Anda di halaman 1dari 32

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Peranan Bimbingan dan Penyuluhan

1. Pengertian bimbingan dan penyuluhan

Istilah bimbingan dan penyuluhan dipandang dari segi terminologi

berasal dari bahasa asing yaitu bimbingan dari Guidance dan penyuluhan dari

Counseling.

a. Bimbingan

Mengenai pengertian bimbingan ini Bimo walgito mengemukakan

sebagai berikut :

Bimbingan adalah merupakan bantuan atau pertolongan yang

diberikan kepada individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan

dalam hidupnya mencapai kesejahteraan. (Walgito, 1989:4)

Sejalan dengan pengertian di atas H. Koestuer Partowisastro

mengemukakan pendapat :

Bimbingan adalah bantuan yang diberikkan kepada seseorang agar


memperkembangkan potensi-potensi yang dimiliki, mengenal
dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalannya sehingga dapat
menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab
tanpa tergantung orang lain. (Partowisastro, 1984:12)

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud

dengan bimbingan adalah suatu usaha bantuan yang dilakukan oleh

seseorang yang mempunyai keahlian dan pengalaman dalam memberikan


bantuan atau pertolongan kepada individu tersebut dapat mengembangkan

potensi yang dimiliki, mengenal dirinya dan dapat bertanggung jawab.

b. Penyuluhan

Penyuluhan menurut Bimo Walgito adalah :

Penyuluhan adalah bantuan yang diberikan individu dalam


memecahkan masalah kehidupannya dengan langsung berhadapan
muka, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang
dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. (Walgito,
1989:5)

Dari pendapat tersebut di atas dapat dipahami bahwasanya

bimbingan dan penyuluhan, ada persamaannya dan ada perbedaannya.

Persamaan adalah keduanya merupakan suatu bantua bagi individu-

individu dalam menghadapi problem kedupannnya. Sedangkan perbedaan,

bimbingan lebih luas dari pada penyuluhan, bimbingan lebih menitik

beratkan pada segi-segi preventif, sedangkan penyuluhan lebih menitik

beratkan pada segi kuratif, tetapi walaupun demikian pengguanan

bimbingan selalu diikuti dengan kata penyuluhan.

Keberadaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah harus

mendapatkan perhatian istimewa terhadap generasi muda. Karena

manfaatnya adalah sangat besar bagi pemantapan hidup bagi generasi

muda kita dalam berbagai bidang yang menyangkut ilmu pengetahuan.

Ketrampilan dan sikap mental generasi muda. Apalagi mengingat bahwa

generasi mda perlu dibina secara intensif sesuai dengan cita-cita yang

terkandung dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara yang menyatakan


bahwa generasi muda harus dibina agar menjadi generasi pengganti

dimasa mendatang yang harus lebih baik, lebih bertanggung jawab dan

lebih mampu mengisi serta membina kemerdekaan Bangsa.

Dengan adanya bimbingan dan penyuluhan di sekolah diharapkan

generasi muda menjadi generasi yang mampu bermanfaat baik bagi

dirinya sendiri maupun bagi masyarakat serta bagi bangsa dan negara.

Manusia diciptaka oleh Allah SWT untuk menjadi manusia yang

bermanfaat baik bagi dirinya maupun umatnya. Firman Allah dalam Al-

Qur’an surat Ali Imron ayat 110 yaitu:

Artinya : Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah … (QS. Ali Imron, 110)
(Depag RI., 1989:94)

Untuk menjadi generasi yang mampu bermanfaat baik dirinya

sendiri maupun bagi masyarakat serta bagi bangsa dan negara, maka perlu

kiranya diperkenalkan kepada anak didik seperangkat ajaran yang

mewajibkan kita untuk senatiasa belajar, khususnya dalam bidang agama,

sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 102 :


Artinya : Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-
tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga diri.
(QS. At-Taubah, 122) (Depag. RI. 1989:302)

Ayat tersebut memberikan gambaran tentang pentingnya

pembahasan terhadap agama yang kita peroleh dalam prosesbelajar

mengajar, baik lewat pendidikan luar sekolah (Sekolah dan Masyarakat).

Secara ekspisit ayat tersebut juga mengisyaratkan perintah

langsung kepada petugas bimbingan dan penyuluhan untuk memberikan

penyuluhan yang baik kepada para siswanya. Sebab seperti yang pernah

kita jelaskan di atas, baik keberadaan bimbingan kepada para siswa untuk

pemantapan hidup dalam berbagai bidang.

Petugas bimbingan dan penyuluhan yang keberadaannya

disamping sebagai badan yang bertugas memberikan bimbingan kepada

para siswa juga sebagai guru yang memberikan pendidikan dan pengajaran

yang baik kepada siswa. Sehingga tanggung jawab petugas bimbingan dan

penyuluhan menjadi ganda dan variatif atau sebagai pengajar mata

pelajaran dan sebagai pendidik agama dan akhlaq yang baik.


2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan

Pelayanan bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan disekolah

mempunyai dua tujuan yaitu :

Tujuan bimbingan dapat dibedakan atas tujuan sementara dan tujuan


akhir. Tujuan sementara adalah supaya orang bersikap dan bertindak
seperti dalam situasi hidupnya sekarang ini. Sedangkan tujuan akhir
adalah supaya orang mampu mengatur kehidupannya sendiri,
menagambil sikapnya sendiri dan menangung sendiri resiko dari
tindakan-tindakannya (Winkel, 1991:17).

Dari pendapat di atas dapat diapahami bahwa tujuan dari bimbingan

dapat dibedakan atas tujuan sementara dan tujuan akhir. Tujuan sementara

adalah supaya orang bersikap dan bertindak sendiri dalam situasi hidupnya

sekarang ini, misalnya melanjutkan sekolah, mengambil sikap dan pergaulan,

mendaftarkan diri pada fakultas Perguruan Tinggi tertentu. Tujuan akhir

adalah supaya orang mampu mengatur kehidupannya sendiri, mempunyai

pandangan sendiri dan menanggung sendiri konsekwensi atau resiko dari

tindakannya sendiri.

3. Cara-cara Pelaksnaan Bimbingan dan Penyuluhan

Pelaksanaan Bimbingan di sekolah terwujud dalam program

bimbingan, yang mencakup keseluruhan pelayanan bimbingan. Para petugas

bimbingan selain harus sehat fisik maupun psikisnya juga mendapatkan

pendidikan khusus dan bimbingan dan konseling;secara ideal berijasah sarjana

FIP IKIP, jurusan BK, atau program yang sederajat. Di samping itu seorang
pembimbing harus mempunyai pengalaman maupun pengetahuan yang cukup,

baik yang bersifat praktis maupun teoritis, sesuai dengan pendapat Bimo

Walgito :

Agar supaya seorang pembimbing dapat menjalankan fungsi atau


pekerjaannya dengan sebaik-baiknya, seorang pembimbing harus
mempunyai pengetahuan yang cukup luas baik segi yang bersifat
teoritis maupun yang bersifat praktis. (Walgito, 1989:17)

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwasanya pengetahuan

tentang bimbingan dan penyuluhan merupakan syarat yang paling penting

bagi seorang pembimbing, baik dari segi teoritis maupun praktisnya.

Dasar dari pada pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan di

sekolah tidak lepas dari dasar pendidikan pada umumnya, dan pendidikan

pada khususnya. (Walgito, 1989:17)

Dalam melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan perlu

diperhatikan batas-batas sampai dimana kemungkinan kegiatan bimbingan

dan penyuluhan itu boleh dilaksanakan. Bimbingan dan penyuluhan disekolah

dilakukakan untuk siswa-siswi, untuk membantu siswa-siswi dalam membuat

rencana belajar dan mengambil keputusan sendiri. Bimbingan dilakukan

dengan melibatkan personal lain dalam memberikan bantuan pada siswa.

Bimbingan dilakukakn dala batas-batas kemampuan yang dimiliki oleh staf

pembimbing (tenaga ahli bimbingan, guru konselor atau guru pembimbing

dan guru biasa guru vak) dan program bimbingan sekolah berpusat pada

pencegahan kesulitan belajar dikelas yang dilakukan atas dasar kesepakatan


bersama anatara penyuluhan dan siswa.

Menurut Totok Santoso dalam bukunya “Layanan dalam Memberikan

Bimbingan Belajar, yaitu :

a. Bimbingan secara kelompok

Pelaksanaan bimbingan kelompok merupakan cara-cara tertentu

untuk mengelompokkan murid. Sedangkan aktivitas-aktivitas bimbingan

kelompok merupakan jenis kegiatan yang dilakukakan, karena

pembimbing mrangkap sebagai pengajar, makabimbingan kelompok yang

paling dominan. Sebab disamping memberikan pelajaran juga diiringi

memberikan bimbingan secara pencegahan (preventif). Adapun bentuk

bimbingan kelompok adalah pelajaran bimbingan (group guindance class),

sekelompok diskusi, kelompok kerja dan home room.

1) Pelajara Bimbingan

Pelajaran bimbingan ini yang diutamakan adalah kebutuhan-

kebutuhan murid yang berkenan dengan perkembangan pribadinya dan

pergaulan sosialnya : dengan kata lain ahli bimbingan lebih berfungsi

sebagai pendidik dari pada sebagai pengajar. Pada pelajaran

bimbingan yang biasanya berupa pembahasan tentang suatu masalah

yang tidak termasuk materi pelajaran yang lain. misalnya cara-cara

belajar yang baik. Cara memilih jurusan / fakultas. Cara-cara bergaul,

pendewasaan diri, hubungan dengan orang tua.

2) Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok ini dibentuk kelompok kecil yang terdiri

dari empat sampai enam murid yang mana murid-murid itu

mendiskusikan sesuatu bersama, misalnya kesukaran dalam belajar,

pergaulan dengan orang tua atau pergaulan dengan lain jenis.

b. Bimbingan secara individu

Bimbingan secara individu ini dilaksanakan ada permasalahan dari

siswa yang bersangkutan langsung dipanggil ke ruang bimbingan.

Adapun bentuk dari bimbingan individu dapat berupa : pemberian

informasi, pemberian nasehat, dan konsentrasi.

c. Konseling individual

Konseling individual paling tidak ada empat segi yang perlu

diperhatikan dalam konseling, yaitu saat diam, kebingungan,

mndengarkan dan melarikan diri dari kenyataan.

4. Sifat bimbingan dan penyuluhan

Masalah bimbingan dan penyuluhan mengacu pada situasi masa

pemberian bantuan yang dilihat dari segi proses penampakan hal atau

kesulitan yang dihadapi murid. Dengan kata lain pemberian bantuan dapat

dilakukan sebelum ada kesulitan, selama ada kesulitan, dan setelah ada

kesulitan yang dihadapi murid.

Sifat bimbingan menurut Andi Mapiere dibagi menjadi empat yaitu :

1. Sifat pencegahan (prefentif) yaitu pemberian bantuan


(terutama) kepada murid, sebelum murid menghadapi

kesulitan atau persoalan yang serius.

2. Sifat pengembangan (development) yaitu usaha bantuan yang

diberikan pada murid dengan mengiringi ‘perkembangan

mentalnya ; yang dimaksudkan terutama untuk menetapkan

jalan berfikir dan bertindaknya murid sehingga dapat

berkembang secara optimal.

3. Sifat penyembuhan (curatif) yaitu usaha bantuan yang

diberikan pada murid selama atau setelah murid mengalami

persoalan serius, dengan maksud agar murid agar terbebas

dari kesulitan.

4. Sifat pemeliharaan (Treatment) yaitu usaha bantuan yang

dimaksudka terutama unuk memupuk dan mempertahankan

kesehatan mental murid yang bersangkutan bertahan dalam

kesembuhan, setelah menjalani proses penyembuhan.

Dari keempat sifat bimbingan tersebut di atas, satu dengan yang

lainnya sangat berbeda, dalam penggunaannya yang luas. Hafi Anshari

membagi bimbingan menjadi dua bentuk bimbingan yaitu :

a. Bimbingan yang bersifat prefentif


1. Tata Tetib
2. Menanamkan kedisiplinan
3. Memberikan motivasi
4. Memberikan nasehat
b. Bimbingan yang bersifat kuratif
1. Pemberitahuan
2. Peringatan
3. Hukuman
4. Ganjaran (Mapiere, 1989:211)

5. Jenis-Jenis Bimbingan dan Penyuluhan

a. Penyelenggaraan kartu pribadi

Bimo Walgito mengemukakan tentang kartu pribadi yaitu :

Kartu pribadi atau disebut juga daftar pribadi merupakan suatu


daftar yang memuat semua aspek diri anak. Daftar pribadi ini
memuat perseorangan sehingga masing-masing anak mempunyai
daftar sendiri-sendiri. (Walgito, 1989:79)

Kartu pribadi ini berfungsi sebagai langkah awal bila suatu saat

akan membimbing, karena sesudah diketahui sebelumnya pangkal

tolaknya.

b. Penyelenggaraan papan bimbingan

Penyelenggaraan papan bimbingan adalah merupakan suatu aspek

untuk merealisasikan bimbingan penyuluhan di sekolah. Karena pada

papan bimbingan anak-anak akan dapat melihat yang perlu diketahui oleh

dirinya.

Pada papan bimbingan ini bisa ditulis peraturan sekolah dan cara

belajar yang baik.

c. Penyelenggaraan kotak masalah

Mengenai kotak masalah ini Bimo Walgito mengemukakan

sebagai berikut :

Kotak masalah sering pula disebut kotak tanya. Dasar pemikiran


penyelenggaraan kotak masalah ini adalah untuk menampung
masalah atau pertanyaan yang dihadapi oleh anak-anak yang lain
dalam sekolah. (Walgito, 1989:79)

Penyelenggaraan kotak masalah ini disamping bersifat kuratif juga

bersifat prefentif serta bersifat korektif. Sehingga permasalahan yang

timbul segera akan dapat dicarikan penyelesaiannya.

d. Penyelenggaraan Kelompok Belajar

Kelompok belajar adalah bahwa kegiatan-kegiatan digolongkan


kedalam tiga golongan utama secara hakiki. Ialah kegiatan-
kegiatan yang bersifat individual. Kegiatan yang bersifat sosial dan
kegiatan yang bersifat Ketuhanan. (Walgito, 1989:143)

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa seseorang harus

memiliki sosial yang baik, bekerja sama dengan lingkungannya serta

mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi atau

golongan.

Secara spiikis dapat dikemukakan bahwa peranan dari bimbingan

dan penyuluhan dalam lembaga pendidikan disekolah adalah memberika

bantuan kepada siswa yang mempunyai permasalahan untuk dibimbing

agar siswa yang bersangkutan mampu menyelesaikan kesulitan yang

dihadapi baik pada saat sekarang maupun pada masa yang akan datang.

Tugas tersebut tidaklah ringan dan segampang yang dibayangkan, apalagi

jika dikaitkan dengan adanya gejala menurunnya aktivitas belajar siswa.

Menurut Hanafi Anshari bantuan atau bimbingan yang diberikan

kepada siswa ada dua macam yaitu : “bimbingan yang bersifat prefentif
(pencegahan) dan bimbingan yang bersifat kuratif (penyembuhan)”.

(Anshari, 1991:67)

1) Bimbingan yang bersifat prefentif

Bimbingan yang bersifat prefentif (pencegahan) adalah

pemberian bantuan kepada siswa sebelum menghadapi kesulitan atau

persoalan yang serius. Cara yang ditempuh bermacam-macam, antara

lain : memelihara situasi yang baik dan menjaga situasi itu agar tetap

baik. Dalam hal ini hubungan siswa dengan guru dan staf yang lain

harus dijaga sebaik mungkin. Saling mengerti kedudukannya sehingga

satu dengan yang lainnya tidak saling membenci. Demikian juga guru

dalam menyampaikan materi harus disesuaikan dengan keadaan anak.

Minat anak dan guru berusaha semaksimal mungkin menimbulkan

semangat anak agar tidak merasa bosan terhadap guru dan materi yang

diberikan.

Sehubungan dengan hal tersebut, Dewa Ketut Sukardi

menjelaskan :

Bimbingan berfungsi prefentif, pencegahan terjadinya atau

timbulnya masalah dari anak didik dan berfungsi preservation.

Memelihara situasi dan menjaga supaya situasi itu tetap baik.

(Sukardi, 1983:8).

Selanjutnya bimbingan prefentif ini bisa dengan cara

penggunaa waktu senggang. Jenis bimbingan ini untuk membantu


siswa dalam menggunakan waktu senggang dengan cara mengisi

kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain

atau lingkungan.

Dengan bimbingan jenis ini diharapkan siswa mampu

memanfaatkan waktu senggang dengan mengisi kegiatan-kegiatan

belajar, bekerja atau rekreasi yang membawa manfaat.

Sebagaimana dikemukakan oleh I. Djumhur dan Moh. Surya

sebagai berikut :

Kegiatan bimbingan menggunakan waktu senggang antara lain


membantu siswa dalam hal :
1. Menggunakan waktu-waktu senggang untuk kegiatan
produktif.
2. Menyusun dan membagi waktu belajar dengan sebaik-
baiknya.
3. mengisi dan menggunakan waktu pada jam-jam bebas, hari
libur dan sebagainya.
4. Merencanakan suatu kegiatan. (Ahmadi, 1978:38)

Menggunakan waktu senggang untuk kegiatan produktif,

seperti ; kegiatan OSIS, kepramukaan, organisasi keagamaan, olah

raga dan kesenian yang dapat mengembangkan bakat dan potensi yang

dimiliki peserta didik sehingga selalu merasa diliputi dalam kesibukan.

Hal ini sedikit sekali bagi mereka memikirkan dan mengatur waktunya

pada hal-hal yang tidak baik dan menjurus pada kegiatan amoral.

Megenai penggunaan waktu yang sebaik-baiknya telah

diperintahkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Ashr ayat 1-

3 yaitu :
Artinya : Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kesabaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kebenaran. (QS. Al Ashr ayat 1-3) (Depag RI.
1991:1009)

Dari nash tersebut di atas dapat dipahami bahwa Islam sangat

menghargai akan perlunya memanfaatkan waktu dengan sebaik-

baiknya yaitu mengisi waktu engan perbuatan yang bermanfaat baik

bagi dirinya maupun bagi diri lingkungan.

Adapun bimbingan yang bersifat pencegahan adalah tata tertib,

menanamkan kedisiplinan, memberikan motivasi, dan memberikan

nasehat. (Anshari, 1991:67)

a) Tata Tertib

Tata tertib adalah beberapa peraturan yang harus ditaati

dalam situasi atau dalam suatu tata kehidupan tertentu. Peraturan

tersebut dalam hal ini dapat berbentuk tulisan atau tidak tertulis.

Yang tertulis misalnya tata tertib antara guru dengan murid, tata

tertib pergaulan dan sebagainya.

b) Menanamkan kedisiplinan

Disiplin adalah merupakan suatu sikap mental yang dengan


kesadaran dan keinsafannya mematuhi terhadap perintah-perintah

atau larangan yang ada terhadap suatu hal. Karena mengerti betul-

betul tentang pentingnya dan larangan tersebut. Karena itu disiplin

harus ditanamkan dalam sanubari anak. Menurut Hafi Anshari

untuk menanamkan kedisiplinan pada anak dapat diusahakan

dengan jalan : pembiasaan, dengan contoh dan teladan, dengan

penyadaran dan dengan pengawasan atau kontrol. (Anshari,

1991:68)

1) Dengan Pembiasaan

Anak dibiasakan untuk melakukan sesuatu dengan baik,

tata tertib dan teratur, misalnya berpakaian yang rapi, masuk

dan keluar kelas harus dengan ijin guru, harus memberi salam

dan sebagainya.

2) Dengan contoh dan teladan

Suri tauladan yang baik perlu mendapatkan perhatian

yang sesungguhnya dari guru. Untuk itulah guru harus lebih

dahulu memberikan contoh dengan perbuata yang baik, sebab

kalau tidak maka dikalagan murid akan timbul semacam protes

tentang keadaan tersebut sehingga akan menimbulkan rasa

tidak senang, iri hati dan tidak ikhlas. Perbuatan baik itu

dikerjakan oleh murid hanya karena keterpaksaan.


3) Dengan penyadaran

Disamping adanya pembiasaan, contoh dan teladan,

maka anak semakin kritis ingin mengerti tentang arti peraturan

atau larangan tang ada. Maka kewajiban para guru untuk

memberikan penjelasan, alasan yang dapat diterima dengan

baik oleh pikiran anak. Sehingga dengan demikian timbul

kesadaran anak tentang adanya perintah yang harus dikerjakan

dan larangan-larangan yang harus ditinggalkan.

4) Dengan pengawasan atau kontrol

Bahwa kepatuhan anak terhadap peraturan atau tata

tertib mengenal juga adanya situasi tertentu yang

mempengaruhi terhadap anak. Adanya kemungkinan anak

nyeleweng atau tidak mematuhi tata tertib maka perlu diadakan

pengawasan yang intensif terhadap situasi yang tidak

diinginkan yang akibatnya akan merugikan keseluruhan.

b) Memberi motivasi

Memberikan motivasi disini lebih ditekankan pada

pembetukan akhlaq yang baik, yang mana akhlaq merupakan

keseluruhan dari gerak hidup manusia.

Dalam hal ini Sardiman AM mengemukakan pendapatnya :

Istilah motivasi banyak digunakan diberbagai bidang dan


situasi dalam hal ini tidak akan dikemukakan motivasi
dalam bidang dan motivasi dalam pembentukan akhlaq
siswa. (Sardiman, 1987:93)

c) Memberikan Nasehat

Dalam Bahasa Indonesia kata nasehat diartikan sebagai

ajaran atau pelajaran yang baik. Namun suatu nasehat sudah

barang tentu mesti timbul dari hati nurani yang bersih dan murni.

Dengan tulus hati dengan kepentingan dan kebaikan yang

dinasehati.

Pemberian nasehat dapat dilakukan dengan memberikan

jalan untuk kebahagiaan hidup didunia dn kebahagiaan akherat.

Mengingat mereka dengan yang halus dan yang lembut serta

memberikan peringatan mengenai kelalaian mereka terhadap

kewajiban sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial.

2) Bimbingan yang bersifat kuratif (Penyembuhan)

Bimbingan yang bersifat kuratif yaitu uasaha bantuan yang

diberikan pada murid selama atau setelah murid mengalami persoalaan

serius. Dengan maksud utama agar murid yang bersangkutan

terbebaskan dari kesulitan.

Dalam rangka pemberian bantuan yang diberikan secara

sistimatis kepada klien digunakan berbagai langkah dan tehnik agar

orang yang bersangkutan mampu untuk memecahkan segala problem

yang dihadapi, apakah itu yang bersifat pribadi yang mengganggu


perasaan, frustasi dan menghadapi untuk menentukan pilihan yang

tepat sesuai dengan kemampuannya.

Bimbingan yang bersifat kuratif berupa pemberitahuan,

peringatan, hukuman dan ganjaran. (Anshari, 1991:67)

a) Pemberitahuan

Pemberitahuan yaitu memberikan informasi kepada anak

terhadap sesuatu hal yang kurang baik karena hal itu mengganggu

jalannya proses pendidikan. Pemberitahuan ini diberikan kepada

anak yang belum tahu misalnya seorang anak yang memberikan

sesuatu kepada gurunya dengan tangan kirinya. Hal tersebut

kemungkinan dilingkungan sekitarnya dan tidak ada yang

memberitahukan bahwa hal itu, bukanlah anak yang bersagkutan

langsung dimarahi.

b) Peringatan

Peringatan diberikan terhadap anak yang sudah berkali-kali

melakukan pelanggaran dimana sebelumnya sudah diberi teguran

dan biasanya peringatan itu disertai dengan ancaman apabila hal

tersebut terulang kembali. Misalnya ada seorang anak yang berbuat

nakal pada temannya beberapa kali, setelah ditegur juga dia masih

melakukan, maka diberi peringatan dengan satu ancaman

umpamanya kalau sampai melakukan lagi akan dikeluarkan dari

sekolah.
c) Hukuman

Hukuman adalah tindakan yang paling akhir terhadap

pelanggaran yang sudah berkali-kali dilakukan setelah

diberitahukan, dan diperingati. Hukuman mempunyai arti dan nilai

sebagai berikut:

1) Hukuman sebagai akibat suatu pelanggaran

2) Hukuman sebagai titik tolak agar tidak terjadi pelanggaran

d) Ganjaran

Ganjaran adalah alat pendidikan reppresif yang bersifat

menyenangkan. Ganjaran diberikan pada anak didik yang

mempunyai prestasi terentu dalam pendidikan, memiliki kerajinan

dan tingkah laku yang baik. Sehingga dapat dijadikan contoh

teladan bagi teman-temannya. Ganjaran itu dapat berupa pujian,

penghormatan, hadiah dan tanda penghargaan.

B. Kajian tentang Menanggulangi Kesulitan Belajar

Di depan telah dijelaskan bahwa kata penanggulangan diambil dari asal

kata menanggulangi yang dalam kamus Bahasa Indonesia antara lain diartikan

dengan mengatasi. (Depdikbud, 1991:1005)

Sedangkan kesulitan berarti : keadaan yang sulit, sesuatu yang sulit,

kesukaran. (Depdikbud., 1991:1990)

Belajar menurut Qomar Hamalik adalah : “sesuatu bentuk pertumbuhan


atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah

laku yang baru, berkat pengalaman dan pelatihan” (Hamalik, 1990:2)

Pemecahan kesulitan belajar menurut H. Koestoer Partowisastro dalam

bukunya “Diagnosa dan pemecahan kesulitan belajar siswa” ada beberapa tahapan

dalam melakukannya, yaitu : menelaah status siswa,memperhatikan sebab-sebab

kesulitan belajar dan proses pemecahan kesulitan belajar. (Partowisastro,

1984:72).

a. Menelaah status siswa

Menelaah status siswa adalah usaha meneliti hasil belajar siswa atau

murid untuk mengetahui sampai sejauh mana pelajaran yang mereka serap

dan kesulitan-kesulitan apa yang mereka hadapi dalam proses belajar.

b. Mengidentifikasi dan klasifikasi sebab-sebab kesulitan belajar

siswa

Mengidentifikasi kasus merupakan langkah yang pertama dilakukan

oleh Counselor atau guru dalam rangka mencetak atau mengecek eksistensi

status siswa. Mengidentifikasi dimaksudkan untuk mengetahui hakekat dan

luasnya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa atau yang dihadapi oleh

siswa.

Menurut I. Djumhur dan Moh. Surya mengatakan bahwa :

Langkah identifikasi dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal khusus


beserta gejala-gejala yang nampak. Dalam langkah ini pembimbing
mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat dan memilih kasus yang
mana yang akan mendapatkan bantuan lebih dahulu. (Ahmadi,
1978:104).
Langkah identifikasi adalah langkah pemula dalam pemecahan

problematika yang ada. Oleh karena itu perlu adanya penetapan yang jitu dan

follow upnya adalah mengklasifikasikan kasus yang ada sehingga

memudahkan untuk menentukan kasus mana yang didahulukan

penyelesaiannya dan bentuk apa terapinya. Sebagaimana telah diterangkan di

atas. Bahwa identifikasi perlu diluruskan pada pengklasifikasian gejala-gejala

kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Klasifikasi dimaksudkan untuk

terpilihnya permasalahan yang ada sehingga memberikan kemudahan

langkah-langkah berikutnya.

Sebab-sebab kesulitan belajar menurut Koestoer Parto Wisastro dan A.

Hadi Saputra, yaitu :

a). Disebabkan oleh gangguan alat tubuh


b). Disebabkan oleh kecerdasan yang kurang
c). Disebabkan oleh gangguan alat penerimaan
d). Disebabkan oleh gangguan perasaan
e). Disebabkan oleh kesalahan tingkah laku (Partowisastro, 1984:26).

Sedangkan menurut Qomar Hamalik faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kesulitan belajar siswa, yaitu :

a) Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri


b) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah
c) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga
d) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat (Hamalik,
1990:117)
Dari dua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penyebab

dari kesulitan belajar siswa yang satu dengan yang lain adalah berbeda, ini

berarti upaya mengetahui sebab kesulitan belajar siswa yang penting dalam
rangka usaha memberikan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi

oleh siswa.

Luas dan kompleknya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa

memerlukan kontiunitas proses bimbingan dan penyuluhan secara berkala

sehingga tidak terjadi ketimpang tindihan problem itu. Melihat macam-macam

sebab kesulitan belajar diatas, pembimbing perlu mengadakan klasifikasi

sebab-sebab kesulitan belajar.

Dari berbagai sebab kesulitan belajar tersebut, maka timbullah

kesulitan belajar yang ditandai dengan sikap dan tingkah laku sebagai

berikut :

a) Hasil belajar rendah, dibawa rata-rata kelas

b) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang

dilakukan

c) Menunjukkan sikap yang kurang wajar, suka menentang, dusta

dan sebagainya.

d) Menunjukkan tingkah laku yang berlainan (suka mengganggu,

mengisolir diri, tak mau mencatat dan sebagainya).

e) Menunjukkan gejala emosional diri yang tidak wajar (mudah

tersinggung, melamun, pemarah dan sebagainya) (Ahmadi,

1978:161)

Hal ini berarti perlu ada bantuan untuk menyelesaikan permasalahan

yang dihadapi.
c. Memberikan Diagnosa terhadap kesulitan belajar siswa dan

pemecahannya.

I. Djumhur dan Moh. Surya dalam pendapatnya mengatakan bahwa

“Diagnosa adalah langkah untuk menelaah masalah kasus dan latar

belakangnya” (Ahmadi, 1978:161)

Pada langkah diagnosa mempergunakan cara atau tehnik pengumpulan

data. Setelah terkumpul data dan jelas latar belakang yang terjadi pada

permasalahan itu, Counselor menetapkan masalah yang dihadapi oleh

Counselo dan menemukan jalan keluar untuk pemecahan dari problem

tersebut.

Diagnosa sebagai langkah dalam bimbingan ini, mempunyai langkah-

langkah atau tahapan diagnosa, seperti yang dilontarkan oleh Koestoer P. dan

A. Hadi Saputra sebagai berikut :

1) Tahap pertama, menelaah status siswa

2) Tahap kedua perkiraan sebab

3) Pemecahan kesulitan (Partowisastro, 1984:10)

a) Menelaah status siswa

Tahapan ini merupakan tahap identifikasi hakikat dan luas

kesulitan siwa, sesuai dengan pengertian bahwa fungsi diagnosa itu adalah

menetapkan masalah yang dihadapi atau mempertegas dan menetapkan

latar belakang masalah yang dihadapi.

b) Perkiraan Sebab
Langkah perkiraan sebab merupakan perkiraan atau prediksi

semacam ramalan, sebab apakah yang mendasari pola belajar anak

sehingga anak memperlihatkan atau melakukan belajar yang hasilnya

seperti itu atau dengan bahasa yang lebih gampang kenapa anak punya

kelebihan dan kekurangan.

Koestoer Partowisastro mengatakan bahwa :

Pada tahap ini teori psikologi menjadi penting, artinya yang


dimaksud teori dalam hal ini adalah pernyataan mengenai
hubungan diantara faktor-faktor pribadi manakah yang telah
menyebabkan kesulitan tersebut. (Partowisastro, 1984:36)

Dengan pernyatan di atas dapat dipahami bahwa setiap hasil

kegiatan atau setiap hasil belajar yang ditampilkan oleh siswa baik hasil

itu positif atau negatif, mempunyai penyebab dari pola belajar yang

dimiliki oleh siswa. Dengan realitas ini penting sekali bagi pembimbing

untuk mendeteksi sebab-sebab tersebut sehingga bisa mediagnosanya.

c) Pemecahan Kesulitan

Pada tahap ini seorang pembimbing diharapkan membantu siswa

yang menghadapi permasalahan bisa menghilangkan atau menyingkirkan

kesulitan yang dihadapinya. Bantuan yang diberikan kepada siswa berupa

cara untuk menghilangkan kesulitan sesuai dengan sebab-sebab yang

melatar belakangi kenapa siswa itu menampilkan tingkah laku atau hasil

yang seperti yang pembimbing ketahui.

Seperti yang diungkapkan didepan, ada langkah diagnosa untuk


menetapkan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya. Untuk

memecahkanmasalah atau langkah selanjutnya adalah langkah untuk

menentukan jenis bimbingan yang sesuai dengan sebab-sebab kesulitan

tersebut yang dikenal dengan langkah diagnosa.

Menurut I. Djumhur dan M. surya dalam lontaran pemikirannya

mengatakan bahwa “Diagnosa adalah langkah untuk menentukan atau

menetapkan jenis bantuan atau jenis terapi yang dilaksanakan untuk

membimbing kasus”. (Ahmadi, 1990:105).

Pada penentuan jenis bimbingan, seorang pembimbing harus

punya data yang sudah matang dari hasil diagnosa yang dilakukan

sebelumnya agar tidak salah dalam menentukan jenis bantuan kepada

siswa yang bersangkutan, maksudnya adalah pembimbing paham betul

tersebut siswa yang akan diberi bantuan mengenai sebab-sebab dan latar

belakang kesulitan belajar. Kemidian pada tahap selanjutnya adalah

melakukan pemecahan atau pelaksanaan bimbingan.

I. Djumhur P. dan M. Surya mengatakan bahwa terapi adalah

“Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan” (Ahmadi, 1990:103).

Langkah di atas adalah pelaksanaan dari pemecahan kesulitan

belajar siswa yaitu kegiatan bimbingan secara kesinambungan atau

kontinue dan sistimatis serta membutuhkan adanya pengamatan yang

cermat, sehingga pembimbing bisa mendeteksi apakah ada kemajuan

kearah positif atau masih tetap seperti semual. Metode terapi ini
pembimbing bisa memilih sesuai dengan situasi dan kondisi serta

eksistensi dari konselee.

Langkah-langkah dalam pemecahan kesulitan belajar menurut

Koestoer Partowisastro dalam bukunya “Diagnosa dan pemecahan

kesulitan belajar” mengatakan sebagai berikut :

1) Kegiatan membicarakan dengan Kepala Sekolah


tentang adanya murid-murid yang bermasalah dan
usaha yang perlu dilakukan berkenan dengan masalah-
masalah tersebut.
2) Kegiatan mengamati dan mencatat pola-pola tingkah
laku murid yang sering muncul (berulang) menjadi
petunjuk adanya masalah.
3) Kegiatan mempelajari kembali “Commulative Record”.
4) Berbicara dengan guru-guru lain.
5) Kegiatan berkonsultasi dengan juru rawat.
6) Kegiatan berwawancara dan menyuluhi murid yang
bersangkutan.
7) Kegiatan jika perlu, melakukan referial.

a. Berbicara dengan Kepala Sekolah

Kepala Sekolah adalah penanggung jawab keseluruhan

kegiatan sekolah, termasuk kegiatan bimbingan dan penyuluhan. Oleh

karena itu para petugas bimbingan guru dan penyuluh pendidikan

melaporkan, berkonsultasi dan menerima nasehat dari kepala sekolah

tentang berbagai kasus dan usaha menanggulanginya. Berkenan

dengan murid-murid yang bermasalah, guru atau penyuluh pendidikan

hendaknya membicarakan dengan kepala sekolah tentang berbagai

usaha yang perlu dilakukan untuk menghadapi tingkah laku yang

bermasalah itu, usaha-usaha menghubungi orang tua murid dan


instansi-instansi lain yang dianggap perlu, menguraikan pandangan

guru terhadap persoalan murid.

b. Pengamatan yang lebih mendalam

Pengamatan yang lebih mendalam diharapkan dapat

memperoleh daftar tentang murid-murid yang mengalami masalah

mungkin disusun berdasarkan atas hasil-hasil pengamatan yang kurang

lengkap ataupun pandangan yang baru selintas saja. Dengan usaha ini

mska catatan, tanggapan dan bahan-bahan yang amat berguna sebagai

dasar pertimbangan yntuk menghadapi masalah itu mungkin lengkap

dan mantap.

c. Mempelajari “Cummulative Record”

Dari mempelajari Cummulative Record ini diharapkan

terkumpul catatan yang biasaya dapat diperoleh dari berbagai

keterangan pokok yang mungkin bersangkut paut erat atau bahkan

melatar belakangi masalah yang dialami murid. Guru atau penyuluh

pendidikan harus mampu menarik sangkut paut dari yang terdapat

didalam kumpulan catatan dapat saling lengkap melengkapi dengan

apa yang diperoleh dari pengamatan. Dari kenyataan ini akan dapat

diterbitkan pandangan atau gagasan baru, dan bahkan rencana atau ide

untuk usaha lebih lanjut mengatasi masalah yang dihadapi murid.

d. Berbicara dengan guru-guru lain.


Kegiatan bimbingan dan penyuluhan adalah kegiatan yang

bersifat interdisipliner dan dilakukan secara bersama. Guru atau

penyuluh pendidikan seorang diri (tanpa ikut sertanya staf yang lain)

kemungkinan besar akan gagal membantu anak-anak yang bermasalah.

Dalam hal ini tidak ada jalan lain kecuali setiap orang yang

bertanggung jawab dalam membimbing anak harus mengambil

manfaat dari bekerjasama dengan petugas yang lain. isi kerja sama ini

selain dari segi pengumpulan informasi selengkap mungkin, juga

dalam penyajian materi pemecahan masalah itu sendiri yang tidak

kurang pentingnya dalam rangka kerja sama ini adalah penciptaan

“Suasana Bimbingan” oleh seluruh petugas sekolah semua pihak

hendaklah menyadari apa sebenarnya bimbingan dan penyuluhan itu

sehingga masing-masing pihak dapat menjalankan peranannya dengan

baik dalam rangka keseluruhan “Suasana Bimbingan” itu.

e. Berkonsultasi dengan juru rawat

Tujuan kegiatan ini terutama sekali adalah kesehatan murid.

Guru atau penyuluh pendidikan dapat berwawancara dengan murid

yang bersangkutan yang mengungkapkan sakit atau kecelakaan apa

saja yang pernah dideritanya, kapan hal itu terjadi, bagaimana tingkat

keparahannya, bagaimana usaha pengobatannya, tingkat

kesembuhannya, keadaan kesehatan sekarang dan sebagainya. Hanya

untuk kondisi kesehatan yang kelihatannya amat serius saja guru atau
penyuluh pendidikan harus berusaha sekuat tenaga berkonsultasi

dengan juru rawat atau dokter.

f. Memberi penyuluhan

Penyuluhan adalah suatu kegiatan yang khas dalam usaha

bimbingan seorang anak yang mengalami masalah dihadapi langsung

dengan tatap muka oleh penyuluh dalam rangka usaha pemecahan

masalah yang sedang dihadapi anak itu. Suasana hubungan tatap muka

inipun sifat khas pula yaitu suatu hubungan yang tidak terasa

sedikitpun untuk unsur-unsur kekerasan atau paksaan, bebas dari rasa

takut dan hawatir, saling mempercayai, terbuka dan terus terang, suka

rela, saling memberi dan menerima. Suasana hubungan seperti itu

disebut “Raport”. Sebelum usaha penyuluhan dilanjutkan hendaknya

terlebih dahulu dibina “Raport” ini. Apabila Rapport telah tercipta

maka hubungan berikutnya akan berjalan dengan lancar, mudah dan

penuh arti. Satu suasana lain dari penyuluhan ini adalah bawa

hubungan ini dilakukan tidak dimuka umum atau ditempat ramai.

Melainkan ditempat yang terpisah sehingga baik anak maupun

penyuluh dapat berbicara bebas. Sikap bijaksana yang diteliti dan

berpandangan jauh akan mampu mendudukan persoalan sesuai dengan

bobot dan arahnya penyuluhan seringkali merupakan kunci untuk

menimbulkan kesadaran dan sikap terhadap diri sendiri, sekolah taman


dan sebagainya.

g. Prosedur Referal

Di sekolah, pada taraf yang paling awal masalah yang dihadapi

oleh murid-murid hendaknya diungkapkan oleh guru lain atau wali

kelas, misalnya dengan jelas mengisi formulir/daftar, selanjutnya pada

taraf pertama masih menjadi tugas guru atau wali kelas untuk sejauh

mungkin menanggulangi masalah yang dihadapi oleh murid tersebut.

Jika berbagai usaha yang dilakukan oleh guru/wali kelas yang

kewalahan atau diperkirakan murid tersebut memerlukan bantuan

khusus dari penyuluhan pendidikan yang ahli, maka guru atau wali

kelas yang bersangkutan perlu “Mereferal” atau mengirim atau

“Mengambil Alihkan” masalah yang dihadapi oleh murid itu kepada

penyuluh pendidikan. Ini tidak berarti guru yang bersangkutan

sekarang menjadi lepas tangan terhadap masalah itu. Melainkan

sebaliknya guru dalam rangka kerja sama dengan penyuluh pendidikan

tidak mungkin bekerja sendiri. Kesulitan belajar yang menyangkut

bidang tertentu jelas harus ditanggulangi bertsama dengan guru bidang

studi yang bersangkutan.

C. Tinjauan tentang Peranan Bimbingan dan Penyuluhan dalam


Menanggulangi Kesulitan Belajar Siswa.

Tujuan pendidikan nasional berlaku bagi semua jenis sekolah dan

dilaksanakan dengan ciri-ciri khas dari setiap jenjang pendidikan sekolah. Dengan

kata lain, tujuan institusional harus diselaraskan dengan tujuan pendidikan

nasional dan merupakan suatu konsentrasi yang harus membawa tercapainya

tujuan pendidikan nasional.

Untuk mencapai tujuan pendidikan siswa perlu dapat bimbingan agar

mereka dapat membina sebanyak mungkin dari pengalaman disekolah. Akan

tetapi kemampuan guru dalam membimbing anak didiknya terbatas, sedangkan

masalah yang dihadapi anak didik semakin hari semakin kompleks. Dari semacam

kondisi inilah peranan bimbingan dan penyuluhan diperlukan, dalam rangka

memanimalisasi kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Tujuan akhir pelayanan

bimbingan ini sama dengan tujuan pendidikan di sekolah, tetapi cara untuk

sampai pada tujuan itu lain yang digunakan dalam bidang-bidang pendidikan

sebagaimana yang dikemukakan oleh W.S. Winkel :

Bimbingan disekolah menengah merupakan bidang khusus dalam


keseluruhan pendidikan sekolah yaitu memberikan pelayanan yang
ditangani oleh ahli-ahli yang telah disiapkan untuk itu. Ciri khas dari
pelayanan ini terletak dalam hal memberikan bantuan mental atau
psikologis kepada murid dalam membulatkan perkembangannya. Tujuan
dari pemberian bimbingan ialah supaya setiap murid berkembang sejauh
mungkin untuk mengambil manfaat sebanyak mungkin dari
pengalamannya disekolah, mengingat ciri-ciri pribadinya dan tuntunan
kehidupan dalam masyarakat sekarang. (Winkel, 1991:28)

Dengan adanya peranan dan bimbingan terserbut diharapkan semua

persoalan yang dihadapi anak didik dapat diantisipasi sedini mungkin. Menurut
Bimo Walgito bimbingan dan penyuluhan di sekolah dapat dilaksanakan dengan

bermacam sifat :

1. Preventif, yaitu bimbingan yang diberikan dengan tujuan untuk


mencegah jangan sampai timbul kesulitan yang menimpa diri anak
atau individu.
2. Korektif, yaitu memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan
yang dihadapi oleh individu.
3. Preservatif, yaitu memelihara atau mempertahankan yang telah
baik, jangan sampai menjadi keadaan yang tidak baik (Walgito,
1984:26)

Dari uraian tersebut dapat ditarik benang merah bahwa peranan dari pada

bimbingan dan penyuluhan sangat diperlukan oleh siswa dalam rangka untuk

mencapai tujuan dari pada pendidik dan pengajaran.

Anda mungkin juga menyukai