Anda di halaman 1dari 13

Aliian -

Aliian
Filsafat
Penuiuikan
Klasik

33W33W3 6 : WW33%W
WN3,33NW,3W33 W3W33W,N3
3AW%3,NAW
3WA33,3AW33W3
33W,NA33W,W%3WW%3,3W3,W
3W.

BAB I
PENDAHULUAN
Lembaga pendidikan pada umumnya adalah sarana bagi proses pewarisan maupun
transIormasi pengetahuan dan nilai-nilai antar generasi. Dari sini dapat terpahami bahwa
pendidikan senantiasa memiliki muatan ideologis tertentu yang antara lain terekam melalui
konstruk IilosoIis yang mendasarinya. Kata Roem Topatimasang, sekolah memang bukanlah
sesuatu yang netral atau bebas nilai. Sebab tak jarang dan seringkali demikian, pendidikan
dianggap sebagai wahana terbaik bagi pewarisan dan pelestarian nilai-nilai yang nyatanya
sekedar yang resmi, sedang berlaku dan direstui bahkan wajib diajarkan di semua sekolah
dengan satu penaIsiran resmi yang seragam pula. Dinamika sistem pendidikan yang
berlangsung di Indonesia dalam berbagai era kesejarahan akan menguatkan pandangan ini,
betapa dunia pendidikan memiliki keterkaitan sangat erat dengan kondisi sosial-politik yang
tengah dominan. Sebuah bagan skematik dari William F. O`neil berikut in menunjukkan
bagaimana nalar relasional antara IilsaIat dengan dunia pendidikan:
1. Ontologi (Apa yang tertinggi yang bisa diketahui, dan bagaimana kita bisa mengetahuinya
epistemology)
2. Aksiologi (Apakah kebaikan tertinggi itu?)
3. Teori Moral (Apakah perilaku antarmanusia yang baik itu?)
4. FilosoIi Politik (Apakah organisasi sosial yang baik itu?)
5. FilosoIi Pendidikan (Pengetahuan macam apa yang diperlukan dan bagaimana semestinya
ia ditanamkan?)
FilsaIat pendidikan merupakan terapan dari IilsaIat umum, maka dalam membahas IilsaIat
pendidikan akamn berangkat dari IilsaIat. Dalam arti, IilsaIat pendidikan pada dasarnya
menggunakan cara kerja IilsaIat dan akan menggunakan hasil-hasil dari IilsaIat, yaitu berupa
hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai. Dalam IilsaIat terdapat
berbagai mazhab, aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme,pragmatisme, dan
lain-lain. Karena IilsaIat pendidikan merupakan terapan dari IilsaIat, sedangkan
IilsaIat beraneka ragam alirannya, maka dalam IilsaIat pendidikan pun kita akan temukan
berbagai aliran, sekurang-kurnagnya sebanyak aliran IilsaIat itu sendiri.
Brubacher (1950) mengelompokkan IilsaIat pendidikan pada dua kelompok besar,
yaitu IilsaIat pendidikan 'progresiI dan IilsaIat pendidikan ' KonservatiI. Yang pertama
didukung oleh IilsaIat pragmatisme dari John Dewey, dan romantik naturalisme dari
Roousseau. Yang kedua didasari oleh IilsaIat idealisme, realisme humanisme (humanisme
rasional), dan supernaturalisme atau realism religius. FilsaIat-IilsaIat tersebut melahirkan
IilsaIat pendidikan.PerspektiI O`neil (H.A.R. Tilaar) memandang titik tolak pedagogik dari
tindakan pemanusiaan. Sehingga pendidikan tidak bisa dilepaskan dari IilsaIat manusia. Jadi,
justru perbedaan persepsi tentang manusia inilah yang kemudian melahirkan berbagai aliran
dalam dunia pendidikan.



















BAB II
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa
berbeda antara suatu daerah dengan daerah lain, sehingga banyak bermunculan pemikiran-
pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang
diperlukan. Karenanya banyak teori yang dikemukakan pada pemikir yang bermuara pada
munculnya berbagai aliran pendidikan. Aliran-aliran pendidikan telah dimaulai sejak awal
hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda
keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalm
kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah
dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini. Oleh karena itu bahasan tersebut hanya dibatasi
pada beberapa rumpun aliran klasik, pengaruhnya sampai saat ini dan dua tonggak penting
pendidikan di Indonesia.
A. ALIRAN KLASIK DAN GERAKAN BARU DALAM PENDIDIKAN
Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan
konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan walaupun
dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
1. Aliran-aliran klasik dalam pendidikan dan pengaruhnya terhadap pemikiran
pendidikan di indonesia.
A. ESEASIALISME
Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah
ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance
dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah
dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh Ileksibilitas, di mana serta
terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki
kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang
mempunyai tata yang jelas. Idealisme dan realisme adalah aliran IilsaIat yang membentuk
corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak
lebur menjadi satu dan tidak melepaskan siIatnya yang utama pada dirinya masing-masing.
Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang
disebut esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu, esensialisme adalah konsep
meletakkan sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme pertama-tama muncul dan
merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka,
disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta,
yang memenuhi tuntutan zaman Tokoh-tokoh Esensialisme
1) Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 1831) Georg Wilhelm Friedrich HegelHegel
mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan agama menjadi suatu
pemahaman yang menggunakan landasan spiritual.
2) George Santayana George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran
realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan
suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang menentukan adanya
kualitas tertentu.
Pandangan Esensialisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan
1. Pandangan Essensialisme Mengenai Belajar Idealisme, sebagai IilsaIat hidup, memulai
tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitik beratkan pada aku. Menurut
idealisme, bila seorang itu belajar pada taraI permulaan adalah memahami akunya sendiri,
terus bergerak keluar untuk memahami dunia obyektiI. Dari mikrokosmos menuju ke
makrokosmos. belajar dapat dideIinisikan sebagai jiwa yang berkembang
pada sendirinya sebagai substansi spiritual. Jiwa membina dan menciptakan diri sendiri.
2. Pandangan Essensialisme Mengenai Kurikulum Beberapa tokoh idealisme memandang
bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat
. PROCRESIJISME
Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran
ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa
mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memIokuskan pada guru atau
bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, William O. Stanley, Ernest
Bayley, Lawrence B. Thomas dan Frederick C. NeII.
Progravisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa
manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan
mengatasi maslah- masalah yang bersiIat menekan atau mengancam adanya manusia itu
sendiri (Barnadib, 1994:28). Oleh karena kemajuan atau progres ini menjadi suatu statemen
progrevisme, maka beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan
dipandang merupakan bagian utama dari kebudayaan yang meliputi ilmu-ilmu hayat,
antropologi, psikologi dan ilmu alam.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut
progresivisme bersiIat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling
ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya
pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam
kehudayaan. Belajar berIungsi untuk :mempertinggi taraI kehidupan sosial yang sangat
kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang
setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Progresvisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi penekanan lebih
besar pada kreativitas, aktivitas, belajar 'naturalistik, hasil belajar 'dunia nyata dan juga
pengalaman teman sebaya Aliran progesivisme telah memberikan sumbangan yang besar di
dunia pendidikan saat ini. Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan
kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik secara Iisik maupun cara berpikir, guna
mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh
rintangan yang dibuat oleh orang lain (Ali, 1990: 146).
Oleh karena itu, IilsaIat progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. John Dewey
memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi (Suwarno, 1992: 62-63).
Maksudnya sebagai proses pertumbuhan anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari
pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, dinding pemisah antara sekolah dan
masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup di sekolah saja. Dengan
demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan
lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah bagian dari masyarakat.
Dan untuk itu, sekolah harus dapat mengupyakan pelestarian karakteristik atau kekhasan
lingkungan sekolah sekitar atau daerah di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan
usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan
kepada anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk
itulah, IisaIat progesivisme menghendaki sis pendidikan dengan bentuk belajar 'sekolah sambil
berbuat atau learning by doing (Zuhairini, 1991: 24). Dengan kata lain akal dan kecerdasan
anak didik harus dikembangkan dengan baik. Perlu diketahui pula bahwa sekolah tidak hanya
berIungsi sebagai pemindahan pengetahuan (transIer oI knowledge), melainkan juga berIungsi
sebagai pemindahan nilai-nilai (transIer oI value), sehingga anak menjadi terampil dan
berintelektual baik secara Iisik maupun psikis. Untuk itulah sekat antara sekolah dengan
masyarakat harus dihilangkan.
Tokoh-tokoh Progresivisme
1. William James (11 Januari 1842 26 Agustus 1910) James berkeyakinan bahwa otak atau
pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi organik, harus mempunyai Iungsi biologis dan nilai
kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar Iungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai
bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk
membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan menempatkannya di atas dasar ilmu
perilaku.
2. John Dewey (1859 1952) Teori Dewey tentang sekolah adalah 'Progressivism yang
lebih menekankan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka
muncullah 'Child Centered Curiculum, dan 'Child Centered School. Progresivisme
mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas
3. Hans Vaihinger (1852 1933) Hans VaihingerMenurutnya tahu itu hanya mempunyai arti
praktis. Persesuaian dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi
berpikir ialah gunanya (dalam bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-
kejadian di dunia. Segala pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata; jika pengertian itu
berguna. untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu saja bahwa
kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja. Pandangan Progesivisme dan
Penerapannya di Bidang Pendidikan Anak didik diberikan kebebasan baik secara Iisik
maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam
dirinya, tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat
a. Pengajaran Alam Sekitar Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya
adalah gerakan pengajaran alam sekitar,perintis gerakan ini adalah Fr. A. Finger di Jerman
dengan heimatkunde, dan J. Ligthart diBelanda dengan Het Voll Leven.
b. Pengajaran Pusat Perhatian Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly
dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping pendapatnya tentang
pengajaran global. Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi
pendidikan dan pengajaran, yaitu:Metode Global dan Centre d`interet.
c. Sekolah Kerja Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari
pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J.A.
Comenius menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan
tangan. J.H. Pestalozzi mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di
sekolahnya.
d. Pengajaran Proyek Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode
mengajar di Indonesia, antara lain dengan nam pengajaran proyek, pengajaran unit, dan
sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan
kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara konprehensiI. Pendekatan
multidisiplin tersebut makin lama makin penting, utamanya masyarakat maju.
C. PERENNIALISME
(a) Berhubungan dengan perihal sesuatu yang terakhir. Cenderung menekankan seni dan
sains dengan dimensi perennial yang bersiIat integral dengan sejarah manusia.
(b) Pertama yang harus diajarkan adalah tentang manusia, bukan mesin atau teknik. Sehingga
tegas aspek manusiawinya dalam sains dan nalar dalam setiap tindakan.
(c) Mengajarkan prinsip-prinsip dan penalaran ilmiah, bukan Iakta.
(d) Mencari hukum atau ide yang terbukti bernilai bagi dunia yang kita diami.
(e) Fungsi pendidikan adalah untuk belajar hal-hal tersebut dan mencari kebenaran baru yang
mungkin.
(I) Orientasi bersiIat philosophically-minded. Jadi, Iokus pada perkembangan personal.
Memiliki dua corak:
1. Perennial Religius: Membimbing individu kepada kebenaran utama (doktrin, etika
dan penyelamatan religius). Memakai metode trial and error untuk memperoleh
pengetahuan proposisional.
2. Perennial Sekuler: Promosikan pendekatan literari dalam belajar serta pemakaian
seminar dan diskusi sebagai cara yang tepat untuk mengkaji hal-hal yang terbaik bagi
dunia (Socratic method). Disini, individu dibimbing untuk membaca materi
pengetahuan secara langsung dari buku-buku sumber yang asli sekaligus teks modern.
Pembimbing berIungsi memIormulasikan masalah yang kemudian didiskusikan dan
disimpulkan oleh kelas. Sehingga, dengan iklim kritis dan demokratis yang dibangun
dalam kultur ini, individu dapat mengetahui pendapatnya sendiri sekaligus
menghargai perbedaan pemikiran yang ada.
D. REKONSTRUKSIONISME
(a) Promosi pemakaian problem solving tetapi tidak harus dirangkaikan dengan
penyelesaian problema sosial yang signiIikan. (b) Mengkritik pola liIe-adjustment
(perbaikan tambal-sulam) para Progresivist. (c) Pendidikan perlu berIikir tentang
tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Untuk itu pendekatan utopia pun
menjadi penting guna menstimuli pemikiran tentang dunia masa depan yang perlu
diciptakan. (d) Pesimis terhadap pendekatan akademis, tetapi lebih Iokus pada
penciptaan agen perubahan melalui partisipasi langsung dalam unsur-unsur
kehidupan. (e) Pendidikan berdasar Iakta bahwa belajar terbaik bagi manusia adalah
terjadi dalam aktivitas hidup yang nyata bersama sesamanya. (I) Learn by doing!
(Belajar sambil bertindak).
E. EKSISTENSIALISME
(a) Menekankan pada individual dalam proses progresiInya dengan pemikiran yang
merdeka dan otentik. (b) Pada dasarnya perhatian dengan kehidupan sebagai apa
adanya dan tidak dengan kualitas-kualitas abstraknya. (c) Membantu individu
memahami kebebasan dan tanggung jawab pribadinya. Jadi, menggunakan pendidikan
sebagai jalan mendorong manusia menjadi lebih terlibat dalam kehidupan
sebagaimana pula dengan komitmen tindakannya. (d) Individu seharusnya senantiasa
memperbaiki diri dalam kehidupan dunia yang terus berubah. (e) Menekankan
pendekatan 'I-Thou (Aku-Kamu) dalam proses pendidikan, baik guru maupun
murid. (I) Promosikan pendekatan langsung-mendalam (inner-directed) yang
humanistik; dimana siswa bebas memilih kurikulum dan hasil pendidikannya.
F. BEHAVIORAL ENGINEERING (REKAYASA PERILAKU)
(a) Kehendak bebas adalah ilusi (Free-will is illusory). (b) Percaya bahwa sikap
manusia kebanyakan mereIleksikan tingkah laku dan tindakan yang terkondisikan
oleh lingkungan. (c) Memakai metode pengkondisian sebagai cara untuk
mengarahkan sikap manusia. (d) Pendidik perlu membangun suatu lingkungan
pendidikan dimana individu didorong melalui ganjaran dan hukuman untuk kebaikan
mereka dan orang lain.





C. DUA ALIRAN POKOK PENDIDIKAN DI INDONESIA
Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia itu di Indonesia itu dimaksudkan adalah Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran tersebut
dipandang sebagai tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia.
1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki
Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1932 diyogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan.
a. Asas dan Tujuan Taman SiswaAsas Taman Siswa
a) Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan terbitnya persatuan
dalam peri kehidupan umum
.b) Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berIaedah yang dalam arti lahir dan
batin dapat memerdekan diri.
c) Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
d) Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat.
e) Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka harus mutlak harus
membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
I) Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keiklasan lahir dan batin untuk
mengobarkan
segala kepentinganpribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak. Kemudian
ditambahkan dengan asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan,
dan asas kemanusiaan.
Tujuan Taman Siswa
a) Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai.
b) Membangun abak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin, luhur akal budinya,
serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung
jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.
b. Upaya-upaya yang dilakukan Taman Siswa
Beberapa usaha yang dilakukan oleh Rtaman siswa adalah menyiapkan peserta didik yang
cerdas dan memiliki kecakapan hidup. Dalam ruang lingkup eksternal Taman siwa membentuk
pusat-pusat kegiatan kemasyarakatan.
c. Hasil-hasil yang Dicapai
Taman siswa telah berhasil menemukakan gagasan tentang pendidikan nasional, lembaga-
lembaga pendidikan dari Taman indria sampai Sarjana Wiyata. Taman siswa pun telah
melahirkan alumni alumni besar di Indonesia.
2. Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS (Indonesia Nederlandsche School) didirikan oleh Mohammad SjaIei
pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam (sumatera Barat).
a. Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam Pada awal didirikan, Ruang Pendidik
INS mempunyai asas-asas sebagai berikut:
a) Berpikir logis dan rasional
b) KeaktiIan atau kegiatan
c) Pendidikan masyarakat
d) Memperhatikan pembawaan anak
e) Menentang intelektualisme
Dasar-dasar tersebut kemudian disempurnakan dan mencakup berbagai hal, seperti: syarat-
syarat
pendidikan yang eIektiI, tujuan yang ingin dicapai, dan sebagainya.
Tujuan Ruang pendidik INS Kayu Tanam adalah:
a) Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
b) Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
c) Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
d) Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab.
e) Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan
.b. Upaya-upaya Ruang Pendidik INS Kayu TanamBeberapa usaha yang dilakukan oleh
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam antara lain menyelenggarakan berbagai jenjang
pendidikan, menyiapkan tenaga guru atau pendidik, dan penerbitan mjalah anak-anak Sendi,
serta mencetak buku-buku pelajaran.
c. Hasil-hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam Ruang Pendidik INS Kayu
Tanam mengupayakan gagasan-gagasan tentang pendidikan nasional (utamanya pendidikan
keterampilan/kerajinan), beberapa ruang pendidikan (jenjang persekolahan), dan sejumlah
alumni.








BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan banyaknya aliran-aliran dalam ranah IilsaIat bukan berarti akan membuat
semakin tidak jelasnya konstruksi IilsaIat pendidikan. Akan tetapi dalam masing-
masing aliran dapt menghasilkan titik temu yang harmonis, yang Iungsinya guna
mendapatkan gambaran IilsaIat pendidikan yang harmonis dan etis serta mempunyai
nilai tawar yang lebih qualiIied.
B. Saran
Setiap orang, pasti menginginkan hidup bahagia. Salah satu diantaranya yakni hidup
lebih baik dari sebelumnya atau bisa disebut hidup lebih maju. Hidup maju tersebut
didukung atau dapat diwujudkan melalui pendidikan. Dikaitkan dengan penjelasaan
diatas, menurut pendapat saya IilsaIat pendidikan yang sesuai atau mengarah pada
terwujudnya kehidupan yang maju yakni IilsaIat yang konservatiI yang didukung oleh
sebuah idealisme, rasionalisme (kenyataan). Itu dikarenakan IilsaIat pendidikan
mengarah pada hasil pemikiran manusia mengenai realitas, pengetahuan, dan nilai
seperti yang telah disebutkan diatas. Masing-masing aliran pendidikan memiliki
kekurangan dan kelebihan, sehingga para pelaku pendidikan harus mempelajari
semua aliran dan mengkolaborasikannya sehingga akan diperoleh suatu sistem
pendidikan atau pola pembelajaran yang baik













DAFTAR PUSTAKA
Iile:///D:/aliran20IilsaIat20pendidikan.htm
Iile:///D:/aliran20IilsaIat20pendidikan/aliran-aliran-IilsaIat-
pendidikan.htmIile:///D:/aliran20IilsaIat20pendidikan/ALIRAN-Aliran-Pendidikan.htm

Anda mungkin juga menyukai