seringkali terjadi komplikasi yang memperberat penyakit. Dimana 60-70% sering terjadi
thrombosis arteri, termasuk stroke iskemik, iskemik miokard akut, dan oklusi arteri
perifer. Penatalaksanaan dari pasien yang menderita MPN biasanya lebih bersifat
suportif, dimana standar terapi belum ditetapkan secara jelas.3
ABL 145 kDa yang normal. Dengan kemajuan teknologi dibidang biologi molekular, didapatkan
adanya gabungan antara gen yang ada dilengan panjang kromosom 9 (9q34), yakni ABL
(Abelson) dengan gen BCR (break cluster region). Yang terletak di lengan panjang kromosom 22
(22q11). Gabungan kedua gen ini sering ditulis sebagai BCR-ABL.6,8,9
Gen BCR-ABL menyebabkan proliferasi yang berlebihan sel pluripoten pada sistem
hematopoiesis. Disamping itu, BCR-ABL juga bersifat anti-apoptosis sehingga menyebabkan
gen ini dapat bertahan hidup lebih lama dibanding sel normal. Dampaknya adalah terbentuknya
klon-klon abnormal yang mendesak sistem hematopoiesis. 6,7,8
TANDA DAN GEJALA KLINIK
Perjalanan penyakit leukemia mielositik kronik dibagi menjadi 3 fase yaitu fase kroik, fase
akselerasi dan fase krisis blast.
Pada fase kronis, pasien sering mengeluh pembesaran limpa, atau merasa cepat kenyang
akibat desakan limpa terhadap lambung. Kadang timbul nyeri seperti diremas diperut kanan atas
akibat peregangan kapsul limpa. Keluhan lain sering tidak spesifik, misalnya rasa cepat lelah,
lemah badan, demam yang tidak terlalu tinggi, keringat malam. Penurunan berat badan terjadi
setelah
penyakit
berlangsung
lama.
Semua
keluhan
tersebut
merupakan
gambaran
hipermetabolisme akibat proliferasi sel-sel leukemia. Apabila dibuat urutan berdasarkan keluhan
yang diutarakan oleh pasien, maka seperti terlihat pada Tabel 1. 4,5,6,7
Tabel 1. Urutan Keluhan dan Gejala Pasien Berdasarkan Frekuensi
Keluhan dan Gejala
Frekuensi (%)
Splenomegali
95
Lemah badan
80
80
Hepatomegali
50
Keringat malam
45
Cepat kenyang
40
Perdarahan/purpura
35
Nyeri perut
30
Demam
10
Setelah 2-3 tahun, beberapa pasien penyakitnya menjadi progresif atau mengalami
akselerasi. Bila saat diagnosa ditegakkan pasien berada pada fase kronis, maka kelangsungan
3
hidup berkisar antara 1 sampai 1,5 tahun. Ciri khas fase akselerasi adalah leukositosis yang sulit
di kontrol oleh obat-obat mielosupresif, mieloblas di perifer mencapai 15-30%, promielosit
>30%, dan trombosit<100.000/mm3. Secara klinis , fase ini dapat diduga bila limpa yang tadinya
sudah mengecil dengan terapi kembali membesar, keluhan anemia bertambah berat, timbul
petekie, ekimosis. Bila disertai demam, biasanya ada infeksi. 6,8,9
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hematologi Rutin
Pada fase kronis, kadar Hb umumnya normal atau menurun, lekosit antara 2060.000/mm3. Eosinofil dan basofil jmlahnya meningkat dalam darah. Jumlah trombosit
biasanya meningkat 500-600.000/mm3, tetapi dalam beberapa kasus dapat normal atau
menurun.5,6
2. Apus Darah Tepi
Biasanya ditemukan eritrosit normositik normokrom, sering ditemukan adanya
polikromasi eritroblas asidofil atau polikromatofil. Seluruh tingkatan diferensiasi dan
maturasi seri granulosit terlihat, presentasi sel mielosit dan metamielosit meningkat, demikian
juga presentasi eosinofil dan basofil.6
3. Apus Sum-sum Tulang
Selularitas meningkat (hiperselular) akibat proliferasi dari sel-sel leukemia, sehingga
rasio mieloid : eritroid meningkat. Megakariosit juga meningkat. Dengan pewarnaan
retikulin, tampak bahwa stroma sum-sum tulang mengalami fibrosis. 5,6
4. Kariotipik
Menggunakan metode FISH (Flourescen Insitu Hybridization), beberapa aberasi
kromosom yang sering ditemukan pada leukemia mieloid kronik antara lain : +8, +9, +19,
+21, i(17).4,5,6
PENGOBATAN
Terapi LGK tergantung dari fase penyakit, yaitu : 6,7
1. Fase kronis :
a. Busulfan
b. Hydroxyurea
c. Interferon alfa
2. Fase akselerasi : sama dengan leukemia akut, tetapi respon sangat rendah.
3. Transplantasi sumsum tulang.
4
4. Terapi memakai prinsip biologi molekuler dengan menggunakan obat baru Imatinib
mesylate.
A. Hydroxyurea (Hydrea)
Hydroxyurea adalah suatu analog urea yang bekerja menghambat enzim ribonukleotida
reduktase sehingga menyebabkan hambatan sintesis ribonukleotida trifosfat dengan akibat
terhentinya sintesis DNA. Obat ini diberikan per oral dan menunjukan bioavailabilitas yang
mendekati 100%. Merupakan terapi terpilih untuk induksi remisi pada leukemia mielositik
kronik.4,6,8
Dosisnya adalah 30mg/kgBB/hari diberikan sebagai dosis tunggal maupun dibagi 2-3
dosis. Apabila leukosit > 300.000/mm 3, dosis boleh ditinggikan sampai maksimal 2,5gram/hari.
Penggunaan dihentikan bila leukosit <8000/mm 3 atau trombosit <100.000/mm. 4,7,8
Efek sampingnya adalah mielosupresi, mual, muntah, diare, mukositis, sakit kepala,
letargi, dan kadang-kadang terjadi rash makulo popular dan pruritus.
B. Busulfan
Busulfan merupakan obat paliatif pilihan pada leukemia mielositik kronik. Pada dosis
rendah, depresi selektif telihat granulopoiesis dan trombopoiesis, pada dosis yang lebih tinggi
terlihat depresi eritropoiesis. Obat ini sering menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga
pemeriksaan darah harus sering dilakukan. 9,11,12
Untuk pengobatan jangka panjang pada leukemia mielositik kronik dosisnya sebanyak 26mg/hari secara oral dan dapat dinaikan sampai 12 mg/hari. Obat ini diberikan sampai hitung
leukosit mencapai <10.000/mm3, kemudian pemberian obat dihentikan dan dimulai kembali
setelah hitung leukosit mencapai >50.000/mm6,10,12
Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh busulfan antara lain adalah asthenia,
hipotensi, mual, muntah, dan penurunan berat badan. Selain itu juga dapat menyebabkan katarak,
fibrosis, amenore, atrofi testis dll. Busulfan juga dapat menyebabkan fibrosis paru yang jarang
terjadi tetapi bersifat fatal.9
C. Imatinib mesylate
Imatinib mesylate merupakan penghambat tirosin kinase pada onkoprotein BCR-ABL
dan mencegah fosforilasi substrat kinase oleh ATP. Obat ini diindikasikan untuk leukemia
mielositik kronik yaitu suatu kelainan sel hematopoietik yang ditandai dengan adanya kromosom
Philadelphia dengan translokasi t(9;22) yang menyebabkan fusi protein BCR-ABL. Imatinib
diberikan per oral dan diabsorpsi dengan baik oleh lambung. Obat ini terikat kuat pada protein
plasma, dimetabolisme oleh hati, dan dieliminasi melalui empedu dan feses. 8,9
5
Dalam beberapa kasus leukemia mielositik kronik, dapat terjadi resistensi penyakit
terhadap penggunaan imatinib untuk fase kronik. Apabila hal ini terjadi maka dapat diberikan
dasatinib 140mg atau meningkatkan dosis imatinib menjadi 800mg. 8,9
Dosis untuk fase kronik adalah 400mg/hari setelah makan dan dapat ditingkatkan sampai
600mg/hari bila tidak mencapai respon hematologik setelah 3 bulan pemberian, atau pernah
membaik tetapi kemudian memburuk dengan Hb menjadi rendah dan atau leukosit meningkat
dengan tanpa perubahan jumlah trombosit. Dosis harus diturunkan bila terjadi neutropeni
(<500/mm3) atau trombositopeni (<50.000/mm 3) atau peningkatan sGOT/sGPT dan bilirubin.
Untuk fase krisis blas dapat diberikan langsung 800mg/hari. 4,7
D. Interferon alfa-2a atau Interferon alfa-2b
Perlu premedikasi dengan analgetik dan antipiretik sebelum pemberian obat ini untuk
mencegah/mengurangi efek samping interferon berupa flu like syndrome. Dosis 5 juta IU/m2/hari
subkutan sampai tercapai remisi sitogenetik, biasanya setelah 12 bulan terapi. Sedangkan
berdasarkan hasil penelitian di Indonesia, dosis yang dapat ditoleransi adalah 3 juta IU/m 2/hari.6,9
E. Cangkok sumsum tulang belakang
Data menunjukan bahwa cangkok sumsum tulang dapat memperpanjang masa remisi
sampai >9 tahun, terutama pada cangkok sumsum tulang alogenik. Cangkok sumsum tulang tidak
dilakukan pada kromosom Ph negatif atau BCR-ABL negatif. 6
Prognosis
Dahulu median kelangsungan hidup pasien berkisar antara 3- 5 tahun setelah diagnosis
ditegakkan. Saat ini dengan ditemukannya obat- obat baru, median kelangsungan pasien dapat
diperpanjang secara signifikan.
Faktor-faktor yang dapat memperburuk prognosis pasien LGK, antara lain :
Pasien : usia lanjut, keadaan umum buruk, disertai gejala sistemik seperti penurunan berat
badan, demam, keringat malam.
TROMBOSITOSIS ESENSIAL
Pendahuluan
6
ILUSTRASI KASUS
Seorang pasien laki-laki, umur 42 tahun dirawat di bangsal penyakit dalam RSUP
dr. M. Djamil Padang sejak tanggal 18 februari 2015 dengan :
Keluhan utama: lemah dan letih meningkat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang :
-
Lemah dan letih sudah dirasakan pasien sejak 1 bulan ini, meningkat sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Hal ini dirasakan pasien terutama dalam
aktifitas sehari-hari, semakin lama badan semakin terasa cepat lelah bila
beraktifitas.
Perut membengkak dirasakan pasien sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya dirasakan
sebesar tinju kemudian membesar hingga sebesar kepala bayi.
Penurunan berat badan dirasakan pasien sejak 1 bulan yang lalu, penurunan berat
badan lebih kurang 10 kg
Penurunan nafsu makan dirasakan pasien sejak 1 bulan yang lalu, makan hanya
setengah dari porsi biasa (setengah piring)
Perdarahan dari hidung, mulut, gusi dan kulit saat ini tidak ada dan riwayat
perdarahan sebelumnya tidak ada
Pasien sebelunya dirawat di RS swasta 1 bulan yang lalu karena kelainan darah
dan telah mendapat transfusi dan telah dilakukan USG abdomen dan CT scan
abdomen dengan hasil hepatomegali
Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat merokok sejak 25 tahun yang lalu sebanyak 2 bungkus sehari, namun 2
bulan ini sudah tidak merokok lagi
Pemeriksaan Umum
Kesadaraan
: Komposmentis Kooperatif
: 36,80C
BB
: 48 kg
TB
: 155 cm
BMI
: 19,9 (normoweight)
Ikterus
: (-)
Edema
: (-)
Anemia
: (+)
11
Kulit
Kepala
: Normocephal
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Leher
Dada :
Paru depan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Sonor
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Fremitus kanan=kiri
Sonor
Paru belakang
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas atas RIC II, batas kanan LSD, batas kiri 1 jari medial
LMCS RIC V
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Punggung
Alat kelamin
Anus
Anggota Gerak
Laboratorium
Hemoglobin
: 5,8 gr/dl
Leukosit
: 91800/mm3
Trombosit
: 1.714.000/mm3
Hematokrit
: 25%
Hit Jenis
LED
: 35 mm/jam
13
Eritrosit
: Anisositosis, normokrom,
: Jumlah meningkat
Trombosit
: Negatif
Glukosa
: Negatif
Leukosit
: 0-1/LPB
Eritrosit
: 0-1/LPB
Silinder
:-
Kristal
:-
Epitel
: gepeng +
Bilirubin
:-
Urobilinogen : +
Feses:
Makroskopis :
Mikroskopis:
Warna
: kuning
Leukosit
: 0-1
Konsisten
: lunak
Darah
:-
Amuba
Lendir
:-
Telur cacing : -
Eritrosit : 0-1
:-
EKG
Irama
: sinus
QRS Komplek
: 0,08 dtk
14
HR
Axis
Gel P
PR interval
: 88 x /menit
: normal
: normal
: 0,12 detik
Kesan
: sinus rhtym
ST Segmen
Gel T
SV1+RV5
R/S V1
: isoelektrik
: normal
<35
<1
tak melebar
: intra dan ekstrahepatal tak melebar
: ukuran normal, dinding tak menebal, tak tampak batu, tak tampak
Pankreas
Lien
Ginjal Kanan
sludge
: ukuran dan parenkim normal, tak tampak kalsifikasi
: parenkim dan ukuran normal, tak tampak kalsifikasi
: bentuk dan ukuran normal, batas kortikomedular jelas, tak tampak
Ginjal Kiri
massa
: bentuk dan ukuran normal. Tak tampak kalsifikasi
Kesan:
Hepatomegali
Tak tampak kelainan pada organintraabdomen lainnya secara sonografi
Hasil CT scan Abdomen :
- hepar ukuran tampak membesar (ukuran 27,75 cm) yang tampak membentuk kissing
phenomenon dengan lien. Tampak pendesakan ginjal kanan ke inferior. Permukaan rata,
tepi kiri lancip. Parenkim homogen, tak tampak kalsifikasi, tak tampak nodul, tak tampak
pelebaran duktus intra maupun ektrahepatal.
- Gall bladder ukuran tak membesar, dinding tak menebal, regular, tak tampak masa, tak
tampak sludge, tak tampak batu
15
- ginjal kanan, bentuk, letak dan ukuran tampak normal, tak tampak penipisan korteks,
PCS,dan ureter tak melebar, tak tampak batu, tampak lesi hipoekoik (ukuran 1,87 cm)
pada interpole.
- Ginjal kiri bentuk, letak dan ukuran tampak normal, tak tampak penipisan korteks,
PCS,dan ureter tak melebar, tak tampak batu
- Lien ukuran tak membesar. Parenkim homogen, tak tampak nodul hipodens, dan
kalsifikasi
- Pankreas ukuran normal. Parenkim homogen, tak tampak nodul,duktus pangkreatikus
tidak melebar. Tak tampak kalsifikasi
- Aorta tidak melebar, kalsifikasi tidak ada
- Lymph nodes tak tampak jelas pembesaran paraaorta dan para iliaka
- tak tampak cairan bebas intra abdomen
Kesan : Hepatomegali
Daftar Masalah
Anemia
Leukositosis
Trombositosis
Splenomegali
Hepatomegali
Diagnosis Kerja :
Primer :
Leukemia Granulositik Kronis fase kronik
Sekunder :
Anemia berat normositik normokrom ec hemolitik ec autoimun
Trombositosis essensial
Diagnosis Banding :
Trombositosis reaktif
Anemia berat normositik normokrom ec hemolitik ec non autoimun
Terapi :
16
Istrirahat / MB TKTP 1700 kkal ( karbohidrat 1000 kkal, protein 46 gram, lemak
516 kkal)
Asam asetilsalisilat 1x 80 mg
Pemeriksaan anjuran :
Follow Up
19 Februari 2015
S / Pucat (+), Perdarahan(-), Letih lesu (+),
O/ KU : Sedang
Nadi : 82x/
Kes
Nafas
: CMC
: 20x/
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 37C
A/
Diagnosis Kerja :
Primer :
Leukemia Granulositik Kronis fase kronik
Sekunder :
Anemia berat normositik normokrom ec hemolitik ec autoimun
Trombositosis essensial
Diagnosis Banding :
Trombositosis reaktif
Anemia berat normositik normokrom ec hemolitik ec non autoimun
P/
Keluar hasil Labor :
17
Retikulosit
MCH
MCV
MCHC
GDS
Ureum/creatinin
SGOT
SGPT
Bilirubin total
LDH
Asam urat
PT/APTT
:
Coomb Test :
: 8,8 %
: 23 pg
: 85 fL
: 28 %
: 123 mg/dl
: 48/1,2 mg/dl
: 21 u/l
: 17 u/l
: 0,41 mg/dl
: 1325 u/l
:13,8 mg/dl
13,1/44,9 detik
Posistif : ICT (-) dan DCT (1+)
:
Susp. Myeloproliperative Neoplasm (MPN)
Anemia berat normositik normokrom ec hemolitik autoimun
Anjuran :
Crossmatch WRC
Transfusi WRC 1 unit
Inj. Metil prednisolon 3x 125 mg hari I-III
Inj. Metil prednisolon 2x 125 mg hari IV,V
Inj metil prednisolon 1x 125 mg hari VI
Lanjut metilprednisolon oral 0,8 mg/KgBB/Hari
Lansoprazole 1x30mg
Osteocal 1x1 tab
Asam asetilsalisilat 1x80mg
Asam folat 1x5mg
BMP
Skrining antibodi
:
Hepatomegali ec MPN
18
Kes
Nafas
: CMC
: 20x/
TD : 120/80 mmHg
Suhu: 37C
A/
-
Myeloproliperative Neoplasm
P/
Keluar hasil BMP :
Kesan : partikel ditemukan, selularitas hiperseluler
Aktivitas granulopoietik meningkat,dengan M:E rasio 24:1
Aktivitas eritropoietik tertekan
Aktivitas trombopoietik meningkat
Kesimpulan : gambaran sumsum tulang sesuai dengan leukemia granulositik kronis
dengan trombositosis berat
Anjuran
:
Myeloproliperative Neoplasm (MPN)
19
Anjuran :
Cek BCR-ABL
Cek JAK 2
Crossmatch WRC
Transfusi WRC 1 unit sampai Hb 10 gr/dl
Beri hidroxyurea setelah Hb 10 gr/dl
DISKUSI
Telah dirawat pasien laki-laki, 42 tahun di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr.
M Djamil Padang dengan diagnosis:
Myeloproliperative Neoplasm (MPN)
Anemia berat normositik normokrom ec hemolitik autoimun
20
Menurut WHO tahun 2008, kriteria patognomonik untuk LGK ini adalah
terdapatnya BCR ABL pada pemeriksaan sitogenetik. Pemeriksaan BCR ABL pada pasien
ini bertujuan untuk mengetahui terapi dan prognosis, dimana Fadjari, 2006 mengatakan bahwa
pasien LGK dengan BCR ABL (+) pada fase kronik dapat diberikan Imatinib mesylate dengan
dosis 400mg/hari, sedangkan pada fase krisis blas dapat langsung diberikan dosis 800mg/hari.
Trombositosis Esensial (TE) pada pasien ini ditegakkan dari pemeriksaan laboratoriuum
berupa trombositosis berat yaitu 1.700.000/mm3, ditemukannya Large trombosit dan Giant
trombosit serta tidak ditemukan bukti trombositosis reaktif seperti adanya infeksi, keganasan, dan
perdarahan. Menurut WHO tahun 2008, kriteria patognomonis TE adalah terdapatnya JAK2.
Penatalaksanaaan TE pada pasien ini dengan pemberian antiplatelet agregasi seperti asam
asetilsalisilat untuk mengontrol manifestasi trombosis dan pemberian hydroxiurea. Hidroxyurea
diberikan setelah Hb 10 g/dl.
Anemia hemolitik autoimun pada pasien ini ditegakkan berdasarkan adanya keluhan
badan letih-letih, pucat dan ditemukannya konjungtiva anemis dengan hepatosplenomegali. Pada
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Leukaemia Foundation. Understanding Myeloproliferative Neoplasms (MPN).
2013.
2. Koopmans S, Marion A, Schouten H. Myeloproliferative neoplasia: a review of
clinical criteria and treatment. The Netherland Journal of Medicines. 2012 (70) ;
4.
3. Falanga A, Marchetti M. Thrombotic disease in the myeloproliferative neoplasms.
American Society of Hematology. 2011; 571 8
22
23
24