Tanggal Mulai
Tanggal Selesai
: 17 April 2012
: 15 Mei 2012
J3E111003
J3E111044
J3E111055
Wulan Dewi S
J3E111135
Asisten Praktikum :
Sofiatul Andariah
Penanggung Jawab :
Dwi Yuni Hastati, STP,DEA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keterangan umur simpan (masa kadaluarsa) produk pangan merupakan
salah satu informasi yang wajib dicantumkan oleh produsen pada label kemasan
produk pangan. Pencantuman informasi umur simpan menjadi sangat penting
karena terkait dengan keamanan produk pangan dan untuk memberikan jaminan
mutu pada saat produk sampai ke tangan konsumen. Kewajiban pencantuman
masa kadaluarsa pada label pangan diatur dalam Undang-undang Pangan no.
7/1996 serta Peraturan Pemerintah No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan,
dimana setiap industri pangan wajib mencantumkan tanggal kadaluarsa (expired
date) pada setiap kemasan produk pangan (Tamiang, S 2010)
Pengolahan pangan pada industri komersial antara lain bertujuan untuk
memperpanjang masa simpan. Umur simpan merupakan salah satu persyaratan
yang harus dipenuhi sebelum produk pangan dipasarkan selain produk aman
dikonsumsi oleh masyarakat. Kriteria atau komponen mutu yang penting pada
komoditas pangan adalah keamanan, kesehatan, flavor, tekstur, warna, umur
simpan, kemudahan, kehalalan, dan harga (Andarwulan dan Hariyadi 2004).
Berkaitan dengan berkembangnya industri pangan skala usaha kecilmenengah, dipandang perlu untuk mengembangkan penentuan umur simpan
produk sebagai bentuk jaminan keamanan pangan. Penentuan umur simpan di
tingkat industri pangan skala usaha kecil menengah sering kali terkendala oleh
faktor biaya, waktu, proses, fasilitas, dan kurangnya pengetahuan produsen
pangan (Herawati, H 2009).
penentuan umur simpan hendaknya dapat memberikan informasi tentang
umur simpan pada kondisi ideal, umur simpan pada kondisi tidak ideal, dan umur
simpan pada kondisi distribusi dan penyimpanan normal dan penggunaan oleh
konsumen. Suhu normal untuk penyimpanan yaitu suhu yang tidak menyebabkan
kerusakan atau penurunan mutu produk. Suhu ekstrim atau tidak normal akan
mempercepat terjadinya penurunan mutu produk dan sering diidentifikasi sebagai
suhu pengujian umur simpan produk (Hariyadi, 2004).
1.2 Tujuan
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah selotip, label, plastik,
gunting,dan inkubator. Bahan yang digunakan adalah wafer Roma Superman rasa
coklat.
2.2 Metodologi
Identifikasi komposisi produk wafer
Dilakukan uji skor secara organoleptik terhadap mutu rasa, aroma,dan tekstur
produk wafer dengan dua kali ulangan.
Simpan produk selama 30 hari pada suhu penyimpanan 30oC, 40 oC, dan 50 oC
Identifikasi mutu wafer dan catat perubahan mutu pada hari ke-0, 7, 14, 21, dan
28.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pendugaan Umur Simpan Produk Wafer Metode ASTL Arrhenius
Percepatan
Ordo 0
Ordo 1
Suhu
25
27
30
25
27
30
Aroma
Hari
Bulan
37,10
1,24
37,73
1,26
38,69
1,29
46,09
1,54
45,66
1,52
45,03
1,50
Rasa
Hari
Bulan
55,11
1,84
52,88
1,76
49,74
1,66
65,59
2,19
62,18
2,07
57,46
1,92
Tekstur
Hari
Bulan
52,07
1,74
49,76
1,66
46,54
1,55
61,70
2,06
58,08
1,94
53,12
1,77
bulan
25
27
Linear (bulan)
30
suhu o C
bulan
Linear (bulan)
1.5
25
27
suhu o C
30
bulan
1.8
waktu ( bulan)
1.7
Linear (bulan)
1.6
1.5
25
27
30
bulan
Linear (bulan)
1.5
25
27
30
suhu o C
bulan
Linear (bulan)
1.3
25
27
suhu o C
30
bulan
Linear (bulan)
1.5
25
27
30
suhu o C
3.2 Pembahasan
Wafer adalah bahan dasar dari komponen microsystem. Wafer biasanya
berbentuk lempengan tipis berbentuk lingkaran dengan garis disalah satunya
sisinya. Pada umumnya wafer terbuat dari Kristal silicon. Wafer merupakan suatu
bentuk pakan yang memiliki bentuk fisik kompak dan ringkas sehingga
diharapkan dapat memudahkan dalam penanganan dan transportasi, disamping itu
memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dan menggunakan teknologi yang
relative sederhana sehingga mudah diterapkan.
Umur simpan adalah kurun waktu ketika suatu produk makanan akan tetap
aman, mempertahankan sifat sensori, kimia, fisik, dan mikrobiologi tertentu, serta
sesuai dengan keterangan pelabelan data nutrisi, ketika disimpan pada kondisi
tertentu. Secara umum, ada tiga macam komponen penting yang berhubungan
dengan umur simpan, yaitu perubahan mikrobiologis (terutama untuk produk
dengan umur simpan yang pendek), serta perubahan kimia dan sensori (terutama
untuk produk dengan waktu simpan menengah hingga lama) (Herawati, H 2009).
Penentuan umur simpan produk pangan dapat dilakukan dengan
menyimpan produk pada kondisi penyimpanan yang sebenarnya. Cara ini
menghasilkan hasil yang paling tepat, namun memerlukan waktu yang lama dan
biaya yang besar. Kendala yang sering dihadapi oleh industri dalam penentuan
umur simpan suatu produk adalah masalah waktu, karena bagi produsen hal ini
akan mempengaruhi jadwal launching suatu produk pangan. Oleh karena itu
diperlukan metode pendugaan umur simpan cepat, mudah, murah dan mendekati
umur simpan yang sebenarnya.
Pada Praktikum ini, dilakukan umur percobaan dengan metode
Accelerated Shelf Life Testing Arrhenius. Metode Accelerated Shelf Life Testing
(ASLT), yaitu dengan cara menyimpan produk pangan pada lingkungan yang
menyebabkannya cepat rusak, baik pada kondisi suhu atau kelembaban ruang
penyimpanan yang lebih tinggi. Data perubahan mutu selama penyimpanan
diubah dalam bentuk model matematika, kemudian umur simpan ditentukan
dengan cara ekstrapolasi persamaan pada kondisi penyimpanan normal. Metode
akselerasi dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat dengan akurasi yang
baik. Dalam percobaan ini, produk pangan yang diuji umur simpannya adalah
wafer Roma Superman rasa coklat. Produk wafer diuji dengan uji skor
berdasarkan parameter mutu rasa, aroma, dan tekstur dengan dua kali ulangan.
Pengujian dilakukan pada hari ke 0, ke 7, ke 14, ke 21 dan ke 28. Uji skor dalam
penilaian wafer dengan memberikan skor dari 1-5 (dari yang paling buruk
samapai paling baik). Produk wafer disimpan pada suhu 30 oC, 40 oC, dan 50 oC.
Setelah didapat skor penilaian, dilakukan perhitungan umur simpan produk.
3.2.1 Tekstur
Berdasarkan tabel hasil pengamatan paraemter mutu tekstur wafer
ordo 0, pada suhu 25 0C didapat LNK sebesar -3,259440587 dengan nilai
konstanta laju penurunan mutu sebesar 0,038409879 sehingga didapatkan
umur simpan wafer pada suhu 25 0C sebesar 52,06993756 atau selama 52
hari dalam kisaran bulan kurang lebih selama 1 bulan 3 minggu 1 hari.
Pada suhu 27 0C,
C,
kimia, reaksi enzimatis atau proses fisik yaitu penyerapan uap air atau gas
dari sekelilingnya. Hal ini menyebabkan perubahan terhadap produk
meliputi perubahan tekstur, flavor, warna, penampakan fisik, nilai gizi,
maupun mikrobiologis.
Penyimpanan suhu yang lebih rendah dapat memperpanjang masa
simpan wafer dibandingkan dengan penyimpanan suhu tinggi karena pada
suhu penyimpanan ini aktifitas mikroorganisme, reaksi kimia dan biokimia
di dalam produk dapat dihambat. Tingginya suhu penyimpanan akan
mempercepat kerusakan perubahan mutu produk. Sebagaimana pernyataan
Fenema di dalam Karel et al. (1978) bahwa reaksi kimia diantaranya
oksidasi lemak, degradasi pigmen, perkembangan berbagai flavor,
degradasi vitamin dapat dihambat pada penyimpanan suhu rendah.
3.2.3 Aroma
Pengujian yang dilakukan terhadap wafer merupakan uji
organoleptik uji organoleptik sendiri merupakan pengujian terhadap bahan
makanan berdasarkan kesukaan dan kemauan untuk mempergunakan suatu
produk. Dalam penilaian bahan pangan, sifat yang menentukan diterima
atau tidak suatu produk berdasarkan sifat indrawi. Penilaian indrawi ini
terdiri dari enam tahap yaitu pertama menerima bahan, mengenali bahan,
mengadakan klarifikasi sifat-sifat bahan, mengingat kembali bahan yang
telah diamati, dan menguraikan kembali sifat indrawi produk tersebut
(Kusmiadi 2008). Jumlah panelis pada uji organoleptik terhadap wafer
superman terdiri dari 5 panelis. Pada uji ini panelis diminta untuk
memberikan respon terhadap wafer. respon dari panelis sendiri diwakili
dengan angka atau numerik. Hal ini untuk mempermudah panelis
menggambarkan
responya
dan
untuk
mempermudah
pada
saat
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum pendugaan umur simpan produk pangan dengan
metode Accelerated Shelf Life Testing, diketahui umur simpan wafer adalah 37
hari atau 1 bulan 1 minggu. Semakin rendah suhu penyimpanan, maka umur
simpan (shelf life) produk wafer akan semakin lama. Selain suhu, komposisi wafer
akan mempengaruhi mutu aroma, tekstur, dan rasa wafer sehingga akan
mempengaruhi umur simpan produk tersebut.
4.2 Saran
Pemberian skor dengan uji skor harus menggunakan panelis yang terlatih
agar penilian dilakukan secara subjektif dn objektif. Selain itu, inkubator yang
digunakan sebagai tempat penyimpanan untuk simulasi suhu penyimpanan harus
dijaga dan diawasi agar suhunya tetap stabil. Hal ini dilakukan karena pada saat
tertentu, inkubator dapat mati mendadak akibantnya mengalami perubahan suhu
sehingga data yang didapat kurang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Hariyadi, P. 2004. Prinsip-prinsip pendugaan masa kedaluwarsa dengan metode
Accelerated Shelf Life Test. Di dalam Pelatihan Pendugaan Waktu
Kedaluwarsa (Shelf Life). Bogor: Pusat Studi Pangan dan Gizi, Institut
Pertanian Bogor.
Herawati, H. 2009. Pendugaan umur simpan produk pangan. Bukit Tegalepek:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah
Oktania, I.2004. Studi Penentuan Umur Simoan Produk Wafer dengan Metode
Accelerated Shelf Lifr Testing (ASLT). Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Setyaningsih, D. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor:
IPB Press
Tamiang,
S.
2010.
Pendugaan
umur
simpan
kemasan
http://resepcarapembuatanpengolahanhasilkue.blogspot.com [2 Juni 2012]
Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: M-Brio press
LAMPIRAN
Tabel 2. Perhitungan Pendugaan Umur Simpan Rasa Wafer
dA
dt
= kA
dimana:
A = nilai mutu yang tersisa setelah waktu t
Ao = nilai mutu awal
t = waktu penyimpanan (dalam hari, bulan atau tahun)
k = konstanta laju reaksi ordo nol atau satu
(1)
(2)