Makalah Membaca Untuk Menulis
Makalah Membaca Untuk Menulis
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Makalah ini dibuat dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak yang membacanya, khususnya:
1) Penulis mendapatkan banyak pengetahuan selama proses pembuatan makalah ini
dan diharapkan penulis dapat membuat makalah yang lebih baik lagi di waktu yang
akan datang.
2) Mahasiswa diharapkan dapat mendapatkan banyak pengetahuan dari makalah ini
sehingga bisa memahami maksud dari materi yang di sampaikan.
3) Dengan dibuatnya makalah ini, semua pembaca dapat memahami mengenai
membaca dan menulis sehingga dapat memahami aspek-aspek didalamnya.
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
Hakikat Menulis
Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Dalam pembagian
kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling akhir setelah kemampuan
menyimak, berbicara, dan membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir, bukan
berarti menulis merupakan kemampuan yang tidak penting. Berikut adalah beberapa
hakikat menulis, diantaranya:
1. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang di pahami oleh seseorang sehingga orang lain
dapat membaca langsung lambang- lambang grafik tersebut kalau mereka
memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Lado,1964).
2. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis
untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan, Rusyana (1998:191).
3. Menulis adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang
disampaikan penulis dapat di pahami pembaca (Tarigan,1986:21).
4. Menurut Gebhardt dan Dawn Rodrigues (1989:1) writing is one of the most
important things you do in college. Menulis merupakan salah satu hal paling
penting yang kamu lakukan di sekolah.
5. M. Atar Semi (2007: 14) dalam bukunya mengungkapkan pengertian menulis
adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang
tulisan.
6. Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5)
menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau
pikiran dan perasaan.
7. Suparno (2007:13) mendefinisikan bahwa menulis sebagai suatu kegiatan
penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat
atau medianya. Dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang
terlibat: penulis sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, saluran
atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.
Tujuan Menulis
Hugo Harting (dalam Tarigan, 1994:24-25) mengklasifikasikan tujuan
penulisan, antara lain:
1. Tujuan penugasan (assingnment purpose)
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis
menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para
siswa yang diberi tugas merangkum buku; sekretaris yang di tugaskan membuat
laporan, notulen rapat).
2. Tujuan altruistik (altruistic purpose)
5
3.
4.
5.
6.
7.
Manfaat Menulis
Bernard (dalam Gie 2002:21-22) mengemukakan enam manfaat kegiatan
karang-mengarang, yaitu:
1. Suatu sarana untuk pengungkapan diri (a tool for self-expression), yaitu suatu
sarana untuk mengungkapkan perasaan seseorang.
2. Suatu sarana untuk pemahaman (a tool for understanding), yaitu sewaktu
mengarang seseorang merenungkan gagasannya dan menyempurnakan
penangkapannya terhadap sesuatu hal sehingga akhirnya ia dapat memperoleh
pemahaman yang baru atau yang lebih mendalam tentang hal yang ditulisnya itu.
3. Suatu sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan,
dan suatu perasaan harga diri (a tool to help developing personal satisfaction,
pride, and feeling of self-worth), artinya rasa bangga, puas, dan harga diri dapat
membangkitkan kepercayaan terhadap kemampuan sendiri untuk menciptakan
karya-karya tulis lainnya.
4. Suatu sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penerapan terhadap lingkungan
sekeliling seseorang (a tool for increasing awareness and perception of ones
environment), maksudnya dengan sering mengarang seseorang meninggikan
kesiagaan inderawinya dan mengembangkan daya serapnya pada tingkat
kejasmanian, tingkat perasaan maupun tingkat kerohaniahan.
5. Suatu sarana untuk keterlibatan secara bersemangat dan bukannya penerimaan
yang pasrah (a tool for active involvement, not passive acceptance), artinya
6
1. Membaca
Membaca koran
Membaca puisi
Membaca komik
Membaca Al-Quran
Membaca surat
2. Menulis
Menulis puisi
Menulis surat
Menulis spanduk
Menulis cerita
Pengertian Bahasa
Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar
agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan, dan
pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk, dan tata kalimat. Agar
komunikasi yang dilakukan berjalan dengn lancar, penerima dan pengirim bahasa
harus menguasai bahasanya.
Pengertian bahasa seperti yang diungkapkan oleh Fishman (1968) dan
Spradley (1980) bahwa bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi,
kerja sama dan identifikasi diri.
.4.2
.4.3
Fungsi Bahasa
Fungsi bahasa di dalam masyarakat antara lain:
1.
Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia
2.
Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.
3.
Alat mengidentifikasi diri.
Ragam Bahasa
Ragam bahasa dapat didefinisikan sebagai kevariasian bahasa dalam
pemakaiannya sebagai alat komunikasi. Kevariasian bahasa ini terjadi karena beberapa
hal, seperti media yang digunakan, hubungan pembicara, dan topik yang dibicarakan.
Ragam bahasa dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain:
- Berdasarkan pokok pembicaraan:
Ragam bahasa undang-undang
Ragam bahasa jurnalistik
Ragam bahasa ilmiah
Ragam bahasa sastra
- Berdasarkan hubungan antar pembicara atau menurut akrab tidaknya pembicara:
Ragam bahasa resmi
Ragam bahasa akrab
Ragam bahasa agak resmi
9
2) Faktor efisiensi.
3) Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsur lain berupa tekan dan
gerak anggota badan agar pendengar mengerti apa yang dikatakan seperti situasi,
mimik dan gerak-gerak pembicara.
4) Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang
dibicarakannya.
5) Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa
yang dituturkan oleh penutur.
6) Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari
informasi audit, visual dan kognitif.
Kelemahan dari penggunaan bahasa lisan antara lain:
1) Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frasefrase sederhana.
2) Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
3) Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan secara baik.
4) Aturan-aturan bahasa yang dilakukan seringkali menggunakan ragam tidak
formal.
B. Bahasa Tulisan
Ragam bahasa tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media
tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur
sampai pada sasaran secara visual atau bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis,
kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata.
Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks,
majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis
nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
Dapat dikatakan ragam bahasa tulis menuntut adanya adanya kelengkapan
unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan
kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca.
Berikut ini adalah ciri-ciri dari ragam bahasa tulisan:
1.
Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
2.
Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
3.
Tidak terikat ruang dan waktu
4.
Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Contoh dari ragam bahasa tulisan adalah sebagai berikut:
11
1)
2)
3)
4)
berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan (gagasan tunggal).
Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan
mendukung gagasan tunggal paragraf. Dalam kenyataannya kadang-kadang kita
menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang
dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap
sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari
segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah.
Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut
pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya ssudah memasuki
kawasan wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boeh saja hanya terdiri
dari satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi
seseorang mewujudkan sebuah karangan.
.5.2
Syarat Paragraf
Paragraf yang efektif harus memenuhi dua syarat, yaitu adanya kesatuan dan
kepaduan.
Kesatuan paragraf
Sebuah paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika seluruh kalimat dalam
paragraf hanya membicarakan satu ide pokok ,satu topik / masalah. Jika dalam
sebuah paragraf terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang di
bicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide atau masalah.
Kepaduan paragraf
Seperti halnya kalimat efektif , dalam paragraf ini juga dikenal istilah kepaduan
atau koherensi. Kepaduan paragraf akan terwujud jika aliran kalimat berjalan
mulus dan lancar serta logis. Untuk itu cara repetisi, jasa kata ganti, dan kata
sambung, serta frasa penghubung dapat dimanfaatkan.
.5.3
Jenis Paragraf
Paragraf memiliki banyak ragamnya. Untuk membedakan paragraf yang satu
dari paragraf yang lain berdasarkan kelompoknya,yaitu : jenis paragraf menurut posisi
kalimat topiknya, menurut sifat isinya, menurut fungsinya dalam karangan.
Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya. Topik adalah kalimat yang
berisi gagasan utama paragraf. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan kalimat
topik dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik di
dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri bagi sebuah paragraf.
Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapat dibedakan atas empat macam,
yaitu paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif, paragraf penuh
kalimat topik.
Paragraf Deduktif
Paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraf ,
yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu
menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf
(urutan umum-khusus).
13
Contoh paragraf deduktif : " Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat
dan tidak mudah terserang penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan yang
jarang atau tidak pernah berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya jika kita
sering berolahraga fisik kita tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak
pernah berolahraga fisiknya akan cepat lelah dan mudah terserang penyakit."
Paragraf Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf
induktif, yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu,barulah
diakhiri dengan pokok pembicaraan.
Contohnya: " Pak Sopian memiliki kebun pisang seluas 1 hektar. Tetangganya,
Pak Gatot, juga memiliki kebun pisang seluas 1 hektar. Adik Pak Gatot, Ali
Bashya, malah memiliki kebun pisang yang lebih luas daripada kakaknya, yaitu
2,5 hektar. Tahun ini merupakan tahun ketiga bagi mereka memanen pisang.
Seperti mereka, dari 210 penduduk petani di Desa Sriwaylangsep, 175 kepala
keluarga berkebun pisang. Maka, tidaklah heran apabila Desa Sriwaylangsep
tersebut dikenal dengan Desa Pisang.
Paragraf Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf,
terbentuklah paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya
menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal
paragraf.
Contoh paragraf deduktif-induktif: Pemerintah menyadari bahwa rakyat
Indonesia memerlukan rumah yang kuat,murah, dan sehat. Pihak dari pekerjaan
umum sudah lama menyelidiki bahan rumah yang murah, tetapi kuat. Tampaknya
bahan perlit yang diperoleh dari batuan gunung beapi sangat menarik perhatian
para ahli. Bahan ini tahan api dan air tanah. Usaha ini menunjukan bahwa
pemerintah berusaha membangun rumah yang kuat, murah dan sehat untuk
memenuhi kebutuhan rakyat."
Paragraf penuh kalimat topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak
satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau
biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu
dan lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam
uraian-uraian bersifat deskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.
Contoh paragraf penuh kalimat topik: " Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar
lingkungan rumah. Dengan udara yang sejuk dan menyegarkan. Di sekitar
lingkungan rumah terdengar suara ayam berkokok yang menandakan pagi hari
yang sangat indah. Kuhirup udara pagi yang segar sepuas-puasku."
14
Berdasarkan sifat isinya, alinea atau paragraf dapat digolongkan atas lima
macam,yaitu:
.6 Wacana
Dalam hubungan dengan penggunaan kohesi, selain teks dalam konsep
pengertian dalam bahasa tertulis, kohesi juga akan berhubungan dengan konsep wacana
15
yaitu sebagai kesinambungan cerita dengan bahasa yang mudah dan kesinambungan ini
ditunjang oleh jalinan informasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, wacana didefenisikan sebagai:
1. Ucapan, perkataan, tutur
2. Keseluruhan tutur yang merupakan satu kesatuan
3. Satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan utuh seperti
novel, buku, atau artikel, atau pada pidato, khotbah, dan sebagainya.
Dasar sebuah wacana ialah klausa atau kalimat yang menyatakan keutuhan
pikiran. Wacana adalah unsur gramatikal tertinggi yang direalisasikan dalam bentuk
karangan yang utuh dan dengan amanat yang lengkap dengan koherensi dan kohesi yang
tinggi. Wacana utuh harus dipertimbangkan dari segi isi (informasi) yang koheren
sedangkan sifat kohesifnya dipertimbangkan dari keruntutan unsur pendukungnya yaitu
bentuk.
Wacana dapat juga diartikan sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan
yang semestinya atau logis. Dalam wacana setiap unsurnya harus memiliki kesatuan dan
kepaduan. Wacana ialah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas
kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang
mempunyai awal dan akhir nyata disampaikan secara lisan atau tertulis (Henry Guntur
Tarigan).
Ciri-ciri wacana
1. Mempunyai koheren (pertautan: ayat dgn ayat, perenggan dgn perenggan lain
dan isi dengan isi yang lain)
2. Mempunyai kohesi (kesepaduan) ketepatan seluruh isi-isi yang dikemukakan
fokus kepada tajuk yang diketengahkan
3. Mempunyai tujuan bagi menentukan jenis wacana, penggunaan ayat
4. Diterima khalayak/audiens penerimaan tinggi jika pembaca atau pendengar
memahami sepenuhnya wacana itu dan mempunyai tujuan yang sama
5. Berlandaskan hubungan penutur dengan pendengar, penulis dengan pembaca
6. Mempunyai andaian dan inferens ,inferens memberikan maklumat baru kepada
andaian
7. Mempunyai gaya bersahaja atau tidak bersahaja, rasmi atau tidak rasmi,
mempengaruhi pemilihahan laras bahasa, ayat, penggunaan dialek dan lain-lain.
Menurut Fatimah Djajasudarma(1994, 6-14) jenis wacana dapat dikaji dari segi
eksistensinya (realitasnya), media komunikasinya, cara pemaparannya, dan jenis
pemakaiannya.
- Berdasarkan realitasnya wacana ada dua, yaitu:
a. Wacana verbal, yaitu rangkaian kebahasaan verbal atau language exist
(kehadiran kebahasaan) dengan kelengkapan struktural bahasa, mengacu pada
struktur apa adanya.
b. Non verbal atau language likes mengacu pada wacana sebagai rangkaian non
bahasa, yakni rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang bermakna (bahasa
isyarat).
- Berdasarkan media komunikasinya wacana dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
16
17
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran atau gagasan dan
untuk menyampaikan pesan (komunikasi) melalui bahasa tulis sebagai alat atau
medianya, sehingga mudah untuk dipahami oleh pembaca. Sedangkan membaca
mempunyai peranan sosial yang amat penting dalam kehidupan manusia yang
dipergunakan oleh manusia untuk memperoleh pesan informasi yang hendak disampaikan
oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Membaca untuk menulis bisa diajarkan dengan baik jika peran pengajar dapat
memahami secara mendalam tentang aspek-aspek dalam memahami bacaan maupun
menulis. Membaca dan menulis dapat dilakukan atau dituangkan dalam berbagai media
dan masing-masing media memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
18