Anda di halaman 1dari 30

BUDIDAY

A
GAHARU
Oleh :
UHA SUHANA
Penyuluh Kehutanan
BKP5K Kab. Cirebon

MENGAPA PERLU BUDIDAYA


TANAMAN PENGHASIL
GAHARU ???

Melestarikan plasma muftah dan produksi pohon


penghasil gaharu, sebagai HHBK bernilai
ekonomi tinggi
Membangun iklim simbiosis mutualistis dan
saling ketergantungan
antara sumber daya
hutan dengan kehidupan masyarakat
Meningkatkan pendapatan masyarakat dan
devisa negara

APA ITU GAHARU ?

Gaharu merupakan salah satu komoditas hasil


hutan bukan kayu yang mempunyai peran
penting dalam peningkatan devisa negara
Gaharu merupakan kayu resin yang diproduksi
oleh pohon dari genus Aquilaria dan Gyrinops
yang digunakan untuk dupa, bahan parfum
dan bahan obat

MENGENAL BEBERAPA POHON


PENGHASIL GAHARU
1. Aquilaria malacensis lanar

Tinggi pohon bisa mencapai


40 m

Diameter
batang
bisa
mencapai 60 cm

Tempat tumbuh hutan dataran


rendah sampai 750m dpl

Penyebaran di Sumtera Utara,


Bangka, Sumatera Selatan
dan Kalimantan

2. Aquilaria microcarpa bilill

Tinggi
pohon
dapat
mencapai 40 m

Diameter
batang
bisa
mencapai 80 cm

Tempat
tumbuh
sampai
dengan
ketinggian
mencapai 200 m dpl

Penyebaran di Sumatera
selatan, riau dan bangka
belitung

3. Aquilaria beccariana vab


tiegh
Tempat
tumbuh
sampai
dengan 850 m dpl (0-850 m)
Penyebaran banyak terdapat
di Kalimantan dan Sumatera
Selatan

4. Aquilaria filaria merr

Tinggi
pohon
dapat
mencapai 17 m

Diameter batang bisa


mencapai 50 cm

Tumbuh
di
dataran
rendah, di rawa, dengan
ketinggian
sampai
dengan 130 m dpl

Penyebaran
paling
banyak
terdapat
di
Maluku dan Papua

5. Gyyrinops Versteegii
Tinggi
pohon dapat
mencapai 40 m
Diameter batang bisa
mencapai 80 cm
Tempat tumbuh sampai
dengan 750 m dpl
Penyebaran di wilayah
lombok,
flores,
dan
sumbawa

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN


PENGHASIL GAHARU
I. Penyiapan bibit
1.1 Cara generatif
A. Melalui biji buah pohon penghasil
gaharu
B. Mengambil anakan alam / cabutan

Biji disemai melalui bedeng tabur atau langsung


di polybag
Dibuatkan bedeng tabur dan disiapkan polybag
Benih mulai tumbuh dipersemaian setelah
berumur 3 bulan, kecambah benih akan berdaun
3 pasang
Kemudian secara hati-hati dipindahkan ke
kantong plsatik / polybag
Polybag disusun pada bedengan dan diberikan
naungan, setelah daun menghijau secara
bertahap naungan dibuka
Umur bibit di persemaian sekitar 6 8 bulan

1.2 Cara Vegetatif

Dengan cara cangkok cabang, stek pucuk dan


stek batang

Cara vegetatif ini memiliki kelemahan


a.
Perakaran kurang lengkap (tidak ada akar
tunggal) mudah roboh bila tertiup angin kencang
b.
Tanaman kurang tahan menghadapi keadaan
kurang air, karena sifat perakarannya yang
dangkal dan kurang mampu mengambil air
tanah
c.
Sulit menyiapkan bibit dalam jumlah banyak

II. PENANAMAN
2.1 Penyiapan

Sifat fisiologis jenis-jenis pohon penghasil gaharu


yang tidak tahan dengan cahaya sinar matahari
langsung, maka sebaiknya ditanam dengan pola
tumpangsari, tanaman sela, atau tanaman
campuran

Pembersihan lapangan

Pembuatan lobang tanaman ukuran 30x30x40 cm


dengan jarak tanam 3m x 3 m sampai 5 m x 5 m

Masukan pupuk organik minimal 1 kg / lobang


aduk dengan tanah dan biarkan 3-4 minggu

2.2 Penanaman
Waktu penanaman dilaksanakan pada
awal musim penghujan
Bibit
yang siap tanam dilapangan,
berukuran tinggi 30-40 cm
Teknik
penanaman
sama
seperti
menanam biibt tanaman yang lainnya
Dibuatkan naungan individu terutama
pada saat akhir musim penghujan dan
yang dengan pola tanam monokultur

2.3 Pemeliharaan

Tanaman gaharu tidak memerlukan perlakuan khusus,


karena tanaman tersebut merupakan tanaman asli
indonesia yang hidup di hutan alam.

Untuk mengoptimalkan pertumbuhan dapat dilakukan


pemupukan setiap 3 6 bulan sekali

Pupuk yang digunakan pupuk kompos 3 kg /pohon dan


pupuk NPK dengan dosis rendah (5gr / pohon) setelah
tanaman berumur 1 tahun

Tahun berikutnya dosis pemupukan (pupuk kimia)


bertambah disesuaikan dengan besaran batang tanaman

Lakukan penyiangan dan pendangiran sesuai dengan


pertumbuhan gulma

III. PENGENDALIAN HAMA DAN


PENYAKIT
3.1 Hama dan penyakit yang biasa menyerang
Ulat
daun
: - Menyerang
daun
dan
menjadikan
daun
rusak
habis
dimakan ulat, akibat serangan
pohon
meranggas
dan
bisa
menyebabkan kematian
- Serangan terjadi pada musim
pancaroba, peralihan dari musim
kemarau ke musim penghujan dan
sebaliknya

Pengendalian

: - Dengan
menggunakan
bahan
kimia
yaitu
dengan
insektisida kontak / sistemik
ditambah perekat
- Caranya disemprotkan secara
manual
(handsprayer)
atau
dengan prower sprayer
- Dosis insektisida 1 cc / l air

IV. TEKNOLOGI INOKULASI


4.1 Persiapan Inokulasi
Pohon penghasil
gaharu (minimal umur 5
tahun atau berdiameter 20 cm)
Genset miimal 1.000 watt dan bahan bakar
Mata bor listrik diameter 3 mm (dapat
menggunakan jari-jari sepeda motor)
Bor litrik (500 watt)
Alat suntik (dapat menggunakan alat sunting
tinta komputer)
Inokulasi

Alat Suntik

Inokulan

Bor / Pembuat lobang

Genset

4.2 Rancangan Penyuntikan

Tetapkan titik pengeboran pada batang, 30 cm


dari permukaan tanah

Titik pengeboran berikutnya dibuat dengan jarak


20 cm kearah atas sampai dengan batas yang
dikehendaki, misalnya batas bebas cabang

Titik bor menyamping dibuat zigzag dengan


jarak 10 cm

Titik-titik pengeboranm diseluruh batang dapat


dirancang secara kombinasi, seperi pada buir 2
da 3

Penentuan titik bor

Pengeboran

4.3 Pelaksanaan Penyuntikan


Hidupkan genset sebagai sumber listrik
Sebelum digunakan inokulasi diblender terlebih
dahulu (sampaihancur) kemudian maukan
dalam wadah yang seteril
Gunakan alat suntik untuk mengambil
/
menyedot inokulan tersebut yang akan
digunakan dalam proses penyuntikan
Buat lubang-lubang pada pohon penghasil
gaharu dengan alat bor berdiameter 3 mm,
arah lubang dibuat sejajar pohon

Penyuntikan pada pohon budidayaPenyuntikan pada pohon di hutan alam

Pengeboran dengan pola zigzag


Dalamnya pengeboran adalah 1/3 diameter batang
Jarak antar lubang bor pada satu jalur pengeboran
(arah atas bawah) adalah 20 cm
Jarak antar lubang bor pada dua jalur pengeboran
yang berurutan adalah 10 cm (pola zigzag)
Apabila diinginkan pengeboran dapat dilakukan
dari mulai akar sampai cabang pohon
Masukan / suntikan inokulan ke dalam lubanglubang tersebut, untuk tiap lubang 1-2 cc inokulan
Lubang-lubang yang telah di inokulasi fungi tidak
ditutup

4.4 Monitoring pasca penyuntikan

Lakukan pemeriksaan awal (1 bulan setelah


penyuntikan) untuk mengetahui perkembangan
infeksi pembentukan gaharu :

Buat sayatan kulit pada lubang inokulasi (arah


atas bawah) mulut sayatan dibagian bawah

Buka sayatan secara hati-hati bila sekitar


inoklasi berawarna coklat kehitaman, dapat
dipastikan bahwa penularan telah terjadi

Tutupkan kembali sayatan kulit seperti posisi


semula

Warna coklat menandakan


Terjadi penyebaran bakteri

PRODUK HASIL GAHARU

Dupa / hio dan tasbih dari gaharu

Proses pengerikan kayu gaharu

Sabun dan asesoris dari gaharu

Hasil pemanenan

Aneka produk hasil olahan gaharu

GUBAL GAHARU

KLASIFIKASI GAHARU
KEMEDANGAN

ABU GAHARU

KLASIFIKASI DAN KELAS MUTU BAKU GAHARU


No

A
l

2
3

B
l

Warna

Klasifikasi dan Kelas Mutu

GUBAL
Mutu Utama (U) setara dengan Mutu
Super

Aroma

Hitam merata

Tinggi

Kuat

Cukup

Kuat

Sedang

Agak
kuat

Cokelat
kehitaman

Tinggi

Agak
kuat

Hitam coklat
Mutu Pertama (I) setara dengan mutu
AB
Mutu Kedua (II) setara dengan sabah Hitam
kecoklatan
super (SB 1)
KEMEDANGAN
Mutu I, setara TG-A (TG-A = Tanggung A)

Kandungan
Damar
Wangi

KLASIFIKASI DAN KELAS MUTU BAKU GAHARU


2

Mutu II, setara SB1

Cokelat bergaris
hitam

Cukup

Mutu III, setara TAB (TA-B - Tanggung


AB)

Cokelat bergaris
putih

Mutu IV, setara TGC (TG-C = Tanggung


Q
Mutu V, setara Ml
{Ml = Kemedangan T)

Sedang
Cokelat bergaris
putih
Kecoklatan
Sedang
bergaris putih lebar

6
7
C.
1
2
3

Mutu VI, setara M2 {M2 = Kemedangan


Putih keabuan garis
2)
hitam tipis
Mutu VII, setara M3 {M3 = Kemedangan Putih keabuan
3)

ABU
Mutu Utama (U)
Hitam
Mutu Pertama (I)
Cokelat
kehitaman
Mutu Kedua (II)
Putih cokelat atau
kekuningan

Sedang

Agak
kuat
Agak
kuat
Agak
kuat
Kurang
kuat

Kurang

Kurang
kuat

Kurang

Kurang
kuat

Kuat
Sedang

Tinggi
Sedang
Kurang

Kurang
kuat

Anda mungkin juga menyukai