Pembaca
Setelah pembaca membaca makalah yang berjudul Etilen (definisi, manfaat dan
peranannya dalam kehidupan sehari- hari) diharapkan dapat menambah khasanah
pengetahuan pembaca.Sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan seharihari.
Pengelola pemuliaan tanaman/hobbies tanaman
Dengan adanya makalah tersebut diharapkan para pengelola tanaman maupun
hobbies tanaman untuk meningkatkan kualitas tanaman yang telah dikelolanya lebih
utamanya dari aspek hasil tanaman yang berupa buah.

52

DAFTAR PUSTAKA
Suhaidi, 2003. Pengaruh pencelupan Banlate dan lapisan lilin terhadap mutu buah
pisang selama penyimpanan.
Sinay, H. 2008. Kontrol Pemasakan Buah Menggunakan Antisesne, UGM Press.
Yogyakarta.
Winarno FG, Aman M. 1979. Fisiologi lepas panen. Bogor : Sastra Hudaya. Jakarta.
Winarno F,G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Aman, M. 1989. Fisiologi Pasca Panen. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Pantastico, 1989. Dasar-Dasar Memilih Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Anonim, 2008. CIE Lab Color Scale Vol 8. No. 7.http://www. Hunterlab.com.
Dasar- Dasar Tentang Pengetahuan Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa.Bandung.
Hadiwiyoto, S. Dan Soehardi. Penanganan lepas panen. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

53

Lampiran
Hari ke 1

Pisang Etilen Alami

Potongan pisang

Hari ke 1

Hari ke 1

Mangga Etilen 2cc

Mangga Etilen 5cc

Hari ke 5

Hari ke 5

Potongan ManggaPotongan Mangga

hari ke 1

Mangga Etil

54

INISIASI PEMBENTUKAN AKAR

PENDAHULUAN
Auksin berasal dari bahasa Yunani Auxano yang berarti tumbuh atau
bertambah. Auksin merupakan golongan dari substansi permacu pertumbuhan
tanaman dan morfogen (fitohormon) yang paling awal ditemukan. Salah satu anggota
dari auksin yang paling dikenal adalah IAA. Suatu system sel tumbuhan memerlukan
auksin untuk pertumbuhan, pembagian tugas (divisi,) maupun ekspansi selular.
Fungsi auksin tergantung pada jaringan yang spesifik; seperti pada batang, akar, dan
buah. Auksin dapat memacu pemanjangan apical batang, ekspansi lateral rambut akar,
atau ekspansi isodiametrik dalam pertumbuhan buah. Beberapa kasus (pertumbuhan
koleoptil), auksin memacu ekspansi selular tanpa adanya pembagian divisi dalam sel
tersebut. Kasus lainnya, auksin dapat mendorong pembagian divisi dan ekspansi sel
dalam jaringan yang sama seperti inisiasi akar.
Inisiasi merupakan salah satu aspek dari tumbuh pada tanaman dengan
menghasilkan bagian-bagian atau organ baru. Kenaikan jumlah akar merupakan salah
satu dari ciri pertumbuhan atau inisiasi tersebut. Rambut akar dapat tumbuh dari akar
utama (akar lateral) maupun berasal dari jaringan batang tumbuhan ( akar adventif),
yang dapat dipacu dengan pemberian golongan hormon auksin dalam jumlah tertentu.
Daerah tergenerasi akar terletak pada absisat batang yang dipotong mengikuti
perpindahan polar auksin menuju proses akhir fisiologi, yang letaknya lebih dekat
pada ujung tanaman ( Mukherji and Ghosh, 2000 ). Tujuan dari praktikum ini adalah
merangsang pembentukan akar pada stek batang dan stek daun pada coleus dengan
auksin.

TINJAUAN PUSTAKA
Auksin adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung
meristem apikal (ujung akar dan batang). F.W. Went (1928) pertama kali menemukan
auksin pada ujung koleoptil kecambah gandum Avena sativa. Istilah auksin pertama
kali digunakan oleh Frits Went yang menemukan bahwa suatu senyawa menyebabkan
pembengkokan koleoptil ke arah cahaya. Pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat
terpacunya pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli potongan agar yang
mengandung auksin. Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol
asetat (IAA). Selain IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap
sebagai hormon auksin, yaitu 4-kloro indolasetat (4 kloro IAA) yang ditemukan pada
biji muda jenis kacang-kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang ditemui pada banyak
jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan
berbagai jenis tumbuhan dikotil. Auksin berperan dalam berbagai macam kegiatan
tumbuhan di antaranya adalah perkembangan buah, dominansi apikal (pertumbuhan

55

ujung pucuk suatu tumbuhan yang menghambat perkembangan kuncup lateral di


batang sebelah bawah), Absisi dan Pembentukan akar adventif (Dwidjoseputro,
1992).
Kejadian di dalam alam stimulasi auxin pada pertumbuhan celeoptile ataupun
pucuk suatu tanaman, merupakan suatu hal yang dapat dibuktikan. Praktek yang
mudah dalam pembuktian kebenaran diatas dapat dilakukan dengan Bioassay method
yaitu dengan the straight growth tets dan curvature Menurut Larsen (1944),
Indoleacetaldehyde. Diidentifikasikan test sebagai bahan auxin yang aktif dalam
tanaman, selanjutnya ia mengemukakan bahwa zat kimia tersebut aktif dalam
menstimulasi pertumbuhan kemudian berubah menjadi IAA. Perubahan tersebut
menurut Gordon (1956) adalah perubahan dari Trypthopan menjadi IAA Tryptamine
sebagai salah satu zat organik, merupakan salah satu zat yang terbentuk dalam
biosintesis IAA. Dalam hal ini perlu dikemukakan dalam tanaman fanili Cruciferae
dan merupakan zat yang dapat dikelompokan ke dalam auxin (Jones et al,
1952). Menurut Thimann dan Mahadevan (1958), zat tersebut atas bantuan enzym
nitrilase dapat membentuk auxin. Ahli lainnya (Cmelin dan Virtanen, 1961)
menerangkan bahwa Indoleacetonitrile yang terdapat pada tanaman, terbentuk dari
Glucobrassicin atas aktivitas enzym Myrosinase. Dan zat organik lain (Indoleethanol)
yang terbentuk dari Trypthopan dalam biosin. Thesis IAA adalah atas bantua bakteri
(Rayle dan Purves, 1976). Hasil penelitian terhadap metabolisme auxin menunjukan
bahwa konsentrasi auxin di dalam tanaman mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi IAA ini adalah Sintesis Auxin,
Pemecahan Auxin dan In-aktifnya IAA sebagai akibat proses pemecahan molekul.
Auxin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi tanaman mempunyai peranan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Heddy, 1989).
Adapun peranan auksin adalah (Tjitrosoemo, 1994).
1. Pengembangan Sel
Adanya pertumbuhan yg cepat, meningkatkan permeabilitas sel (kehadiran
auksin meningkatkan masuknya difusi air), fase pertumbuhan ada dua yaitu fase
pembelahan dan vase pelebaran (ada pada fase vakualisasi. Pada fase pelebran sel
selain mengalami keregangan juga mengalami penebalan dalam pembentukkan
material-amaterial dd sel baru, auksin menghalangi ion Ca2+ dalam pengerasan dd
sel/ pektinase, sehingga dinding sel menjadi lunak.
2. Fototropisme
Sel yang tidak tersinari kandungan auksinnya lebih tinggi, maka akan terjadi
pembengkokan menuju arah sinar. apabila bag koleoptil disinari.
3. Geotropisme,
Transportasi auksin kearah bawah akibat pengaruh geotropisme., tan yag
diletakkkan mendatar, bag bawahnya mengandung auksin lebih tinggi.
4. Apical dominant
Apabila pucuk daun dibuang, maka akan mendoron pertumbuhan tunas
laterall/samping
5. Perpanjangan akar

56

Apabila akar di bang tidak akan mempengaruhi pertumbuhan akar. Pemberian


auksin yang tinggi akan menghambat pemanjangan akar, tetapi meningkatkan jumlah
akar.
6. Pertumbuhan batang (stem growth)
Bila ujung koleoptil di buang, opertumbuhan berhenti, kandungan auksin
tertinggi di pucuk.
7. Partenocarpy (pembnetukan buah tanpa biji)
Pertumbuhan ddg ovary dapat dirangsang dengan adanya auksin
8. Pertumbuhan buah
Pemberian auksin dapat memperbesar ukuran buah, pertumbuahan buah bisa
lebih cepat.
Cara kerja hormon Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel dan juga
memacu protein tertentu yg ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa
ion H+ ke dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim ter-tentu sehingga memutuskan
beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel
tumbuhan kemudian memanjang akibat air yg masuk secara osmosis (Wattimena,
1987).
Auksin merupakan salah satu hormon tanaman yang dapat meregulasi banyak
proses fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel serta sintesa
protein (Wattimena, 1987).
Asam indol-3 asetat (IAA) diidentifikasi tahun 1934 sebagai senyawa alami
yang menunjukkan aktivitas auksin yang mendorong pembentukan akar adventif.
IAA sintetik juga telah terbukti mendorong pertumbuhan akar adventif. Pada era yang
sama juga ditemukan asam indol butirat (IBA) dan asam naptalen asetat (NAA) yang
mempunyai efek sama dengan IAA. Dan skarang sesungguhnya, hal itu ditunjukkan
bahwa inisiasi sel untuk mmbentuk akar tergantung dari kandungan auksin (Anonim,
2008). Pembentukan inisiasi akar dalam batang terbukti tergantung pada tersedianya
aiksin di dalam tanaman ditambah pemacu auksin (Rooting Co-factors) yang secara
bersama-sama mengatur sintesis RNA untuk membentuk primordia akar.

57

METODOLOGI KERJA
Tempat dan Waktu
Praktikum dilaksanakan pada hari selasa tanggal 13 Oktober 2015 di
laboratorium CA BIO 1 Cilibende IPB pada pukul 07.00-11.00 WIB.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman Coleus
sp,air,wadah plastic mika,pissau cutter,arang sekam,gelas plastic,oasis,rootone f
Metode kerja
Larutkan bubuk rootone-F dalam air sehingga menjadi bentuk
pasta.

Pilih 4 batang Coleus masing-masing dipotong 3


bangian,pucuk,tengan dan pangkal sebagai bahan
stek.

Oleska 6 stek dari batang yang sama dengan pasta


Rootone-F selama beberapa menit ,untuk 6 stek dari
batang lainnya tanpa diolesi Rootone-F.

Bahan stek selanjutnya ditanam di media oasis dan


arang sekan

Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali.

58

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Tabel 1 Data Kelas Waktu Muncul Akar pada Induksi Pembentukan Akar Tanaman
Coleus sp.
Jenis
Media

Perlakuan

Tanpa
Rootone-F
Oasis
Rootone-f

Arang
sekam

Tanpa
Rootone-f

Rootone-f

Bagian
Tanaman

Waktu Muncul Akar

Pucuk

1 MST
2 MST
3 MST
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
- - - - - - - - - -

Tengah

- - - -

Bawah
Pucuk
Tengah
Bawah
Pucuk
Tengah
Bawah
Pucuk
Tengah
Bawah

59

Rata-rata Kelas Jumlah Akar Coleus sp.


18
16
14
12
10
8 7
6 5
4 4.3
2
0

16
9.2
6.7
3.3

9.7
5.8

11.7
8.3
6.3

Pucuk
Tengah
Bawah

Grafik 1 Ratarata Kelas Jumlah Akar Coleus sp.

Rata-rata Kelas Panjang Akar Coleus sp.


12

11.4
10.3

10

8.5

Pucuk
Tengah

5.8
5.35.4

4 3.8
3.5
2 2

Bawah

3.4

1.3
1.2

0
Oasis Tanpa Rootone-F

Grafik 2 Rata-rata Kelas Panjang Akar Coleus sp.

60

Pembahasan
Pada pengamatan inisiasi pembentukakar dengan menggunakan tanaman coleus
membuktikan bahwa tanaman mampu melakukan inisiasi atau pertumbuhan.Pada
percobaan inisiasi pembentukan akar yang diamati adalah kapan muncul akar,jumlah
akar dan panjang akar.Kami membandingkan percobaan ini dengan menggunakan 2
media tanam yaitu,media akarang sekan dan media oasis.
Pada media akarang sekam memiliki tingkat panjang akar dan jumlah akar
yang tinggi,sedangkan media oasis memiliki tingkat panjang akar dan jumlah akar
yang rendah.Hal ini disebabkan karena media oasis lebih padat dibandingkan dengan
media akarang sekam.Kepadatan pada media dapat akan mempengaruhi pertumbuhan
akar karena media padat susah untuk menyerap air,untuk akarang sekam tingkat
kepadatannya sangat rendah di bandingkan dengan oasis.Arang sekam memiliki
kepadatan yang rendah sehingga permbentukan akarnya tinggi,karena mudah
menyerap air.
Pengamatan pada perlakuan dengan menggunakan rootone -f dan tanpa
menggunakan rootone-f terlihat bahwa perlakuan dengan menggunakan rotone- f
yang lebih baik.Hal ini disebabkan karena penggunaanrootone-f pada tanaman coleus
sangat berpengaruh.Berpengaruhnya penggunaan rootone-f ini memicu pertumbuhan
akar.
Pada bagian tanaman yang digunakan untuk inisiasi akar tanaman coleus,bagian
pucuk tanaman memiliki tingkat perkembangan jumlah akar dan panjang akar yang
tinggi dibandingkan dengan menggunakan bagian bawah dan tengah tanaman. Hal ini
disebabkan karena sel-sel meristem pada bagian pucuk masih aktif membelah.
Pembelahan sel meristem pada tanaman tersebut memicu pertumbuhan akar.
Waktu muncul akar pada induksi pembentukan akar tanaman coleus pada
masing-masing perlakuan sama. Waktu muncul akar dengan menggunakan media
oasis dengan perlakuan tanpa rootone-f dan pemberian rootone-f pada bagian
pucuk,tengah,dan bawah tanaman sama,yaitu muncul pada waktu 2 MST. Pada
perlakuan media arang sekam dengan perlakuan tanpa rootone-f dan pemberian
rootone-f pada bagian pucuk,tengah dan bawah tanaman juga sama, yaitu muncul
pada waktu 2 MST.
Dengan adanya pertumbuhan jumlah akar dan panjang akar pada induksi
pembentukan akar diatas membuktikan pernyataan dari Mukherii dan Ghost (2000)
yaitu inisiasi merupakan salah satu aspek dari tubuh pada tanaman dengan
menghasilkan bagian-bagian atau organ baru.
Dari grafik pengamatan berbagai jenis perlakuan diatas, perlakuan yang terbaik
yaitu perlakuan dengan menggunakan media arangsekam dengan pemberian rootonef pada bagian pucuk tanaman dengan tingkat pekembangan jumlah akar dan panjang
akar yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

61

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Perlakuan yang terbaik ditunjukan pada tanaman yang diberi rootone-f pada
media arang sekan.
Bagian tanaman yang mudah terinduksi adalah pucuk karena memiliki
kandungan auksin yang banyak.
Akar yang tumbuh paling panjang adalah akar yang di tanam pada media
arang sekam

Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya tanaman selalu dipelihara
agar tanaman tidak kekeringan dan menjadi mati.

DAFTAR PUSTAKA
Dwidjosepoetro. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia.
Lakitan, B. 1994. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Mukherji, S and Ghosh., 2002. Plant Physiology. New Delhi: Tata Mc. Graw Hill
Publishing Company Limite.

62

LAMPIRAN

Tanpa Rootone-f media oasis

Rootone-f media oasis

Tanpa rootone media arang sekam

Rootone-f mmedia arang sekam

63

LAJU FOTOSINTESIS PADA BERBAGAI GELOMBANG


CAHAYA

PENDAHULUAN

Banyak proses yang berlangsung dalam daun, tetapi yang menjadi pembeda dan
yang terpenting ialah proses pembuatan bahan makanan. Tumbuhan hijau memiliki
kemampuan membuat makanan dari bahan-bahan baku dari tanah dan udara, dan
pada aktifitas inilah bergantung kehidupan tumbuhan dan kehidupan seluruh binatang
dan manusia.
Seluruh benda hidup memerlukan energi tidak saja untuk pertumbuhan dan
reproduksi, tetapi juga untuk mempertahankan kehidupan itu sendiri. Energi ini
berasal dari energi kimiawi dalam makanan yang dikonsumsi, sedangkan makanan itu
asalnya dari proses fotosintesis (Sandara, 2012).
Proses fotosintesis mereaksikan karbondioksida dan air menjadi gula dengan
bantuan energi cahaya matahari dan klorofil. Fotosintesis pada umumnya berlangsung
pada tumbuhan berklorofil pada waktu siang hari. Proses fotosintesis merupakan
rangkaian dari proses penangkapan energi cahaya, aliran elektron dan penggunaan
energi yang dilepaskan oleh elektron untuk menghasilkan zat organic (Pramana,
2011).
Fotosintesis merupakan suatu proses biologi yang kompleks, proses ini
menggunakan energi dan cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan oleh klorofil
yang terdapat dalam kloroplas (Kimball, 2000).
Pada proses fotosintesa, terjadi penangkapan energi cahaya oleh zat hijau daun
untuk pembentukan bahan organik. Fotosintesa hanya terjadi pada tanaman yang
memiliki sel-sel hijau termasuk pada beberapa jenis bakteri (Baharsyah, 1983).
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui Laju Fotosintesis pada
berbagai panjang gelombang cahaya dan mempelajari jenis cahaya dalam proses
fotosintesis.

TINJAUAN PUSTAKA
Proses fotosintesis merupakan kebalikan dari proses respirasi. Proses respirasi
bertujuan memecah gula menjadi karbon dioksida, air, dan energi. Sebaliknya proses
fotosintesis mereaksikan karbondioksida dan air menjadi gula dengan menggunakan
energi cahaya matahari. Fotosintesis pada umumnya berlangsung pada tumbuhan
berklorofil pada waktu siang hari. Proses fotosintesis merupakan rangkaian dari

64

proses penangkapan energi cahaya, aliran elektron dan penggunaan energi yang
dilepaskan oleh elektron untuk menghasilkan zat organik. Fotosintesis dapat terjadi
pada malam hari asalkan ada sumber cahaya misalnya cahaya lampu. Secara singkat
persamaan reaksi fotosintesis yang terjadi di alam dapat dituliskan sebagai berikut
(Pramana, 2011):
cahaya matahari
6CO2 + 12 H2O

C6H12O6 +6 O2 + 6H2O
Klorofil

Pada proses fotosintesa, terjadi penangkapan energi cahaya oleh zat


hijau daun untuk pembentukan bahan organik. Fotosintesa hanya terjadi pada
tanaman yang memiliki sel-sel hijau termasuk pada beberapa jenis
bakteri (Darmawan dan Baharsyah, 1983).
Reaksi fotosintesis terjadi pada membran fotosintesis tumbuhan. Pada
bakteri fotosintesis membran tersebut merupakan lipatan memban sel. Pada
tumbuhan, alga dan protista bersel satu (misalnya euglena), semua reaksi fotosintesis
terjadi dalam organel sel yang disebut kloroplas. Kloroplas mepunyai sistem
membran dalam. Membran ini terorganisasi menjadi kantong pipih berbentuk cakram
yang disebut tilakoid. Tumpukan tilakoid disebut grana. Tiap-tiap tilakoid merupakan
ruang tertutup dan berfungsi sebagai tempat pembentukan ATP. Disekeliling tilakoid
terdapat cairan yang disebut stroma. Stroma mengandung enzim yang berperan dalam
reaksi fotosintesis (Pramana, 2011).
Fotosintesis dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis adalah sebagi berikut (Blogspot,
2011):
1. Konsentrasi karbondioksida di udara, semakin tinggi konsentrasi
karbondioksida di udara, maka laju fotosintesis semakin meningkat.
2. Klorofil, semakin banyak juml;ah klorofil dalam daun maka proses
fotosintesis berlangsung semakin cepat. Pembentukan klorofil memerlukan cahaya
matahari. Kecambah yang ditumbuhkan di tempat gelap tidak dapat membuat klorofil
dengan sempurna. Kecambah ini dikatakan mengalami etiolasi, yaitu tumbuh sangat
cepat (lebih tinggi/panjang dari seharusnya) dan batang dan daunnya tampak
berwarna pucat karena tidak mengandung klorofil. Umur daun juga mempengaruhi
laju fotosintesis. Semakin tu daun, kemampuan berfotosintesis semakin berkurang
karena adanya perombakan klorofil dan berkurangnya fungsi kloroplas.
3. Cahaya, intensitas cahaya yang cukup diperlukan agar fotosintesis
berlangsung dengan efisien.
4. Air, ketersediaan air mempengaruhi laju fotosintesis karena air merupakan
bahan baku dalam proses ini.
5. Suhu, umumnya semakin tinggi suhunya, laju fotosintesis akan meningkat,
demikian juga sebaliknya. Namun bila siuhu terlalu tinggi, fotosintesis akan berhenti
karena enzim-enzim yang berperan dalam fotosintesis rusak. Oleh karen itu tumbuhan
menghendaki suhu optimum (tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi) agar fotosintesis
berjalan secara efisien.

65

Aksi dari cahaya hijau dan kuning yang menyebabkan fotosistem


padatumbuhan tingkat tinggi dan penyerapan panjang gelombang ini oleh
daun sebenarnya relatif tinggi, lebih tinggi dari yang ditampakkan pada spektrum
serapan klorofil dan karotenoid. Tetapi, bukan berarti bahwa ada pigmen lain yang
berperan menyerap cahaya tersebut. Alasan utama mengapa spektrum aksi lebih
tinggi dari spektrum serapan adalah karena cahaya hijau dan kuning yang tidak segera
diserap akan dipantulkan berulang-ulang di dalam sel fotosintetik sampai akhirnya
diserap oleh klorofil dan menyumbangkan energi untuk fotosintesis (Lakitan, 1993).
Didalam kloroplas terkandung beberapa jenis pigmen, yaitu karotenoid.
Krolofil a berperan langsung dalam reaksi terang. Klorofil a mampu menyerap
terutama cahaya merah dan biru ungu. Klorofil a berperan langsung dalam reaksi
terang. Klorofil a terlihat hijau karena memantulkan cahaya hijau. Klorofil b,
menyerap terutama cahaya biru dan oranye dan memantulkan cahaya hijau-kuning
(Pramana, 2011).
Karotenoid, adalah pigmen kuning oranye yang menyerap cahaya biruhijau. Klorofil b dan karotenoid tidak berperan langsung dalam reaksi terang tapi
mereka memperluas kisaran cahaya yang dapat digunakan oleh tumbuhan. Kedua
pigmen ini meneruskan energi cahaya yang mereka serap ke klorofil a, dan kemudian
menyimpan energi untuk kegiatan teaksi terang (Pramana, 2011).
Ketika krolofil menyerap energi foton dari cahaya, elektron pada klorofil
akan terlepas ke orbit luar. Elektron ini akan ditangkap oleh penerima elektron yaitu
plastokuinon. Unit penangkapan elektron ini disebut fotosistem (Pramana, 2011).
Pigmen yang terdapat pada fotosintesis diantaranya (Blogspot, 2011):
1. Pigmen hijau (klorofil), merupakan pigmen utama yang terdapat pada
tumbuhan.
2. Pigmen lainnya seperti antosian (merah) pada bunga dan buah,
fikobilin/fikosianin (biru pada Cyanobacteria), karotan (orange) pada wortel,
fikoeretrin (merah pada Rhophyta), fukoxantin (coklat pada Phaeophhyta), dsb.
Fotosintesis memerlukan cahaya yang umumnya berasal dari cahaya matahari.
Cahaya matahari terdiri dari banyak panjang gelombang yang berbeda-beda. Cahaya
yang berperan untuk fotosintesis adalah cahaya tampak. Gelombang cahaya tampak
yang terpendek adalah cahaya ungu, dan yang terpanjang adalah cahaya
merah.Spektrum cahaya matahari mempunyai panjang gelombang dan pengaruh
terhadap fotosintesis yang berbeda, diantaranya (Blogspot, 2011):
Infra merah, ialah sinar elektromagnet yang panjang gelombangnya lebih daripada
cahaya nampak yaitu di antara 700 nm dan 1 mm. Sinar infra merah merupakan
cahaya yang tidak tampak. Jika dilihat dengan dengan spektroskop cahaya maka
radiasi cahaya infra merah akan nampak pada spektrum elektromagnet dengan
panjang gelombang di atas panjang gelombang cahaya merah. Dengan panjang
gelombang ini maka cahaya infra merah ini akan tidak tampak oleh mata namun
radiasi panas yang ditimbulkannya masih terasa/dideteksi.

66

METODOLOGI KERJA

Tempat dan Waktu


Praktikum laju fotosintesis ini dilakukan di laboratorium CA BIO 1 dan green
house Diploma Institut Pertanian Bogor pada hari Selasa Pukul 07:00 s/d.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum laju fotosintesis adalah polibag 3 buah,
pupuk kandang karyana, arang sekam, tanah, mika plastic, kertas manila hitam, klip
kertas, gelas piala 500 ml, gelas piala 200 ml, pipet tetes, pinset, cawan petri, dan hot
plate. Sedangkan, untuk bahan yang digunakan seperti benih kedelai, daun kedelai
yang telah ditutup mika, alcohol 90%, iodium 10%, dan air.
Metode
a. Perlakuan sebelum dilaksanakan percobaan laju fotosintesis
Tanam benih kedelai 4 butir
per polybag dengan media
tanam arang sekam: pupuk
kandang : tanah = 1 : 1 : 1

Siram dan pupuk tanaman


kedelai hingga memiliki
minimal 5 daun.

Dua minggu sebelum


percobaan, pilih tanaman yang
telah memiliki3 4 daun
trifoliet. tentukan 4 lembar
daun yang akan diberikan
perlakuan.

Letakkan tanaman di daerah yang


mempunyai cahaya penuh dan
biarkan selama 2 minggu.

Tempelkan tiap pasangan plastic


dan kertas tersebut dengan klip
pada setiap daun yang telah
dipilih.

Siapkan tiga pasang potongan plastic


mika masing-masing berwarna biru,
merah, dan bening, serta sepasang
kertas manila hitam dan potong
segiempat berukuran 2,5 cm x 5,0 cm
telah disediakan di laboratorium

67

b. Uji Kandungan Karbohidrat


Pada hari percobaan, ambil daun yang
telah ditempeli potongan plastic dan
kertas yang telah kita lakukan dua
minggu lalu dan dibawa ke
laboratorium. Tidak melepaskan
potongan plastic dari daun sampai
daun dilrebus dalam alcohol. Beri
tanda pada masing-masing daun untuk
mencirikan warna plastic atau kertas
yang ditempel sebelumnya.

Gambar masing-masing daun dibuku


praktikum dan tentukan posisi kertas
dan plastic pembungkus daun

Siapkan alcohol mendidih


dengan cara penempatan gelas
piala ukuran 500 ml yang
telah berisi air 300 ml diatas
pemanas listrik (hot plate).
Dengan hati-hati
menempatkan gelas piala
ukuran 200 ml yang telah
berisi 100 ml alcohol 90%.
Nyalakan pemanas listrik dan
tunggu hingga alcohol
mendidih.(Jangan meletakkan
alcohol langsung diatas
pemanas listrik karena mudah
terbakar.

Bandingkan masing masing daun,


dari hasil pengamatan tentuikan
panjang gelombang mana yang
paling efektif digunakan dalam
fotosintesis.

Amati perubahan warna daun yang


berubah menjadi warna ungu
kehitaman dan gambarlah hasil
pengamatan.

Teteskan beberapa tetes larutan


iodine 10% kedalam cawan petri
yang berisi daun tersebut.

Jika daun telah berwarna putih,


angkat daun dengan hatyi hati
dengan pinset. Letakkan daun
tersebut pada cawan petri yang
berbeda.

Lepaskan plastic atau kertas tersebut


dari masing-masing daun dengan
menggunakan pinset dan masukkan
tiap daun kedalam alcohol yang telah
mendidihuntuk meluruhkan klorofil.

68

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Tabel 1hasil pengujian pati pada fotosintesis
Perlakuan

Merah

Biru

Bening

Hitam

Kelompok

Warna Awal Daun

1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6

Hijau Tua
Hijau
Hijau Tua
Hijau
Hijau Tua
Hijau
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua

Kondisi
Daun
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar

Warna Setelah
Perlakuan
Hijau Muda
Hijau Keemasan
Hijau Muda
Kuning Keemasan
Kuning Keemasan
Hijau keemasan
Hijau Muda Pucat
Hijau Kekuningan
Hijau
Hijau Kekuningan
Hijau Muda/Pucat
Hijau Muda Pucat
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau
Hijau
Hijau Tua
Hijau Kekuningan
Kuning Kecoklatan
kuning Kehijauan
Kuning
Tidak berubah warna
Hijau Kecoklatan

Pembahasan
Proses fotosintesis mereaksikan karbondioksida dan air menjadi gula dengan
bantuan energi cahaya matahari dan klorofil. Fotosintesis pada umumnya berlangsung
pada tumbuhan berklorofil pada waktu siang hari. Proses fotosintesis merupakan

69

rangkaian dari proses penangkapan energi cahaya, aliran elektron dan penggunaan
energi yang dilepaskan oleh elektron untuk menghasilkan zat organic (Pramana,
2011).
Dari hasil pengamatan daun, ada daun yang berwarna hijau muda, hijau
keemasan, hijau muda pucat, hijau muda kekuningan, hijau tua, hijau, kuning
kecoklatan, dan bahkan ada yang tidak berubah warna. Jika diperhatikan, semua daun
tidak ada yang berubah warna menjadi ungu kehitaman yang menunjukkan bahwa
daun menghasilkan karbohidrat. Hal ini di sebabkan bukan karena praktikan salah
melakukan percobaan. Tetapi, karena alkohol dan iodine yang digunakan tidak murni.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Fotosintesis merupakan proses pemanfaatan energy mataharioleh tumbuhan


hijau yang terjadi pada kloroplast.
Fotosintesis mereaksikan karbondioksida dan air menjadi gula dengan
bantuan energy matahari. Hal ini dapat kita ketahui dengan percobaan Laju
Fotosintesis pada berbagai panjang gelombang cahaya dengan ciri daun yang
telah diproses menurut metode percobaan diatas.
Dari hasil pengamatan, daun tidak ada yang berubah warna ungu kehitaman
karena alcohol dan iodine yang digunakan tidak murni.

Saran
Dalam praktikum selanjutnya, diharapkan agar alat dan bahan yang digunakan
lengkap dan benar sehingga pada praktikum selanjutnya berjalan dengan sebagaimana
mestinya dan hasil yang didapat bisa lebih tepat tujuan.

DAFTAR PUSTAKA
Darmawan dan Baharsjah, 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia,
Jakarta.
Lakitan, B., 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kimball, 2000. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan Raja Grafindo Persada, Jakarta.

70

LAMPIRAN

Percobaan daun di lab

Percobaan daun di lab

71

Penempelan mika dan kertas

NUTRISI TANAMAN

PENDAHULUAN
Tumbuhan merupakan salah satu dari klasifikasi makhluk hidup. Tumbuhan
memiliki klorofil atau zat hijau daun yang berfungsi sebagai media penciptaan
makanan dan untuk proses fotosintesis.
Nutrisi tanaman mempelajari tentang unsur hara yang diperlukan oleh
tanaman serta fungsi unsur-unsur tersebut pada kehidupan tanaman. Pertumbuhan
dan mutu tanaman sangat dipengaruhi oleh kadar nutrisi yang tersedia dalam media
tanam dan dapat diserap oleh tanaman. Unsur-unsur yang terdapat dalam tanah cukup
banyak. Seringkali tanah mengandung unsur yang diperlukan maupun yang tidak
diperlukan bagi tanaman. Dalam konsentrasi yang tinggi unsur-unsur tersebut dapat
merusak tanaman. Unsur yang diperlukan dalam jumlah yang banyak seperti

72

nitrogen, fosfor, kalium dan sebagainya biasanya tidak begitu berbahaya bagi
tanaman walaupun dalam jumlah yang berlebihan.
Unsur hara yang ada dalam tanah harus berbeda dalam bentuk tersedia dan
dapat diserap oleh tanaman. Di dalam tanaman , unsur-unsur hara tersebut mengalami
berbagai reaksi atau proses fisiologis, yang mengakibatkan tanaman tumbuh dan
berkembang serta dapat menyelesaikan daur hidupnya. Oleh karena pentingnya aspek
ketersediaan bagi tanaman dan penggunaan unsur hara di dalam tanah dan faktorfaktor yang mempengaruhi ketersediaanya bagi tanaman sangat diperlukan.unsurunsur hara sebagai faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
secara lebih utuh, mulai dari keberadaannyadi dalam tanah sampai dengan
penggunaannya oleh tanaman (Ali 2011).
Tanaman untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik membutuhkan
unsur hara yang selalu tersedia selama siklus hidupnya mulai dari penanaman hingga
panen. Ketersediaan hara dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
pemberian konsentrasi pupuk yang tepat akan mempengaruhi hasil suatu tanaman
upaya-upaya untuk menjaga ketersediaan hara dalam tanah selain pemberian
konsentrasi pupuk dapat juga melalui frekuensi pemberian pupuk, cara pemberian dan
bentuk pupuk digunakan secara tepat.
Tujuan praktikum nutrisi tanaman adalah mempelajari pengaruh komposisi
hara terhadap pertumbuhan caisim dalam kultur air.

TINJAUAN PUSTAKA
Kangung (Ipomoea aquatica) adalah tumbuhan yang termasuk jenis sayursayuran dan ditanam sebagai makanan. Kangkung banyak terdapat di kawasan Asia
dan merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampir dimana-mana terutama di
kawasan berair. Tumbuhan ini berwarna hijau pucat dan menghasilkan bunga
berwarna putih, yang menghasilkan kantung yang mengandung empat biji benih.
Kebutuhan unsur hara pada tanaman sangat berkaitan dengan jenis atau
macam unsur hara. Hal ini sejalan dengan adanya perbedaan karakter dari masingmasing tanaman menyangkut kebutuhannya akan unsur hara tertentu serta perbedaan
karakter dan fungsi dari unsur hara tersebut. kebutuhan tanaman akan unsur hara yang
berbeda sesuai dengan fase-fase pertumbuhan tanaman tersebut, misalnya pada saat
awal pertumbuhan tanaman atau fase vegetatif akan membutuhkan unsur hara yang
berbeda dengan saat tumbuhan mencapai fase generatif. Upaya yang dapat dilakukan
untuk mmemperbaiki kendala tidak tersedianya unsur hara baik makro maupun mikro
pada berbagai jenis tanah yang kurang subur adalah dengan pemberian pupuk.

73

METODOLOGI KERJA

Tempat dan Waktu Percobaan


Tempat praktikum dilakukan di Laboratorium CA BIO 1 pada tanggal 9
November 2015, jam 07.00-11.00.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas plastik, air,
bibit kangkung, pupuk sesuai dengan perlakuan : Growmore (32-10-10) dan
Hyponex (10-45-15).
Metode Kerja
Tiga minggu sebelum praktikum, tanam benih
kangkung pada tray semay dengan media tanam pupuk.
kandang

74

Buat larutan hara 2 gram/liter untuk setiap


komposisi.

Masukan 300 ml larutan hara dalam gelas plastik


lalu aduk sampai rata dan tutup.

Masukan transplant kangkung dalam lubang tutup gelas


sebanyak tiga tanaman pergelas.

Amati peubah pada tanaman kangkung, yaitu :


Jumlah daun,Skor warna daun (hijau tua, hijau, hijau kuning dan
kuning), jumlah akar dan panjang akar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

75

Perlakuan Kontrol
25
20
15
10

Panjang Akar (cm)

Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
kelompok 4
Kelompok 5
kelompok 6

Grafik 1 Pengamatan Panjang Akar Perlakuan Kontrol (Data Kelas)

Perlakuan Growmore
20
15
Panjang Akar (cm)

10
5

Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6

0
Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2

Grafik 2 Pengamatan Panjang Akar Perlakuan Growmore (Data Kelas)

76

Perlakuan Hyponex
25

Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6

20
15
Panjang (cm)

10
5
0
Minggu 0

Minggu1

Minggu 2

Grafik 3 Pengamatan Panjang Akar Perlakuan Hyponex (Data Kelas)

Perlakuan Kontrol
70
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6

60
50
40
Jumlah Akar

30
20
10
0
Minggu 0

Minggu 1

Minggu 2

Grafik 4 Pengamatan Jumlah Akar Perlakuan Kontrol (Data Kelas)

77

Perlakuan Growmore
35
30
25
20
Jumlah akar

15
10

Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6

5
0
Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2

Grafik 5 Pengamatan Jumlah Akar Perlakuan Growmore (Data Kelas)

Perlakuan Hyponex
70
60
50
Jumlah akar

40
30

Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6

20
10
0

Grafik 6 Pengamatan Jumlah Akar Perlakuan Hyponex

78

Jumlah Daun Kontrol


10

Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6

8
6
Jumlah (helai)

4
2
0
Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2

Grafik 7 Pengamatan Jumlah Daun Perlakuan Kontrol (Data Kelas)

Perlakuan Growmore
9
8
7
6
5
Jumlah (lembar)
4
3
2
1
0
Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2

Kelompok 1
kelompok 2
kelompok 3
kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6

Grafik 8 Pengamatan Jumlah Daun Perlakuan Growmore (Data Kelas)

Perlakuan Hyponex
Kelomp ok 1
Kelomp ok 3
Jumlah (helai) Kelomp ok 5

Kelompok 2
Kelompok 4
Kelompok 6

Grafik 9 Pengamatan Jumlah Daun Perlakuan Hyponex (Data Kelas)


Tabel 1 Data Pengamatan Skor Warna Daun

79

Skor Warna Daun


I
II
III
IV
V
VI
Perlakua
0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2
n
MS MS MS MS MS MS MS MS MS MS MS MS MS MS MS MS MS MS
T T T T T T T T T T T T T T T T T T
Kontrol 3 3 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3
Growmo
re
3 3 2 3 3 3 3 - - 2 2 0 2 - - 3 3 4
Hypone
x
3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3

Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data yang menunjukkan
bahwa pada tanaman kangkung yang diberi perlakuan growmore mengalami
penambahan panjang akar, jumlah daun tetapi pada warna daun dan jumlah akar
tetap. Pada kontral mengalami penambahan panjang akar, penurunan jumlah daun,
skor warna tetap jumlah akar tetap. Pada hyponex mengalami pemanjangan akar,
warna daun tetap, jumlah daun menurun dan jumlah akar meningkat. Adanya data
yang tidak sesuai contohnya pada kelompok enam adanya penurunan panjang akar
atau tidak mengalami pertumbuhan akar karena kesalahan dalam pengamatan atau
orang yang mengamati berbeda tiap pengamatan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Percobaan pada tanaman kangkung dari perolehan data hasil menunjukkan
bahwa lebih baik menggunakan hyponex untuk memenuhi dan mempercepat
pertumbuhan tanaman.
Saran:
1. Laboratorium yang digunakan sebaiknya lebih luas lagi.
2. Penyiraman tanaman secara rutin.
3. Orang yang mengamati tetap.

80

DAFTAR PUSTAKA
Munawar Ali. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor : PT Penerbit IPB
Pers.
Priyowidodo T, Risnadi C.2012. Budidaya Kangkung. Jurnal, laporan. alamtani.com.
(diakses tanggal 6 Desember 2015).
Purwaningsih S . 2009. Pengaruh Penambahan Nutrisi Tanaman Terhadap Efektifitas
Fitoremediasi. Jurnal, abstrak. www.jurnal.ugm.ac.id. (Diakses pada tanggal 7
Desember 2015).

81

LAMPIRAN

gambar 1 kangkung kontrol 1 MST

gambar 2 kangkung hyponex 1 MST

gambar 3 kangkung growmore 1 MST

82

gambar 4 jagung 2 MST

gambar 5 jagung hyponex 2 MST

gambar 6 jagung kontrol 2 MST

gambar 7 jagung growmore 2 MST

KURVA SIGMOID

83

PENDAHULUAN

Proses pertumbuhan merupakan hal yang lazim bagi setiap tumbuhan. Proses
pertumbuhan terjadi penambahan volume yang signifikan. Seiring berjalanya waktu
pertumbuhan suatu tanaman terus bertambah. Proses tumbuh sendiri dapat dilihat
pada selang waktu tertentu, setiap pertumbuhan tanaman akan menunjukan suatu
perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva atau diagram pertumbuhan.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman berlangsung secara terus menerus
sepanjang daur hidup, bergantung pada tersedianya meristem, hasil asimilasi, hormon
dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukungnya
Pertumbuhan juga dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam dan faktor
luar. Faktor dalam yang mempengaruhi pertumbuhan adalah ketahanan terhadap
tekanan iklim, tanah dan biologis, laju foto sintesis, respirasi, pembagian hasil
asimilasi dan nitrogen, klorofil, karoten dan kandungan pigmen lainnya, tipe dan
letak meristem, kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan, aktifitas enzim,
pengaruh langsung oleh gen, misalnya heterosis dan epistasis dan diferensiasi. Faktor
luar yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah faktor iklim,edafik dan
biologis. Faktor iklim meliputi cahaya, temperatur, air, panjang hari, angin, dan gas.
Faktor edafik meliputi tekstur, struktur, bahan organik, kapasitas pertukaran kation,
pH, kejenuhan basa, dan ketersediaan nutrisi. Faktor bioloismeliputi gulma, serangga,
organisme penyebab penyakit, nematoda, herbivora, dan mikro organisme tanah.
Adanya faktor pembatas dalam pertumbuhan tanaman berakibat pada terjadinya
pengurangan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman pada umumnya
berkembang pada daerah dengan iklim dan kondisi kesuburan tanah yang berbedabeda, sehingga berbeda pula kebutuhan hara untuk pertumbuhannya dan
toleransinyaterhadap unsur meracun (Ali 2011).
Tujuan melakukan praktikum kurva sigmoid, yaitu mempelajari laju tumbuh
organ vegetatif dan generatif atau bagian-bagian tanaman.
TINJAUAN PUSTAKA
Kedudukan tanaman jagung dalam sistematika tumbuhan adalah kingdom:
Plantae, Kelas: Monocotyledoneae, ordo Poales, famili: Poaceae, genus: Zea,
spesies: Zea mays. Sistem perakaran tanaman jagung meliputi tiga macam akar, akar
seminal, akar koronal dan akar udara. Akar seminal tumbuh pada saat biji
berkecambah yang dicirikan dengan arah pertumbuhan akar ke bawah atau
menembus tanah. Akar koronal muncul dari jaringan batang setelah plumula tumbuh.
Akar udara tumbuh pada buku-buku di atas permukaan tanah yang berfungsi untuk
asimilasi dan mendukung batang terhadap kerebahan. Daun jagung tumbuh disetiap

84

ruas batang. Daunnya berbentuk pipa, serta didukung oleh pelepah daun yang
menyelubungi batang.
Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal. Tiga fase utama
biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linier dan fase penuaan. Pada fase
logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponsionalsejalan dengan waktu (t).
Artinya, laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat
terus. Pada fase linear, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase
penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah
mencapai kematangan dan mulai menua.
Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih
cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila
digambarkan dalam grafik, maka waktu tertentu maka akan berbentuk kurva sigmoid
(bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi
penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan.
Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor
keturunan dan lingkungan.

85

METODOLOGI KERJA
Tempat dan Waktu
Tempat menyiapkan dan menanam jagung dilakukan di Green house Diploma
IPB Gunung Gede pada tanggal 24 November 2015.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih jagung,
polibag, arang sekam, pupuk kandang, air, tanah, pupuk urea, SP 18 dan KCl.
Metode Kerja
Siapkan alat dan bahan yang akan
digunakan.
Menyiapkan media tanam yang dimasukkan ke dalam
polibag yang berisi arang yang sudah dicampur
dengan pupuk kandang dan tanah dengan
perbandingan 1:1:1. Buat sebanyak tiga polibag
Tanam empat benih jagung dalam polibag,
siram secukupnya dengan air dan
dipelihara dalam rumah kaca

Setelah tanaman berkecambah lalu memilih


tanaman yang baik secara fisik dan diberi label

Pengamatan dilakukan setiap minggu terhadap


karakter vegetatif tanaman: mengukur tinggi
tanaman, menghitung jumlah daun, menghitung
panjang dan lebar daun.

Dicatat data dan gambar grafiknya.

Pada minggu ke tiga minggu setelah tanam


dilakukan pemupukan, pemberian pupuk setiap
polibag mendapatkan dosis upuk urea 2 g/polibag,
SP18 1,5 g/polibag dan KCl 1,5 g/polibag.

86

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kurva Tinggi Tanaman


140

Tinggi Tanaman (cm)

120

100

80

60

40

20

0
1

Minggu Setelah Tanam

Grafik 1 Kurva tinggi tanaman

87

Kurva Jumlah Daun (n)


16
14
1

12

10

Tinggi Tanaman (cm)

2
0
1

Minggu Setelah Tanam

Grafik 2 Kurva jumlah daun

Kurva Panjang Daun


90
80
70
60
50
1
2
Panjang Daun (cm) 40

Column1

30
20
10
0
1

Minggu Setelah Tanam

Grafik 3 Kurva panjang daun

88

Kurva Lebar Daun


35
30

25

20

Lebar Daun (cm) 15

10

0
1

Minggu Setelah tanam

Grafik 4Kurva lebar daun

Pembahasan
Dari percobaan yang dilakukan dapat dilihat bahwa tanaman jagung mengalami
perkembangan dan pertumbuhankarena terjadi pertumbuhan akar, batang dan daun.
Ini dapat dilihat dari dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung mulai dari
minggu pertama sampai minggu ke delapan.
Hasil dari percobaan diperoleh parameter tinggi tanaman pada pengamatan
kurva sigmoid mulai dari mulai minggu pertama sampai minggu ke delapan
mengalami fase logaritmik artinya pertumbuhan atau tinggi tanaman bertambah
secara eksposional sejalan dengan waktu, semakin lama tanaman semakin tinggi.
Belum terjadi fase linear dan fase penuaan pada tahap ini. Hal ini terjadi karena
jagung mengalami pertumbuhan. Pada fase pertumbuhan vegetatif ada tiga aspek
penting yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi.
Dari data diperoleh bahwa tinggi tanaman yang tidak selalu sama.
Dari hasil percobaan jumlah daun diperoleh dari minggu pertama hingga
minggu ke delapan. Minggu pertama menunjukkan fase loga ritmik, minggu ke empat

89

sampai minggu delapan kelompok satu diperoleh data sesuai dengan literatur,
kelompok dua, tiga, empat dan lima tidak sesuai dengan literatur.
Dari hasil percobaan panjang daun kelompok satu, lima dan enam mengalami
pertumbuhan dan sesuai dengan literatur, sedangkan kelompok dua mengalami
penurunan pada minggu ke lima, kelompok tiga mengalami penurunan pada minggu
ke empat, kelompok empat mengalami penurunan pada minggu ke delapan artinya
kelompok dua, tiga dan empat tidak sesuai dengan kurva sigmoid.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Pada percobaan tanaman jagung dengan parameter tinggi tanaman pada minggu
pertama sampai minggu ke delapan mengalami fase loga ritmik. Dari percobaan
dengan parameter jumlah daun pada minggu ke empat ada sebagian kelompok yang
mengalami penurunan. Percobaan dengan parameter panjang daun mulai minggu ke
empat mengalami variasi panjangnya ada yang menurun dan ada juga yang tumbuh
dalam seminggu sangat tinggi.
Saran
Sebaiknya pada praktikum ini melakukan perawatan, dan penyiraman tanaman
secara intensif agar diperoleh hasil yang optimal dan dapat sesuai dengan fase-fase
pertumbuhan dan tanaman dilabel agar tidak terjadi pertukaran data.

DAFTAR PUSTAKA
Munawar Ali. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor : PT Penerbit IPB
Pers.
Bangun BA, Melkasari S. 2009. Kurva Sigmoisd. Jurnal, paper, tugas,laporan,
journal.unila.ac.id/index.php/2009/08/laporan-fisiologi-tanaman?m-1.
(Diakses pada tanggal 3 Desember 2015).

90

LAMPIRAN

Tabel 1. Tinggi Tanaman


Tanaman

Tinggi Tanaman (cm)


1

5.35

30.00

44.15

84.80

99.24

113.55

119.10

128.27

2.74

21.24

42.38

66.21

97.35

113.33

113.92

124.83

1.60

7.80

11.00

17.00

20.30

30.63

49.50

55.57

1.26

28.29

44.86

71.67

97.17

114.37

110.79

117.84

6.40

29.50

46.70

62.80

76.50

87.80

103.50

120.10

0.00

13.50

15.76

25.10

45.41

80.00

88.85

103.50

Tabel Jumlah Daun


Tanaman

JumlahDaun (n)
1

1.50

4.25

6.00

7.00

8.00

9.00

11.75

13.50

0.94

3.75

5.69

7.00

7.08

8.13

8.13

7.96

2.00

4.00

5.40

6.63

5.70

5.05

6.50

6.30

1.26

3.79

6.21

6.13

6.88

5.83

6.09

6.25

1.75

4.00

6.50

6.50

7.25

6.50

6.75

6.75

0.00

3.13

3.72

6.33

9.66

7.00

7.50

8.25

Tabel 2 Panjang Daun

91

Tanaman

PanjangDaun (cm)
1

3.8

26.5

37.575

49.425

57.6

61.975

68.45

72.4

0.85

15.03

28.75

73.83

64.44

75.79

80.73

85.42

2.80

11.00

18.00

29.65

40.83

45.00

59.50

53.85

1.26

13.89

18.98

35.24

51.47

62.89

65.43

64.78

4.97

13.80

22.40

33.80

40.85

51.10

59.70

66.60

0.00

1.73

9.90

15.45

25.30

56.08

61.41

72.33

Tabel Lebar Daun


Tanaman

LebarDaun (cm)
1

1.50

1.15

2.70

3.75

4.95

6.00

6.40

6.90

0.76

1.46

2.91

6.20

5.62

6.93

7.36

7.73

1.30

1.50

1.70

2.00

2.38

3.75

5.05

6.30

1.26

2.10

3.33

3.08

3.91

5.50

6.05

5.43

1.40

1.53

1.90

2.50

3.70

4.60

5.80

6.40

0.00

9.60

2.06

2.56

3.54

5.16

5.74

6.63

92

Gambar 1 Jagung 1 MST

Gambar 2. Jagung 2 MST

gambar 3 Jagung 3 MST

gambar 4 Jagung $ MST

gambar 5 Jagung 5 MST

gambar 6.Jagung 6 MST

93

gambar 7 Jagung 7 MST

gambar 8 Jagung 8 MST

Anda mungkin juga menyukai