Anda di halaman 1dari 9

Nila Salin: Ikan Nila Tahan Air Asin Hasil Rekayasa BPPT

Sebutan nila pada ikan nila (Oreochromis niloticus) merujuk nama Sungai Nil di
Afrika sebagai tempat asalnya, sekaligus menegaskan bahwa ikan itu berjenis ikan
air tawar. Namun, para peneliti di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) berhasil merekayasanya menjadi ikan tahan air asin.

Hasil rekayasa diberi nama ikan nila salin karena tahan salinitas tinggi, kata Kepala
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Marzan Azis Iskandar, Selasa
(29/11), saat peluncuran ikan itu di Jakarta.
Bersamaan ikan nila salin diluncurkan juga vaksin DNA Streptococcus, pakan
protein rekombinan hormon pertumbuhan, serta pencanangan pengembangan ikan
nila salin di Karawang, Jawa Barat, dan Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.
Marzan menyebut ini sebagai paket inovasi yang memberi manfaat nyata bagi
masyarakat.
Vaksin DNA Streptococcus untuk meningkatkan kekebalan ikan nila salin terhadap
risiko serangan bakteri Streptococcus yang mematikan. Pakan protein rekombinan
hormon pertumbuhan merupakan rekayasa pakan dengan kandungan protein yang
sesuai untuk mempercepat pertumbuhan ikan nila salin.
Ikan Konsumsi
Nila masuk ke Indonesia dari Taiwan untuk dipelihara dan dikembangbiakkan di
Balai Penelitian Perikanan Air Tawar di Bogor, Jawa Barat, tahun 1969. Jenis ikan
produksi ini termasuk banyak dikonsumsi di dunia dengan produsen terbesar China,
Mesir, dan Indonesia.
Husni Amarullah, salah satu perekayasa BPPT yang turut meneliti ikan nila salin,
mengatakan, metodenya melalui proses seleksi persilangan (dialling crossing) dari
delapan varietas ikan nila. Seleksi pertama dengan uji tantang, kata Husni.

Uji tantang adalah mengganti air tawar dengan air asin. Dari air tawar dengan
salinitas hampir nol ditingkatkan salinitasnya sampai 10 bagian per seribu (parts per
thousand/ppt), 20 ppt, dan 30 ppt.
Ikan yang berhasil melampaui uji tantang akan diseleksi. Kemudian, ikan-ikan itu
disilangkan. Proses penyilangan menghasilkan ikan nila salin yang tahan tingkat
salinitas 20 ppt atau air payau. Air laut memiliki tingkat salinitas 30-35 ppt, ujar
Husni.
Husni mengatakan, pengembangan ikan nila salin ke depan diperlukan yang mampu
hidup di air laut. Dengan demikian, ikan bisa dibudidayakan di laut dengan jaring
apung.
Pakan protein rekombinan hormon pertumbuhan direkayasa dengan teknik
pengambilan hormon pertumbuhan pada kelenjar pituitari ikan nila. Selanjutnya,
digunakan teknik rekombinasi protein dengan bakteri Escherichia coli yang mudah
dikembangbiakkan.
Dari proses itu dihasilkan protein rekombinan hormon pertumbuhan yang
dicampurkan pada granula (butiran) pakan ikan. Husni mengatakan, dengan kadar
protein yang sesuai dan kandungan hormon pertumbuhan itu, diharapkan dalam
jangka enam bulan bisa diproduksi nila salin berbobot 600 gram.
Bobot 600 gram per ekor ikan salin untuk konsumsi ekspor. Untuk konsumsi
domestik sekitar 250 gram per ekor, kata Husni.
Budidaya Tambak
Marzan mengatakan, ikan nila salin semula dirancang untuk menggantikan
komoditas ikan bandeng dan udang windu. Dua komoditas ini makin tidak tahan
dengan kualitas lingkungan tambak yang memburuk. Akibatnya, banyak tambak
telantar karena budidaya bandeng dan udang tidak lagi memungkinkan.
Menurut Husni, Indonesia memiliki potensi tambak seluas 1,2 juta hektar. Saat ini
luas tambak 680.000 hektar, 50 persennya (340.000 hektar) telantar.
Ketua Perhimpunan Pembudidaya Tambak Pantura, Jawa Barat, Endi Muchtarudin
hadir dalam peluncuran ikan nila salin. Endi bersama petani tambak lain di
Karawang akan menguji coba nila salin, terutama di tambak-tambak telantar.
Bupati Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah juga menyatakan siap
memproduksi ikan nila salin. Di Kabupaten Bantaeng akan dibangun pusat
pembenihan ikan nila salin.
Dari sisi pasar, Bantaeng siap menerima produk ikan nila salin. Saat ini warga
Bantaeng mengolah ikan laut untuk diekspor ke Jepang dan masih kekurangan
pasokan bahan baku, tutur Nurdin.
Ikan nila salin dengan penunjangnya, yakni vaksin DNA Streptococcus dan pakan
protein rekombinan hormon pertumbuhan, dipersiapkan menjadi komoditas baru
tambak-tambak yang kini telantar. Inovasi ikan nila salin menjadi harapan bagi
penciptaan lapangan kerja baru.

Ikan Nila (Oreochromis niloticus)merupakan ikan air tawar yang cukup popular di Indonesia.
Selain bisa dibudidayakan di kolam dan jakapung berair tawar, beberapa jenis ikan nila juga
bisa dibudidayakan di tambak yang berair payau. Jenis ikan nila unggul yang layak dilirik
pembudidaya untuk dibudidayakan di tambak adalah Nila Salin dan Nila Srikandi Ikan Nila
Salin merupakan jenis ikan unggul yang dihasilkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT). Disebut Nila Salin, karena nila jenis ini tahan hidup pada air salinitas
tinggi hingga 20 promil sehingga jenis ikan nila ini layak dibudidayakan di tambak.
Perekayasa Biologi dan Budidaya Ikan BPPT Husni Amarullah menuturkan, seleksi awal
untuk menemukan Nila Salin ini memang melalui uji tantang, yakni mengganti air tawar
dengan air laut secara bertahap. Ikan nila yang diuji tersebut merupakan hasil dari proses
seleksi persilangan (dialling crossing) dari delapan varietas ikan nila yang dimulai pada tahun
2009.
Budidaya ikan nila tidaklah sulit. Ikan nila masih satu kerabat dengan ikan mujair. Kedua
ikan ini mempunyai kemiripan sifat. Mudah berkembang biak dan mempunyai kemampuan
adaptasi yang baik.
Di alam bebas, ikan nila banyak ditemukan di perairan air tawar seperti sungai, danau, waduk
dan rawa. Suhu optimal bagi pertumbuhan ikan nila berkisar 25-30oC dengan pH air 7-8.
Ikan nila termasuk hewan pemakan segala atau omnivora. Makanan alaminya plankton,
plankton, tumbuhan air dan berbagai hewan air lainnya. Pakan buatan untuk budidaya ikan
nila sebaiknya berkadar protein sekitar 25%. Biaya pakan untuk budidaya ikan nila relatif
lebih murah. Tidak seperti budidaya ikan mas atau ikan lele yang membutuhkan pakan
dengan kadar protein tinggi, sekitar 30-45%.
Untuk memulai budidaya ikan nila ada beberapa faktor penting yang harus diperhatikan,
yakni pemilihan benih, persiapan kolam, pemberian pakan, hingga penanganan penyakit.
Memilih benih ikan nila
Pemilihan benih merupakan faktor penting yang menentukan tingkat keberhasilan budidaya
ikan nila. Untuk hasil maksimal sebaiknya gunakan benih ikan berjenis kelamin jantan.
Karena pertumbuhan ikan nila jantan 40% lebih cepat dari pada ikan nila betina.
Budidaya ikan nila secara monosex (berkelamin semua) lebih produktif dibanding campuran.
Karena ikan nila mempunyai sifat gampang memijah (melakukan perkawinan). Sehingga bila
budidaya dilakukan secara campuran, energi ikan akan habis untuk memijah dan
pertumbuhan bobot ikan sedikit terhambat.
Saat ini banyak yang menyediakan bibit ikan nila monosex. Bila sulit mendapatkannya, bibit
ikan nila monosex bisa dibuat sendiri. Caranya bisa dilihat dalam artikel budidaya
pembenihan ikan nila.
Persiapan kolam budidaya
Budidaya ikan nila bisa menggunakan berbagai jenis kolam, mulai dari kolam tanah, kolam
semen, kolam terpal, jaring terapung hingga tambak air payau. Dari sekian jenis kolam
tersebut, kolam tanah paling banyak digunakan karena cara membuatnya cukup mudah dan
biaya konstruksinya murah. Silahkan lihat cara membuat kolam tanah.
Keunggulan lain kolam tanah adalah bisa menjadi tempat tumbuh berbagai tumbuhan dan
hewan yang bermanfaat sebagai pakan alami bagi ikan. Sehingga bisa mengurangi biaya
pembelian pakan buatan atau pelet.

Untuk memulai budidaya ikan nila di kolam tanah, perlu langkah-langkah persiapan
pengolahan tanah. Mulai dari penjemuran, pembajakan tanah, pengapuran, pemupukan
hingga
pengairan. Berikut langkah-langkahnya:
Langkah pertama adalah pengeringan dasar kolam. Kolam dikeringkan dengan cara dijemur.
Penjemuran biasanya berlangsung selama 3-7 hari, tergantung kondisi cuaca. Sebagai
patokan, penjemuran sudah cukup bila permukaan tanah terlihat retak-retak, namun tidak
sampai membatu. Bila diinjak masih meninggalkan jejak kaki sedalam 1-2 cm.
Selanjutnya, permukaan tanah dibajak atau dicangkul sedalam kurang lebih 10 cm. Sampah,
kerikil dan kotoran lainnya dibersihkan dari dasar kolam. Bersihkan juga lumpur hitam yang
berbau busuk, biasanya berasal dari sisa pakan yang tidak habis.
Kolam yang telah dipakai biasanya memiliki tingkat keasaman tinggi (pH rendah), kurang
dari 6. Padahal kondisi pH optimal untuk budidaya ikan nila ada pada kisaran 7-8. Untuk
menetralkannya lakukan pengapuran dengan dolomit atau kapur pertanian. Dosis pengapuran
disesuaikan dengan keasaman tanah. Untuk pH tanah 6 sebanyak 500 kg/ha, untuk pH tanah
5-6 sebanyak 500-1500 kg/ha, untuk pH tanah 4-5 sebanyak 1-3 ton/ha. Kapur diaduk secara
merata. Usahakan agar kapur bisa masuk ke dalam permukaan tanah sedalam 10 cm.
Kemudian diamkan selama 2-3 hari.
Setelah itu lakukan pemupukan. Gunakan pupuk organik sebagai pupuk dasar. Jenisnya bisa
pupuk kompos atau pupuk kandang. Pemberian pupuk organik berguna untuk
mengembalikan kesuburan tanah. Dosisnya sebanyak 1-2 ton per hektar. Pupuk ditebar
merata di dasar kolam. Biarkan selama 1-2 minggu. Setelah itu, bila dipandang perlu bisa
ditambahkan pupuk kimia berupa urea 50-70 kg/ha dan TSP 25-30 kg/ha, diamkan 1-2 hari.
Tujuan pemupukan untuk memberikan nutrisi bagi hewan dan tumbuhan renik yang ada di
lingkungan kolam. Sehingga hewan atau tumbuhan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pakan
alami ikan.
Langkah selanjutnya, kolam digenangi dengan air. Pengairan dilakukan secara bertahap.
Pertama, alirkan air ke dalam kolam sedalam 10-20 cm. Diamkan selama 3-5 hari. Biarkan
sinar matahari menembus dasar kolam dengan sempurna, untuk memberikan kesempatan
pada ganggag atau organisme air lainnya tumbuh. Setelah itu isi kolam hingga ketinggian air
mencapai 60-75 cm.
Cara pengolahan kolam tanah secara lebih mendetail bisa dilihat di persiapan kolam tanah
untuk budidaya ikan.
Penebaran benih ikan nila
Kolam yang telah terisi air sedalam 60-75 cm siap untuk ditebari benih ikan nila. Padat tebar
kolam tanah untuk budidaya ikan nila sebanyak 15-30 ekor/m2. Dengan asumsi, ukuran benih
sebesar 10-20 gram/ekor dan akan dipanen dengan ukuran 300 gram/ekor.
Sebelum benih ditebar, hendaknya melewati tahap adaptasi terlebih dahulu. Gunanya agar
benih ikan terbiasa dengan kondisi kolam, sehingga resiko kematian benih bisa ditekan.

Caranya, masukkan wadah yang berisi benih ikan nila ke dalam air kolam. Biarkan selama
beberapa jam. Kemudian miringkan atau buka wadah tersebut. Biarkan ikan keluar dan lepas
dengan sendirinya.
Pemeliharaan budidaya ikan nila
Setelah semua persiapan selesai dilakukan dan benih sudah ditebarkan ke dalam kolam,
langkah selanjutnya adalah merawat ikan hingga usia panen. Tiga hal yang paling penting
dalam pemeliharaan budidaya ikan nila adalah pengelolaan air, pemberian pakan dan
pengendalian hama penyakit.
a. Pengelolaan air
Agar pertumbuhan budidaya ikan nila maksimal, pantau kualitas air kolam. Parameter
penentu kualitas air adalah kandungan oksigen dan pH air. Bisa juga dilakukan pemantauan
kadar CO2, NH3 dan H2S bila memungkinkan.
Bila kandungan oksigen dalam kolam menurun, perderas sirkulasi air dengan memperbesar
aliran debit air. Bila kolam sudah banyak mengandung NH3 dan H2S yang ditandai dengan
bau busuk, segera lakukan penggantian air. Caranya dengan mengeluarkan air kotor sebesar
nya, kemudian menambahkan air baru. Dalam keadaan normal,pada kolam seluas 100 m2
atur debit air sebesar 1 liter/detik.
b. Pemberian pakan
Pengelolaan pakan sangat penting dalam budidaya ikan nila. Biaya pakan merupakan
komponen biaya paling besar dalam budidaya ikan nila. Berikan pakan berupa pelet dengan
kadar protein 20-30%.
Ikan nila membutuhkan pakan sebanyak 3% dari bobot tubuhnya setiap hari. Pemberian
pakan bisa dilakukan pada pagi dan sore hari. Setiap dua minggu sekali, ambil sampel ikan
nila secara acak kemudian timbang bobotnya. Lalu sesuaikan jumlah pakan yang harus
diberikan.
Perhitungan dosis pakan budidaya ikan nila:
Dalam satu kolam terdapat 1500 ekor ikan nila berukuran 10-20 gram/ekor.
Rata-rata bobot ikan (10+20)/2 = 15 gram/ekor.
Perhitungan pakannya 15 x 1500 x 3% = 675 gram = 6,75 kg per hari
Cek bobot ikan setiap dua minggu untuk menyesuaikan jumlah pakan.
c. Pengendalian hama dan penyakit
Seperti telah disebutkan sebelumnya, ikan nila merupakan ikan yang tahan banting. Pada
situasi normal, penyakit ikan nila tidak banyak mengkhawatirkan. Namun bila budidaya ikan
nila sudah dilakukan secara intensif dan massal, resiko serangan penyakit harus diwaspadai.
Penyebaran penyakit ikan sangat cepat, khususnya untuk jenis penyakit infeksi yang menular.
Media penularan biasanya melewati air. Jadi bisa menjangkau satu atau lebih kawasan kolam.
Untuk penjelasan lebih jauh silahkan baca hama dan penyakit ikan nila.
Pemanenan ikan nila
Waktu yang diperlukan untuk budidaya ikan nila mulai dari penebaran benih hingga panen
mengacu pada kebutuhan pasar. Ukuran ikan nila untuk pasar domestik berkisar 300-500

gram/ekor. Untuk memelihara ikan nila dari ukuran 10-20 gram hingga menjadi 300-500
gram dibutuhkan waktu sekitar 4-6 bulan.Keunggulan nila salin selain kuat menghadapi
salinitas tinggi juga panen lebih cepat. Jika menebar benih berukuran 5-10 cm bobot 250
gram dicapai dalam waktu 3-4 bulan atau jika ingin 600 gram bisa ditambah tiga bulan lagi.
Oleh BPPT, nila salin telah disoft lounching pada 29 November 2011. Namun belum
dirilis secara resmi oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Nila Srikandi
Bila Nila Salin hasil dari rekayasa BPPT, Nila Srikandi dihasilkan oleh Balai Penelitian
Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi. Nama Srikandi merupakan singkatan dari Salinity
Resistant Improvement from Sukamandi. Sesuai namanya, ikan Nila Srikandi juga memiliki
ketahanan untuk dibudiayakan di perairan payau bersalinitas tinggi.
Ikan nila Srikandi yang merupakan persilangan dari nila biru jantan (Oreochromis
aureus) dengan Nila Nirwana (O. niloticus) menjadi solusi tepat untuk memanfaatkan lahanlahan sub optimal di sepanjang pesisir pantai. Selain toleransi yang tinggi terhadap
lingkungan bersalinitas hingga 30 ppt, nila Srikandi mampu tumbuh cepat di perairan payau
dan relatif tahan terhadap penyakit.
Kepala Balitbang Kelautan dan Perikanan Achmad Poernomo menjelaskan, nila Srikandi
dirakit dengan tujuan untuk mendapatkan strain ikan nila yang mampu tumbuh cepat di
perairan payau. Dari hasil pengujian nila Srikandi di tambak-tambak pantai utara Jawa seperti
Karawang, Pekalongan, Tegal serta pantai selatan Yogyakarta menunjukkan perkembangan
sangat baik.
Ikan nila Srikandi memiliki karakter pertumbuhan dan sintasan yang lebih baik dibandingkan
ikan nila sebelumnya yakni Nirwana dan ikan nila biru. Nila Srikandi memiliki nilai heterosis
13,44 pada karakter bobot dan 20,33 pada karakter sintasan
Ikan Nila Srikandi ini, berdasarkan Keputusan Menteri KKP Nomor KEP.09/MEN/2012 telah
dirilis secara resmi oleh Meneteri KKP Sharif C. Sutarjo pada tahun 2012 lalu. Setelah dirilis
secara resmi, ikan nila Srikandi dapat disebarluaskan kepada masyarakat luas untuk
keperluan budidaya ikan di tambak yang berair payau. (Agus Rochdianto, Penyuluh
Perikanan di BP4K Tabanan, Bali)

PRODUKSI BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SALIN DENGAN METODE


CORONG PENETASAN

PENDAHULUAN
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang diintroduksi dari luar negeri.
Masuk ke Indonesia secara resmi pada tahun 1969 oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar.
Setelah melalui penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di
seluruh Indonesia.
Ikan nila kini banyak dibudidayakan di berbagai daerah karena kemampuan beradaptasi
bagus dalam berbagai jenis air. Nila dapat hidup di air tawar, air payau dan air laut. Ikan ini
juga tahan terhadap perubahan lingkungan, bersifat omnivore dan mampu mencerna secara
efisien. Pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap serangan penyakit.
Saat ini kebutuhan benih untuk Aceh terus meningkat seiring dengan meningkatnya
permintaan pasar untuk nila ukuran konsumsi. Untuk mencukupi kebutuhan benih, perlu
adanya teknologi terapan yang dapat meningkatkan produksi benih guna mencukupi
kebutuhan pasar. Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee saat ini berusaha menggali teknologi
terapan untuk pembenihan ikan nila dan mudah diterapkan di masyarakat sehingga dapat
memenuhi kebutuhan benih dipasar. Metode terbaru yang diterapkan saat ini adalah melalui
teknologi corong penetasan.

Metode ini diharapkan dapat meningkatkan produksi benih untuk dapat kembali
meningkatkan gairah pembudidaya ikan di Provinsi Aceh, menghidupkan kembali tambak tambak yang lama tidak operasional, dan akhirnya meningkatkan taraf hidup petani ikan
dengan melakukan budidaya ikan nila.

PROSES PRODUKSI
Persiapan Wadah
Persiapan wadah pemeliharaan dilakukan pada awal kegiatan produksi. Kegiatan ini meliputi
steriisasi wadah, pengeringan dan pengisian air media pemeliharaan. Persiapan wadah
dilakukan dengan cara membersihkan wadah dari sisa kotoran pemeliharaan sebelumnya dan
menyikat lumut yang menempel pada dinding bak hingga bersih lalu dibilas dengan
menggunakan air tawar atau laut, setelah itu dilakukan pengeringan selama 1 hari hingga bak
dipakai kembali untuk kegiatan produksi.
Pematangan Telur
Induk betina dan induk jantan dipelihara pada bak pemeliharaan yang berbeda. Pematangan
telur dilakukan selama 3 - 4 minggu. Pakan yang digunakan adalah pakan pellet yang

memiliki kandungan protein 30 %. Dosis pakan yang digunakan adalah 3 - 4 % biomasa


induk.
Seleksi Induk
Seleksi induk betina dilakukan setelah 3 - 4 minggu dilakukan pematangan telur. Seleksi
induk ini dilakukan dengan cara melihat satu per satu induk betina yang matang telur. Induk
betina yang matang telur dipindahkan kedalam bak pemijahan untuk selanjutnya dilakukan
pemijahan.
Pemijahan
Pemijahan dilakukan dengan perbandingan 3 : 1 (betina : jantan). Pemijahan ini dilakukan
selama 2 - 3 minggu (sudah muncul induk betina yang mengerami telur dalam mulutnya).
Panen Telur dan benih
Setelah dilakukan 2-3 minggu dilakukan pemijahan maka dilakukan pemanenan telur dan
benih ikan nila. Untuk mengetahui telur dan larva dapat dipanen adalah dengan cara
melakukan pengamatan dalam pak pemijahan, jika sudah terdapat benih ikan nila pada
permukaan air, itu berarti telur dan benih ikan nila sudah dapat dipanen. Telur untuk
selanjutnya dilakukan penetasan pada corong penetasan sedangkan benih sudah dapat ditebar
dalam bak pemeliharaan larva.
Penetasan Telur
Penetasan telur dilakukan pada corong penetasan selama 1 - 5 hari dengan sistem resirkulasi
air. Perlu dilakukan pengamatan setiap hari pada fase ini. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
perkembangan telur yang ditetaskan. Kondisi telur pada saat dipanen sangat berpengaruh
terhadap waktu penetasan telur.
Sampling Benih
Sampling benih dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah benih yang dihasilkan
setiap siklusnya.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1.

Induk jantan dan betina dipelihara pada bak terpisah.

2.

Kondisi telur pada saat pemanenan sangat mempengaruhi lamanya waktu penetasan.

Sumber : Divisi Pembenihan Ikan Nila BPBAP Ujung Batee; edited by Fadhly

Anda mungkin juga menyukai