Praktikum Pembiayaan Pertanian
Praktikum Pembiayaan Pertanian
PEMBIAYAAN PERTANIAN
USAHA KOPI ARABIKA
Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Pembiayaan Pertanian
Dosen Pengampu : Johan Setiawan, S.P., M.Si.
Disusun Oleh :
AGRIBISNIS VI B
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Pembiayaan Pertanian. Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan
dari berbagai pihak, karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada pihakpihak yang bersangkutan. Penyusunan laporan ini merupakan salah satu tugas
mata kuliah Pembiayaan Pertanian di jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Semoga laporan ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga laporan ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Laporan ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk
memberikan
masukan-masukan
yang
bersifat
membangun
untuk
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum................................................................................... 3
1.3 Manfaat Praktikum................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 4
2.1 Gambaran Umum Kopi.......................................................................... 4
2.2 Kopi Arabika.......................................................................................... 5
2.2.1 Varietas Kopi Arabika...................................................................... 5
2.2.2 Syarat Tumbuh................................................................................. 6
2.3 Proses Pengolahan Kopi Semi Basah..................................................... 8
2.3.1 Sortasi Buah..................................................................................... 8
2.3.2 Pengupasan Buah Kopi (Pulping).................................................... 9
2.3.4 Fermentasi........................................................................................ 10
2.3.5 Pencucian (Washing)........................................................................ 12
2.3.6 Penjemuran / Pengeringan Biji......................................................... 12
2.3.7 Pengupasan Kulit Tanduk................................................................. 13
2.4 Mutu Kopi ............................................................................................. 14
2.5 Gambaran Umum Desa Pedati dan Desa Sukosawah............................ 18
2.6 Sektor Pertanian..................................................................................... 19
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM....................................................... 21
3.1. Tempat dan Waktu................................................................................. 21
3.2 Pelaksanaan............................................................................................ 21
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 22
4.1 Latar Belakang Usaha............................................................................ 22
4.2 Karakteristik Vegetatif............................................................................ 22
4.3 Pengolahan Kopi.................................................................................... 23
4.4 Usaha Kopi Lokal Arabika..................................................................... 24
ii
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 26
5.1 Simpulan................................................................................................. 26
5.2 Saran....................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kopi adalah minuman yang sangat populer dan mendunia. Saat ini, istilah
coffee morning telah menjadi salah satu gaya hidup kalangan tertentu di coffee
shop, caf hotel, atau plaza. Harga secangkir kopi pun ikut melejit seiring dengan
perubahan gaya hidup kalangan tertentu yang menjadikan acara minum kopi
sebagai suatu tradisi. Tak bisa dipungkiri minum kopi di cafe dengan harga
puluhan ribu bahkan ratusan ribu rupiah adalah gengsi tertentu bagi peminumnya.
Tidak heran jika caf atau coffee shop semakin menjamur, jaringan caf Starbuck
di dunia meraup keuntungan dari gaya hidup kelas atas ini. Saat ini, kopi
merupakan komoditi terbesar kedua yang diperdagangkan setelah minyak bumi.
Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang
mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara
lain sebagai sumber perolehan devisa, penyedia lapangan kerja, dan sebagai
sumber pendapatan bagi petani pekebun kopi maupun pelaku ekonomi lainnya
yang terlibat dalam budidaya, pengolahan, maupun dalam mata rantai pemasaran.
Di dunia perkopian Internasional, posisi Indonesia dinilai cukup strategis
di mana Indonesia merupakan negara pengekspor kopi terbesar ketiga setelah
Vietnam dan Brazil. Produktivitas kopi Indonesia sebesar 11.250 ton pertahun
cukup rendah bila dibandingkan dengan negara produsen kopi di dunia seperti
Brazil (50.826 ton petahun) dan Vietnam (22.000 ton petahun). ([ICO]
International Coffee Organization, 2012).
Jenis jenis kopi komersial yang saat ini diusahakan di Indonesia yaitu
Robusta dan arabika. Pada tahun 2009, luas area kopi di Indonesia mencapai
1.266.235 ha yang terdiri dari area kopi robusta seluas 984.838 ha (77,78%) dan
area kopi arabika seluas 281.397 ha (22,22%). Tanaman kopi sebagian besar
diusahakan oleh Perkebunan Rakyat (PR) yang mencapai 1.217.506 ha (96,15%),
sedangkan Perkebunan Besar Negara (PBN) hanya seluas 22.794 ha (1,84%) dan
Arabika. Desa Cikandang ini dapat menghasilkan 200 ton per musim. Hasil kopi
tersebut sudah sampai ke luar negeri.
Usaha kopi lokal Arabika asal Desa Cikandang merupakan usaha yang
potensial
untuk
diperhitungkan.
Dengan
banyaknya
petani-petani
yang
membudidayakan kopi di desa ini memungkinkan desa ini menjadi salah satu desa
dengan keunggulan kopinya. Usaha kopi lokal Arabika ini dapat dilihat dari sisi
pemasaran serta pembiayaannya sebab kopi lokal Arabika dari Desa Cikandang
ini dapat diekspor sampai ke luar negeri.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan diadakannya praktikum ini adalah :
- Untuk mengetahui karakteristik vegetatif kopi lokal arabika.
- Untuk mengetahui proses pengolahan kopi lokal arabika.
- Untuk mengetahui perkembangan usaha kopi lokal arabika.
- Untuk mengetahui pembiayaan yang di butuhkan dalam menjalankan
usaha kopi lokal arabika.
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat yang dapat diberikan dari hasil praktikum ini antara lain :
- Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman bagi
-
mahasiswa.
Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi mahasiswa dalam menentukan
lokasi praktikum mata kuliah pembiayaan pertanian ke depannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tetapi
karena
hasilnya
memuaskan
dan
dipandang
cukup
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Rubiales
Famili
: Rubiaceae
Genus
: Coffea
Spesies
: Coffea sp.
Buah kopi terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri dari tiga
lapisan yaitu lapisan kulit luar (exocarp), daging buah (mesocarp), dan kulit
tanduk (endocarp) yang tipis, tetapi keras. Kulit luar terdiri dari satu lapisan tipis.
Kulit buah yang masih muda berwarna hijau tua yang kemudian berangsur-angsur
menjadi hijau kuning, kuning, dan akhirnya menjadi merah, merah hitam jika
buah tersebut sudah masak sekali. Daging buah yang sudah masak akan berlendir
dan rasanya agak manis. Biji terdiri dari kulit biji dan lembaga. Kulit biji atau
endocarp yang keras biasa disebut kulit tanduk. Lembaga (endosperma)
merupakan bagian yang dimanfaatkan untuk membuat minuman kopi (Ciptadi dan
Nasution 1985; Najiyati dan Danarti 2006).
(a)
(b)
arabika
merupakan
jenis
tertua
yang
dikenal
dan
Varietas
Kartika
Kartika 2
Abesiania 3
S 795
USDA 762
Andungsari 1
Syarat Tumbuh
Kopi arabika menghendaki iklim subtropik dengan bulan-bulan
Siswoputranto
(1993),
tanaman
kopi
arabika
dan buah,
terdapat cita rasa asam yang tidak terdapat pada kopi jenis robusta,
saat disesap di mulut akan terasa kental,
cita rasanya akan jauh lebih halus (mild) dari kopi robusta, dan
terkenal pahit (Siswoputranto, 1993)
Sortasi Buah
Sortasi buah sebaiknya telah dilakukan sejak di kebun untuk
2.3.2
satu tahapan proses yang sangat penting dalam pengolahan kopi basah.
Proses pengupasan dilakukan dengan menggunakan mesin pengupas yang
dapat dibuat dari bahan logam. Pada pengolahan basah, buah kopi
sebaiknya telah mencapai tingkat kematangan optimal antara lain ditandai
dengan kulit buah berwarna merah seragam dan segar yang harus dikupas
dan dipisahkan dari bagian biji HS. Pada saat pengupasan harus
diusahakan agar kulit tanduk masih tetap melekat pada butiran biji. Proses
pengupasan sebaiknya tidak lebih dari 12-24 jam setelah pemetikan untuk
mencegah terjadinya pembusukan buah (Clifford dan Wilson, 1985).
Umumnya proses pengupasan dan pemisahan kulit buah dibantu
oleh sejumlah air dilakukan secara mekanis baik dengan sumber tenaga
penggerak manual maupun dengan motor listrik atau motor bakar.
Pengupasan kulit buah berlangsung di dalam celah di antara permukaan
silinder yang berputar (rotor) dan permukaan plat atau pisau yang diam
(stator) (Mulato et al. 2009; Clifford dan Wilson, 1985).
Menurut Widyotomo et al. (2009), dasar kerja mesin pulper yaitu
menggencet buah kopi dengan suatu silinder yang berputar terhadap suatu
dasar plat yang bertonjolan. Buah kopi yang masuk ke dalam corong
mesin pulper, kemudian jatuh pada permukaan silinder yang sedang
berputar. Selanjutnya buah kopi didesak dan dihimpit di antara silinder dan
sebuah alat pememar. Dengan tekanan himpit tersebut maka biji yang
masih berkulit tanduk dan sebagian lendir terlepas dari daging buahnya.
Kedua bagian dari buah kopi tersebut dipisahkan oleh suatu plat dari karet.
Mengingat pengupasan dilakukan secara mekanik, terkadang masih
meninggalkan sejumlah daging buah residu selain lendir yang melekat
pada biji. Residu ini harus dibuang seluruhnya untuk mencegah
kontaminasi biji kopi oleh bahan yang akan dihasilkan oleh degradasi
lendir saat fermentasi. Proses pencucian awal sebelum fermentasi
dilakukan untuk membuang residu ini.
2.3.3
Fermentasi
Clarke dan Macrae (1989) menjelaskan setelah proses pulping
10
11
c.
d.
e.
f.
kopi mulai dari kadar air awal 60 65 %, terutama jika memang cuaca
tidak
memungkinkan
untuk
melakukan
penjemuran.
Dengan
2.3.6
arabika olah kering, tidak adanya biji belum matang yang dapat menyebabkan
flavor, astringent, dan metallic. Roaster skala besar membutuhkan kopi
berkualitas baik dalam jumlah besar terutama jenis kopi Robusta. Sistem
klasifikasi biji kopi terutama digunakan dalam perdagangan kopi dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut :
a.
robusta,
b. hasil uji organoleptik dan aspek ekonomisnya, dan
c. indikasi cacat yang serius, hal ini dapat diaplikasikan secara umum
dalam perdagangan.
Berdasarkan standar ISO 10470:2004 yang menjadi acuan bagi SNI 012907-2008, cacat kopi adalah; (a) adanya benda asing yang bukan berasal dari
kopi, (b) adanya benda asing yang bukan biji kopi, seperti potongan kulit kopi, (c)
bentuk biji yang tidak normal dari segi kesatuannya (integritasnya), (d) biji yang
tidak normal dari visualisasinya seperti biji hitam dan (e) biji yang tidak normal
yang menyebabkan cacat rasa setelah disangrai dan diseduh (Anonim, 2008).
Hasil penelitian Wibowo (1985) membagi jenis cacat atau kerusakan biji
kopi menjadi (1) kerusakan sejak dari kebun, (2) kerusakan selama pengolahan
dan (3) adanya benda asing yang bukan biji kopi. Jenis kerusakan yang dimulai
sejak dari kebun adalah jenis cacat biji berlubang, biji hitam dan biji muda.
Cacat biji hitam yang terjadi karena penyakit buah kopi dinilai sebagai
cacat paling berat, karena aroma biji hitam ini tidak menyenangkan dan rasanya
seperti kayu membusuk. Cacat karena biji hitam meliputi cacat biji hitam, biji
hitam sebagian, dan biji hitam pecah. Biji hitam yang pecah dapat terjadi karena
proses pengolahan. Cacat biji hitam dan biji muda berasal dari buah kopi muda.
Buah yang masih muda dengan tingkat kematangan tertentu jika diolah akan
menghasilkan biji kopi berwarna hitam keriput. Buah yang lebih tua
menghasilkan biji hijau keriput, sedangkan yang lebih tua lagi menghasilkan biji
hijau tidak keriput (Hardjosuwito dan Hermansyah 1985).
Cacat biji muda diperkirakan berasal dari terikutnya buah kopi muda pada
proses pemetikan ataupun sortasi buah merah yang kurang sempurna. Cacat biji
berlubang terutama disebabkan oleh adanya serangan serangga, yaitu hama
penggerek buah kopi atau hama bubuk buah kopi (Hypothenemus hampei Ferr).
14
Buah kopi yang terserang hama bubuk akan mengering di tangkai atau jatuh ke
tanah serta berlubang. Buah kopi yang terserang hama bubuk akan terlihat
berwarna kuning kemerahan pucat seperti buah kopi masak, setelah pengolahan
menjadi cacat biji hitam. Biji berlubang dapat menyebabkan kerusakan mutu
kimia. Cacat biji berlubang juga dapat timbul saat penyimpanan karena serangan
serangga, terutama jika kadar air biji tinggi.
Menurut Wibowo (1985), kelompok cacat berikutnya adalah cacat yang
terjadi selama pengolahan. Jenis cacat yang dapat terjadi adalah biji pecah, biji
bertutul-tutul, biji berkulit tanduk, dan biji coklat. Biji pecah dikategorikan
sebagai biji cacat karena jika disangrai bersama dengan biji utuh kemungkinan
akan memberikan rasa terbakar pada kopi seduhan. Cacat biji pecah dan biji
berkulit tanduk dapat terjadi selama pengupasan kulit majemuk, yaitu jika kerja
huller tidak sempurna. Biji berkulit tanduk adalah biji kopi yang masih
terbungkus oleh kulit tanduk yang membungkus biji tersebut dalam keadaan utuh
maupun besarnya sama dengan atau lebih besar dari bagian kulit tanduk utuh.
Sementara biji pecah adalah biji kopi yang tidak utuh dengan besarnya sama atau
kurang dari bagian biji yang utuh. Biji coklat adalah biji kopi yang setengah
atau lebih bagian luarnya berwarna coklat.
Biji coklat umumnya terjadi karena pengeringan yang tidak benar, buah
terlalu masak atau fermentasi yang berlebihan (over fermented). Kopi gelondong
adalah buah kopi kering yang masih terbungkus dalam kulit majemuknya, baik
dalam keadaan utuh maupun besarnya sama atau lebih dari bagian kulit
majemuk yang utuh. Kopi gelondong dapat terjadi pada saat pengupasan buah
(pulping) yang tidak sempurna. Cacat kopi gelondong sangat tidak disukai
konsumen karena rasa pulp yang dominan. Menurut Sivetz dan Foote (1973),
komponen terbesar pada pulp kopi adalah air dan serat kasar, masing-masing 42,5
% dan 27,5%. Selama pengeringan dan penyangraian air akan menguap dan serat
kasar akan terbakar, rasa dominan pada kopi seduhannya adalah rasa serat
terbakar.
Kontaminasi benda asing lainnya adalah adanya kulit tanduk. Kulit tanduk
berukuran besar adalah kulit tanduk yang terlepas atau tidak terlepas dari biji kopi
yang berukuran lebih besar dari bagian kulit tanduk utuh. Kulit tanduk
15
berukuran sedang yaitu kulit tanduk berukuran sampai bagian kulit tanduk
utuh. Kulit tanduk berukuran kecil yaitu kulit tanduk berukuran kurang dari
bagian kulit tanduk. Kulit tanduk ini diperkirakan berasal dari proses pelepasan
kulit tanduk yang kurang sempurna (hulling) (Yusianto dan Mulato, 2002).
Kandungan benda asing ranting, tanah, batu yang berukuran besar, sedang
dan kecil termasuk cacat kontaminasi benda asing. Ranting, tanah, dan batu
dikategorikan berukuran besar jika memiliki panjang atau diameter lebih dari 10
mm. Ranting, tanah, batu termasuk berukuran sedang dan kecil jika memiliki
panjang atau diameter 5 mm 10 mm dan kurang dari 5 mm. Ranting, tanah,
ataupun batu dapat berasal dari proses sortasi awal yang belum sempurna sebelum
proses pengolahan buah (Yusianto dan Mulato, 2002).
Berikut merupakan tabel nilai cacat dan penggolongan mutu kopi arabika :
Persyaratan
1 (satu) biji hitam
1 (satu) biji hitam sebagian
1 (satu) biji hitam pecah
1 (satu) kopi gelondong
1 (satu) biji coklat
1 (satu) kulit kopi ukuran besar
1 (satu) kulit kopi ukuran sedang
1 (satu) kulit kopi ukuran kecil
1 (satu) biji berkulit tanduk
1 (satu) kulit tanduk ukuran besar
1 (satu) kulit tanduk ukuran sedang
1 (satu) kulit tanduk ukuran kecil
1 (satu) biji pecah
1 (satu) biji muda
1 (satu) biji berlubang satu
1 (satu) biji berlubang lebih dari satu
1 (satu) biji bertutul tutul
Nilai cacat
1 (satu)
1/2 (setengah)
1/2 (setengah)
1 (satu)
1/4 (seperempat)
1 (satu)
1/2 (setengah)
1/5 (seperlima)
1/2 (setengah)
1/2 (setengah)
1/5 (seperlima)
1/10 (sepersepuluh)
1/5 (seperlima)
1/5 (seperlima)
1/10 (sepersepuluh)
1/5 (seperlima)
1/10 (sepersepuluh)
16
18
19
20
5 (lima)
2 (dua)
1 (satu)
KETERANGAN: Jumlah nilai cacat dihitung dari contoh uji seberat 300 g. Jika
satu kopi biji mempunyai lebih dari satu nilai cacat, maka penentuan nilai cacat
tersebut didasarkan pada bobot nilai cacat terbesar.
Tabel 2 Syarat penggolongan mutu kopi arabika
Mutu
Mutu 1
Persyaratan
Jumlah nilai cacat maksimum 11*
Mutu 2
Mutu 3
Mutu 4a
Mutu 4b
Mutu 5
Mutu 6
CATATAN : Untuk kopi arabika mutu 4 tidak dibagi menjadi sub mutu 4a dan 4b.
Penentuan besarnya nilai cacat dari setiap biji cacat dicantumkan dalam Tabel 1
*Untuk kopi peaberry dan polyembrioni
(Anonim, 2008 ).
Desa Cikandang (Desa Pokok), dan Desa Simpang (Desa Baru). Tahun 1985 pada
masa jabatan Tjutju Tjukanda terjadi lagi pemekaran menjadi Desa Cikandang
(Desa Pokok) dan Desa Margamulya (Desa Baru). Berikut ini adalah profil desa
Cikandang:
Desa Cikandang memiliki luas sebesar 3.061,884 Ha dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut :
Sebelah utara
: Desa Margamulya
Sebelah selatan
Kecamatan Pamulihan
Sebelah barat
Desa Margamulya
Sebelah timur
Desa Simpang
sebagai
berikut :
- Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan
- Jarak dari Ibukota Kabupaten / Kota
8 Km
: 37 Km
: 108 Km
: 296 Km
18
Membawahi 15 Kelompok
Kentang
Tomat
Wortel
Kubis
Pecay
Cabe Merah
Kacang
Kopi
Jeruk
Jamur Tiram
Sayuran Eksklusif
Peternak Kelinci
19
20
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan Waktu
Tempat : Kec. Cikajang Desa.Cikandang, Garut Jawa Barat
Waktu : Jumat, 8 Mei 2015
3.2.
-
Pelaksanaan
Dengan bimbingan
Dosen,
mahasiswa
di
beri
arahan
untuk
21
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Latar Belakang Usaha
Usaha kopi ini merupakan Unit Pengolahan Hasil (UPH) Kopi yang
tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Bakti Lestari
Sejahtera. Usaha ini telah berdiri dari tahun 2008. GAPOKTAN Bakti Lestari
Sejahtera memiliki luas lahan sebesar 960 ha yang merupakan lahan-lahan milik
petani kopi, terdapat 519 kelompok dan 7 subsektor di Desa Cikandang dengan
jumlah petani sebanyak 519 orang. GAPOKTAN Bakti Lestari melakukan
budidaya serta pengepulan hasil kopi yang diperoleh dari petani untuk disalurkan
ke perusahaan kopi. Kopi yang dihasilkan merupakan jenis kopi arabika dengan
kualitas yang baik. Kopi Arabika asal garut ini sudah di pasarkan sampai
mancanegara salah satunya ke Eropa, Amerika, Timur Tengah dan negara-negara
lainnya. GAPOKTAN Bakti Lestari telah tergabung ke dalam Asosiasi Ekspor
Impor Industri Kopi Indonesia. Hal tersebut dilakukan guna memperoleh jaringanjaringan dalam memperluas persebaran kopi.
Jenis kopi yang ditanam di Desa Cikandang ini merupakan jenis kopi
Arabika yang ditanam pada ketinggian tempat di atas 800 mdpl. Produksi kopi
dapat mencapai 200 ton kopi beras. Penusahaan tanaman kopi dilakukan baik
lahan sendiri maupun lahan desa dengan bekerjasama dengan perum perhutani.
4.2 Karakteristik Vegetatif
Kopi lokal Garut mempunyai tipe pertumbuhan perdu dengan ruas cabang
yang pendek. Pada umur 3 tahun tingginya rata-rata mencapai 170,30 cm.
Tajuknya lebar dan panjang cabang primernya rata-rata 106,27 cm. Warna
daun tua dan tunas kopi Arabika lokal Garut adalah hijau.
Desa Cikandang terletak di ketinggian 1310 m di atas permukaan air laut
dengan suhu pada musim kemarau mencapai antara 190c sampai 280c
sehingga memiliki potensi yang besar terdapat produksi kopi. Dengan
mendukungnya lokasi usaha kopi maka kemungkinan untuk meningkatkan
usaha juga dapat dilakukan.
22
Makmur. Dalam melakukan ekspor tersebut ditak dikenakan biaya apapun sebab
eksportir yang akan mengambil hasil kopi di Desa Cikandang. Biasa kualiti
kontrol akan memilih mana yang baik untuk diekspor dan mana yang tidak namun
selama ini hasil kopi asal Desa Cikandang ini selalu lolos uji kuality kontrol. Pada
pembelian dari petani haruslah cash dikarenakan petani butuh modal kembali
dalam menjalankan usaha ini. Bila terdapat hasil lebih maka terdapat sistem cash
back.
Pendistribusian hasil kopi arabika asal Desa Cikandang ini dilakukan
tergantung pada hasil produksi. Sehingga bila saat produksi sedang meningkat
maka pendistribusian dilakuakan secara besar-besara. Namun bila produksi yang
dihasilkan tidak terlalu besar maka pendistribusian dilakukan dengan stok
seadanya. Gapoktan Bakti lestari belum dapat memenuhi permintaan akan kopi
arabika yang sangat besar.
GAPOKTAN Bakti Lestari Sejahtera dalam memasarkan kopi sebanyak
satu truk dengan jumlah berat kopi sebanyak 6 ton dalam sekali kirim namun
untuk pengiriman kopi secara ekspor sebesar 16 ton untuk sekali kirim, dan
mendapatkan benefit kurang lebih sebanyak 200 juta dengan perolehan benefit 1
truk kurang lebih 5 juta/6 ton, dimana satu ton kopi seharga 23 juta (bentuk
gabah), sedangkan satu ton kopi seharga 54 juta (bentuk kemasan kualitas ekspor).
Namun keuntungan tersebut tidak langsung di ambil bersih melainkan sebagian
akan di gunakan untuk membeli benih ataupun pupuk guna kelanjutan produksi.
Harga yang di tetapkan oleh Gapoktan Bakti Lestari sebesar Rp.
21.000,-/kg dan 23 juta/ton dengan kopi masih berupa gabahan sedangan kopi
yang berupa berasa seharga Rp. 51.000,-/kg dan 54 juta/ton. Harga tersebut relatif
meningkat karena kopi semakin diminati oleh masyarakat.
Dalam menjalankan kegiatannya maka Gapoktan Bakti Lestari ini
memiliki tenaga kerja sebanyak 5 orang dengan pemberian upah perhari sebesar
Rp. 30.000,-/orang dengan jam kerja selama 12 jam per hari. Sehingga biaya yang
di b utuhkan dalam upah karyawan sebesar Rp. 150.000,-per hari. Pemberian upah
dilakukan dengan sistem harian karena hal tersebut lebih sesuai dengan keinginan
dari petani.
24
Hasil dari pengolahan kopi ini, dilakukan pengemas tetapi masih dalam
kemasan kecil karena belum maksimalnya alat yang digunakan sehingga perlu
adanya kerjasama dengan kedai-kedai kopi. Kemasan kopi tersebut diberi label
merek Baheula dan sudah banyak dipasarkan di daerah garut dan sekitarnya.
Kelebihan dari kopi ini adalah dari segi rasa dan aroma yang khas.
Perhatian sangat besar dibutuhkan dalam segi teknis agar dalam
pengolahan kopi dapat lebih efektif dan efisien. Dalam pengolahan kopi,
dibutuhkan lima orang karyawan untuk mengoperasikan alat, untuk menjemur biji
kopi, serta untuk melakukan fermentasi kopi. Pengemasan kopi dilakukan sendiri
tetapi hanya sampai dalam bentuk gabah saja.
Setelah usaha berjalan, pemerintah memberikan bantuan berupa pelatihan
kepada pelaku bisnis kopi; seperti teknis budidaya, pengolahan, dan lain-lain.
Rantai pemasaran dari kopi arabika ini mencakup daerah Pengalengan, Ciwidey,
Sukabumi, dan Sumedang. Gapoktan Bakti lestari ini melakukan kerjasama di
berbagai daerah untuk mempermudah pemasaran kopi dan terbukti dengan
banyaknya kopi asal garut ini tersebebar diberbagai daerah.
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari laporan tersebut dapat disimpulkan :
-
baik.
Modal usaha kopi ini berasal dari swadaya petani dan dibantu oleh
pemerintah dengan berupa pemberian gedung serta mesin. Modal dana
dari pemerintah sampai saat ini belum ada sehingga dalam pembiayaan
melalui eksportir.
Keuntungan yang dapat diperoleh dari usaha kopi ini relative kurang lebih
5 juta per 6 ton. Pendistribusian dilakukan sesuai dengan produksi kopi,
sebab permintaan akan kopi arabika asal Desa Cikandang ini tidak
terbatas.
5.2 Saran
Sebaiknya usaha kopi ini lebih ditingkatkan dalam hal pengolahan
sehingga tidak hanya dalam bentuk gabahan melainkan dapat menghasilkan dalam
bentuk beran dimana memiliki nilai yang lebih tinggi.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Standar Nasional Indonesia : SNI 01-2907-2008 Biji Kopi. Badan
Standardisasi Nasional.
Anonim. 2010. Arah Kebijakan Pengembangan Kopi Indonesia. http : //www.
sinartani.com/mimbarpenyuluh/arah-kebijakan-pengembangankopi-indonesia-1299555166.htm. (Diakses pada 22 April 2013).
Anonim. 2012. Kopi Kopi Indonesia. http : // www.kompasiana.com (Diakses
pada 16 Februari 2013).
BKPM. 2011. Profil Desa Cikandang- Garut.. http://desacikandang.blogspot.com/.
Diakses : 16/05/2015 13.00 WIB
Hardjosuwito, B dan Hermansyah. 1985. Biji Kopi Asal Buah Hijau Dinilai
Dengan Sistem Nilai Cacat. MenaraPerkebunan 1985 vol 53(3) :
96-100.
27
LAMPIRAN
28