Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Mata

Kuliah Agribisnis Tanaman Hortikultura, yaitu membuat makalah dengan sebaik-baiknya. Dengan selesainya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Agribisnis Tanaman Hortikultura yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat memotivasi penulis untuk mencari informasi mengenai makalah yang dibuat. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada orang tua yang telah membantu dan memberikan dukungan. Selain itu juga kepada teman-teman dan semua pihak yang telah membantu. Tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul Analisis Usaha Komoditas Cabe Merah ini adalah agar para pembaca dapat mengetahui lebih banyak mengenai masalah yang dibahas pada makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Oleh karena itu kritik dan saran akan penulis terima dengan senang hati.

Jatinangor, 14 Maret 2011

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i DAFTAR ISI........................................................................................................ii DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iv DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang................................................................................................1 1.2 Perumusan Masalah........................................................................................1 1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Deskripsi Cabe Merah.....................................................................................3 2.2 Sub Sistem Agroinput.....................................................................................3 2.3 Sub Sistem Budidaya......................................................................................6 2.4 Sub Sistem Pengolahan Hasil (Agroindustri) 2.4.1 Profil PT. Indofood 2.4.1.a Sejarah.........................................................................................8
ii

2.4.1.b Visi dan Misi...............................................................................9 2.4.2 Segmen, Target, dan Positioning Pasar 2.4.2.a Segmen Pasar..............................................................................9 2.4.2.b Target Pasar................................................................................9 2.4.2.c Positioning Pasar.........................................................................9 2.4.3 Strategi Manajemen 2.4.3.a Strategi Distribusi........................................................................10 2.4.3.b Strategi Pemasaran (4P)..............................................................10 2.4.3.c Saluran Pemasaran......................................................................14 2.4.4 Omzet Perusahaan.................................................................................14 2.4.5 Kendala dan Harapan 2.4.5.a Kendala Perusahaan....................................................................15 2.4.5.b Harapan Perusahaan....................................................................15 2.5 Sub Sistem Pemasaran 2.5.1 Narasumber 1........................................................................................16 2.5.2 Narasumber 2........................................................................................17 2.6 Sub Sistem Konsumen....................................................................................18 2.7 Sarana dan Prasarana.......................................................................................19 2.8 Rantai Pasokan................................................................................................20

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan.....................................................................................................22


iii

3.1 Saran................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................23

LAMPIRAN

iv

DAFTAR GAMBAR

No. 1.

Judul Saluran Pemasaran Agroinput ..........................................................................................

Halaman 4

22........................................................................................................................... 2. Proses Produksi Saus Sambal .......................................................................................... 12

22........................................................................................................................... 3. Rantai Pasokan Cabe Merah .......................................................................................... 22 20

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Toko Agroinput Lampiran 2. Lahan Cabe Merah Lampiran 3. Peneliti dan Petani Lampiran 4. Tanaman Cabe Merah Lampiran 5. Cabe Merah di Pasar Lampiran 6. Hasil Olahan Cabe Merah

vi

vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam perekonomian

nasional. Hal ini dikarenakan sektor tersebut adalah salah satu sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap total PDB nasional. Cabai (Capsicum annum) merupakan komoditas sayuran yang banyak mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Kebutuhan akan cabai terus meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai. Sekalipun ada kecenderungan peningkatan kebutuhan, tetapi permintaan terhadap cabai merah untuk kebutuhan sehari-hari dapat berfluktuasi, yang disebabkan karena tingkat harga yang terjadi di pasar eceran. Fluktuasi harga yang terjadi di pasar eceran, selain disebabkan oleh faktorfaktor yang mempengaruhi sisi penawaran. Dapat dijelaskan bahwa terkadang keseimbangan harga terjadi pada kondisi jumlah yang ditawarkan relatif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang diminta. Hal ini yang mengakibatkan harga akan sangat tinggi. Demikian pula terjadi sebaliknya sehingga harga sangat rendah.

1.2.

Perumusan Masalah

Untuk mencapai tujuan penulisan, maka diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :


Bagaimana meningkatkan kualitas komoditas cabe yang dihasilkan Bagaimana tingkat kepuasan konsumen terhadap keadaan harga Mengapa harga komoditas cabe merah berfluktuasi.

dengan berorientasi kepada kepuasaan konsumen cabe merah. cabe merah yang terjadi pada saat ini.

Apa keuntungan ataupun kerugian yang dirasakan oleh petani,

pedagang, maupun konsumen. 1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :


1. Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Agribisnis Tanaman Hortikultura. 2. Menginformasikan kepada pembaca mengenai cara mengelola usaha

komoditas cabe merah dari sub sistem agroinput hingga sub sistem konsumen.

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Deskripsi Cabe Merah Cabe adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Tanaman cabe memiliki banyak nama populer di berbagai negara, namun pada umumnya cabe disebut sebagai pepper atau chilli. Kingdom Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Asteridae : Solanales : Solanaceae : Capsicum
3

Spesies

: Cabai merah keriting (C. annuurn L. var. longum Sendt.)

Cabai

merah

keriting

(C.

annuurn

L.

var.

longum

Sendt.)

Bentuk buah memanjang, mengikal atau mengeriting, dan bagian ujungnya meruncing. Rasanya pedas, bijinya relatif banyak jika dibandingkan dengan ukuran buahnya. Buah yang masih muda berwarna hijau, lalu coklat, dan akhirnya setelah masak menjadi merah tua.

2.2. Sub Sistem Agroinput Nama Alamat No. Telepone Usaha : Dani : Pasar Gede Bage Blok Keringan no. 342 : 022-9306676 : Sarana produksi tani

Toko ini menjual barang-barang sarana produksi pertanian seperti pupuk, bibit, pestisida, fungisida dan lain-lain. Usaha sarana produksi tani ini sudah berjalan selama tiga tahun. Barang yang dijual di toko ini sebagian besar sudah memiliki brand sehingga telah teruji kualitasnya. Barang-barang di toko ini diperoleh dari berbagai sumber, seperti agen (Tani Murni, Panah Merah), sub agen, grosir/toko (namun hanya dalam jumlah sedikit), dan sales (untuk barang langka). Pengiriman barang dilakukan setelah toko melakukan pemesanan terlebih dahulu kepada supplier dalam jumlah tertentu (pre order). Toko ini tergolong pada bisnis ritel, karena pemesanan yang dilakukan masih dalam jumlah yang kecil. Sistem pembayaran yang dilakukan toko kepada suppliernya yaitu setelah supplier menyimpan barangnya di toko selama 2 minggu, namun tidak jarang toko pun melakukan pembayaran langsung. Saluran pemasaran untuk agroinput cukup kompleks, dimana panjangnya saluran pemasaran menunjukkan bahwa semakin banyak pelaku pasar yang terlibat sehingga akan mempengaruhi tinggi rendahnya harga produk yang dijual.
4

Hal ini pun tergantung pada besarnya keuntungan yang diambil oleh agen bersangkutan.

Produse n

Agen

Sales Kanvas

Toko

Konsume n

Gambar 1. Saluran Pemasaran Agroinput

Ketersediaan pasokan sarana produksi pertanian kadang mengalami kelangkaan, dimana saat itulah harga akan cenderung meningkat. Kelangkaan tersebut pada umumnya disebabkan adanya penimbunan yang dilakukan oleh pelaku-pelaku pasar dengan tujuan agar harga melonjak tajam. Kondisi tersebut dapat diatasi dengan membuat RDKK (Rancangan Dasar Kebutuhan Kelompok) dengan tujuan agar petani mengetahui kebutuhan sarana produksi pertanian per musimnya. Kondisi tersebut tergambar dari kesulitan yang saat ini dialami petani dalam mendapatkan bibit cabe merah, sehingga harga bibit cabe meningkat dari Rp.85.000 menjadi Rp.95.000 - Rp.100.000 / 10gram. Meskipun petani mengeluh dengan kelangkaan yang terjadi, namun permintaan barang di toko ini justru meningkat, karena persediaan di toko ini cukup lengkap dibandingkan dengan toko-toko saprodi lainnya. Konsumen dari saprodi tersebut sebagian besar adalah petani dan sebagian lagi merupakan tengkulak yang mencari keuntungan dengan memberikan modal berupa saprodi untuk petani yang tidak mempunyai modal. Petani yang datang untuk membeli saprodi ini berasal dari daerah sekitar Pasar Gede Bage, khusus untuk permintaan bibit cabe, tomat, dan padi, biasanya banyak dicari oleh petani daerah atas yaitu daerah Palintang, Ujung berung atas, serta Ciparay. Sistem

pembayaran yang dilakukan dengan petani yaitu pembayaran langsung, namun terkadang toko pun memberi pinjaman bagi petani yang sudah dikenal baik. Selama menjalankan usahanya, pemilik usaha saprodi ini tak jarang mengalami berbagai kendala, seperti saat permintaan terhadap saprodi cukup tinggi namun persediaan barang tidak tersedia, maka pendapatan bagi pemilik usaha akan berkurang. Dalam hal kompetitor, toko ini cenderung tidak ada kompetitor karena di satu wilayah umumnya telah memiliki toko-toko saprodi sendiri, sehingga setiap toko tersebut telah memiliki pelanggannya masingmasing. Selain itu, tidak ada kendala mengenai infrastruktur yang terkait dengan usaha tersebut karena telah berjalan sesuai dengan sistem yang ada. Peningkatan harga dari supplier ke toko ini kurang lebih 10%, untuk benih cabe sendiri tidak ada patokan peningkatan harga, tergantung permintaan benih cabe kebanyakan dibeli dari sales canvas karena pada umumnya barang bagus dengan harga lebih murah daripada harga di agen. Jenis benih cabe yang tersedia di toko ini adalah Inko 99 dengan harga Rp. 90.000/bungkus, krida 99 dengan harga Rp. 80.000/bungkus, TM 99 dengan harga Rp.85.000/bungkus. Untuk setiap bungkusnya terdapat 10 gr benih dengan jumlah benih kurang lebih 2.200 biji dan biasanya untuk pembelian 1 kotak benih dengan isi 10 bungkus jauh lebih menguntungkan karena pembeli mendapatkan pengurangan harga Rp.7000/bungkusnya (Rp.70.000/kotak). Dari berbagai jenis bibit di atas, benih yang paling banyak diminati adalah jenis TM 99 (dulu) dan saat ini jenis Krida 99 karena jenis benih ini diakui lebih memiliki kualitas tumbuh yang baik dan memiliki hasil yang baik pula. Harapan pemilik usaha yaitu lebih maju dalam pengembangan usahanya dan harapan pemilik usaha bagi pemerintah yaitu agar segera memperbaiki sistem pertanian dan lebih memerhatikan keadaan petani dalam konteks hak petani jangan dikesampingkan.

2.3. Sub Sistem Budidaya


6

Nama Alamat RT/RW Kelurahan Kecamatan

: Ibu Ipong : Cikawari : 01/10 : Mekarmanik : Cimenyan

Ibu Ipong merupakan petani cabe merah yang memiliki luas lahan sebesar 140 tumbak. Sistem budidaya cabe merah ini tumpang sari dengan kubis sehingga petani memiliki penghasilan tambahan dari hasil budidayanya. Bibit yang digunakan merupakan jenis cabe merah keriting yang didapatkan dari Lembang. Untuk menanam di lahan sebesar 140 tumbak, petani membutuhkan bibit sebanyak 7000 pohon dengan harga Rp 70,- / pohon sehingga total biaya yang dikeluarkan petani untuk bibit sebesar Rp 490.000,-. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 8 orang dengan pekerjaan seperti memupuk, mencangkul, menanam, hingga memanen. Masing-masing tenaga kerja diberikan upah sebesar Rp 25.000,- untuk perempuan dan Rp 30.000,- untuk laki-laki. Biasanya total produksi cabe merah yang dihasilkan oleh petani tersebut mencapai 1 kuintal, dengan jumlah pemanenan sebanyak 20 kali dalam satu kali tanam. Petani membutuhkan biaya yang cukup besar untuk dapat memproduksi komoditas cabe merah, karena harga sarana produksi pertanian dan upah tenaga kerja yang cukup tinggi. Total rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan petani di Cikawari ini mencapai Rp 1.500.000,- dalam satu kali tanam. Petani mengirim hasil produksinya ke Pasar Induk Caringin dan Pasar Induk Gede Bage tanpa melalui tengkulak melainkan melakukan pengiriman sendiri dengan harga jual saat ini sebesar Rp 14.000,- - Rp 15.000,-/Kg. Petani cabe merah hanya menanam satu kali dalam setahun karena cabe merah dapat dipanen hingga beberapa kali sehingga jika harga jual cabe merah di pasar sedang mengalami peningkatan petani tidak menambah jumlah produksinya tetapi menunggu hingga waktu panennya habis. Petani di daerah tersebut umumnya tidak memiliki catatan pengeluaran biaya produksi dan tidak memiliki catatan perkiraan harga cabe
7

merah di pasaran sehingga petani tidak bisa memperhitungkan berapa keuntungan yang didapatkannya. Petani tidak menunggu harga naik untuk melakukan pengiriman hasil produksi ke pasar, karena dikhawatirkan cabe merah akan busuk sehingga harga jual akan mengalami penurunan yang signifikan. Penanaman cabe merah umumnya dilakukan pada bulan November yaitu pada musim hujan, namun untuk saat ini iklim sedang tidak menentu dan petani pun mengalami kesulitan mendapatkan air untuk irigasi. Hal tersebut menghambat petani dalam melakukan proses budidaya sehingga kualitas dan kuantitas hasil produksi cabe merah saat ini sedang menurun. Untuk mengatasi masalah kesulitan air, petani memasang pipa untuk mengambil air dari kehutanan dengan membayar sebesar Rp 15.000,- / 1 lente (4 meter). Adapun harapan dari petani cabe merah setepat yaitu segera dibentuk kelompok tani agar sistem pertanian di wilayah sekitar dapat lebih terorganisir. Selain itu, petani berharap agar pemerintah lebih memperhatikan nasib-nasib petani kecil yang umumnya masih belum mencapai kesejahteraan dan masih dikesampingkan hak-haknya.

2.4. Sub Sistem Pengolahan Hasil (Agroindustri) 2.4.1 Profil PT. Indofood Perusahaan didirikan dengan nama PT Panganjaya Intikusuma

berdasarkan Akta Pendirian No.228 tanggal 14 Agustus 1990yang diubah dengan Akta No.249 tanggal 15 November 1990 dan yang diubah kembali dengan Akta No.171 tanggal 20 Juni 1991, semuanya dibuat dihadapan Benny Kristanto, SH., Notaris di Jakarta dan telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No.C2-2915.HT.01.01Th.91 tanggal 12 Juli 1991, serta telah didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dibawah No.579, 580, dan 581 tanggal 5 Agustus 1991, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.12 tanggal 11 Februari 1992, Tambahan No.611. Perseroan mengubah namanya yang semula PT Panganjaya Intikusuma menjadi PT Indofood Sukses Makmur, berdasarkan keputusan Rapat Umum Luar Biasa
8

Para Pemegang Saham yang dituangkan dalam Akta Risalah Rapat No.51 tanggal 5 Februari 1994 yang dibuat oleh Benny Kristianto, SH., Notaris di Jakarta. 2.4.1.a Sejarah Berikut adalah sejarah dari berdirinya PT. Indofood sebagai perusahaan yang membutuhkan bahan baku cabe merah sebagai salah satu usaha produksinya:

1990 1994

1995 1996 1997 2000 2001 2002 2003 2004 2005

2006

2007

2008

Incorporated seperti PT Panganjaya Intikusuma. Berubah nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur Tbk Initial Public Offering dari 763 juta lembar saham di Rp1,000 nilai nominal per saham, listing di Bursa Efek Indonesia. Didapatkan penggilingan tepung Bogasari Melakukan sebuah stock split 1:2. Acquired 80% ekuitas saham di perkebunan, agribisnis dan perusahaan distribusi Melakukan sebuah stock split 1:5 Dikeluarkan Rp1 triliun Obligasi Seri I Memperoleh persetujuan pada pembelian kembali saham skema dan peluncuran hh sebuah Rencana Kepemilikan Saham Karyawan (ESOP). Diimplementasikan tahap pertama ESOP, melibatkan 228.9 juta saham Bought kembali 915.6 juta saham Diimplementasikan tahap kedua ESOP, melibatkan 58.4 juta saham Dikeluarkan Rp 1,5 triliun Obligasi Seri II Menerapkan ESOP tahap III, melibatkan 919.5 ribu saham Dikeluarkan Rp1 triliun Obligasi Seri III Perkembangan perusahaan patungan dengan Nestl Didapatkan perusahaan perkebunan di Kalimantan Barat Didapatkan Obligasi Konversi,setara dengan 90,9% dari ekuitas Early Eurobonds penebusan dari US $ 143.7 million Didapatkan 55,0% saham di perusahaan pelayaran Pacsari Pte. Ltd Didapatkan tambahan perusahaan perkebunan di Kalimantan Barat. Terdaftar di Agribisnis Group di Bursa Efek Singapura dan ditempatkan saham baru. Acquired 60% saham di perusahaan perkebunan dari Rascal Holding Limited Berpartisipasi dalam penerbitan izin baru PT Mitra Inti Sejati Perkebunan saham dan memegang 70% kepemilikan Didapatkan ekuitas 64,41% saham di PT PP London Sumatra Indonesia Tbk Berpartisipasi dalam penerbitan baru PT Laju Perdana Indah saham dan memegang 60% kepemilikan 251.837.500 saham diterbitkan kembali saham treasury dan membatalkan sisa saham dari 663.762.500 saham perbendaharaan Acquired 100% saham Drayton Pte. Ltd, memiliki 68,57% saham di PT Indolakto, 9 Acquired 100% saham perusahaan perkebunan dengan fasilitas Bulking

2.4.1.b Visi dan Misi Visi Menjadi Total Food Solutions Company Misi

Untuk terus meningkatkan karyawan kami, proses kami dan teknologi kami. Untuk menghasilkan kualitas tinggi, inovatif, dan terjangkau produk yang disukai oleh pelanggan. Untuk memastikan ketersediaan produk-produk kami kepada pelanggan domestik dan internasional. Untuk memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan penekanan pada gizi. Untuk terus meningkatkan stakeholders 'value

2.4.2 Segmen, Target, dan Positioning Pasar 2.4.2.a Segmen Pasar Seluruh masyarakat yang berada di seluruh pelosok Nusantara. Terus bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia dan dunia semakin memperluas pasar bagi sektor konsumsi terutama bagi perusahaan yang bergerak dalam bisnis makanan dan minuman. Apalagi juga didukung oleh meningkatnya daya beli masyarakat.

2.4.2.b Target Pasar Target pasar dari saus sambal yang diproduksi Indofood adalah seluruh masyarakat, baik usia tua maupun muda, terutama bagi para pecinta sambal.

10

2.4.2.c Positioning Pasar Keanekaragaman produkproduk yang dihasilkan Indofood dan posisinya di pasar yang relatif kuat menjadikan prospek usahanya cukup menjanjikan. Kecenderungan menguatnya nilai tukar rupiah pada tahun ini akan menguntungkan Indofood yang banyak mengimpor bahan baku seperti gandum dan susu krim untuk kebutuhan produksinya. Kekuatan kompetitif Indofood terletak pada merek produkproduk yang sangat dikenal oleh masyarakat luas pada umumnya dan mendominasi pangsa pasar dibandingkan dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan pesaingnya. Kepemilikan akan merek yang menguasai pasar didukung oleh distribusi yang luas merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki oleh Indofood. Selain itu proses produksi yang terintegasi dari sektor agribisnis menjadikan biaya produksi Indofood lebih efisien. Ditambah lagi dengan jaringan distribusi yang dimiliki Indofood untuk memasarkan produkproduknya. 2.4.3 Strategi Manajemen 2.4.3.a Strategi Distribusi Indofoods Distribusi Group memiliki jaringan distribusi yang paling luas di Indonesia, menembus ke hampir setiap sudut nusantara. Selain produk-produk Indofood sendiri, indofood juga mendistribusikan produk-produk ke pihak ketiga. Jumlah poin saham telah diperluas secara agresif sejak tahun 2005, memberikan penetrasi yang lebih luas dan lebih dalam efisien melalui rantai pasokan dan pengiriman. Stock poin berlokasi di daerah-daerah dengan kepadatan tinggi gerai ritel, termasuk pasar tradisional, memungkinkan masing-masing titik saham untuk melayani wilayah geografis dekat ditetapkan dalam waktu sesingkat mungkin. 2.4.3.b Strategi Pemasaran (4P)
1) Product

Sambal Pedas

11

Rasa asli yang disukai setiap orang, dan dapat dikonsumsi dengan segala jenis makanan.

Sambal Extra Pedas Memberi kepedasan lebih yang juga dapat dikonsumsi dengan masakan apapun, apalagi kalau sudah menyangkut mie, gorengan atau nasi goreng. Sambal Pedas Manis Paling disukai oleh anak-anak and asyik disantap bersama nugget, ayam goreng dan kentang goreng.

Sambal Lampung Sambal lampung yang memiliki rasa unik dipadu dengan ekstra bawang putih untuk menambah selera Anda.

Sambal Seafood Seafood goreng, bakar maupun rebus pasti terasa jauh lebih nikmat saat ditambahkan Sambal Seafood Indofood.

Sambal Bangkok
12

Asam dan manis yang pas menyegarkan salad buah serta aneka gorengan maupun masakan rebus Anda.

Sambal Indofood Sachet Sambal Indofood tersedia juga dalam kemasan praktis 10 gram.

Sambal Indofood Jerigen Cocok untuk keperluan massal di rumah makan dan catering.

Keunggulan produk :

Memiliki variasi rasa sambal yang paling lengkap, sehingga dapat memenuhi selera konsumen yang berbeda-beda Hadir juga dalam berbagai ukuran sesuai dengan kebutuhan Anda, mulai dari botol kaca 340 ml, botol plastik 275 ml dan 140 ml, sampai sachet 10 g serta kemasan besar galon dan jerrycan

Dibuat dari cabai asli Tidak menggunakan bahan pewarna Terbukti halal dan memiliki sertifikat BPOM Diproses secara modern dan higienis dengan Standard Food Safety Nestle dan Indofood yang ketat Menggunakan tutupflip top sehingga kualitas dan higienitas produk terjamin

13

Dengan proses produksi modern serta higienis, produk sambal Indofood telah memenuhi segala standar mutu terbaik untuk sebuah sambal. Berikut alur produksi dari sambal Indofood yang berbahan baku cabe merah :

Gambar 2. Proses Produksi Saus Sambal 2) Price


Botol kaca 340 ml Rp. 8.200/botol Botol plastik 275 ml Rp.4.600/botol dan 140 ml Rp. 3.800,-/botol Sachet 10 g Rp. 4.500,-/pak Kemasan besar galon dan jerrycan Rp.80.000,-

3) Places

14

Group Distribusi Indofood memiliki jaringan distribusi terluas di Indonesia, menembus sampai hampir ke setiap sudut kepulauan. Jumlah titik stok (gudang) semakin diperbanyak secara agresif sejak tahun 2005, sehingga mampu menyediakan penetrasi yang lebih luas melalui rantai suplai dan penghantaran. Gudang stok ditempatkan pada area-area yang memiliki outlet retail yang banyak, termasuk pasar tradisional, sehingga setiap gudang dapat melayani masing-masing area geografis dalam waktu yang sesingkat mungkin (www.indofood.com). Di Yogyakarta dan Bandung agen-agen Indofood juga bekerjasama dalam menyediakan sambal Indofood dengan warung-warung, rumah makan ataupun restaurant seafood. 4) Promotion
Tagline : Sambel Indofood terasa pedasnya. Iklan : billboard, iklan TV, sponsor acara. Event : Festival kuliner bersama sambel Indofood.

Pembuatan Shop Sign (Spanduk Nama Restaurant Seafood dengan tema Indofood di beberapa lokasi Bandung). Ditinjau dari aspek product life-cycle, Sambal Indofood saat ini berada pada posisi mature, sudah stabil, memiliki brand equity yang sangat kuat sehingga dapat bertahan sebagai Top of Mind merek sambal. Pada tahap ini Sambal Indofood tidak boleh lengah, dalam artian Sambal Indofood masih tetap harus mengadakan promosi untuk me-remind customer bahwa Sambal Indofood masih exsist, dan selalu berinovasi untuk merejuvenasi produk maupun strategi promosinya Sambal Indofood sempat direbut pasarnya oleh sambal ABC sehingga pangsa pasar Sambal Indofood menurun, meskipun masih tetap menguasai sebagian besar pasar. Sejak saat itu, menyadari bahwa Sambal ABC merupakan pesaing yang cukup kuat, Sambal Indofood mulai bangkit dari tidur panjangnya, Sambal Indofood mulai gencar beriklan lagi. Sambal Indofood menggunakan endorser latar dan setting iklan yang menarik serta menggugah selera makan sehingga semakin mengukuhkan bahwa dia masih menjadi Sambal jawara di Indonesia. PT Indofood Sukses Makmur Tbk. melihat remaja/pelajar sebagai customer masa depan, jadi sejak sekarang Indofood mulai memberikan semacam edukasi mengenai produk Indofood.
15

Tentang strategi menghadapi persaingan, Indofood akan menerapkan strategi Mastering The Present, Pre-empting the Future. Strategi ini antara lain fokus kepada organic growth, memanfaatkan competitive advantage melalui scale, scope, span, dan speed. Selain itu akan menjalankan program cost efficiency and cost cutting. Di samping itu tetap melanjutkan segmentasi para konsumennya dengan memperkenalkan produk-produk dengan higher price and higher margin. 2.4.3.c Saluran Pemasaran (1) Manufaktur konsumen, (2) Manufaktur pedagang eceran konsumen, (3) Manufaktur pedagang besar pedagang eceran konsumen dan (4) Manufaktur agen pedagang besar pedagang eceran konsumen

2.4.4 Omzet Perusahaan Berdasarkan analisa dari laporan keuangan PT. Indofood hasil kinerja keuangan Perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2010. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, penjualan bersih konsolidasi sedikit meningkat menjadi Rp28,31 triliun dari Rp28,20 triliun. Peningkatan penjualan yang disumbang oleh Grup Produk Konsumen Bermerek ("CBP") diimbangi dengan penurunan penjualan Grup Bogasari dan Agribisnis, yang masing-masing terutama disebabkan oleh penurunan harga jual tepung terigu dan penjualan CPO.Grup CBP memberikan kontribusi sebesar 47% terhadap penjualan bersih konsolidasi, meningkat dari 43%, yang antara lain disebabkan oleh peningkatan volume penjualan di seluruh divisi dan harga jual rata-rata. Grup Bogasari memberikan kontribusi sebesar 26% terhadap penjualan bersih konsolidasi, turun dari 29% terutama karena turunnya harga jual tepung terigu. Kontribusi dari Grup Agribisnis dan Distribusi relatif tidak mengalami perubahan, masing-masing sekitar 19% dan 8%. Laba kotor meningkat 17,7% menjadi Rp9,15 triliun dari Rp7,78 triliun, karena peningkatan kinerja di seluruh
16

Grup. Laba usaha naik 30,5% menjadi Rp 4,86 triliun dari Rp3,73 triliun. Marjin laba kotor dan marjin laba usaha masing-masing meningkat menjadi 32,3% dan 17,2%. Laba bersih tercatat sebesar Rp2,25 triliun, naik 42,6% dari Rp1,58 triliun pada periode yang sama tahun lalu, namun core profit meningkat 83,0% menjadi Rp2,22 triliun dari Rp1,21 triliun, dengan lebih rendahnya laba kurs yang dicatat pada laba bersih untuk periode sembilan bulan tahun 2010.Core profit, yang mencerminkan kinerja operasional, secara jelas memperlihatkan kinerja kami yang kuat.

2.4.5 Kendala dan Harapan 2.4.5.a Kendala Perusahaan 1. Terlalu banyak Brand yang dikeluarkan 2. Terlalu banyak inovasi rasa yang dibuat oleh Indofood 3. Permintaan pasar yang belum terpenuhi 4. Ketatnya persaingan yang dilakukan pesaing dalam hal iklan maupun inovasi 5. Tidak fokus terhadap satu jenis produk

2.4.5.b Harapan Perusahaan 1. Mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan 2. Mampu menjaga kestabilan penjualan ketika terjadi persaingan pasar 3. Mampu mengunggulkan produk dibanding produk pesaing 4. Membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan
17

5. Tercapainya tingkat konsumsi masyarakat yang maksimum 6. Tercapainya tingkat kepuasan konsumen yang maksimum 7. Tercapainya tingkat pilihan konsumen yang maksimum 8. Tercapainya kualitas hidup konsumen yang maksimum 9. Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi pemasaran 10. Memperlancar arus saluran pemasaran secara fisik dan non fisik

2.5. Sub Sistem Pemasaran 2.5.1 Narasumber 1 Nama Lokasi usaha RT/RW Kelurahan Kecamatan : Iden : Pasar Ancol : 03/03 : Ancol : Regol

Penjual cabe merah ini mendapatkan komoditas cabe merah dari Pasar Caringin yang ia jual lagi di pasar ancol. Ia membeli cabe dengan harga Rp.45.000 per Kg, kemudian dijual kembali seharga Rp.50.000 per Kg. Setiap harinya ia membeli paling sedikit 5-10 Kg dan membelinya hanya di satu pedagang (langganan). Ia memilih varietas cabe yang unggul. Jika tidak terjual habis hari ini maka sisanya akan disimpan untuk dijual kembali pada keesokan harinya. Menurutnya cabe yang dijual tahan hingga 5 hari kedepan. Tetapi jika dengan jangka waktu tersebut belum juga terjual, sisa barang dibawa pulang dan dikonsumsi sendiri yang artinya mengalami kerugian.

18

Target konsumen mereka kebanyakan ibu rumah tangga. Menurutnya kenaikan harga cabe merah disebabkan dengan kelangkaan barang tersebut, dan biasanya kenaikan harga tersebut bertahan hingga 2 bulan. Dengan adanya kenaikan yang signifikan mengakibatkan berkurangnya pembeli. Menurut pengalamannya cabe merah melimpah terjadi pada bulan september-oktober, dan kelangkaan cabe terjadi di bulan februari-maret. Jika sedang kekurangan pasokan di pasar caringin, ia memperoleh cabe dari warung-warung kampung, dengan komposisi sebagian tetap beli di pasar caringin sebagian lagi dari warung-warung dikampung. Dijual dengan harga yang sama dan dengan jumlah yang sama untuk tetap dapat memenuhi permintaan pasar sehingga pembeli tidak beralih ke penjual yang lain. Jika terjadi kelebihan pasoka di pasar, pedagang biasanya mengurangi pembelian di pasar induk (biasa 10 kg jadi 5kg) tujuannya untuk menstabilkan harga cabe. Jika harga naik, pembeli mengurangi jumlah pembelian, yaitu jika biasanya membeli cabe sebanyak ons maka pembeli akan mengurangi pembelian menjadi 1 ons. Mereka tidak merasa memiliki pesaing, walaupun di lokasi mereka berjualan banyak sekali pedagang cabe merah, karena mereka mengetahui bahwa harga cabe yang pedagang lain jual pun sama seperti yang mereka jual. Selain itu mereka juga telah memiliki pelanggan-pelanggan tetap.

2.5.2 Narasumber 2 Nama Alamat Lokasi usaha : Ade HT : Garut : Pasar Induk Gede Bage

Cabe yang dijual bapak ade di pasar gede bagi berasal dari pasar caringin. Ia membeli cabe dengan harga Rp.18.000 per Kg, kemudian dijual kembali seharga Rp.23.000 per Kg. Dalam sehari pak ade mampu menjual cabe merah keriting sebanyak 10 kg. Jika cabe tidak habis terjual maka cabe akan dijual

19

keesok harinya dengan harga yang sama namun jika cabe tetap tidak laku dan kualits fisik sudah hampir rusak, cabe akan di olah sendiri. Pada umumnya pembeli cabe adalah ibu rumah tangga, warung-warung. Untuk perkiraan harga, pembeli dan penjual sulit untuk memperkirakan. Jika terjadi peningkatan harga biasanya hanya bertahan 1-2 bulan. Bulan september menurut pak ade merupakan bulan dimana ketersediaan cabe melimpah. Namun ada kalanya ketersediaan cabe langka. Jika kondisi ini terjadi, pedagang akan mencari cabe dagangan ke warungwarung di sekitar kampung jika ketersediaan cabe tidak ada juga biasanya pedagang tidak akan melakukan penjualan. Terkadang jumlah cabe yang masuk ke pasar (caringin) cukup melimpah namun kondisi ini tidak mempengaruhi jumlah pembelian cabe oleh pak ade untuk diperdagangkan. Naik tidaknya harga cabe biasanya tidak berpengaruh bagi pedagang hanya saja konsumen sering mengeluhkan kenaikan harga namun biasanya konsumen tidak megurangi quantitas cabe yang akan dibeli. Ketika cabe mengalami kenaikan, kubis merupakan salah satu sayuran yang ikut mengalami kenaikan harga. Dia merasa Harga cabai yang kemarin sempat tinggi sekali hingga pernah mencapai 90.000/kg dan telah mengalami penurunan beberapa waktu lalu, saat ini harganya makin turun drastis. Namun demikian, dibandingkan harga sayur-sayuran jenis lainnya seperti kubis, yang juga mengalami penurunan, harga cabai masih lebih tinggi. 2.6. Sub Sistem Konsumen Nama Alamat RT/RW Kelurahan Kecamatan No. Telepon Lokasi usaha : Nurias : Jl. Emong No. 103, Karapitan : 08/02 : Burangrang : Lengkong : 081394501585 : Pasar Ancol
20

Usaha

: Penjual bumbu dan sambal olahan

Untuk memenuhi persediaan bahan baku penjual memperolehnya dari pasar caringin. Pembelian bahan baku biasanya kisaran 3 5 kg yang dilakukan setiap hari untuk satu kali proses produksi. Namun pada saat harga bahan baku sedang melonjak mereka hanya membeli sekitar 2 kg saja. Mereka tidak hanya memasok dari satu padagang, sehingga mereka dapat meemilih pedagang cabe merah dengan harga termurah. Tak jarang pembelian cabe merah yang terlalu banyak memaksa penjual bumbu dan sambal olahan ini kadang kala menyimpan cabe merah yang tersisa untuk proses produksi selanjutnya dan sebagian cabe yang telah busuk terpaksa dibuang karena memang tidak dapat digunakan kembali. Dalam proses produksi bumbu dan sambal olahan ibu nurias tidak melakukan tahap pengeringan cabe merah, jadi setelah dibeli cabe langsung dipetik, digiling dan langsung diolah. Pada saat harga cabe merah melonjak yang dilakukan penjual yaitu mengurangi produksi dan menaikan harga produk namun tidak mengurangi kualitas dari hasil olahannya. Walaupun harga produk yang dijual ibu Nurias mengalami meningkatan namun pendapatannya tidak menurun, karena konsumen telah mengenal kualitas dari produk yang dihasilkannya. penjual telah memiliki banyak pelanggan. Ia memiliki konsumen tetap seperti pemilik-pemilik warung nasi, rumah makan padang, rumah makan sunda, hingga ibu-ibu rumah tangga. Fluktuasi harga komoditas-komoditas pertanian sering sekali terjadi. Seperti juga dengan komoditas cabe merah. Jika penjual mengurangi pembelian cabe merah pada saat harga melonjak, namun disaat terjadi penurunan harga cabe merah penjual tidak melakukan pembelian secara berlebih dikarenakan komoditas cabe merah mudah busuk, dan di penjual tidak dapat melakukan pengeringan karena tidak memiliki alatnya. Penjual tidak memiliki catatan kapan harga cabe naik atau turun, sehingga ia tidak memiliki perkiraan-perkiraan mengenai harga cabe merah. Hanya saja jika harga sedang mengalami kenaikan penjual menaikan harga produknya. Jika harga cabe Rp.5000 ia menjual sambal olahannya berkisar

21

Rp.7500-Rp.8000. jika harga cabe Rp.20.000 ia menjual produk olahannya berkisar Rp.23.000. Dari fenomena kenaikan harga cabe yang terlalu signifikan yang terjadi kemarin membuat penjual bumbu dan sambal olahan ini merasa dirugikan. Karena menurunnya keuntungan yang didapat.

2.7. Sarana dan Prasarana Di salah satu lokasi budidaya komoditas cabe merah, yaitu daerah Cikawari tidak terdapat kelompok tani atau asosiasi petani, sehingga tidak dapat dilihat bagaimana pengaruh adanya kelembagaan terhadap perkembangan usahatani di daerah tersebut. Selain itu, petani pun tidak menggunakan sarana penunjang lain seperti pinjaman bank karena petani kesulitan untuk mengembalikanya, hal ini disebabkan keuntungan petani cabe merah yang tidak menentu. Sarana prasarana lain yang mempengaruhi usahatani petani di daerah ini adalah sarana transportasi dan akomodasi. Hingga saat ini petani sedikit kesulitan dalam distribusi hasil produksinya ke pasar dikarenakan selain jarak yang ditempuh dari lokasi budidaya ke pasar tujuan cukup jauh, harga peminjaman sarana transportasi yang cenderung mahal. Harga peminjaman tersebut mencapai Rp 200,000,-/ ton dan upah supir sebesar Rp 15.000,-. Harapan petani mengenai pemenuhan sarana dan prasarana di daerah Cikawari adalah segera dibentuknya kelompok tani yang dirasa akan mempermudah petani dalam pemenuhan agroinput, sistem budidaya, hingga mempermudah petani dalam distribusi hasil produksinya. Namun hingga saat ini belum ada pihak yang mengusulkan pembentukan kelompok tani kepada pemerintah setempat. 2.8. Rantai Pasokan

Supplier Agroinp ut

Agroindust ri Tengkul ak Petan i 22 Tengkul ak Pasa r Konsume n

Keterangan : Sarana produksi tani Cabe merah Hasil olahan cabe merah Cabe merah dan hasil olahan cabe merah

Gambar 3. Rantai Pasokan Cabe Merah

Dari gambar dapat dijelaskan mengenai alur produk, alur pelaku, serta alur biaya yang terjadi dalam rantai pasok komoditas cabe merah. Supplier agroinput merupakan pelaku pertama dalam rantai pasok cabe merah. Agroinput disalurkan ke toko-toko saprodi dengan konsumen baik tengkulak maupun petani. Dalam hal ini, tujuan tengkulak membeli saprodi yaitu untuk memperoleh keuntungan dengan cara memberikan modal berupa saprodi (bibit, pupuk, pestisida) kepada petani-petani kecil untuk kemudian saprodi tersebut dikelola dan sebagian hasil usahataninya akan dikembalikan kepada tengkulak untuk mengganti pinjaman modalnya. Selain itu, konsumen juga merupakan petani yang mendatangi langsung toko saprodi tersebut. Sistem pembayaran yang dilakukan berupa pembayaran langsung maupun pinjaman.

23

Hasil dari usahatani cabe merah yang didapatkan petani umumnya dijual langsung ke pasar dengan melakukan pengiriman sendiri, namun tidak sedikit petani yang terlebih dahulu menyalurkannya melalui tengkulak seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Sistem pembayaran yang dilakukan antara petani dengan pihak pasar yaitu pembayaran langsung, sedangkan pembayaran diantara petani dengan tengkulak sebagian besar merupakan sistem penyerahan, dimana petani menyerahkan hasil usahataninya untuk membayar modal pinjamannya. Adapun konsumen lain yaitu perusahaan agroindustri berbahan baku cabe merah, misalnya PT. Indofood yang memproduksi saus sambal. Saus sambal yang dihasilkan kemudian dijual ke pasar tradisional, pasar modern, hingga ritel. Setelah itu, cabe merah dan hasil olahan cabe merah pun akan sampai ke tangan konsumen.

24

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan Cabe merupakan komoditas sayuran yang banyak mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Kebutuhan akan cabai terus meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai. Seperti fenomena yang baru saja terjadi yaitu kenaikan harga cabe merah yang cukup drastis mengakibatkan kerugian yang dialami beberapa pihak seperti sebagian petani, penjual, dan konsumen cabe merah. Kenaikan harga cabe yang sempat tinggi membuat harga sayuran lainnya seperti contohnya kubis ikut mengalami kenaikan. Hal ini memaksa pemerintah untuk turun tangan dalam menanganinya. Salah satu upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan cara menstabilkan kembali harga cabe merah dan memperbaiki distribusinya. PT. Indofood merupakan perusahaan agroindustri yang membutuhkan bahan baku cabe merah sebagai pemenuhan salah satu produk yang dihasilkannya yaitu saos sambal indofood. Saus sambal indofood memiliki Target pasar dari seluruh masyarakat, dari usia tua, muda, dan terutama bagi para pecinta sambal. Dengan proses produksi modern serta higienis, produk sambal Indofood telah memenuhi segala standar mutu terbaik untuk sebuah sambal.

3.2. Saran Berdasarkan beberapa kesimpulan dari temuan di atas dikemukakan saransaran sebagai berikut:

Adanya usaha kembali dari pihak pemerintah dalam menstabilkan harga cabe baik dari harga, distribusi, sampai cara pemberantasan hama. Petani diharapkan tidak untuk menanam komoditas tertentu pada saat harga sedang melonjak dikarenakan harga komoditas tersebut jumlahnya akan melimpah dan mengalami penurunan harga.
25

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Sambal Indofood. Diakses melalui http://www.indofood.com/ pada tanggal 4 Maret 2011.

Anonim. 2011. Kiat Sukses Berinovasi Cabai. Badan Litbang Pertanian ; Lembang.

26

27

Anda mungkin juga menyukai