Anda di halaman 1dari 2

Review Artikel

Permasalahan dalam Analisis Hubungan Kelas di Indonesia

Perdebatan mengenai hubungan antar kelas pada masyarakat Indonesia


khususnya pada masyarakat Jawa. Yang menjadi objek dalam struktur kelas dalam
masyarakat Jawa hingga saat ini masih menjadi pertanyaan dalam bentuk deskripsi
secara utuh. Berabagai macam konflik seperti masa kolonial dan pemberontakan
Partai Komunis Indonesia juga perselisihan Golongan Muslim menjadi sebuah
problema tersendiri dalam menentukan sebuah kelompok sosial serta kesadaran
politik.
Hubungan antar kelas pada masyarakat Jawa terbentur pada masalah analisis
dengan pendekatan tertentu. Misalnya kelemahan analisis Marxist dalam fenomena
masyarakat Jawa ialah cara-cara produksi. Pada awalnya pendekatan ini menganggap
feodalisme merupakan bentuk awal dari kapitalisme, akan tetapi PKI pada masa D. N
Aidit menjadi dasar kebijakan atas kepemilikan lahan bersama. Namun dalam
memahami fakta yang ada masih dikatakan belum cukup untuk menunjukan ukuran
suatu kelompok dikatakan tuan tanah yang menopang lahirnya kapitalisme secara
konsep dan operasionalnya berbeda dengan teori. Dan selanjutnya hanya
memaparkan hanya dua belah pihak yakni pihak yang mengeksploitasi dan pihak
yang dieksploitasi.
Pada era masyarakat Jawa modern, kelompok–kelompok eksploitasi
didefinisikan yang mendominasi dalam perpolitikan. Mereka adalah birokrasi dan
militer yang menguasai sumber produksi berdasarkan kebijakan-kebijakan ekonomi
yang dibuat negara. Elemen tersebut makin sulit untuk dilawan mengingat hubungan
birokrasi dan militer antara bawahan dengan elit bersifat patron-klien yang saling
bergantungan. Kehadirannya juga semakin berkembang dalam bentuk neo-
kolonialisme yang berbaur dengan elemen lainnya seperti pihak swasta. Di sisi lain
pihak yang tereksploitasi ialah kaum petani miskin yang bermodalkan hukum adat
tradisional dalam usaha produksinya.
Eksploitasi yang timbul ialah berusaha mengimbangi produksi surplus serta
sistem kolonial terdahulu seperti pajak bea yang dilakukan pemerintahan Belanda.
Setelah berakhirnya pemerintahan Belanda dengan masa transformasi kolonialisme
membuat eksploitasi pertanian secara besar-besaran dalam bentuk Revolusi Hijau
seperti petani penggarap. Jika hal tersebut dihubungkan dengan hakekat eksploitasi
yakni pada pembayaran upahnya.
Pada masa revolusi hijau sangat berdampak ketika musim panen tiba. Para
petani miskin hanya mendapatkan sebagian kecil saja dari hasil produksi yang
diterima. Sistem yang digunakan juga menggunakan sistem sewa pekerja dengan
tenaga kerja sebagai modal produksi dapat ditekan atau dikurangi dengan kemajuan
teknologi tetapi mendapatkan hasil yang optimal. Maka dari itu menimbulkan sistem
perburuhan dan mereka biasanya para perempuan.

Anda mungkin juga menyukai