Anda di halaman 1dari 28

BAB I

TINJAUAN UMUM

A. KETERAMPILAN BERBAHASA
Keterampilan berbahasa (atau language arts, language skills) dalam kurikulum
sekolah mencakup empat segi yaitu:
1) Keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skills);
2) Keterampilan berbicara (speaking skills);
3) Keterampilan membaca (reading skills);
4) Keterampilan menulis (writing skills);
Berikut ini hubungan antar keterampilan tersebut yaitu:
1. Hubungan antara Berbicara dan Menyimpak
Antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang erat dari hal-hal
berikut ini:
a) Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru
(imitasi).
b) Kata-kata yang dipakai biasanya ditentukan oleh perangsang
(stimuli).
c) Ujaran anak mencerminkan pemakaian bahasa misalnya ucapan
intonasi.
d) Dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan
rumit.
e) Meningkatkan keterampilan menyimak.
f) Bunyi merupakan faktor penting dalam menyimak.
g) Berbicara dengan alat peraga (visual aids). Mempergunakan bahasa
yang didengarnya (dawson (et al) 163:29).
2. Hubungan antara Menyimak dan Membaca
Beberapa hal yang harus diperhatikan antara menyimak dan membaca
yaitu:
a) Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca diberikan
oleh guru melalui bahasa lisan.

b) Menyimak merupakan cara atau mode utama bagi pelajaran lisan


(verbalized learning).
c) Menyimak pemahaman (listening comprehension) lebih unggul
disbanding membaca pemahaman (reading comprehension).
d) Pelajar membutuhkan bimbingan dalam menyimak lebih efektif
dan teratur.
e) Kosakata atau perbendaharaan kata menyimak yang sangat terbatas
dengan kesukaran dalam belajar membaca yang baik.
f) Korelasi antara kosa kata dan kosa kata simak (reading vocabulary
dan listening vocabulary) sangat tinggi.
g) Faktor tambahan dan ketidakmampuan dalam membaca (poor
reading).
h) Menyimak atau turut membantu anak dan pemahaman informasi
yang terperinci.
3. Hubungan antara Berbicara dan Membaca
Hubungan antara bidang lisan membaca telah dapat diketahui dan ditelaah
penelitian antara lain:
a) Performansi atau penampilan membaca
b) Pola-pola pelajaran ujaran.
c) Struktur kalimat.
d) Kosa kata khusus.
4. Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis
Komunikasi lisan dan komunikasi tulis terdapat berbagai kesamaan antara
lain:
a) Seseorang anak berbicara jauh sebelum dia dapat menulis kosa
kata, pola-pola kalimat.
b) Membicarakan ide-ide yang rumit yang dia peroleh dari tangan
kedua.
c) Perbedaan-perbedaan pun terlihat antara komunikasi tulis dan
komunikasi lisan.

d) Membuat bagan atau rangka ide-ide yang disampaikan pada saat


pembicaraan.

B. MEMBACA
Membaca adalah suatu dari empat keterampilan berbahasa yang telah
dijelaskan pada subbab A berikut ini tujuan yang terkandung dalam
kegiatan membaca, serta jenis-jenisnya:
1. Pengertian Batasan Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan. (Hodgson 1960:43-44).
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali
dan pembacaan sandi (a recording and decoding prosess), melibatkan
penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah
menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan
(oral language meaning). (Anderson 1972: 209-210).
Secara singkat dapat dikatakan bahwa reading adalah bringing meaning
to and getting meaning from printed or written material. Memetik serta
memhami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis
(Finochiaro and bonomo 1973: 119).
2.

Tujuan Membaca
Arti (meaning) berhubungan dengan maksud dan tujuan antara lain:
a) Membaca atau menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan
yang telah dilakukan oleh para tokoh, atau perincian fakta-fakta.
b) Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
c) Membaca untuk menjadi organisasi cerita (reading for sequence or
organization).
d) Membaca untuk menyimpulkan membaca inferensi (reading for
inference).
e) Membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).
f) Membaca untuk mengevaluasi (reading to evaluate).

g) Membaca untuk memperbandingkan dan mempertentangkan


(reading to compare or contrast). (Anderson 1972 :214).
3.

Membaca sebagai Suatu Keterampilan


Keterampilan membaca mencakup tiga komponen yaitu:
a) Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca;
b) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur
linguistik yang formal;
c) Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning
(Broughton (et al) 1978 :90).

4.

Aspek- aspek Membaca


Dua aspek penting dalam membaca yaitu:
a) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills).
b) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills).
(Broughton (et al) 1978 : 211)
Ada beberapa aspek lain dalam membaca yaitu:
a) Membaca ekstensif (extensive reading);
b) Membaca intensif (intensive reading);
Selanjutnya sebagai membaca ekstensif ini mencakup pula:
a) Membaca survei (survey reading);
b) Membaca sekilas (skimming);
c) Membaca dangkal (superficial reading);

Sedangkan dalam membaca intensif dapat pula dibagi atas:


1. Membaca telaah isi (content study reading) yang mencakup :
a) Membaca teliti (close reading);
b) Membaca pemahaman (comprehensive reading);
c) Membaca kritis (critical reading);
d) Membaca ide (reading for ideas);
2. Membaca telaah bahasa (language study reading), yang mencakup:
a. Membaca bahasa asing (foreign language reading);
b. Membaca sastra (literaty reading).
Perhatikanlah skema-skema berikut ini:

SKEMA I
-Pengenalan
bentuk huruf
Keterampilan

pengenalan unsur-unsur linguistik


Mekanis (urutan lebih rendah)

pengenalan hubungan bunyi dan huruf

Aspek aspek

kecepatan membaca:lambat
Membaca
keterampilan pemahaman

pemahaman pengertian sederhana


(urutan lebih tinggi)

pemahaman signifikasi/makna

-evaluasi/penilaian isi dan bentuk

-kecepatan membaca : fleksibel

SKEMA II
Membaca nyaring
Membaca

membaca
ekstensif

Membaca dalam hati

membaca survei
membaca sekilas
membaca dangkal

Membaca

membaca

teliti
membaca
intensif

telaah isi
membaca

pemahaman
Membaca
kritis
Membaca
ide-ide
Membaca
membaca bahasa
Telaah bahasa
membaca sastra

5. Mengembangkan keterampilan membaca


Ada beberapa hal dalam mengembangkan keterampilan berbahasa yaitu:
a) Memperkenalkan kosa kata antonim kata, parafrase.
b) Memahami makna dan struktur kalimat.
c) Menjelaskan kiasan dan sindiran.
d) Meningkatkan kecepatan membaca.
Dalam mata pelajaran membaca dituntut kualifikasi sebagai berikut:
Minimal

:kemampuan memahami secara langsung (yaitu tanpa terjemahan)


makna/isi prosa sederhana yang non teknis, kecuali kata yang sulit dan
jarang digunakan.

Baik

: kemampuan membaca dengan pemahaman yang langsung terhadap prosa


dan puisi yang taraf kesukarannya sedang dan isi yang matang.

Baik sekali :kemampuan membaca,hampir semudah dalam bahasa ibu sendiri, bahanbahan yang amat sulit seperti esei dan karya sastra.
(Finocchiaro and Bonomo 1973 : 28; Lado 1976 : 231).
5. Tahap tahap Perkembangan Membaca
Ada beberapa tahap dalam perkembangan membaca yaitu:

Tahap I
Para pelajar membaca bahan yang telah dipelajari.
Tahap II
Guru atau kelompok guru bahasa menyusun struktur.
Tahap III
Guru atau kelompok guru bahasa menyusun kosa kata dan teks.
Tahap IV
Membaca penggunaan teks-teks sastra.
Tahap V
Keterampilan dalam berbicara dalam berbahasa.
(Finocchiaro and bonomo 1973 : 123 -125).

BAB II
MEMBACA NYARING
A. PENGERTIAN
Proses membaca dibagi atas:
a) Membaca nyaring, membaca bersuara, dan membaca lisan (reading
out loud, oral reading, reading aloud).
b) Membaca dalam hati (silent reading).

B. KETERAMPILAN-KETERAMPILAN YANG DITUNTUT


DALAM MEMBACA NYARING
Ada beberapa hal dalam keterampilan yang dituntut dalam membaca
nyaring pada sekolah adalah sebagai berikut:
Kelas I:
Mempergunakan ucapan yang tepat;
Mempergunakan frase yang tepat;
Kelas II
Membaca dengan terang dan jelas;

Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi;


Membaca tanpa terbata-bata;
Kelas III
Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi;
Mengerti serta memahami bacaan;
Kelas IV
Memahami bahan bacaan pada tingkat dasar;
Kecepatan mata dan suara;
Kelas V
Membaca dengan pemahaman dan perasaan;
Aneka kecepatan membaca nyaring bergantung pada bahan bacaan;
Kelas VI
Membaca nyaring dengan penuh perasaan, atau ekspresi;
Membaca dengan penuh kepercayaan dan mempergunakan frase yang
tepat.
( Barbe and Abbott 1975 : 156-167; Dawson (et al) 1963 : 216).
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA NYARING
Ada beberapa hal dalam keterampilan membaca nyaring yaitu:
1) Menyoroti ide-ide baru;
2) Menjelaskan perubahan dari satu ide ke ide lainnya.
3) Menghubungkan ide-ide yang bertautan.
4) Menjelaskan klimaks-klimaks dengan gaya bahasa dan daya
ekspresi.
Membaca berbagai keterampilan dalam berbahasa antara lain:
a. Memperoleh kesenangan dalam dramatisasi.
b. Memperkaya daya khayal dan imajinasi.
c. Menanamkan disiplin yang tidak terdapat pada jenis membaca
lainnya.
d. Mempertinggi pemahaman dan pengembangan kosa kata,
membaca frase/paragraf.

BAB III

MEMBACA DALAM HATI


A. PENGANTAR
Dalam garis besarnya membaca dalam hati dibagi atas :
a) Membaca ekstensif;
b) Membaca instensif;
B. MEMBACA EKSTENSIF
Membaca ekstensif dibagi atas:
a. Membaca survei (survey reading);
b. Membaca sekilas (skimming);
c. Membaca dangkal (superficial reading);
1.

Membaca Survei
Bacaan yang dipelajari yang akan ditelaah, dengan jalan:
a. Memeriksa, dan meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat
dalam buku-buku;
b. Memeriksa dan meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku-buku
yang bersangkutan.
c. Memeriksa dan meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan.

2.

Membaca Sekilas
Ada tiga tujuan dalam membaca sekilas ini yaitu:
a) Untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku atau artikel,
tulisan simgkat;
b) Untuk menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan;
c) Untuk

menemukan/menempatkan

bahan

yang

diperlukan

dalam

perpustakaan.
d) (Albert (et al) 1961a : 30).
Berikut ini hal yang dijelaskan secara selayang pandang yaitu:
a. Memperoleh Kesan Umum
Memperoleh kesan umum dari sesuatu buku nonfiksi (sejarah,biografi,
ilmu pengetahuan, seni dan sebagainya).
b. Menemukan Hal Tertentu
Beberapa petunjuk dalam menentukan hal tertentu yaitu:

1) Tentukan dengan jelas hal atau fakta apa yang hendak dicari atau
sediakan pertanyaan yang akan dijawab.
2) Siapkan kata-kata yang tepat.
3) Mencari informasi dari suatu buku yang mencakup bahan dan
subjek.
4) Mencari kata atau detail yang diinginkan.
c. Menemukan Bahan Dalam Perpustakaan
Mencari sumber informasi dari majalah dan literatur yang ada.
3. Membaca Dangkal
Membaca dangkal atau superficial reading pada dasarnya bertujuan untuk
memperoleh pemahaman yang dangkal bersifat luaran, yang tidak
mendalam dari suatu bahan bacaan.

C. MEMBACA INTENSIF
Yang termasuk dalam kelompok membaca intensif ialah:
1) Membaca telaah isi (content study reading);
2) Membaca telaah bahasa (linguistic study reading);

D. KETERAMPILAN YANG DITUNTUT PADA MEMBACA DALAM


HATI
Ada beberapa hal dalam keterampilan yang dituntut pada membaca
dalam hati yaitu:
Kelas I
1. Membaca tanpa bersuara;
2. Membaca tanpa gerakan-gerakan kepala;
Kelas II
1. Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir atau kepala;
2. Membaca lebih cepat secara dalam hati;
Kelas III
1. Membaca dalam hati tanpa menunjuk jari-jari, tanpa gerakan bibir;
2. Memahami bahan bacaan yang dibaca secara diam atau secara
dalam hati;
3. Lebih cepat membaca dalam hati;
Kelas IV

1. Mengerti serta memahami bahan bacaan pada tingkat dasar;


2. Kecepatan mata dalam membaca tiga kata per detik;
Kelas V
1. Membaca dengan pemahaman yang baik;
2. Membaca dalam hati jauh lebih baik dari pada membaca
bersuara;
3. Membaca tanpa gerakan bibir atau kepala;
4. Menikmati bahan bacaan yang dibaca
Kelas VI
1. Membaca gerakan tanpa gerakan bibir;
2. Dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat
kesukaran yang terdapat dalam bahan bacaan;
3. Dapat membaca dalam 180 patah kata dalam satu menit bahan
bacaan fiksi pada tingkat dasar. (Barbe and Abbott 1975 : 156
167).

BAB IV
MEMBACA TELAAH ISI
A. PENDAHULUAN
Membaca telaah isi dapat kita bagi atas:
1) Membaca teliti;
2) Membaca pemahaman;
3) Membaca kritis;
4) Membaca ide;

B. MEMBACA TELITI
Membaca teliti membutuhkan berbagai hal antara lain:
a. Survei yang cepat untuk melihat organisasi dalam pendekatan umum;
b. Membaca seksama dan membaca ulang paragraf- paragraf

untuk

menemukan kalimat-kalimat judul dan perincian penting;


c. Penemuan hubungan setiap paragraf dengan keseluruhan tulisan dan
artikel;
1. Membaca paragraf dengan pengertian

Mengembangkan pikiran pokok suatu paragraf antara lain:


a) Dengan mengemukakan alasan-alasan;
b) Dengan mengutarakan perincian-perincian;
c) Dengan mengetengahkan satu atau lebih contoh;
d) Dengan membandingkan atau mempertentangkan dua hal.
(Albert (et al) 1961a : 35).
Beberapa skema yang baik dalam pengembangan paragraf antara lain:
a. Pengembangan paragraf dengan mengemukakan alasan
organisasi paragraf tersebut tanpa kesulitan, inilah rangka paragraf tersebut:
a) Penelitian mengenai bahasa simalungun masih berlaku.
b) Bahasa simalungun adalah bahasa penghubung antara bahasa batak
utara dan bahasa batak selatan.
c) Bahasa simalungun bukan bahasa ibu saya.
d) Ingin memberikan sumbangan bagi ilmu bahasa (regional, nasional,
maupun internasional).
b. Pengembangan Paragraf dengan Mengutarakan Perincian
Paragraf perincian lebih mengutarakan suatu penjelasan atau keterangan.
(Victor Hage Otobiografi).
c. Pengembangan Paragraf dengan Mengetengahkan Contoh
Mengetengahkan satu atau lebih contoh untuk menjelaskan apa yang dia
maksudkan.
d. Pengembangan Paragraf dengan Perbandingan atau Pertentangan
Penggunaan komparasi dalam paragraf tersebut yaitu:
Bahasa batak merupakan lingua franca. Dari segi fonetik dibuat
komparasi diantaranya:
1. Fonem /U/pada BU menjadi/o/ pada BT dan BS ; contoh:
beras-boras-boras beras.
Puluh-puluh-pulupuluh
Waluh-waluh-waludelapan
Siwah-siah-sia Sembilan
Taneh-tanoh-tano tanah
(H.G. Tarigan Bahasa-bahasa Batak).
2. Membaca Pilihan Yang Lebih Panjang

Menguraikan sebuah ide-ide dalam paragraf atau menerangkan ide-ide


dalam paragraf-paragraf terdahulu. (Albert (et al) 1961a:44).
3. Membuat Catatan
Tiga hal yang penting dalam membuat catatan:
a) Menolong kita untuk memahami apa yang kita abaca dan kita
dengar;
b) Terus-menerus mencari fakta dan ide yang penting;
c) Membantu ingatan kita untuk mencatat fakta serta ide-ide yang
penting.
a.

Mengenai Bacaan
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat catatan mengenai

bacaan:
1. Bacalah sekilas seluruh kutipan;
2. Tentukan apa yang perlu kita catat;
3. Buatlah catatan dengan kata-kata sendiri;
4. Kembangkanlah sistem sendiri mengenai singkatan dan penggalan
penggalan.
5. Pakailah tanda-tanda kutipan.
6. Buatlah catatan yang jelas dan tepat.
7. Butir-butir penting harus digarisbawahi. (Albert (et al) 1961a : 43 44).
b. Menandai Buku
Mortimer J. Adler pernah menulis sebuah artikel yang berjudul How to
Mark a book yang dibuat dalam The Saturday Review of Literature, artikel
ini memuat dua puluh butir yang dapat kita simpulkan sebagai berikut:
1. Haruslah ditegaskan secara blak-blakan.
2. Membaca sesuatu antara baris-baris.
3. Jangan menandai buku yang bukan milik kita sendiri.
4. Menilai sesuatu buku.
5. Mengerti isi dari sebuah buku.
6. Memiliki sejumlah buku.
7. Memahami isi buku.
8. Mencatat lukisan.
9. Menandai sebuah buku.

10. Menjawab masalah-masalah yang fundamental.


11. Membaca sebuah buku dengan catatan-catatan.
12. Menulis dengan kata-kata kita sendiri.
13. Cermin yang dipergunakan untuk menilai diri sendiri.
14. Mengadakan konversasi atau percakapan antara pembaca dan
pengarang.
15. Memberi angka-angka pada pinggir halaman.
16. Bagian depan halaman-halaman kosong.
17. Membuat outline dan catatan.
18. Membaca surat kabar.
19. Catatan dari sebuah buku.
20. Sebuah catatan dan tanda. (Salisbury 1955 : 286-8).

4. Dalam Kelas
Menyampaikan informasi melebihi bahan-bahan yang tertera dalam buku
pegangan (textbook) dan mempergunakan pendekatan kuliah (lecture
approach).
5. Menelaah Tugas
Berikut ini akan diperbincangkan setiap langkah atau tahap yang terdapat
dalam metode studi ini yaitu:
a) Survey (survei; Penelitian Pendahuluan)
b) Question (Tanya)
c) Read (Baca)
d) Recite (Ceritakanlah Kembali dengan kata-kata Sendiri)
e) Review (Tinjau Kembali)
C. MEMBACA PEMAHAMAN
Membaca pemahaman (atau reading for understanding) yang dimaksudkan
di sini
Adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami:
1) Standar-standar

atau

norma-norma

standards);
2) Resensi kritis (critical Review);
3) Drama tulis (printed drama);
4) Pola-pola fiksi (patterns of fiction).

kesastraan

(literarty

Berikut ini akan diuraikan satu persatu secara berurutan:


1. Standar Kesastraan
Kesusastraan dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara antara lain yaitu:
a) Puisi atau prosa;
b) Fakta atau fiksi;
c) Klasik atau modern;
d) Subjektif atau objektif;
e) Eksposisi atau normatif.
2. Resensi Kritis
Ada empat hal dalam kegunaan resensi kritis yaitu :
a) Mengetengahkan komentar mengenai kesegaran atau eksposisi atau
cerita;
b) Mengutarakan komentar mengenai gaya, bentuk serta nilai atau
manfaat.
c) Memberikan suatu rangkuman pandangan, pendirian, atau point of
view
(isi eksposisi atau sinopsis).
d) Mengemukakan

fakta-fakta

untuk

menunjang

pertimbangan

(kepple, 1973 :57).


3. Drama tulis
Kaitannya dengan sebuah drama tulis terletak pada sandiwara/drama
petunjuk karakter, motif, intensi.
Suatu sikap kritis yang logis terhadap drama antara lain mengerti akan:
a) Prinsip-prinsip kritik drama;
b) Unsur-unsur drama;
c) Jenis-jenis drama.
a. Prinsip prinsip Kritik drama
Pada abad ke -18, seorang dramawan Jerman yang bernama Goethe
memformulasikan tiga prinsip drama yaitu:
a. Apakah yang hendak dilakukan oleh seniman?
b. Betapa baikkah dia melakukan hal itu?
c. Bermanfaatkah hal itu dilakukan?
b. Unsur-unsur drama

unsur- unsur drama meliputi berbagai hal antara lain yaitu: plot,
karakterisasi, (penokohan), dialog (percakapan), dan aneka sarana
kesastraan serta kedramaan.
1) Plot
Ada beberapa hal yang diketahui mengenai plot antara lain yaitu:
1. Eksposisi;
2. Komplikasi;
3. Resolusi atau denoument.
2) Karakterisasi
Ada beberapa hal dalam lakon karekteristik yaitu:
1. Tokoh gagal, tokoh badut, atau the foil.
2. Tokoh idaman atau the type character.
3. Tokoh statis atau the statis character.
4. Tokoh yang berkembang.
3) Dialog
Dalam setiap lakon atau atau gambar hidup haruslah memenuhi dua
tuntutan yaitu:
a) Dialog harus memajukan atau menunjang aksi (action).
b) Dialog harus menyesuaikan dengan idiom atau ujaran.
4) Aneka sarana kesastraan
Kesuksesan drama dapat dikategorikan beberapa faktor antara lain yaitu:
a) Gaya bahasa ulangan (repetisi);
b) Gaya bahasa yang menyuksesan drama;
c) Simbolisme atau perlambang;
d) Empati serta jarak estetik (empathy and aesthetic distance); (Albert
(et al),
e) 1961c :50-54).
c. Jenis jenis Drama
keempat jenis lakon akan di uraikan sebagai berikut:
1. Tragedi adalah sejenis drama yang mempunyai ciri dengan sebuah
lakon sedih, atau lakon tragis.
2. Komedi adalah sebuah drama yang mempunyai daya spontanitas
dan gelak tawa.

3. Melodrama adalah sebuah drama yang mempunyai hal mengenai


daya imajinasi yang menggambarkan rasa sedih dan bahagia.
4. Farce adalah drama yang erat hubungannya dengan tragedi dengan
komedi dengan menimbulkan hal yang kelucuan. (Albert (et al),
1961c :58-59).
4. Pola-pola Fiksi
Memahami pola-pola fiksi dengan sebaik-baiknya akan dibahas sebagai
berikut:
Pengertian Fiksi adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk
membedakan uraian yang tidak bersifat historis dari uraian yang bersifat
historis.(Brooks, Purser and Warren, 1952 : 9).
Pengertian fiksi dan nonfiksi terletak pada tujuan dan maksud
dari cerita atau narasi seperti sejarah, biografi, cerita berita, dan cerita
perjalanan.
Kesimpulannya ialah bahwa cerita nonfiksi bersifat aktualitas.
Aktualitas adalah apa-apa yang benar benar terjadi; sedangkan realitas
adalah apa-apa yang dapat terjadi. (Tarigan; 1978b : 7-8).
c. Unsur- unsur Fiksi
Dalam penulisan fiksi perlu diperhatikan hal-hal yang sesuai dengan
prinsip-prinsip serta masalah teknis sebagai berikut:
1. Permulaan dan eksposisi (beginning and eksposition);
2. Pemerian dan latar (description and setting);
3. Suasana (atmosphere);
4. Pilihan dan saran (selection and suggestion);
5. Saat penting (key moment);
6. Puncak klimaks (climax);
7. Pertentangan, konflik (conflict);
8. Rintangan, komplikasi (complication);
9. Pola atau model (pattern or design);
10. Kesudahan; kesimpulan (denoument);
11. Tokoh dan aksi (character and action);
12. Pusat minat (focus of interest);
13. Pusat tokoh (focus of character);
14. Pusat narasi (focus of narration: point of view);

15. Jarak (distance);


16. Skala (scale);
17. Langkah (pace) (Brooks and Warren, 1959 :644 -8).
Khusus bagi suatu cerita pendek yang lengkap, maka unsure dibawah
ini harus dimiliki:
1) Tema (theme);
2) Plot, perangkap atau konflik dramatic;
3) Pelukisan watak (character delineation);
4) Ketegangan

dan

pembayangan

(suspence

and

foreshadowing);
5) Kesegaran dan suasana (immediacy and atmosphere);
6) Point of view;
7) Fokus terbatas dan kesatuan (limited focus and unity).
(Lubis, 1960 : 14).
Dari segi keapaan perlu diperhatikan unsur-unsur berikut
ini:
1) Suspense (ketegangan);
2) Plot (alur, isi cerita);
3) Unity (kesatuan);
4) Logic (logika);
5) Interpretation (penafsiran);
6) Belief (kepercayaan);
7) The total experience wich fiction gives (keseluruhan
pengalaman yang diberikan oleh fiksi);
8) Setting (latar);
9) Atmosphere (suasana);
Sedangkan dari segi pembuatan fiksi, perlu diperhatikan hal-hal
berikut ini:
1. Selectivity (kemampuan memilih; menyaring);
2. Focus (pusat, focus);
3. Point of view (sudut pandangan);
4. Style (gaya);
5. Eksposition (eksposisi; awal; penjelasan);
6. Movement (gerakan);

7. Conflict (konflik;pertentangan) (Brooks, Purser, and


Warren,
1952:9-28).
Beberapa unsur-unsur diantaranya yaitu:
1. Tema;
2. Plot;
3. Pelukisan watak;
4. Konflik;
5. Latar;
6. Pusat;fokus.
Akan diuraikan unsur-unsur yang ada sebuah karangan fiksi
yaitu:
1) Tema adalah dasar atau makna dari sesuatu cerita atau novel.
berikut cerita tradisional terlihat tema-tema berikut ini:
a) Kebaikan mengalahkan kejahatan;
b) Dalam kesusahan barulah orang mengingat tuhan.
2). Plot adalah istilah lain yang sama maknanya dengan plot ini yaitu
trap

atau

dramatic

conflict

ketiganya

mengandung

maknastruktur gerak atau laku dalam fiksi atau drama. atau the
structure of the action in fiction or drama. setiap cerita biasanya
dibagi dalam lima bagian yaitu:
a) Situation (pengarang mulai melukiskan suatu keadaan);
b) Generating circumstances (peristiwa yang bersangkutpaut mulai bergerak);
c) Rising action (keadaan mulai memuncak);
d) Climax (peristiwa mencapai klimaks);
e) Denoument (pengarang memberikan pemecahan soal
dari semua peristiwa); (Lubis, 1960 : 16 17 ).
3).

Pelukisan watak yaitu melukiskan watak dari sebuah tokoh.


Ada beberapa cara dalam pelukisan watak yaitu:
1. Physical description (melukiskan bentuk lahir dari
pelakon);

2. Portrayal of thought stream or of conscious thought


(melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang
melintas dalam pikirannya)
3. Reaction to events (melukiskan bagaimana reaksi
pelakon terhadap kejadian).
4. Direct author analysis (pengarang dengan langsung
menganalisis watak pelakon).
5. Discussion of environment (pengarang melukiskan
keadaan sekitar pelakon).
6. Reaction of others to character (pengarang melukiskan
bagaimana pandangan pelakon lain dalam suatu cerita
terhadap pelakon utama).
7. Conversation of others about character (pelakon-pelakon
lainnya dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan
pelakon utama).
(Lubis; 1960 :18).
4).

Konflik merupakan bagian penting dalam suatu cerita yang


menggambarkan sebuah tokoh dalam lakon drama.
Terdapat aneka ragam konflik diantaranya:
1. Manusia dan manusia;
2. Manusia dan masyarakat;
3. Manusia dan alam sekitar;
4. Suatu ide dan ide lain;
5. Seseorang dan katahatinya, dengan das Ich-nya;

5). Latar
Latar dilukiskan dalam sebuah cerita yang bersifat realistic
accuracy, ada unsur tempat ruang dalam suatu cerita. (Brooks,
Puser, and Warren;1952:819).
6). Pusat (Fokus/focus)
Yang dimaksud focus adalah pusat tempat materi suatu karya
imajinatif yang berkonsentrasi serta bertumpu.
Ada beberapa hal dalam sebuah focus yaitu:
a) Pusat minat (focus of interest);
b) Pusat tokoh (focus of character);

c) Pusat cerita (focus of narration); (Brooks and Warren; 1959


: 657).
d. Jenis-jenis fiksi
Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan fiksi, misalnya:
1. Berdasarkan bentuk;
2. Berdasarkan isi;
3. Berdasarkan kritik sastra;
Berikut ini akan diuraikan beberapa point yang ada sebagai berikut:
a) Novel (istilah kita roman dalam bahasa belanda);
b) Novelette (istilah kita novel, dari bahasa belanda novelle yang
pada gilirannya berasal dari bahasa prancis nouvelle yang
berarti hal yang baru).
c) Short story (istilah kita cerita pendek);
d) Short short story (dapat dinamakan cerita singkat);
e) Vignette (dalam bahasa prancis berarti gambar kecil untuk hiasan
yang

dalam

bentuk

mula-mula

berupa

cabang

pohon

anggur).(Notosusanto; 1957 : 29).


Berdasarkan isi
Berdasarkan isinya fiksi dibagi atas delapan jenis, yaitu:
a) Impresionisme;
b) Romantik;
c) Realisme;
d) Sosialis-realisme;
e) Realisme sebenarnya;
f) Naturalisme;
g) Ekspresionisme;
h) Simbolisme; (Lubis; 1960: 38-45).
Berikut beberapa pengertian delapan jenis fiksi berikut:
Imperionisme berarti pemberian kesan-kesan panca indra
dengan tidak merupakan sesuatu bentuk tertentuatau penjelmaan pikiran ,
perasaan dan bentuk-bentuk dengan cara sendirian (sugesti), dan bukan
penjelasan sepenuhnya.
Romantik adalah cara merangsang yang mengidealisasikan
penghidupan dan pengalaman manusia.

Realisme adalah cara menulis hanya memperhatikan manifestasi


jasmani (materi) dan yang kelihatan dari luar;
Sosialis realisme adalah cara melukiskan penghidupan yang
materialistis dan dangkal berdasar pada dogma.
Realisme sebenarnya cara menulis yang berusaha sekuat daya
menunjukkan pemandangan kesatuan yang utuh.
Naturalisme adalah suatu cara menulis yang melukiskan dengan
cermat dan teliti apa yang dilihat dan dirasa oleh panca indra.
Ekspresionisme adalah memancar dalam jiwa pengarang beserta
bentuk-bentuk kebendaan dikalahkan oleh manifestasi kejiwaannya.
Simbolisme adalah suatu bentuk yang bersifat simbolis atau
sebuah benda, sesuatu yang kongkret. (Tarigan; 1978b : 49 -53).
3). Berdasarkan kritik sastra
Dalam mengkategorikan novel dan juga fiksi pada umumnya Robert
liddel membuat pembagian sebagai berikut:
a) . Novel yang menuntut kritik sastra yang serius

b)

1.

Novel-novel yang baik.

2.

Novel-novel yang mungkin saja baik.

Novel-novel yang berada di bawah taraf kritik sastra yang serius


1. Taraf sedang
2. Taraf rendah
(Liddell; 1965 : 20 -21).

D. MEMBACA KRITIS
Pada umumnya membaca kritis (membaca interpretatif atau pun
membaca kreatif) menuntut para pembaca agar:
a. Memahami maksud penulis;
b. Memahami organisasi dasar tulisan;
c. Dapat menilai penyajian penulis/pengarang;
d. Dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sendiri;
e. Meningkatkan minat baca, kemampuan baca, dan berpikir kritis;
f.

Mengetahui prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan;

g. Membaca majalah atau publikasi periodic yang serius.

1. Memahami Maksud Penulis

Hal-hal yang diperlukan dalam memahami maksud penulis yaitu:


a) Carilah

paragraf-paragraf

pendahuluan

suatu

pernyataan

mengenai maksud penulis;


b) Menentukan ruang lingkup pembicaraannya;
c) Menentukan organisasi serta penyajian bahannya;
d) Mendapatkan maksud yang tersirat;

2. Memanfaatkan Kemampuan Membaca dan Berpikir Kritis


a) Membaca atau menyimak;
b) Berpikir secara jelas dan objektif;
c) Fakta-fakta dan alas an yang jelas;
3. Memahami Organisasi Dasar Tulisan
Memahami organisasi dasar tulisan ada beberapa hal yaitu:
a. Pendahuluan;
b. Isi;
c. Kesimpulan;
4. Menilai Penyajian Pengarang
Beberapa hal yang diajukan dari berbagai segi pertanyaan:
a. Informasi;
b. Logika;
c. Bahasa;
d. Kualifikasi;
e. Sumber-sumber informasi yang dipergunakan oleh pengarang;
Ada beberapa hal dalam penyajian informasi antara lain:
a) Segi informasi;
b) Segi logika;
c) Segi bahasa;
d) Segi kualifikasi;
e) Segi sumber informasi;
5. Menerapkan Prinsip-Prinsip Kritis pada Bacaan Sehari-hari
a. Penyensoran Tersembunyi (hidden censorship);
b. Pilihan Bahasa (choice of language);
c. Posisi (position);
6. Meningkatkan Minat Baca

a. Menyediakan waktu untuk membaca


b. Memilih bacaan yang baik;
7. Prinsip-Prinsip Pemilihan Bacaan;
a. Buku-buku yang pantas dibaca;
b. Norma-norma Kritik;
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam norma yang berhubungan
dengan pemilihan bacaan sastra yaitu:
1. Norma-norma estetik;
2. Norma-norma sastra;
3. Norma-norma moral;
8. Membaca Majalah
Ada beberapa kriteria dalam membaca majalah yaitu:
a. Tingkat-tingkat Tuntutan/Daya Pikat;
b. Analisis Komparatif terhadap Dua Artikel;
E. MEMBACA IDE
Yang dimaksud membaca ide atau reading for ideas yaitu sejenis
kegiatan membaca yang ingin mencari,memperoleh, serta memanfaatkan
ide-ide yang terdapat pada bacaan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membaca sebuah bacaan yaitu:
1. Pembaca yang Baik Tahu Mengapa Dia Membaca
2. Pembaca yang Baik Memahami Apa yang Dibacanya
3. Pembaca yang Baik Harus Menguasai Kecepatan Membaca
4. Pembaca yang Baik Harus Mengenal Media Cetak
Beberapa bentuk kontemporer media cetak meliputi:
1. Papersbacks (buku saku;buku berjilid;kulit kertas);
2. Media grafika(komik; kartun, foto; penyajian statistic, grafis,
diagram, peta, dan lain-lain);
3. Majalah;
4. Surat kabar ( cf.salisbury; 1955: 317-80).

BAB V
MEMBACA TELAAH BAHASA

A. PENDAHULUAN
Membaca telaah bahasa Indonesia mencakup berbagai hal yaitu:
a. Membaca bahasa (asing) atau (foreign) language reading;
b. Membaca sastra (literary reading);
B. MEMBACA BAHASA
Tujuan utama pada membaca bahasa ini adalah:
a. Memperbesar daya kata (increasing word power);
b. Mengembangkan kosa kata (developing vocabulary);
Uraian-uraian dalam membaca bahasa adalah sebagai berikut:
1. Memperbesar Daya Kata
Dalam kegiatan membaca bahasa untuk memperbesar daya kata,
ada beberapa hal yang harus kita ketahui, antara lain:
a) Ragam-ragam bahasa;
b) Mempelajari makna kata dari konteks;
c) Bagian-bagian kata;
d) Penggunaan kamus;
e) Makna-makna varian;
f) Idiom;
g) Sinonim dan antonim;
h) Konotasi dan denotasi;
i)

Derivasi;

Beberapa hal dalam membaca bahasa yang harus diperhatikan yaitu:


a) Ragam-ragam bahasa;
b) Mempelajari Makna Kata dari Konteks;
c) Bagian-bagian kata;
Bagian-bagian kata terdiri dari:
I. Prefiks (atau awalan);
II. Root (akar atau dasar kata);
III. Suffiks (atau Akhiran);
IV. Infiks (atau sisipan);
1. Penggunaan Kamus
2. Aneka makna
3. Idiom (ungkapan)

4. Sinonim dan Antonim


5. Konotasi
6. Derivasi Kata
2. Mengembangkan Kosa Kata Kritik
Dalam upaya mengembangkan kosa kata kritik hal yng perlu diperhatikan
yaitu:
a. Bahasa kritik sastra;
b. Memetik makna dari konteks;
c. Petunjuk-petunjuk konteks.
a. Bahasa kritik sastra
Beberapa sampel yang dimanfaatkan yaitu:
Pribadi

Gaya

Intelegensi

Karakter

Hangat

Kasar

Cepat

Egois

Menyendiri

Luwes

Lincah

Tidak egois

Menyelok

Penjilat

Lamban

Egosentris

Menakutkan

Rendah hati

Siap sedia

Terpercaya

Memuakkan

kaku

Terandalkan

Meluap

Periang

kuat

Ramah tamah

Cemberut

Sukar

Penuh semangat

Terus terang

Bersih

b. Memetik makna dari konteks


Ada beberapa dari sebuah makna dari konteks yaitu:
a. Makna denotatif yaitu sesuatu atau segala sesuatu yang dapat
diterapi oleh kata tersebut;
b. Makna designatif suatu kata adalah jumlah karakteristik yang
harus dimiliki oleh benda tertentu kata itu diterapkan padanya.
c. Makna konotatif sesuatu kata adalah segala sesuatu yang
disarankan dan dianjurkan oleh kata itu.
c. Petunjuk-petunjuk konteks
beberapa hal dalam sebuah petunjuk konteks yaitu:
1. definisi atau batasan
2. uraian baru (restatement)

3. mempergunakan pengubah (modifier)


4. mempergunakan kontras
C. MEMBACA SASTRA
Beberapa hal dalam membaca sastra yaitu:
1. Bahasa Ilmiah dan Bahasa Sastra
Bahasa ilmiah pada umumnya bersifat denotatif, dan bahasa sastra pada
umumnya bersifat konotatif.
2. Gaya Bahasa
Gaya bahasa ini kita akan batasi pada hal umum saja antara lain:
a) Perbandingan yang mencakup metafora, kesamaan, dari analogi;
b) Hubungan yang mencakup metoninia, dan sinekdoke;
c) Taraf pernyataan, yang mencakup hiperbola, litotes, dan ironi (perrin;
1968 :350-3).
Beberapa hal yang harus dipahami dalam sebuah gaya bahasa yaitu:
a. Perbandingan
Gaya bahasa metafora, kesamaan, dan analogi sama-sama membuat
komparasi atau perbandingan tetapi dengan cara-cara yang berbeda.
1.Metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandinganyang paling singkat dan
padat tersusun rapi.
Contoh : Aku terus memburu Untung
Kesamaan atau persamaan menegaskan bahwa yang satu sama dengan yang
lain.
Contoh : Para gembala sardini adalah orang-orang asli.
2. Analogi adalah sugestif yang menekankan pada suatu ide.
b. Hubungan
Sinekdoke adalah memberi nama suatu bagian apabila yang dimaksud adalah
keseluruhan atau sebaliknya, keseluruhan pengganti sebagian.
Contoh : Berjuta-juta mulut harus di beri makan oleh pemerintah.
Metonomia suatu gaya bahasa umum (baik dalam pemakaian formal maupun
general).
Contoh : materi bagi objek yang terbuat dari padanya;
Karet bagi penghapus pensil yang terbuat dari karet;
c. Pernyataan
Dari segi tarafnya , pernyataan ini terbagi atas tiga jenis yaitu:

1) pernyataan yang berlebih-lebihan (overstatement; atau hiperbola);


2) pernyataan yang dikecil-kecilkan (litotes);
3) ironi.
Berikut ini akan dibahas secara singkat, berikut contoh-contohnya:
Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang
berlebih-lebihan, memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi,
gaya bahasa ini dengan melibatkan kata-kata, frase, kalimat.
Contoh:
Sempurna sekali, tiada kekurangan suatu apapun buat pengganti baik atau
cantik;
Litotes kebalikan dari hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang
mengandung pernyataan yang sekecil-kecilnya, dikurangi dari kenyataan
sebenarnya, misalnya untuk merendahkan diri.
Contoh :
Mohamad Ali bukanlah petinju yang jelek.
H.B Jassin bukan kritikus jalanan.
Ironi (atau ejekan) adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasikan
(menyatakan secara tidak langsung) sesuatu yang nyata berbeda, ironi ringan
merupakan suatu bentuk humor, tetapi ironi keras merupakan suatu bentuk
sarkasme atau satire.
Contoh berikut ini melukiskan sekaligus litotes dan ironi;
Suatu revolusi senantiasa dibedakan oleh ketidaksopansantunan, barangkali
karena penguasa tidak mau bersusah-susah dalam hal yang baik untuk mengajar
orang-orang sikap-sikap yang terpuji. (Perrin; 1968 : 353).

Anda mungkin juga menyukai