Anda di halaman 1dari 5

Peran Mentor Dalam Proses Percepatan Aktualisasi Nilai-Nilai

Dasar Profesi Aparatur Sipil Negara di BMKG


DR. Hendar Gunawan MSc, Kapusdiklat BMKG.
1. Pendahuluan
Peran Mentor lebih dari orang tua, pelatih, fasilitator, rekan, pengawas, pengendali dalam
proses perubahan menuju kearah reformasi birokrasi yang baik.
Menjadi mentor dalam organisasi pemerintahan masih belum populer. Keberhasilan seorang
mentor adalah ketika orang yang dibimbing dan diarahkan (mentee) bisa mendapatkan
kesuksesan dalam karir dan hidupnya. Keberhasilan mentee adalah keinginan dan tujuan dari
seorang mentor.
Mentoring pada dasarnya adalah salah satu bentuk kaderisasi dua arah yang bisa digunakan
untuk meningkatkan kemampuan seorang kader.Pada kenyataannya, tidak sedikit dari kita yang
merasa kurang percaya diri, dan kemudian merasa bahwa diri kita sebenarnya belum siap
mengemban amanah sebagai seorang mentor. Dalam kenyataannya, tidak akan ada yang
pernah merasa siap 100% untuk menjadi mentor, karena sejatinya menjadi mentor itu sendiri
merupakan suatu proses, dimana kita sebagai mentor juga ikut belajar di dalamnya. Disamping
rasa tidak percaya diri, alasan lain dari tidak siapnya menjadi mentor adalah ketidak pahaman
akan materi/substansi, kemampuan komunikasi yang dirasa terbatas, serta kekhawatiran
seseorang tidak bisa menjadi mentor yang baik (amanah).
Pada dasarnya kekhawatiran tersebut dapat diatasi dengan cara yang cukup sederhana.
Ketidak pahaman akan suatu materi bisa disolusikan dengan membaca buku referensi yang
tepat atau melakukan studi literature untuk menambah wawasan tentang substansi yang akan
menjadi topik mentoring. Selain itu, membaca panduan menjadi mentor, juga memperkaya kita
dengan strategi maupun tips dan trik.
Dalam menjalankan amanahnya, seorang mentor memiliki spektrum peran yang luas. Mentor
haruslah dapat berperan lebih dari orangtua yaitu selalu dapat mendampingi, mengarahkan
cita-cita atau mimpi bagi menteenya. Sebagai pelatih, artinya mampu memberikan latihan dan
bimbingan dalam mengaplikasikan kinerja dan pengembangannya. Sebagai fasilitator lebih dari
guru, mentor haruslah memfasilitasi dalam mengajarkan ilmu yang diperoleh dari pengalaman,
mengajarkan nilai-nilai etika yang berjalan dalam lingkungan kerja. Selain itu, penting bagi
mentor untuk menjadi pendengar yang baik dan pemberi nasehat. Sebagai rekan, mentor
mampu memahami budaya dan karakter menteenya, berkomunikasi secara luwes, mampu
melakukan pendekatan pribadi, serta memberikan petunjuk jalan karirnya. Sebagai pengawas,
mentor memiliki kemampuan untuk membimbing dan mengingatkan ke jalan yang dapat
dipertanggung jawabkan (akuntabel). Dan mentor juga berperan sebagai pengendali dalam
proses perubahan menuju kearah reformatif.

2. Kriteria menjadi mentor yang baik dan Professional


Bagaimana kriteria karakter, sikap dan sifat seseorang sehingga dikatakan sebagai mentor
yang baik? Kriteria Baik dalam hal ini adalah mentor yang amanah, disukai mentee-nya,
ramah, menguasai materi/ substansi, dan bisa membawa suasana mentoring kita menjadi
nyaman dan hidup.
Kriteria untuk menjadi mentor yang baik yaitu :
a. Harus dapat mengapresiasi suatu perbedaan, baik perbedaan visi maupun misinya
termasuk dapat menerima bakat dan kemampuan yang berbeda dan unik dari menteenye.
b. Bersikap terbuka, responsif, menjadi pendengar yang baik dan dapat mengembangkan
keahliannya, adalah sifat-sifat yang menguntungkan bagi seorang mentor.
Biasanya mentor adalah orang yang lebih tua, berpengalaman di bidang tugasnya dan
berpengetahuan luas.
3. Menjadi Diklat Prajabatan Pola Baru
Bagi institusi BMKG, mentoring adalah hal baru, meskipun secara non formal sudah sering
dilaksanakan dilapangan secara naluriah, misalnya mentoring pimpinan dalam rangka
pembinaan seorang atasan terhadap bawahannya. Sayangnya, kegiatan ini belum dilakukan
secara mendalam dan terstruktur sehingga terkesan sekedarnya, tidak kontinyu dan tidak
berkelanjutan.
Dengan adanya pembangunan kapasitas SDM maka sisi pembelajaran memegang peranan
penting, baik melalui aktivitas pembelajaran formal maupun non formal. Secara formal, format
pembelajaran melalui pembimbingan seperti dalam Kegiatan Diklat Kepemimpinan dan
Prajabatan Pola Baru.
Berbagai contoh pada proses formal seorang atasan menjadi mentor yang dipetik dari
pengalaman dalam pelaksanaan Diklat Kepemimpinan Pola Baru tahun 2014. Kegiatan dimulai
diawali dengan kegiatan sosialisasi tentang peran dan esensi seorang mentor, termasuk
kewajiban dan tanggung jawabnya, serta strategi yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan
mentoring, membimbing para peserta Diklat menjadi Pemimpin Perubahan. Dalam pembimbingan
mentee pada masa Laboratorium Kepemimpinan, para mentor berkomunikasi dengan coach yang
berasal dari Pusdiklat untuk bekerjasama mengatasi kendala yang muncul dalam implementasi
proyek perubahan. Komunikasi adalah hal yang paling utama dari proses mentoring, yang
mendukung kesuksesan Proyek Perubahan dan keberhasilan para mentor mengantar mentee-nya
menjadi Pemimpin Perubahan.
Kesan Dra. Evy Lutfiati, SSi, MM Kepala Bidang Informasi Iklim, menyatakan bahwa
Keberhasilan proyek perubahan sangat ditentukan oleh koordinasi antara mentor dan mentee, dari
mulai penentuan area perubahan, topik yang dipilih sampai pada saat implementasi dan pembuatan
laporannya. Penting juga untuk mengatasi kendala komunikasi dengan memaksimalkan penggunaan
teknologi misalnya email sehingga kegiatan tetap bisa berjalan.

Selaras dengan pendapat tersebut, Drs Nurhuda Kepala Stasiun Meteorologi Pangkal Pinang
yang menjadi mentor dari 2 (dua) orang mentee, juga menyatakan bahwa Komunikasi adalah
hal yang paling menentukan kemajuan proyek perubahan. Hubungan harmonis yang terjalin antara
mentor dan mentee adalah kunci suksesnya proyek perubahan. Peran aktif mentor juga mendukung
pelaksanaan/ implementasi proyek perubahan
Siti Zubaidah., SSi, menggaris bawahi pentingnya manajemen waktu yang baik bagi mentor,
Harus dipahami bahwa karena proyek perubahan itu dilaksanakan oleh mentee sambil tetap
menjalankan tugas jabatannya sebagai kasubag, maka tentunya baik mentor maupun mentee
memiliki kesibukan sendiri-sendiri. Sebagai mentor harus dapat membagi waktu, menanyakan
perkembangan implementasi pada menteenya, sambil tetap harus menghargai setiap upaya mentee
dalam mengatur waktunya.
Sedangkan, Edison Kurniawan., SSi., MSi Kepala Stasiun GAW Bukittinggi memiliki strategi
dalam pembimbingan 2 (dua) orang mentee-nya di sela-sela pelaksanaan tugas mentee dalam
jabatannya, yaitu dengan penerapan kontrol yang ketat terhadap jadwal dan milestones yang
telah ditetapkan, Waktu implementasi yang sempit dan kurang dari 2 bulan, maka sebagai mentor
harus disiplin dalam mentepati jadwal. Kemampuan mentee yang berbeda-beda juga harus dipahami
mentor sebagai bagian dari keunikan pribadi mentee. Untuk kelemahan mentee, maka tugas mentor
harus memotivasi, memberikan dorongan dan menumbuhkan kepercayaan, sehingga lambat laun
mentee akan dapat berkembang sesuai yang diharapkan.
Esensi dan tantangan yang dicontohkan pada mentor Diklat Kepemimpinan tentunya berbeda
penerapannya bagi mentor Diklat Prajabatan. Untuk Diklat Prajabatan pola baru, peran
pembimbingan seorang mentor adalah dalam proses aktualisasi nilai-nilai profesionalisme.
Tantangan baru bagi para mentor yaitu mengarahkan peserta DIKLAT Calon Pegawai ASN untuk
menjadi lebih profesional. Profesional diartikan sebagai kemampuan menerapkan kompetensi ke
dalam pelaksanaan tugas dan peran, kemampuan membangun dan mengintegrasikan
pengetahuan dan berbagai ketrampilan, kemampuan membangun sikap dan nilai pribadi yang
positif dan profesional, yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan.
Mentoring Prajabatan Pola Baru adalah bimbingan dan arahan yang dilakukan pada tahap
Aktualisasi Nilai Dasar Profesi. Dalam tahap II ini, peserta dituntut untuk dapat
mengaktualisasikan kompetensinya ditempat tugas atau ditempat magang dengan bimbingan
mentor dan coach. Tahap II dilaksanakan selama 14 hari untuk Calon Pegawai Aparatur Sipil
Negara (CPASN) Golongan I dan II dan 13 hari bagi CPASN Golongan III. Tahap ini dinilai
strategis fungsinya dalam menetapkan hasil belajar pada peserta, karena dalam tahap inilah
peserta berkesempatan untuk memperoleh pengalaman nyata tentang penerapan nilai dasar
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA) dalam bentuk
Sikap dan Perilaku dan Disiplin, dalam Kedudukan dan perannya sebagai anggota ASN dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Apa saja yang dapat dilakukan mentor untuk mengoptimalkan proses pembimbingan bagi
mentee para peserta diklat prajabatan - sehingga tujuan pembelajaran yang berwujud dalam
kompetensi peserta dapat tercapai?
Beberapa peluang yang ditawarkan oleh peran mentor yang akan diulas berikut ini,yang dapat
mempercepat proses aktualisasi nilai-nilai dasar profesi bagi CPASN adalah:

Mentor harus mampu menjadi katalisator, mediator, pemberi solusi, menjadi pathfinder dan
headhunter.
Katalisator berarti seorang mentor dapat meyakinkan mentee akan pentingnya perubahan
menuju yang lebih baik. Di lain pihak, Mentor juga menjadi agen perubahan bagi organisasi
dalam mempercepat proses reformatif.
Orang yang benar-benar sukses dalam membantu untuk menjadi katalisator perubahan tentu
memiliki visi yang jelas, yang memahami bahwa suatu perubahan berkelanjutan itu diperlukan.
Dalam hal ini peserta Diklat dipastikan berada dalam area aktualisasi nilai-nilai dasar
profesinya.
Pemberi solusi atau pemberi alternatif solusi kepada peserta Diklat Prajabatan Pola Baru
dalam mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesinya melalui pembibingan pada tugas dan
fungsinya yang telah ditetapkan dalam Satuan Kinerja Pegawai (SKP) perseorangan dan
penerapannya.
Mentor mengetahui pentingnya hubungan emosional untuk sesuatu, ketika mereka benar-benar
melakukan operasional kinerja di lapangannya. Membantu urun pemikiran atas apa yang harus
dilakukan sehingga mentee dapat menyimpulkan sendiri berdasarkan pengalaman mereka.
Mentor juga menjadi mediator untuk membantu melancarkan proses perubahan. Mengetahui
perannya dalam hubungan sebagai kakak-adik. Berempati dan menciptakan suasana
kekeluargaan. Memberikan solusi yang tepat jika terjadi keraguan dan permasalahan di
lingkungan pekerjaannya. Memiliki karakter, integritas dan kredibilitas selain memiliki
pengalaman dan pengetahuan dalam strategi penyelesaian masalah.
Pathfinder : seorang mentor mampu menunjukkan jalan yang baik untuk masa depan menteenya.
Mampu mengarahkan secara tepat karir mentee dalam lingkup organisasinya. Dalam hal ini
seorang mentor perlu memahami potensi dari peserta mentoring dan memberinya alternatif
pilihan dan rekomendasi terbaik terkait karir mentee nya. Oleh karena itu seorang mentor
diharapkan dapat memiliki karakter pemimpin yang bisa mengarahkan mentee nya.
Head Hunter : Mampu membentuk mentor-mentor baru dengan cara membentuk karakter mentee
dan menginspirasi melalui proses mentoring yang dilakukan, sehingga seorang mentee akan
terasah potensinya untuk dapat menjadi mentor di masa yang akan datang. Para mentee,
dibekali pengembangan karakter dan kepribadian abdi negara sebagai pelayan masyarakat,
ekonomis, efektif dan efisien serta bebas korupsi.
Mentor dalam Prajabatan Pola baru diharuskan memahami materi, memiliki kemampuan
komunikasi yang baik, percaya diri, mampu menganalisis satuan Kinerja pegawai serta
penugasan operasional bagi mentee-nya.
Proses mentoring sangat menentukan keberhasilan dalam percepatan aktualisasi nilai dasar
profesi bagi peserta DIKLAT Prajabatan golongan II dan III. Karena proses pembekalan ilmu,
transfer pengalaman didapat hanya dalam waktu yang pendek (14 hari). Proses mentoring
berjalan dengan baik jika mentor memiliki sejumlah pengalaman yang luas sedangkan peserta

DIKLAT sebagai mentee mampu beradaptasi dengan keadaan lingkungan kerja atau ditempat
magang.

4.

Kesimpulan :

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

Mentor dapat berperan lebih dari orang tua, pelatih, fasilitator, rekan, pengawas,
pengendali dalam proses perubahan menuju kearah reformatif .
Mentor mampu menjadi katalisator, mediator, pemberi solusi serta menjadi pathfinder dan
headhunter.
Seorang Mentor dalam Diklat Prajabatan Pola baru diharuskan memahami materi/
substansi, memiliki kemampuan komunikasi yang baik, percaya diri, mampu menganalisis
Satuan Kinerja pegawai serta penugasan operasional dan mengarahkan mentee-nya untuk
dapat mengaktualisasikan nilai-nilai ANEKA.

5. Daftar Kepustakaan :
1. Peraturan Pemerintah 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai
Negeri Sipil.
2. Peraturan Kepala LAN RI No : 13 tahun 2014 tentang pedoman Penyelenggaraan DIKLAT
PIM IV.
3. Geof Alred dan Bob Garvey,: Mentoring Pocket Book, 3rd Edition, 2013
4. Hendar Gunawan, : Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi sebagai Tantangan DIKLAT
Prajabatan Pola Baru, 2014.
5. Hendar Gunawan, : Peran Pendidikan dan Pelatihan Dalam Membentuk Agen Perubahan di
BMKG, 2014
6. Ridwansyah
Yusuf
Achmad,
2010
:Menjadi
Mentor
Idaman,
ridwansyahyusufachmad.com/2010/07/20/menjadi-mentor-idaman-2/

Anda mungkin juga menyukai