PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum
suatu lembaga pendidikan atau sekolah, agar dapat membimbing para siswa
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan adalah
mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik
intelektual, moral maupun sosial yang terdiri dari proses, cara, serta perbuatan
mendidik. Namun dengan kurikulum atau metode yang berubah-ubah sering tidak
mengakar dan membuat bingung para siswa. Pendidikan yang seharusnya memberi
peluang bagi anak untuk berkembang dalam setiap aspek kehidupannya, kadang
hanya menyentuh satu aspek saja. Misalnya kurikulum yang terus berganti
membuat anak hanya belajar untuk mengejar nilai tanpa peduli akan lingkungan
dan kehidupan sosialnya.
Dari beberapa tokoh barat modern yang memiliki pengaruh besar terhadap
perkembangan pendidikan di dunia adalah Maria Montessori. Maria Montessori
dilahirkan di Italia dan dididik dalam lingkungan liberal. Montessori adalah wanita
pertama yang mendirikan sekolah medis di Italia dan membangun psikologi yang
berbasis sistem pendidikan dan disebarkan ke dunia internasional. Setelah itu ia
mendirikan universitas di Roma dimana ia mempelajari ilmu dokter anak dan
psikiatris. Montessori menjadi tertarik pada pembelajaran dan pengembangan anakanak. Ia membiayai anak jalanan dan mengobservasi mereka dengan uangnya
sendiri.
menunjang anak dalam belajar atau melakukan aktivitas yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian anak tidak hanya menerima pengetahuan dari gurunya tetapi
mengembangkan diri dengan berbagai sarana yang ada. Semuanya ini menjadi satu
kebutuhan bersama dalam kehidupan anak. Jika anak hanya berkembang pada satu
sisi akan mempengaruhi sisi yang lain. Maka pentinglah pendidikan mencakup
semua aspek tersebut di atas.
B. Rumusan Masalah
Beberapa hal yang akan penulis bahsa dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Biografi Maria Montessori
2. Latar belakang pendidikan Maria Montessori
3. Prinsip dasar metode Maria Montessori
4. Kekhasan sekolah Maria Montessori
5. Tujuan Maria Montessori
C. Tujuan Penulisan
Dalam pembahasan makalah ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui biografi Maria Montessori
2. Untuk mengetahui latar belakang pendidikan Maria Montessori
3. Untuk mengetahui prinsip dasar metode Maria Montessori
4. Untuk mengetahui kekhasan sekolah Maria Montessori
5. Untuk mengetahui tujuan sekolah Maria Montessori
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Maria Montessori
Seorang perempuan berkebangsaan Italia yang memiliki nama lengkap Maria
Montessori dilahirkan pada tanggal 31 Agustus 1870 di kota Chiaravalle, provinsi
Ancona, Italia Utara. Ayah Maria Alessandro Montessori adalah tentara pejuang
yang mendukung persatuan Italia dan memiliki pemikiran sangat tradisional serta
militan. Renilde Stoppani, ibu Maria Montessori berasal dari keluarga kaya dan
berpendidikan tinggi. Menururt Kramer sebagaimana dikutip oleh Agustina
Prasetyo Magini, Renilde Stoppani disebut sebagai wanita dalam era transisi.
kelas yang setiap anak aktif melakukan sesuatu yang berguna untuk menguji
kemampuan-kemampuannya tanpa bertindak secara kasar dan mengganggu
teman lain merupakan kelas yang disiplin.
Bagi Montessori kedisiplinan seperti itu merupakan hasil perkembangan
potensi-potensi dari dalam kejiwaan anak yang merasakan hidup mereka
diperdalam dan dikembangkan. Kedisiplinan yang muncul dari dalam ini tidak
mungkin dicapai hanya dengan memberikan berbagai perintah, peringatan
ataupun nasehat. Tanda awal munculnya kedisiplinan dari dalam itu dapat
terlihat pada tindakan anak dalam menggunakan alat-alat kerja. Wajah anak
akan memperlihatkan rasa tertarik mereka pada apa yang sedang mereka
kerjakan dan mereka akan bertahan lama dalam latihan-latihan itu.
Untuk membentuk disiplin diri diperlukan serangkaian kegiatan yang
dilakukan sendiri oleh anak dan yang disiapkan dengan metode pedagogis yang
benar. Kedisiplinan selalu dicapai dengan cara yang tidak langsung. Tujuan
kedisiplinan dicapai bukan dengan mengoreksi kesalahan-kesalahan yang
dibuat anak, tetapi dengan memberi kesempatan anak untuk memilih
kegiatannya sesuai dengan apa yang dirasakan akan memperkembangkan
potensinya dan bekerja bebas sesuai dengan kecenderungannya.
2. Kriteria pembelajaran di kelas
Proses pembelajaran di kelas Montessori melibatkan banyak peralatan
pendidikan yang dirancang oleh Montessori. Anak bebas memilih alat pelajaran
yang dibutuhkan. Setiap alat memiliki fungsi tertentu dalam merangsang
perkembangan anak, serta tata ruang kelas di sekolah Montessori jauh berbeda
dengan tata ruang kelas di sekolah tradisional. Meja dan kursi dibuat kecil,
ringan dan mudah dipindah-pindahkan oleh anak sendiri, agar anak dapat
memilih sendiri posisi duduk yang nyaman baginya seperti duduk di rumah
sendiri.
Montessori menyebutkan tiga ciri utama pelajaran yang diberikan secara
individual yaitu:
a. Pelajaran yang diberikan harus singkat. Semakin banyak kata-kata yang
tidak berguna dihilangkan, semakin baik suatu pelajaran. Ketika
mempersiapkan pelajaran yang akan diberikan, pendidik mesti
mempertimbangkan bobot kata-kata yang akan diucapkan.
b. Pelajaran harus sederhana. Kata-kata yang sudah dipilih dengan seksama
haruslah yang paling sederhana yang bisa ditemukan dan mengacu pada
kebenaran.
c. Pelajaran harus objektif. Guru tidak boleh menarik perhatian anak-anak pada
dirinya sendiri sebagai guru, melainkan hanya pada objek yang ingin
diterangkan. Penjelasan singkat itu harus merupakan penjelasan mengenai objek
yang akan dipelajari anak-anak.
Montessori mengatakan dalam proses pembelajaran, guru harus menghargai
kebebasan anak. Jika anak tidak mengerti penjelasan guru, Montessori
memberikan dua nasehat yaitu: jangan berupaya untuk mengulang pelajaran
yang sudah diberikan dan jangan membuat anak merasa bahwa ia membuat
suatu kesalahan.
Ada berbagai materi pembelajaran yang dikembangkan di sekolah
Montessori anatara lain:
a. Materi pembelajaran menulis dan membaca
1) Menulis
Montessori membagi pembelajaran menulis dalam tiga periode sebagai
berikut:
Latihan untuk mengembangkan mekanisme muskuler yang perlu
untuk memegang dan menggunakan alat tulis. Latihan ini berupa
perhitungan ini praktis dan berkaitan dengan hidup harian mereka. Ada
anak mereka.
Membantu anak-anak didik dalam mengembangkan tingkat intelektual,
kursi yang membelenggu gerak anak, tetapi semestinya digunakan untuk mengerti
kejiwaan anak, membebaskan anak untuk bergerak, berekspresi, secara merdeka.
Montessori tidak secara keseluruhan menolak metode dari Pedagogi Ilmiah
untuk menggunakan ilmu-ilmu pengetahuan modern pada anak-anak atas dasar
pertimbangan antropologis. Misalnya berkaitan dengan perkembangan fisik. Montessori
ingin mengembangkan sistem pedagogi ilmiah yang berbeda. Montessori
mengembangkan metode pedagogi eksperimental. Ada 2 aspek yang tidak dapat
dipisahkan ,yaitu guru dan murid. Guru harus melakukan persiapan untuk menjadi
pengamat. Sedangkan murid diberi ruang kemerdekaan untuk beraktivitas secara
spontan, sehingga mereka dapat mengekspresikan diri sesuai dengan alam kejiwaan dan
kemampuan masing-masing. Karena masing-masing anak itu unik, model
penyeragaman dan penyamaan kegiatan samasekali tidak memberi tempat bagi
berkembangnya alam kejiwaan masing-masing anak. Dengan memberikan keleluasaan
bagi masing-masing anak untuk beraktivitas, para guru dapat melakukan pengamatan
atas perkembangan masing-masing anak secara lebih cermat.
Montessori mendirikan Rumah Anak-Anak dimana sekolah tersebut
mempunyai mempunyai suasana dan lingkungan yang hangat. Ruangan sekolah model
Montessori dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan kemerdekaan anak-anak
untuk beraktivitas menurut kecenderungan masing-masing anak. Montessori
memandang didirikannya Rumah Anak-Anak sebagai kesempatan untuk
mengembangkan pedagogi eksperimental ilmiah dan psikologi anak-anak. Montessori
menyadari bahwa seluruh tata ruang sekolah ini sangat berbeda dengan tata ruang
sekolah tradisional. Tata ruang yang berada di sekolah ini bukan hanya sebagai tanda
kebebasan, namun juga sebagai sarana pendidikan.
Montessori menggunakan kemerdekaan masing-masing anak untuk beraktivitas
sebagai basis untuk membentuk sikap disiplin dalam diri anak, karena sikap disiplin
datang dari kemerdekaan itu. Konsep disiplin yang dimaksud adalah disiplin aktif, yaitu
seorang anak menjadi tuan bagi dirinya sendiri. Seorang anak dapat mengatur dan
mengarahkan tindakannya sendiri, jika mesti menjalankan komitmen yang harus diikuti.
Pendidik mesti menggunakan cara tertentu untuk mengantar anak agar mampu
berkembang sepanjang hidupnya ke arah penguasaan diri yang semakin lebih baik.
Karena itu, jangkauan disiplin ini bukan hanya di sekolah tetapi sepanjang hidupnya di
masyarakat nantinya.
Tugas pendidikan adalah membantu anak agar semakin dapat mandiri
(independent). Montessori berpendapat bahwa syarat utama untuk menjadi pribadi yang
merdeka adalah kemandirian (Montessori, 2002). Karena itu, sejak anak-anak memasuki
fase awal untuk aktif, aktivitas mereka itu semestinya menjadi dasar untuk mengarahkan
mereka agar semakin mandiri. Pendidikan semestinya membantu anak untuk semakin
dapat melakukan sendiri segala sesuatu yang berguna untuk kelangsungan hidupnya,
dan dengan demikian sebagai individu ia semakin mengembangkan begitu banyak
kemampuan untuk masa depannya. Dengan kata lain membentuk pribadi masa depan
yang kompeten tidak lain adalah membentuk pribadi yang mandiri dan merdeka.
Semestinya hal ini menjadi prinsip fundamental bagi pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan usaha dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju
kepada pendewasaan anak itu atau membantu anak agar mampu melaksanakan
tugas hidupnya sendiri secara mandiri. Menurut Montessori untuk menjadi pribadi
yang mandiri, seseorang harus dilatih sejak dini khususnya pada masa kanak-
kanak karena pada masa itu merupakan masa peka dimana anak mampu menerima
segala sesuatu yang diajarkan.
Pendidikan dalam metode Montessori memberikan tempat bagi anak untuk
beraktivitas sebebas-bebasnya sesuai dengan kemampuan masing-masing yang
sekaligus merupakan basis pembentukan kemandirian dan kedisiplinan bagi anak.
Bagi Montessori pendidikan tidak berarti anak hanya menerima dari guru
melainkan anak juga bisa menemukan sendiri apa yang berguna bagi mereka
melalui aktivitas mereka sendiri. Kebebasan dalam metode Montessori adalah
kebebasan yang mendukung perkembangan seluruh kepribadian anak bukan
hanya secara fisik tetapi juga mental termasuk perkembangan otak.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan dalam metode
Montessori adalah mengembangkan seluruh potensi anak yang dapat dilakukan
melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui berbagai latihan praktis
yang berkaitan dengan kehidupan anak itu sendiri.
B. Refleksi
Hidup ini adalah suatu proses pendidikan yang panjang (long life education).
Seluruh kegiatan manusia selalu berpautan dengan cara belajar, dalam arti
tertentu, bahkan setiap kegiatan yang baik dan benar adalah hasil suatu proses
belajar. Misalnya manusia belajar bagaimana cara berjalan yang benar, membuka
mulut yang benar ketika sedang belajar berbicara. Berkaitan dengan hal ini dapat
dikatakan bahwa pendidikan adalah hal yang hakiki dalam kehidupan manusia
yang sadar atau tidak dilaksanakan oleh setiap manusia, baik lewat jalur formal
maupun non formal.
Namun sering terjadi kesenjangan tujuan belajar dalam proses didik mendidik
khususnya dalam dunia pendidikan formal dimana kebanyakan orang
memfokuskan tujuan belajarnya guna memperoleh nilai akademik yang
semaksimal mungkin, ketimbang belajar untuk hidup ( belajar untuk tahu).
Melihat masalah tersebut penulis mengatakan bahwa pendidikan yang