I. PENDAHULUAN
Gangguan mood meliputi sekolompok besar gangguan, demgan mood
patologis serta gangguan yang terkait moodyang mendominasi gambaran
klinisnya. Istilah gangguan mood, yang dalam edisi Diagnostic and Statitiscal
Manual of Mental Disorders (DSM ) sebelumnya dikenal dengan gangguan
afektif, istilah ini mengacu pada keadaan emosi yang menetap bukan hanya
ekspresi eksternal (afektif ) pada keadaan emosional sementara. Gangguan mood
paling baik dianggap sebagai suatu sindrom ( bukannya penyakit yang terpisah,
yang terdiri atas sekolompok tandadan gejala yang bertahan selama berminggu
mimggu hingga berbulan bulan yang menunjukkan penyimangan nyata fungsi
habitual seseorang serta kecenderungan untuk kambuh, sering dalam bentuk
periode atau siklik. Depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai
oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan
berat. 1
II.
DEFNISI
Menurut WHO Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi
manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,
termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri. 2
Maslim berpendapat bahwa depresi adalah suatu kondisi yang dapat
disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergik
neurotransmiter (noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di SSP
CRH, Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut dan
marah berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang merupakan
organ utama pada sistem endokrin dan fungsinya diatur oleh sistem limbik.
Emosi mempengaruhi CRH di PVN, yang menyebabka n peningkatan sekresi
CRH . Pada orang lanjut usia terjadi penurunan produksi hormon estrogen.
Estrogen berfungsi melindungi sistem dopaminergik negrostriatal terhadap
neurotoksin seperti MPTP, 6 OHDA dan methamphetamin. Estrogen bersama
dengan antioksidan juga merusak monoamine oxidase.1,3
Analisis dari sistem anterotemporal paralimbic dan orbitofrontal yang
melibatkan depresi primer atau depresi dapatan. Pencitraan pada pasien dengan
riwayat depresi pada keluarga menunjukkan peningkatan aliran darah otak dan
metabolism amigdala, korteks orbital, thalamus medial dan penurunan aliran
darah otak, dan metabolisme dari dorsomedial atau dorsoanterolateral prefrontal
cortex dan kortex cingulate anterior. Kerusakan dari korteks preforontal akibat
tumor atau stroke atau striatum akibat penyakit degenerative seperti hipertensi
dan Parkinson dihubungkan dengan depresi. Pencitraan fungsional dari
subcortical termasuk korteks anterotemporal dan cingulate anterior dimana
terdapat korelasi dengan depresi pada pasien. Depresi pada pada Parkinson,
hipertensi dan epilepsy terdapat korelasi denagn penurunan metabolisme pada
korteks orbitofrontal dan nucleus caudatus. Metode lain dari penelitian berfokus
pada kemungkinan abnormalitas dalam korteks prafrontal (preforontal cortex),
area dari lobus frontal yang terletak di depan area motorik. Peneliti menemukan
bukti dari aktivitas metabolism yang lebih rendah dan ukuran korteks prefrontal
yang lebih kecil pada diri orang yang secara klinis mengidap depresi bila
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang sehat. Korteks prefrontal terlibat
dalam pengaturan neurotransmiter yang dipercaya terlibat dalam gangguan
mood, termasuk serotonin dan norepinephrine, sehingga tidak mengagetkan bila
bukti menunjukkan ketidakteraturan pada bagian otak ini 3
3. Bila ada gejala penting (misal retardasi psikomotor) yang menyolok, maka
pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh
terhadap episode depresi berat masih dapat dibenarkan.
4. Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas (F.32.2)
tersebut di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi.Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan
pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau
alfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau
kotoran. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
V.
TERAPI
Depresi dapat diobati dan disembuhkan, banyak orang merasa baik kembali
dalam beberapa minggu setelah menjalani pengobatan serius dengan treatmen yang
ditentukan. Ada bebarapa treatmen yang biasanya dilakukan kepada penderita
depresi antara lain :1,6
Terapi Psikofarmakologi, yang dimaksud dengan terapi psikofarmakologi
adalah penangan masalah psychiatry dengan memakai obat obatan.. Obat yang
diberikan berupa : antidepressant (untuk memperbaiki kekurangan zat kimia
tertentu di otak), minor transquilizers (untuk mengurangi rasa takut, cemas dan
gangguan perasaan yang lain) dan stimulan (untuk membantu memperbaiki
ketidakseimbangan zat kimia di otak). Obat yang tersedia dalam penanganan
depresi antara lain adalah golongan Tricyclic Compound ( Amitriptiline,
Imipramine, Clomipramine, Opipramol ), Golongan Tetracyclic Compund
( Maprotilin, Mianserin, Amoxapine ), Golongan Mono-Amine-Oxydase Inhibitor
Reversible, Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor, dan Atypical Antidepresants.
Hipotesis Amin didasarkan pada studi mekanisme kerja berbagai jenis
antidepressant. Trisikilik menyekat transorter amin (yang dikenal sebagai
transporter norepinephrine, atau serotonin, masing masing NET dan SERT. NET
dan SERT berfungsi menghetikan neurotransmitter amins ehinga blockade
transporter-transporter ini akan memungkinkan neurotransmitter berada lebih lama
di ruang intrasinaptik pada situs reseptor. Penghambat MAO menutup jalur
degradasi interneuronal utama untuk neurotransmitter amin sehingga amin dapat
lebih banyak menumpuk pada sistem pada simpanan prasinaptik dan dilepaskan,
beberapa antidepresan generasi kedua memiliki pengaruh yang smaa kuatnya pada
transporter amin, sementara antidepressant lainnya hanya memiliki efek sedang
atau minimal pada reuptake atau metabolisme. Untuk merespon peningkatan
aktivitas sinaptik, dilaporkan terjadi regulasi prasinaptik pada pembebasan
neurotransmitter.
Autoreseptor
prasinaptik
berespon
terhadap
peningkatan
atau
serotonin
terhadap
reseptor
5HT
menyebabkan
meningkatnya serotonin eksternal melalui cara yang amat rumit yang melibatkan
berbagai neurotransmitter tersebut. Perubahan intrasel jangka panjang yang
melibatkan fosforilasi berbagai elemen pengatur, termasuk elemen yang berada di
nucleus diperkirakan menimbulkan efek antidepressant. Kemungkinan, efek pada
factor neurotrofik tertentu factor yang penting menjaga kelangsungan hidup dan
fungsi neuron dalam sistem saraf orang dewasa. Pendekatan yang digunakan
adalah dengan menurunkan asam amino precursor serotonin yakni triptofan,
dalam diet dan sebagai akibatnya jumlah serotonin yang tersedia dalam otak,
karena triptofan menentukan pembentukan serotonin. Diet yang sangat rendah
kadar triptofan ini menurunkan kadar triptofan dalam plasma dan secara akut
memulihkan respins terhadap antidepresan SSRI tapi tidak terhadap NET. Dengan
cara yang serupa penurunan kadar asam amino precursor norepinephrine yakni
tirosin dapat memulihkan respons terhadap antidepressant penghambat NET yang
relative selektif yakni despiramine.6
SSRI adalah obat paling luas yang digunakan, karena obat ini merupakan agen
yang paling efektif, dan efek sampinya relative sedikit bahkan pada dosis yang
tinggi, sedangkan MAOI lebih jarang digunakan karena dapat meyebabkan
hipertensi krisis begitu pula dengan obat trisiklin dan tetrasiklik. Namun, semua
antidepresan yang tersedia bersifat toksik bila overdosis serta memiliki efek
samping seperti penglihatan kabur, mulut kering, konstipasi, kesulitan buang air
kecil, mengantuk, berat badan bertambah dan mungkin disfungsi seksual. dan
membutuhkan 3 sampai 4 minggu hingga memberika pengaruh teraupetik yang
berkmana, selain itu sejumlah pasien tidak memberikan respons terhadap terapi
pertama. 1,6
Dengan melakukan pengobatan secara aktif, dapat mengurangi kemungkinan
gangguan depresi berulang. Obat-obatan anti depresan dapat meningkatkan
tingkat (berfungsinya) otak dan mungkin fungsi dari neurotransmitter, walaupun
memiliki efek tunda, biasaya membutuhkan beberapa minggu (rata-rata 2-8
minggu) penanganan sebelum suatu manfaat terapeutik dicapai. Berdasarkan
analisis rangkuman dari lebih dari 100 studi (American Psychiatric Association,
2000; Depression Guideline Panel, 1993), tricyclic (imipramine, amitriptyline,
desipramine, dan doxepin) mengurangi depresi pada kira-kira 50% pasien
dibanding dengan dengan kira-kira 25%-30% yang minum pil placebo.
10
11
KESIMPULAN
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada
pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus
asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri
Depresi menempati peringkat pertama sebagai penyakit yang menyebabkan
kecacatan pada seseorang, dan juga sebagai kontributor utama beban global penyakit
didunia yang menganggu hubungan komunikasi antar manusia, dan di perkirakan
mempengaruhi 350 juta orang.
Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan
epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada pasien bunuh
diri, beberapa pasien memiliki serotonin yang rendah. Pada terapi despiran
mendukung teori bahwa norepineprin berperan dalam patofisiologi depresi Selain itu
aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun. Hal tersebut tampak pada
pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin seperti Respirin, dan penyakit
dimana konsentrasi dopamin menurun seperti parkinson, adalah disertai gejala
depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin, amphetamine,
dan bupropion, menurunkan gejala depresi.1
Hipersekresi CRH merupakan gangguan aksis HPA yang sangat fundamental pada
pasien depresi. Hipersekresi yang terjadi diduga akibat adanya defek pada sistem
umpan balik kortisol di sistem limpik atau adanya kelainan pada sistem
monoaminogenik dan neuromodulator yang mengatur CRH, Sekresi CRH
dipengaruhi oleh emosi. peningkatan sekresi CRH .
Daftar Pustaka