Makalah Kepaniteraan Klinik Senior-Lansia
Makalah Kepaniteraan Klinik Senior-Lansia
Pembimbing:
dr. Rina Amelia, MARS
NIP: 197604202003012002
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT / ILMU
KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
MAKALAH KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
Oleh:
GLADIS R HUTAHAEAN
NIM: 110100283
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : PERANAN KADER DALAM MANAJEMEN DIABETES
Nama : GLADIS R HUTAHAEAN
NIM : 110100283
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis menyajikan makalah dengan judul Peranan
Kader dalam Manajemen Diabetes. Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kesehataan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih
kepada dr. Rina Amelia, MARS atas kesediaan beliau menjadi pembimbing dalam
penulisan makalah ini. Semoga melalui makalah ini, pengetahuan dan pemahaman
mengenai program kesehatan bagi usia lanjut di Indonesia, semakin bertambah.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan,
baik dalam teorinya maupun penyusunannya. Oleh karena itu, penulis
membutuhkan kritik dan saran mengenai makalah ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i
KATA PENGANTAR .....................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................1
1.1. Latar Belakang .....................................................................................1
1.2. Tujuan ...................................................................................................2
1.3. Manfaat ................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................3
2.1. Kader Kesehatan ..................................................................................3
2.2. Perubahan Fisiologi Pada Lansia..........................................................3
2.3.Dasar Hukum Program Kesehatan Lansia ............................................4
2.4. Upaya Penanggulangan Masalah Lansia ..............................................5
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................13
3.1. Kesimpulan...........................................................................................13
3.2. Saran......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Lembaga kesehatan dunia (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa hampir
dua pertiga kematian global terjadi oleh karena kelompok Penyakit Tidak Menular
(PTM). Dari total 36 juta kematian oleh karena PTM, 1,3 jutanya disebabkan oleh
karena diabetes mellitus (DM).1 Di Indonesia sendiri, dilaporkan terjadi
peningkatan kasus DM dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,1 persen (2013) dengan
prevalensi terbanyak terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%),
Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Sementara di Sumatera
Utara, prevalensi DM berkisar 1,8%.2
Oleh karena peningkatan jumlah PTM ini, kementerian kesehatan
membuat kebijakan nasional pengendalian PTM pada tahun 2005, termasuk di
dalamnya
diabetes
mellitus.
Pengendalian
DM
dilaksanakan
dengan
DM,
pengukuran faktor risiko utama (obesitas, gula darah, aktivitas fisik, diet sayur
buah, hipertensi), pelaksanaan surveilans epidemiologi, pencegahan DM di
Posbindu PTM, pelatihan Training of Trainer (TOT) untuk deteksi dini, serta
manajemen DM dan penyakit metabolik di 16 provinsi.3
Para pakar DM Indonesia (PERKENI) mengeluarkan Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 tahun 2006 yang mengemukakan pilar
penatalaksanaan DM dimulai dari edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan
akhirnya dengan intervensi farmakologis.4 Dengan demikian, dapat diambil
kesepakatan bahwa edukasi memegang peranan penting dalam manajemen
penatalaksanaan DM. Edukasi ini sendiri memerlukan partisipasi aktif pasien,
keluarga dan masyarakat.
1.2.
Tujuan Makalah
Untuk lebih mengerti dan memahami mengenai peranan kader dalam
Manfaat Makalah
a. Untuk meningkatkan informasi di dunia ilmu pengetahuan terutama
dalam hal studi literatur, baik bagi penulis maupun pembaca dan
masyarakat luas.
b. Sebagai tolok ukur bagi penelitian berikutnya.
c. Untuk memberikan informasi tentang peranan kader dalam manajemen
diabetes di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar
glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan
metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin absolut ataupun relatif. Ada 2 tipe
diabetes melitus yaitu diabetes tipe I/diabetes juvenile yaitu diabetes yang
umumnya didapat sejak masa kanak-kanak dan diabetes tipe II yaitu diabetes yang
didapat setelah dewasa.2
Gejala diabetes antara lain: rasa haus yang berlebihan (polidipsi), sering
kencing (poliuri) terutama malam hari, sering merasa lapar (poliphagi), berat
badan yang turun dengan cepat, keluhan lemah, kesemutan pada tangan dan kaki,
gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, impotensi, luka sulit sembuh, keputihan,
penyakit kulit akibat jamur di bawah lipatan kulit, dan pada ibu-ibu sering
melahirkan bayi besar dengan berat badan >4 kg. Didefinisikan sebagai DM jika
pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter atau belum pernah
didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter tetapi dalam 1 bulan terakhir
mengalami gejala: sering lapar dan sering haus dan sering buang air kecil &
jumlah banyak dan berat badan turun.2
Pengelolaan DM sendiri dimulai dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum
mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik
oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera
diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan
dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan
yang menurun dengan cepat, adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan.6
Kader Kesehatan
Kader kesehatan adalah tenaga yang berasal dari masyarakat yang dipilih
oleh masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela. Kader
kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat
dan dilatih untuk menanggani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun
masyarakat setra untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempattempat pemberian pelayanan kesehatan.1 Kader sebagai warga masyarakat
setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara
sukarela. Kader secara sukarela bersedia berperan melaksanakan dan mengelola
kegiatan keluarga berencana di desa.5
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan
masyarakat dan diharapkan mereka dapat melakukan pekerjaannya secara
sukarela tanpa menuntut imbalan berupa uang atau materi lainnya. Namun ada
juga kader kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta
beberapa peralatan secukupnya oleh masyarakat setempat.
Tujuan pembentukan kader
Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, khusus dibidang
kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat
bukanlah sebagai objek akan tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu
sendiri. Pada hakekatnya kesehatan dipolakan mengikut sertakan masyarakat
secara aktip dan bertanggung jawab. Keikut-sertaan masyarakat dalam
meningkatkan efisiensi pelayanan adalah atas dasar terbatasnya daya dan adaya
dalam operasional pelayanan kesehatan masyarakat akan memanfaatkan sumber
daya yang ada di masyarakat seoptimal mungkin.3 Pola pikir yang semacam ini
kader, jelaslah
bahwa
pembentukan
kader
adalah
perwujudan
bersangkutan.
Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya
Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon
kesehatan lingkungan
Diutamakan telah mengikuti KPD atau mempunayai keterampilan
Dr. Ida Bagus, mempunyai pendapat lain mengenai persaratan bagi
lain.
Sebaiknya yang bisa baca tulis.8
Dari persyaratan-persyaratan yang diutamakan oleh beberapa ahli diatas
menuntut tanggung jawab pasien, saudara/ keluarga, petugas kesehatan, kader dan
masyarakat. Faktor sosial/interpersonal lain adalah dukungan sosial. Sesuai
dengan temuan Hasanat (2010), yaitu ada dukungan sosial ketika pasien
melakukan manajemen diri, serta hasil penelitian lainnya (Lanting et al., 2008;
Skarbek, 2006; Skinner & Hampson, 1998; Skinner, John & Hampson, 2000),
yang menunjukkan ada hubungan antara dukungan sosial dan manajemen diri
pada pasien diabetes.4,10
Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya
kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan
kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik
menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. Adapun kegiatan pokok yang perlu
diketahui oleh dokter kader dan semua pihak dalam rangka melaksanakan
kegiatan-kegiatan baik yang menyangkut di dalam maupun di luar puskesmas
antara lain:6
muka
a. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan
partisipasi
aktif
pasien,
keluarga
dan
masyarakat.
Tim
kesehatan
kecemasan
Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan hal-hal yang
sederhana
Berikan motivasi dengan memberikan penghargaan
Libatkan keluarga/ pendamping dalam proses edukasi
Perhatikan kondisi jasmani dan psikologis serta tingkat pendidikan
pasien dan keluarganya.7,8,10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Di Indonesia sendiri, dilaporkan terjadi peningkatan kasus DM dari 1,1
persen (2007) menjadi 2,1 persen (2013). Di Sumatera Utara, prevalensi DM
berkisar 1,8%. Pengendalian DM dilaksanakan dengan mengembangkan pedoman
tatalaksana kasus, pelaksanaan kontrol DM, pengukuran faktor risiko utama
(obesitas, gula darah, aktivitas fisik, diet sayur buah, hipertensi), pelaksanaan
surveilans epidemiologi, pencegahan DM di Posbindu PTM, pelatihan Training of
Trainer (TOT) untuk deteksi dini, serta manajemen DM dan penyakit metabolik di
16 provinsi.
Para pakar DM Indonesia (PERKENI) mengeluarkan Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 tahun 2006 yang mengemukakan pilar
penatalaksanaan DM dimulai dari edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan
akhirnya dengan intervensi farmakologis. Dengan demikian, dapat diambil
kesepakatan bahwa edukasi memegang peranan penting dalam manajemen
penatalaksanaan DM. Edukasi ini sendiri memerlukan partisipasi aktif pasien,
keluarga dan masyarakat.
Kader kesehatan merupakan kader yang dipilih masyarakat yang menjadi
penyelenggara posyandu. Depkes RI sendiri memberikan batasan mengenai istilah
kader, yaitu warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat
dan dapat bekerja secara sukarela. Kader mengambil sebuah peranan penting
dalam manajemen DM untuk dapat mencapai pemberdayaan orang-orang yang
3.2. Saran
Penanganan manajemen DM merupakan starategi yang memerlukan
keterlibatan tidak hanya pasien tetapi juga orang yang berada di sekitarnya, seperti
keluarga, saudara, masyarakat. Kader sebagai bagian dari masyarakat yang secara
sukarela membantu berkntribusi dalam manajemen pasien dengan DM. Dengan
adanya partsipasi mereka, maka diharapkan dapat menurunkan angka morbiditas
dan mortalitas pasien DM. Namun, seiring dengan itu, kader juga memerlukan
suatu bentuk pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan kinerja mereka dalam
perannya untuk manajemen diabetes sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Bendungan
Kecamatan
Pagaden
Barat
Kabupaten
Subang.