Anda di halaman 1dari 168

SEVEN JUMP

Mata kuliah

: Blok Sistem Reproduksi

Tingkat / semester

:3/V

Hari / tanggal

: Rabu, 18 Mei 2016

SKENARIO KASUS V
Ny. Karmila perempuan berusia 45 tahun suku Jawa berada di ruang rawat
inap RSX sejak 6 jam yang lalu. Pasien telah 15 tahun menikah dan memiliki
tiga anak, usia 4 tahun,10 dan 12 tahun. Pasien menarche usia 10 tahun. Pasien
memberikan ASI pada kedua anaknya hingga usia kedua anaknya 20 bulan. Tante
Ny. Karmila meninggal dunia kanker laring dan nenek Ny. Kamila pun meninggal
dunia karena kanker nasofaring. Saat ini pasien masih menggunakan alat
kontrasepsi suntik setiap 1 bulan sekali.
Saat menyusui anaknya yang terakhir, ASI nya hanya keluar pada sebelah
payudaranya yang kanan dan sering bengkak. Saat bengkak, Ny. Karmila
mengompres dengan air dingin dan hangat serta minum jamu. Kondisi tersebut
berakhir setelah ia tidak lagi menyusui anak terakhirnya pada usia 15 bulan.
Ny. Kamila mengeluh merasakan benjolan di payudara kirinya selama 1 -2
bulan terakhir. Pada awal 2 bulan lalu, pasien merasakan ada benjolan kecil
sebesar biji kacang tanah saat meraba payudara kirinya. Dan pada dua minggu
yang lalu, benjolan tersebut dirasakan membesar sebesar kelereng yang terkadang
dirasakan sedikit nyeri disekitarnya saat melakukan aktifitas berat di tangan
kirinya. Pasien telah memeriksakan payudaranya ke puskesmas dan hanya diberi
obat nyeri. Dua hari yang lalu, pasien datang ke poliklinik RS X untuk
memeriksakan kembali kondisi dan berkonsultasi dengan dokternya. Hasil
pemeriksaan dokter saat itu adalah dikatakan "benjolan bulat tetap dengan batas
tidak teratur teraba dikuadran luar atas dari payudara kiri pada arah jam 2:00.
Adanya edema aksila kiri.Bentuk payudara simetri payudara tanpa kerutan atau

nipple discharge. Hasil pemeriksaan mammogram diagnostik dan biopsi aspirasi


hari ini belum ada.
Jika hasil laboratorium telah ada, Ny. Karmila akan dilakukan lumpectomy
dengan diseksi kelenjar getah bening (parsial mastektomi).Sebuah drain JacksonPratt (JP) akan ditempatkan pasca operasi. Setelah operasi, baru akan diberikan
terapi obat tamoxifen yang diresepkan oleh dokter.
Ny. Karmila mengatakan mau pulang dulu dan tidak ingin dirawat karena
tidak ada yang menjaga dan mengasuh anak-anaknya di rumah, dan pasien harus
bekerja karena suaminya tidak dapat memenuhi kebutuhannya.

A. TUGAS MAHASISWA
1 Setelah membaca dengan teliti skenario di atas mahasiswa membahas
2

kasus tersebut dengan kelompok, dipimpin oleh ketua dan sekretaris.


Melakukan aktifitas pembelajaran individual di kelas dengan
menggunakan buku ajar, jurnal dan internet untuk mencari informasi

tambahan.
Melakukan diskusi kelompok mandiri (tanpa dihadiri fasilitator) untuk
melakukan curah pendapat bebas antar anggota kelompok untuk

4
5

menganalisa informasi dalam menyelesaikan masalah.


Berkonsultasi pada narasumber yang telah ditetapkan oleh fasilitator.
Mengikuti kuliah khusus dalam kelas untuk masalah yang belum jelas
atau tidak ditemukan jawabannya untuk konsultasi masalah yang

belum jelas
Melakukan praktikum pemeriksaan fisik antenatal dan sadari.

B. PROSES PEMECAHAN MASALAH


Dalam diskusi kelompok mahasiswa diharapkan dapat memecahkan
problem yang terdapat dalam scenario dengan mengikuti 7 langkah
penyelesaian masalah di bawah ini:
1 Klarifikasi istilah yang tidak jelas dalam skenario di atas, dan tentukan
2

kata / kalimat kunci skenario di atas.


Identifikasi problem dasar skenario, dengan membuat beberapa
pertanyaan penting.

Analisa problem-problem tersebut dengan menjawab pertanyaan-

4
5

pertanyaan di atas.
Klarifikasikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh mahasiswa atas
kasus di atas. Lahkah 1 sampai 5 dilakukan dalam diskusi tutorial

pertama dengan fasilitator.


Cari informasi tambahan informasi tentang kasus di atas di luar

kelompok tatap muka; dilakukan dengan belajar mandiri.


Laporkan hasil diskusi dan sintetis informasi-informasi yang baru

ditemukan; dilakukan dalam kelompok diskusi dengan fasilitator.


Seminar; untuk kegiatan diskusi panel dan semua pakar duduk
bersama untuk memberikan penjelasan atas hal-hal yang belum jelas.

Penjelasan:
Bila dari hasil evaluasi laporan kelompok ternyata masih ada informasi
yang diperlukan untuk sampai pada kesimpilan akhir, maka proses 6 bisa
diulangi dan selanjutnya dilakukan lagi langkah 7.
Kedua langkah di atas bisa diulang-ulang di luar tutorial dan setelah
informasi dirasa cukup dilakukan langkah nomor 8.

STEP 1
KATA KUNCI

1. Kanker Laring
Kanker (Neoplasma) laring merupakan suatu neoplasma yang ditandai
dengan sebuah tumor yang berasal dari epitel struktur laring (Kamus Saku
Mosby, 2008). Etiologi dan Faktor Risiko Tumor Ganas Laring : Penyebab
utama kanker laring belum sepenuhnya diketahui, namun diperkirakan
berkaitan dengan kebiasaan merokok, konsumsi alkohol berlebihan, paparan
radiasi serta sekuensi HPV (Human Papiloma virus)pada sebagian kecil
kasus (Kumar dan Maitra, 2007). Menurut Shangina et al (2006) dan Becher
et al (2005) dalam Ramroth (2011), terdapat beberapa etiologi lain
terjadinya kanker laring diantaranya karena terpapar bahan atau substansi
berbahaya misalnya asbes, Polycyclic Aromatic Hydrocarbons, debu dan
larutan berbahaya lainnya. Menurut Negri E (2009). Dalam Ramroth H
(2011), terdapat beberapa bukti yang menunjukkan peningkatan risiko
terjadinya kanker laring yaitu jika terdapat keluarga yang memiliki riwayat
menderita kanker kepala dan leher.

2. Nipple Discharge
Nipple discharge ialah cairan yang dikeluarkan puting payudara secara
spontan dan memberikan bekas pada pakaian dalam. Cairan yang keluar
bersifat serosa atau darah. Disebut normal kalau orang mengeluarkan cairan
dari puting pada :
a. Wanita yang lama memakai pil kontrasepsi
b. Wanita yang lama masa laktasinya dan
c. Wanita hamil
Cairan puting yang berdarah biasanya berasal dari intraductral
pappapilloma atau papillocarcinoma. Pada papiloma di dalam saluran susu
amatlah sulit menentukan lokasi tumor, karena tumornya tidak teraba dari
luar. Kanker payudara selain introductural papilloma jarang mengeluarkan
4

cairan dari puting payudara. Penting mengetahui riwayat terakhir penyakit


kelenjar payudara sebelumnya. Apakah pernah diinsisi akibat mastitis
sebelumnya, ataukah dioperasi untuk tumor payudara (Mitayani, 2013).
3. Biopsi Aspirasi
Biopsi merupakan pemeriksaan yang mengambil contoh jaringan atau
cairan dalam hal ini yang berasal dari payudara untuk kemudian diperiksa
dan diamati dibawah mikroskop (CDC, 2014). Biopsi adalah satu-satunya
prosedur diagnostik yang pasti dapat menentukan apakah daerah yang
mencurigakan adalah kanker (National Breast Cancer Foundation, 2015).
Selama biopsi, contoh jaringan yang dicurigai diamati di bawah mikroskop
oleh pathologist yang kemudian mengirimkan kembali hasil pemeriksaan
kepada dokter yang merujuk pasien yang bersangkutan (American Cancer
Society, 2015). Ada tiga tipe biopsi, yaitu aspirasi jarum halus, core biopsi,
dan biopsi terbuka atau eksisi (Cancer Australia, 2015).
a. FNAB (Biopsi Aspirasi Jarum Halus)
Pada pemeriksaan FNAB, pemeriksa akan mempergunakan
jarum yang sangat halus dan tipis dan tersambung dengan spoit untuk
menarik (mengaspirasi) sejumlah kecil jaringan dari daerah yang
dicurigai terdapat keganasan payudara, kemudian diamati di bawah
mikroskop. Jarum yang digunakan bahkan lebih tipis daripada yang
dipergunakan untuk melakukan pemeriksaan darah. Apabila daerah
yang akan menjadi tempat biopsi dapat dipalpasi, maka jarum dapat
dituntun ke daerah tersebut sementara pemeriksa melakukan palpasi.
Jika daerah yang dicurigai tidak terdapat massa yang bisa dipalpasi,
maka pemeriksa dapat memanfaatkan USG pada specimen (American
Cancer Society, 2015). Anastetik lokal kadang tidak diberikan sebab
kadang menimbulkan rasa tidak nyaman pada pemberian anastetik
dibandingkan biopsy jarum halus itu sendiri pada specimen (American
Cancer Society, 2015). Ketika jarum sudah sesuai pada daerah yang
dicurigai, sejumlah cairan ditarik. Jika cairan tersebut jernih, maka
benjolan tersebut mungkin adalah kista jinak, sedangkan cairan yang
5

keruh dan mengandung darah bisa saja kista jinak maupun tumor
ganas. Jika benjolan padat, serpihan jaringan payudara dapat ikut
tertarik saat aspirasi. Seorang pathologist akan mengamati cairan atau
jaringan yang telah diaspirasi tersebut tadi dibawah mikroskop untuk
kemudian ditentukan kanker atau bukan pada specimen (American
Cancer Society, 2015). FNAB merupakan tipe biopsy yang paling
mudah, namun memiliki beberapa kekurangan seperti misalnya
apabila penempatan penusukan jarum tidak sesuai di antara sel-sel
kanker, maka dapat melewatkan adanya sel kanker. Adapun meskipun
telah menemukan sel kanker, pemeriksaan ini tidak dapat menetukan
apakah kanker invasif atau tidak. Selain itu, mungkin saja contoh
jaringan yang diambil tidak cukup untuk dilakukan pemeriksaan lab
lain yang rutin dilakukan pada spesimen (American Cancer Society,
2015).
b. Core Biopsy
Pemeriksaan

ini

menggunakan

jarum

untuk

mengambil

sepotongkecil jaringan dari area yang abnormal. Tes ini biasanya


dilakukan di bawah anestesi local (Cancer Australia, 2015). Jarum
berukuran lebih besar dibandingkan FNAB untuk mengambil
specimen berdasarkan perubahan payudara oleh palpasi dari
pemeriksa maupun dengan tuntunan USG maupun mammogram
(American Cancer Society, 2015).
c. Biopsi Terbuka/Eksisi
Biasanya,

kanker

payudara

dapat

didiagnosis

dengan

menggunakan biopsi jarum. Meski jarang, operasi dapat diperlukan


untuk mengambil semua atau sebagian dari benjolan untuk
kepentingan pemeriksaan mikroskopis. Ini disebut sebagai biopsi
bedah atau biopsi terbuka. Paling sering, dokter bedah mengambil
seluruh massa atau daerah abnormal serta margin sekitar jaringan
payudara yang masih tampak normal. Ini disebut biopsi eksisi. Jika
massa terlalu besar untuk diambil, maka hanya sebagian dari massa itu

yang diambil. Hal ini disebut biopsi insisi. Dalam kasus yang jarang
terjadi, biopsi bedah dapat dilakukan di tempat praktik dokter, tetapi
yang paling sering dilakukan di rumah sakit departemen rawat jalan
dengan anestesi lokal (pasien masih dalam keadaanterjaga, tapi
payudara pasien mati rasa), seringkali dengan sedasi intravena (obat
yang diberikan untukm membuat pasien mengantuk) Jenis biopsi juga
dapat dilakukan di bawah anestesi umum (pasien tertidur) (American
Cancer Society, 2015).
4. Lumpectomy
Baru-baru ini, banyak pasien memilik telah memilih untuk operasi
konservasi payudara, bukan daripada operasi mastektomi tradisional.
Hingga dua pertiga dari wanita yang didiagnosis dengan tumor invasif
memilih untuk memiliki pewaris payudara diawetkan dengan lumpectomy
dan terapi radiasi di banyak canc payudara atas pusat di seluruh negeri.
Sebuah lumpectomy mengacu pada penghapusan tumor di payudara dengan
pelek normal jaringan payudara disebut margin yang jelas. Semua operasi
kanker bertujuan untuk memiliki jelas margin, karena beberapa jaringan
normal harus dikeluarkan sekitar tumor. Dokter bedah akan menghapus
kanker dengan making 1-3 disayatan di payudara dan pengangkatan tumor
dengan margin jaringan payudara normal.

Gambar 1. Lumpectomy
Lumpectomy ini kemudian diikuti oleh pos terapi radiasi -operative ke
payudara. Tingkat kekambuhan setelah ca payudara. Terapi nservation kira-

kira 4% sampai 20% di delapan sampai sepuluh tahun. Jika kanker tidak
kembali, Anda akan memerlukan mastektomi pada waktu itu. Hasil dari
besar uji penelitian yang dilakukan bertahun-tahun yang lalu ditemukan
bahwa kemungkinan penyembuhan adalah sama apakah seorang wanita
memiliki mastektomi atau konservasi payudara terapi.
5. Jakson Pratt (JP)
Sebuah saluran Jackson-Pratt (atau JP drain) adalah pipa karet yang
dapat ditempatkan setelah operasi. Hal ini juga dapat digunakan dengan
infeksi atau luka yang dapat menyebabkan penumpukan cairan (Lynn PB,
2011).

Gambar 2. Jakson Pratt (JP)


6. Obat Tamoxifen
Tamoxifen merupakan obat anti estrogen. Efek samping pada
perempuan yang mengkomsumsi obat tersebut antara lain: terjadi
pengumpulan darah, rusaknya penglihatan, berkeringat di malam hari, rasa
panas atau hot flash (Lee, 2008).

Gambar 3. Obat Tamoxifen


7. Parsial Masektomi

Mastektomi parsial yaitu mulai dari lumpectomy (mengangkat


jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara), sampai
pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit
yang terkena) sampai kuadrantektomi (pengangkatan seperempat payudara):
pengangkatan atau pengambilan contoh jaringan dari kelenjar getah bening
aksila untuk penentuan stadium (Price, 2005).
8. Pemeriksaan Mammogram
Mamografi adalah suatu metode pendeskripsian dengan menggunakan
sinar X berkadar rendah. Tes dalam mamografi disebut mammogram
(Mulyani, 2013). Menurut Mulyani (2013) cara menggunakan mammogram
yaitu:
Tahap ke-

Langkah-langkah
a. Pasien diminta menanggalkan pakaian dari pinggang
ke atas dan diganti pakaia rumah sakit.
b. Berdiri di depan mesin mamografi.
c. Penyinaran dilakukan satu per satu pada payudara

Tahap I

dengan meletakkannya di atas penjepit lembar film


dari plastik atau metal.
d. Tekan payudara sedatar mungkin di antara penjepit
film dan kotak plastik yang disebut paddle, yang
menekan payudara dari atas ke bawah.
e. Pancarkan sinar x beberapa detik.

Tahap II

a. Berposisi di samping mesin mamografi.


b. Penjepit film akan dinaikkan sehingga sisinya persis
dengan posisi luar payudara, sedangkan sudutnya
menyentuh ketiak.
c. Melakukan oblique position, yaitu menekan kembali

paddle beberapa detik saat sinar x dipancarkan.


Prosedur ini akan diulang pada payudara satunya.
d. Totalnya empat sinar x, dua untuk masing-masing
payudara

Gambar 4. Mammografi
9. Edema Axilla
Edema aksila pada kanker payudara dapat disebabkan karena
perpindahan sel-sel kanker yang menyebar melalui pembuluh darah.
Kelenjar getah bening ataupun supraklavikula membesar akibat dari
penyebaran kanker payudara melalui pembuluh getah bening dan tumbuh di
kelenjar getah bening (Pulungan, R.M, 2010).
10. Benjolan Payudara
Kanker payudara adalah sekelompok sel metaplasia (sel normal) yang
berubah menjadi sel displasia (sel tidak normal) pada payudara yang terus
tumbuh berlipat ganda yang pada akhirnya sel-sel ini membentuk benjolan
di payudara. Dalam istilah kedokteran, semua benjolan disebut tumor.
Benjolan ada yang jinak dan ada yang ganas, tumor yang ganas itulah yang
disebut kanker. Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari
kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan
penunjangnya (Darwito, 2009 dalam Azmil, M. F. A. R, 2010).

10

Tanda awal dari kanker payudara adalah ditemukannya benjolan pada


payudara yang dapat berubah bentuk dan ukuran. Jika ditekan, benjolan ini
tidak terasa nyeri. Awalnya benjolan ini berukuran kecil, tapi lama kelamaan
membesar dan akhirnya melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan
pada kulit payudara atau puting susu (Pane M, 1990 dalam Azmil, M. F. A.
R, 2010).

11. Kanker Nasofaring


Kanker nasofaring atau Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan
keganasan yang muncul pada daerah nasofaring (area di atas tenggorok dan
di belakang hidung). Karsinoma ini terbanyak merupakan keganasan tipe sel
skuamosa (Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang paling
banyak dijumpai diantara tumor ganas telinga, hidung dan tenggorokan
(THT) di Indonesia, dimana KNF termasuk dalam lima besar tumor ganas,
dengan frekuensi tertinggi (bersama tumor ganas serviks uteri, tumor
payudara, tumor getah bening dan tumor kulit), sedangkan didaerah kepala
dan leher menduduki tempat pertama (KNF mendapat persentase hampir
60% dari tumor di daerah kepala dan leher, diikuti tumor ganas hidung dan
sinus paranasal 18%, laring 16%, dan tumor ganas rongga mulut, tonsil,
hipofaring dalam persentase rendah (Pahala, 2009 dalam Melani W, 2013).

11

STEP 2
PERTANYAAN KASUS
1. Apa yang dimaksud dengan benjolan bulat tetap dengan batas tidak teratur?
2. Apakah ada kaitannya dengan riwayat keluarga yang tantenya terkena
kanker nasofaring dan neneknya terkena kanker laring?
3. Apakah riwayat pemberian Asi mempengaruhi pada kasus ini?
4. Mengapa payudara yang mengalami gangguan tidak mengeluarkan ASI?
5. Apakah riwayat menstruasi mempengaruhi penyakit yang ada di kasus?
6. Seefektif apakah antara kompres dingin dan kompres

hangat untuk

meredakan nyeri pada pasien kanker payudara, jelaskan alasannya?


7. Mengapa dengan persalinan 3 orang anak dapat mempengaruhi pada kasus?
8. Apakah efektif konsumsi jamu untuk mengurangi bengkak pada kasus ?
9. Mengapa drain jakson pratt diberikan pada saat pasca operasi ?
10. Mengapa klien pada kasus setelah operasi diberikan obat tamoxifen setelah
operasi dan apa fungsinya?
11. Apakah yang terjadi pad Ny. Karmila jika tidak di rawat di RS dan tetap
melakukan aktivitas berat di rumahnya seprti biasa?
12. Apakah pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh perawat untuk
ny.Karmila agar ny.Karmila tetap ingin dirawat ?
13. Apa saja faktor yang mempengaruhi benjolan yang semakin besar pada
payudara?
14. Apakah umur mempengaruhi kondisi klien pada kasus?
15. Apakah alat kontrasepsi dapat mempengaruhi pada kasus ini?

12

16. Apakah ras mempengaruhi penyakit pada kasus ?


17. Bagaimana kondisi psikologis pada klien Ny. Karmila pada kasus?
18. Mengapa harus di lakukan pemeriksaan mammogram dan biopsi aspirasi
pada kasus?
19. Apakah edema aksila mempengaruhi pada kasus ?
20. Apakah riwayat obsetri mempengaruhi pada kasus?
21. Apakah penggunaan BRA dapat mempengaruhi pada kasus ?
STEP 3
JAWABAN KASUS
1. Payudara
a. Anatomi dan Fisiologi Payudara
Payudara adalah organ yang berperan dalam proses laktasi,
sedangkan pada pria organ ini tidak berkembang dan tidak memiliki
fungsi dalam proses laktasi seperti pada wanita (rudimeter). Payudara
terletak antara iga ketiga dan ketujuh serta terbentang lebarnya dari
linea parasternalis sampai axillaris anterior dan mediana. Berat dan
ukuran payudara bervariasi sesuai pertambahan umur, pada masa
pubertas membesar, dan bertambah besar selama kehamilan dan
sesudah melahirkan, dan menjadi atropi pada usia lanjut. Setiap
payudara terdiri atas 15 sampai 25 lobus kelenjar yang masing-masing
mempunyai saluran ke papilla mamma yang disebut duktus laktiferus
dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya.
Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di antara kulit
dan kelenjar tersebut terdapat jaringan lemak. Di antara lobus tersebut
terdapat jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang
merupakan tonjolan jaringan payudara, yang bersatu dengan lapisan

13

luar fasia superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan


memberi rangka untuk payudara. Jaringan ikat memisahkan payudara
dari otot-otot dinding dada, otot pektoralis dan anterior. Pembuluh
darah mammae berasal dari arteri mamaria interna dan arteri torakalis
lateralis. Vena supervisialis mamae mempunyai banyak anastomosa
yang bermuara ke vena mamaria interna dan vena torakalis
interna/epigastrika, sebagian besar bermuara ke vena torakalis
lateralis. Aliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila,
sebagian lagi ke kelenjar terutama dari bagian yang sentral dan medial
dan ada pula aliran ke kelenjar interpektoralis.
Untuk lebih jelas dari anatomi payudara dapat dilihat pada
gambar berikut:

Gambar 5. Anatomi Payudara


Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai
hormon. Esterogen diketahui merangsang perkembangan duktus
mamilaris. Progesteron memulai perkembangan lobulus-lobulus
payudara juga diferensiasi sel epitelial. Payudara mengalami tiga
macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon, antara lain:
1) Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui
masa hidup pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium,
dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen dan

14

progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise,


telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
2) Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid.
Sekitar hari ke haid, payudara menjadi lebih besar dan pada
beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran
maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak
rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi
tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi
tidak mungkin dilakukan. Begitu haid dimulai, semuanya
berkurang.
3) Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada
masa kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus
lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus
baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu
laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus mengisi asinus,
kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
b. Definisi Fibroadenoma Mammae
Fibroadenoma mammae merupakan neoplasma jinak yang
terutama terdapat pada wanita muda, dan jarang ditemukan setelah
menopause. Fibroadenoma adalah kelainan pada perkembangan
payudara normal dimana ada pertumbuhan berlebih dan tidak normal
pada jaringan payudara dan pertumbuhan yang berlebih dari sel-sel
yang melapisi saluran air susu di payudara. Fibroadenoma merupakan
jenis tumor jinak mamma yang paling banyak ditemukan, dan
merupakan tumor primer yang paling banyak ditemukan pada
kelompok umur muda.
c. Patofisiologi
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering
ditemukan pada masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa
kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang
berlebihan terhadap hormon estrogen sehingga kelainan ini sering
digolongkan dalam mamary displasia. Fibroadenoma biasanya
ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas

15

jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Fibroadenoma


mammae biasanya tidak menimbulkan gejala dan ditemukan secara
kebetulan.
Fibroadenoma biasanya ditemukan sebagai benjolan tunggal,
tetapi sekitar 10%-15% wanita yang menderita fibroadenoma
memiliki beberapa benjolan pada kedua payudara. Penyebab
munculnya beberapa fibroadenoma pada payudara belum diketahui
secara jelas dan pasti. Hubungan antar Munculnya beberapa
fibroadenoma dengan penggunaan kontrasepsi oral belum dapat
dilaporkan denga pasti. Selain itu adanya kemungkinan patogenesis
yang berhubungan dengan hipersensitivitas jaringan payudara local
terhadap estrogen, faktor makanan dan faktor riwayat keluarga atau
keturunan. Kemungkinan lain adalah bahwa tingkat fisiologi estrogen
penderita tidak meningkat tetapi sebaliknya jumlah reseptor estrogen
meningkat.

Peningkatan

kepekaan

terhadap

estrogen

dapat

menyebabkan hyperplasia kelenjar susu dan akan berkembang


menjadi.
Fibroadenoma

sensiti

terhadap

perubahan

hormon.

Fibroadenoma bervariasi selama siklus menstruasi, kadang dapat


terlihat menonjol, dan dapat membesar selama masa kehamilan dan
menyusui Akan tetap tidak menggangu kemampuan seorang wanita
untuk

menyusui.

Diperkirakan

bahwa

sepertiga

dari

kasus

fibroadenoma jika dibiarkan ukurannya akan berkurang bahkan hilang


sepenuhnya. Namun yang paling sering terjadi, jika dibiarkan ukuran
fibroadenoma akan tetap. Tumo ini biasanya bersifat kenyal dan
berbatas tegas dan tidak sulit untuk diraba. Apabila benjolan didorong
atau diraba akan terasa seperti bergerak-gerak sehingga beberapa
orang menyebut fibroadenoma sebagai breast mouse. Biasanya
fibroadenoma

tidak

terasa

sakit,

namun

kadang

kala

akan

menimbulkan rasa tidak nyaman dan sangat sensitif apabila disentuh.


d. Klasifikasi Fibroadenoma Mammae

16

Secara sederhana fibroadenoma dapat diklasifikasikan menjadi


tiga macam:
1) Common Fibroadenoma
Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, disebut
juga dengan simpel fibroadenoma. Sering ditemukan pada
wanita kelompok umur muda antara 21-25 tahun. Ketika
fibroadenoma dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan itu
biasanya berbentuk oval atau bulat, halus, tegas, dan bergerak
sangat bebas. Sekitar 80% dari seluruh kasus fibroadenoma yang
terjadi adalah fibroadenoma tunggal.
2) Giant Fibroadenoma
Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang
memiliki ukuran dengan diameter lebih dari 5 cm. Secara
keseluruhan insiden giant fibroadenoma sekitar 4% dari seluruh
kasus fibroadenoma. Giant fibroadenoma biasanya ditemui pada
wanita hamil dan menyusui. Giant fibroadenoma ditandai
dengan ukuran yang besar dan pembesaran massa enkapsulasi
payudara yang cepat. Giant fibroadenoma dapat merusak bentuk
payudara dan menyebabkan tidak simetris karena ukuranya yang
besar, sehingga perlu dilakukan pemotongan dan pengangkatan
terhadap tumor ini.
3) Juvenile Fibroadenoma
Juvenile fibroadenoma

biasa

terjadi

pada

remaja

perempuan, dengan insiden 0,5-2% dari seluruh kasus


fibroadenoma.

Sekitar

10-25%

pasien

dengan

juvenile

fibroadenoma memiliki lesi yang multiple atau bilateral. Tumor


jenis ini lebih banyak ditemukan pada orang Afrika dan India
Barat dibandingkan pada orang Kaukasia. Fibroadenoma
mammae juga dapat dibedakan secara histologi antara lain :
a) Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel
selapis atau beberapa lapis.
b) Fibroadenoma intracanaliculare

17

Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak


sehingga kelenjar berbentuk panjang-panjang (tidak
teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang. Pada
saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran
sedikit dan pada saat menopause terjadi regresi.

Gambar 6. a. Fibroadenoma dan b. Common Fibroadenoma


(Massa yang ditunjukkan berbatas tegas)

Gambar 7. a. Giant Fibroadenoma dan b. Juvenile Fibroadenoma


(Massa yang ditunjukkan berbatas tegas dan yang memiliki
kapsul yang tebal)
e. Gejala Klinis
Gejala klinis yang sering terjadi pada fibroadenoma mammae
adalah adanya bagian yang menonjol pada permukaan payudara,
benjolan memiliki batas yang tegas dengan konsistensi padat dan
kenyal.Ukuran diameter benjolan yang sering terjadi sekitar 1-4 cm,
namun kadang dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat dengan
ukuran benjolan berdiameter lebih dari 5 cm. Benjolan yang tumbuh
18

dapat diraba dan digerakkan dengan bebas. Umumnya fibroadenoma


tidak

menimbulkan

rasa

nyeri

atau

tidak

sakit.

Perubahan

fibroadenoma menjadi ganas dalam komponen epitel fibroadenoma


umumnya dianggap langka. Fibroadenoma secara signifikan tidak
meningkatkan risiko berkembang menjadi kanker payudara Insiden
karsinoma berkembang dalam suatu fibroadenoma dilaporkan hanya
20/10.000 sampai 125/10.000 orang yang berisiko. Sekitar 50% dari
tumor ini adalah lobular carcinoma in situ (LCIS), 20% infiltrasi
karsinoma lobular, 20% adalah karsinoma duktal in situ (DCIS), dan
10% sisanya infiltrasi karsinoma duktal. Berdasarkan pemeriksaan
klinis

ultra

sonografi

dan

mammografi

biasanya

ditemukan

fibroadenoma jinak dan perubahan menjadi ganas ditemukan hanya


jika fibroadenoma tersebut dipotong. Fibroadenoma yang dibiarkan
selama bertahun-tahun akan berubah menjadi ganas, dikenal dengan
istilah progresi dan persentase kemungkinannya hanya 0,5% - 1%.
f. Epidemiologi
1) Distribusi Frekuensi Penyakit Fibroadenoma Mammae
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara
yang lebih sering didiagnosa pada wanita muda. Fibroadenoma
dilaporkan terjadi pada lebih dari 9% penduduk wanita.
Fibroadenoma sangat dipengaruhi oleh hormon dan bervariasi
selama siklus menstruasi dan masa kehamilan. Berdasarkan
laporan dari NSW Breast Cancer Institute, fibroadenoma
umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang
dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun. Belum ada data yang
pasti mengenai insiden fibroadenoma pada populasi umum.
Dalam

suatu

studi

disebutkan

bahwa

angka

kejadian

fibroadenoma pada wanita yang menjalani pemeriksaan di klinik


payudara sekitar 7%-13% sementara itu pada studi yang lain
didapatkan 9% dari otopsi. Fibroadenoma didapatkan dari 50%
semua biopsi payudara dan hal ini meningkat mencapai 75%
pada biopsi payudara wanita yang berumur < 20 tahun.

19

Data dari penelitian di Depatemen Patologi Rumah Sakit


Komofo Anyoke Teaching di Ghana (Bewtra, 2009) dilaporkan
bahwa dari 65 spesimen payudara ditemukan 31 kasus (48%)
penderita fibroadenoma, dan sebanyak 11 kasus (35%) terjadi
pada kelompok remaja (<19 tahun). Penelitian di Nigeria Timur,
melaporkan 318 kasus fibroadenoma yang terjadi pada usia ratarata 16-32 tahun. Berdasarkan hasil Laboratorium Histopatologi
di Yaman melaporkan bahwa dari seluruh kasus tumor jinak
(79,9%), FAM merupakan tumor jinak yang paling banyak
terjadi (30,0%) yang terjadi pada usia rata-rata 22,2 tahun (Al
Thobhani, 2006). Fibroadenoma mammae terutama sering
terjadi

pada

wanita

muda

di Afrika.

Sebuah

analisis

klinikopatologi melaporkan bahwa dari 202 lesi jinak payudara


terjadi pada wanita kulit hitam. Hasil studi menunjukkan bahwa
kejadian puncak fibroadenoma terjadi pada usia lebih dini yang
terjadi pada pasien kulit hitam dibandingkan pada pasien kulit
putih.
g. Faktor Risiko Fibroadenoma Mammae
Sampai saat ini penyebab FAM masih belum diketahui
secara pasti, namun berdasarkan hasil penelitian ada beberapa
faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya tumor ini antara
lain:
1) Umur
Umur merupakan faktor penting yang menentukan
insiden atau frekuensi terjadinya FAM. Fibroadenoma
biasanya terjadi pada wanita usia muda < 30 tahun.
terutama terjadi pada wanita dengan usia antara 15-25
tahun. Berdasarkan data dari penelitian di Depatemen
Patologi RumahSakit Komofo Anyoke Teaching di Ghana
(Bewtra, 2009) dilaporkan bahwa rata-rata umur pasien
yang menderita fibroadenoma adalah 23 tahun dengan
rentang usia 14-49 tahun.
2) Riwayat Perkawinan
20

Riwayat perkawinan dihubungkan dengan status


perkawinan dan usia perkawinan, paritas dan riwayat
menyusui anak. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all
(2011) di Iran menyatakan bahwa tidak menikah
meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=6.64, CI 95%
2.56-16.31) artinya penderita FAM kemungkinan 6,64 kali
adalah wanita yang tidak menikah. Hasil penelitian
tersebut juga menyatakan bahwa menikah <21 tahun
meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=2.84, CI95%
1.23-6.53) artinya penderita FAM kemungkinan 2,84 kali
adalah wanita yang menikah pada usia < 21 tahun.
3) Paritas dan Riwayat Menyusui Anak
Penurunan paritas meningkatkan insiden terjadinya
FAM, terutama

meningkat

pada kelompok wanita

nullipara. Pengalaman menyusui memiliki peran yang


penting dalam perlindungan terhadap risiko kejadian
FAM.
4) Penggunaan Hormon
Diperkirakan bahwa fibroadenoma mammae terjadi
karena kepekaan terhadap peningkatan hormon estrogen.
Penggunaan kontrasepsi yang komponen utamanya adalah
estrogen merupakan faktor risiko yang meningkatkan
kejadian FAM. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Department of Surgery, University of Oklahoma Health
Sciences Center (Organ, 1983), dilaporkan proporsi
penderita FAM yang menggunakan kontrasepsi dengan
komponen utama estrogen adalah sekitar 60%.
5) Obesitas
Berat badan yang berlebihan (obesitas) dan IMT
yang lebih dari normal merupakan faktor risiko terjadinya
FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all diketahui
bahwa IMT >30kg/m2 meningkatkan risiko kejadian FAM

21

(OR=2.45,CI 95% 1.04-3.03) artinya wanita dengan IMT


> 30 kg/m2 memiliki risiko 2,45 kali menderita FAM
dibandingkan wanita dengan IMT < 30 kg/m2.
6) Riwayat Keluarga
Tidak ada faktor genetik diketahui mempengaruhi
risiko fibroadenoma. Namun, riwayat keluarga kanker
payudara pada keluarga tingkat pertama dilaporkan oleh
beberapa penelitiberhubungan dengan peningkatan risiko
tumor ini. Dari beberapa penelitian menunjukkan adanya
risiko menderita FAM pada wanita yang ibu dan saudara
perempuan mengalami penyakit payudara. Dilaporkan 27
% dari penderita FAM memiliki riwayat keluarga
menderita penyakit pada payudara. Tidak seperti penderita
dengan

fibroadenoma

tunggal,

penderita

multiple

fibroadenoma memiliki riwayat penyakit keluarga yang


kuat menderita penyakit pada payudara.
7) Stress
Stress berat dapat meningkatkan produksi hormon
endogen estrogen yang juga akan meningkatkan insiden
FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all diketahui
orang yang mengalami stress memiliki risiko lebih tinggi
menderita FAM (OR=1.43 CI 95%1.16-1.76) artinya
orang yang mengalami stress memiliki risiko 1,43 kali
menderita FAM dibandingkan dengan orang yang tidak
stress.
8) Faktor Lingkungan
Tinggal di dekat

pabrik

yang

memproduksi

Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) juga dapat


menjadi faktor risiko terjadinya FAM. Berdasarkan
penelitian Bidgoli, et all pada tahun 2011 di Iran
dilaporkan 38% dari penderita FAM memiliki riwayat
tinggal di dekat pabrik yang memproduksi PAHs.

22

Penelitian tersebut menggunakan desain case control


dimana diketahui OR=3.7,CI95%1.61-7.94 yangartinya
orang yang tinggal didekat pabrik yang memproduksi zat
PAHs memiliki risiko 3,7 kali menderita FAM. PAHs
adalah salah satu pencemar organik yang paling luas.
PAHs dibentuk oleh pembakaran tidak sempurna dari
karbon yang mengandung bahan bakar seperti kayu, batu
bara, diesel, lemak, tembakau, dan dupa. Banyak senyawasenyawa

aromatik,

termasuk

PAHs,

yang

bersifat

karsinogenik. Hal ini berdasarkan sifatnya yang hidrofobik


(tidak suka akan air), dan tidak memiliki gugus metil atau
gugus reaktif lainnya untuk dapat diubah menjadi senyawa
yang lebih polar. Akibatnya senyawa PAHs sangat sulit
diekskresi dari dalam tubuh dan biasanya terakumulasi
pada jaringan hati, ginjal, maupun adiposa atau lemak
tubuh. Dengan struktur molekul yang menyerupai basa
nukleat (adenosin, timin, guanin, dan sitosin), molekul
PAHs dapat dengan mudah menyisipkan diri pada untaian
DNA. Akibatnya fungsi DNA akan terganggu dan apabila
kerusakan ini tidak dapat diperbaiki dalam sel, maka akan
menimbulkan penyakit kanker.

h. Pencegahan
1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer

merupakan

upaya

untuk

mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat


atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.
Konsep dasar dari pencegaha primer adalah untuk
menurunkan insiden penyakit. Cara yang dilakukan
adalah dengan menghindari faktor-faktor tertentu

23

yang dapat merangsang pertumbuhan sel-sel tumor


antara lain:
a) Mencegah terpaparnya dengan zat atau bahan
yang dapat memicu berkembangnya sel-sel
tumor fibroadenoma, seperti mengkonsumsi
makanan yang terkontaminasi dengan bahan
atau zat-zat hormonal, menghindari pemakaian
pil kontrasepsi dengan komponen utama
estrogen. Penggunaan zat tersebut jika dipakai
terus menerus akan menyebabkan terjadinya
perubahan jaringan pada payudara yang
meningkatkan angka kejadian FAM. Selain itu
menghindari terpapar dengan zat Polycyclic
aromatic hydrocarbons (PAHs) yang bersifat
karsinogenik.
b) Menggunakan atau mengkonsumsi zat dan
bahan yang dapat menurunkan kejadian FAM
antara lain dengan mengkonsumsi buah dan
sayuran. Penggunaan alat kontrasepsi oral juga
dapat menurunkan risiko terjadinya FAM.
c) Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Pemeriksaan terhadap payudara sendiri
dilakukan setiap bulan secara teratur. Dengan
melakukan pemeriksaan sendiri secara teratur
maka kesempatan untuk menemukan tumor
dalam ukuran kecil lebih besar, sehingga dapat
dengan cepat dilakukan tindakan pengobatan.
SADARI dapat dilakukan dengan cara:
Berdiri di depan cermin, perhatikan
payudara.

Dalam

keadaan

normal,

ukuran payudara kiri dan kanansedikit


berbeda.

24

Perhatikan

perubahan

perbedaan ukuran antara payudara kiri


dan kanan dan perubahan pada puting
susu (misalnya tertarik ke dalam) atau
keluarnya

cairan

dari

puting susu.

Perhatikan apakah kulit pada puting susu

berkerut.
Masih berdiri di depan cermin, kedua
telapak tangan diletakkan di belakang
kepala dan kedua tangan ditarik ke
belakang. Dengan posisi seperti ini maka
akan lebih mudah untuk menemukan
perubahan kecil akibat tumor. Perhatikan
perubahan bentuk dan kontur payudara,

terutama pada payudara bagian bawah.


Kedua tangan diletakkan di pinggang
dan badan agak condong ke arah cermin,
tekan bahu dan sikut ke arah depan.
Perhatikan perubahan ukuran dan kontur

payudara.
Angkat

lengan

kiri.

Dengan

menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan,


telusuri payudara kiri. Gerakkan jari-jari
tangan secara memutar (membentuk
lingkaran kecil) di sekeliling payudara,
mulai dari tepi luar payudara lalu
bergerak ke arah dalam sampai ke puting
susu. Tekan secara perlahan, rasakan
setiap benjolan atau massa di bawah
kulit. Lakukan hal yang sama terhadap
payudara kanan dengan cara mengangkat
lengan kanan dan memeriksanya dengan

25

tangan kiri. Perhatikan juga daerah

antara kedua payudara dan ketiak.


Tekan puting susu secara perlahan dan
perhatikan apakah keluar cairan dari
puting susu. Lakukan hal ini secara

bergantian pada payudara kiri dan kanan.


Berbaring terlentang dengan bantal yang
diletakkan di bawah bahu kiri dan lengan
kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara
kiri

dengan

menggunakan

jari-jari

tangan kanan. Dengan posisi seperti ini,


payudara

akan

mendatar

dan

memudahkan pemeriksaan. Lakukan hal


yang sama terhadap payudara kanan
dengan meletakkan bantal di bawah bahu
kanan dan mengangkat lengan kanan,
dan penelusuran payudara dilakukan

oleh jari-jari tangan kiri.


Pemeriksaan no 5 dan 6 akan lebih
mudah dilakukan ketika mandi karena
dalam keadaan basah tangan lebih
mudah digerakkan dan kulit lebih licin.
SADARI secara visual dapat dilihat pada
gambar berikut :

26

Gambar 8. SADARI
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya yang
dilakukan

untuk

mengurangi

ketidakmampuan.

Pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara


medeteksi penyakit secara dini dan melakukan
pengobatan secara cepat dan tepat.
a) Anamnesa
Anamnesa terpadun harus didapatkan sebelum
dilakukan pemeriksaan fisik. Penyelidikan
terperinci tentang faktor risiko harus meliputi
riwayat kehamilan dan ginekologi seperti usia,
paritas,

27

serta

riwayat

menstruasi

dan

menyusui.

Riwayat

terapi

hormonal

sebelumnya yang mencakup kontrasepsi oral


dan estrogen.
b) Diagnosa
Fibroadenoma dapat didiagnosa dengan tiga
cara, yaitu dengan pemeriksaan fisik (phisycal
examination), pemeriksaan radiologi (dengan
foto

thorax

dan

mammografi

atau

ultrasonografi), dengan Fine Needle Aspiration


Cytology (FNAC) :
Pemeriksaan Fisik : Pada pemeriksaan
fisik penderita diperiksa dengan sikap
tubuh duduk tegak atau berbaring atau
kedua-duanya. Kemudian diperhatikan
bentuk kedua payudara, warna kulit,
tonjolan, lekukan, adanya kulit berbintik,
seperti kulit jeruk, ulkus, dan benjolan.
Kemudian dilakukan palpasi dengan
telapak jari tangan yang digerakkan
perlahan-lahan tanpa tekanan pada setiap
kuadran payudara. Palpasi dilakukan
untuk mengetahui ukuran, jumlah, dapat
bergerak-gerak, kenyal atau keras dari
benjolan yang ditemukan. Dilakukan
pemijatan halus pada puting susu untuk
mengetahui pengeluaran cairan, darah
atau nanah dari kedua puting susu.
Cairan yang keluar dari puting susu
harus dibandingkan. Pengeluaran cairan
diluar masa laktasi dapat disebabkan
oleh

berbagai

kelainan

seperti

fibroadenoma atau bahkan karsinoma.


28

Mammografi

Pemeriksaan

mammografi terutama berperan pada


payudara yang mempunyai jaringan
lemak yang dominan serta jaringan
fibroglanduler yang relatif sedikit. Pada
mammografi,

keganasan

dapat

memberikan tanda-tanda primer dan


sekunder. Tanda primer berupa fibrosis
reaktif, comet sign (Stelata), adanya
perbedaan yang nyata antara ukuran
klinis

dan

radiologis,

adanya

mikroklasifikasi, adanya spikulae, dan


ditensi pada struktur payudara. Tanda
sekunder berupa retraksi, penebalan
kulit,

bertambahnya

vaskularisasi,

keadaan daerah tumor dan jaringan


fibroglandular tidak teratur, infiltrasi
dalam

jaringan

mamma

dan

lunak

adanya

di

belakang

metastatis

ke

kelenjar (gambaran ini tidak khas).


Mammografi

digunakan

untuk

mendiagnosa wanita dengan usia tua

sekitar 60-70 tahun.


Ultrasonografi
(USG)

Untuk

mendeteksi luka-luka pada daerah padat


payudara

usia

muda

karena

fibroadenoma pada wanita muda tebal,


sehingga tidak terlihat dengan baik jika
menggunakan

mammografi.

Pemeriksaan ini hanya membedakan


antara lesi atau tumor yang solid dan

29

kistik. Pemeriksaan gabungan antara


USG dan mammografi memberikan
ketepatan diagnosa yang tinggi.
Beberapa gambar hasil USG pada
payudara :

Gambar 9. a. Fibroadenoma Kecil (1 cm) dan


b. Fibroadenoma Besar (3 cm)

Gambar 10. Fibroadenoma > 5 cm (ukuran 8,5 x 7 x 6 cm)

Fine

Needle

Aspiration

Cytology

(FNAC) : Dengan FNAC diperoleh


diagnosis tumor apakah jinak atau ganas,
tanpa harus melakukan sayatan atau
mengiris jaringan. Pada FNAC diambil
sel

dari

fibroadenoma

dengan

menggunakan penghisap berupa sebuah


jarum yang dimasukkan pada suntikan.

30

Dari alat tersebut dapat diperoleh sel


yang terdapat pada fibroadenoma, lalu
hasil pengambilan tersebut dikirim ke
laboratorium patologi untuk diperiksa di
bawah mikroskop. Di bawah mikroskop
tumor tersebut tampak seperti berikut:
Tampak jaringan tumor yang berasal dari

mesenkim (jaringan ikat fibrosa) dan


berasal dari epitel (epitel kelenjar) yang
berbentuk lobus-lobus.
Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen

dan saluran kelenjar yang berbentuk


bular (perikanalikuler) atau bercabang
(intrakanalikuler).
Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang

berbentuk kuboid atau kolumnar pendek


uniform.
3) Pencegahan Tersier
Pencegahan
tersier
mengurangi
rehabilitasi.

ketidakmampuan
Rehabilitasi

dilakukan
dan

untuk

melakukan

dilakukan

untuk

mengurangi ketidakmampuan penderita agar dapat


melakukan aktivitasnya kembali. Upaya rehabilitasi
dilakukan baik secara fisik, mental, maupun sosial,
seperti menghilangkan rasa nyeri, mendapatkan
asupan gizi yang baik, dan dukungan moral dari
orang-orang terdekat terhadap penderita pasca
operasi.
i. Penatalaksanaan Medis
Terapi untuk fibroadenoma tergantung dari beberapa
hal sebagai berikut:
1) Ukuran

31

2) Terdapat rasa nyeri atau tidak


3) Usia pasien
4) Hasil biopsi
Karena fibroadenoma mammae adalah tumor jinak
maka pengobatan yang dilakukan tidak perlu dengan
pengangkatan mammae. Yang perlu diperhatikan adalah
bentuk dan ukurannya saja. Pengangkatan mammae harus
memperhatikan beberapa faktor yaitu faktor fisik dan
psikologi pasien. Apabila ukuran dan lokasi tumor tersebut
menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada pasien
maka diperlukan pengangkatan. Terapi pengangkatan
tumor ini disebut dengan biopsi eksisi yaitu pembedahan
dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit
jaringan sehat disekitarnya. Terapi dengan operasi
pengangkatan tumor ini tidak akan merubah bentuk
payudara tetapi hanya akan meninggalkan jaringan parut
yang akan digantikan jaringan normal secara perlahan.
2. Tidak ada kaitannya, karena Resiko terjadinya kanker payudara meningkat
bila terdapat anggota keluarga seperti ibu, bapak atau kakak perempuan
yang pernah mengidap kanker payudara. Resiko akan lebih tinggi bila
terdapat keluarga yang mengidap kanker payudara pada umur kurang dari
50 tahun. (National Cancer Institut 2009). Sekitar 5% sampai 10% dari
kasus kanker payudara dianggap turun- temurun, yang berarti bahwa mereka
berakibat langsung dari cacat gen (disebut mutasi) diwarisi dari orangtua.
Penyebab paling umum dari kanker payudara herediter adalah mutasi
diwariskan dalam gen BRCA-1 dan BRCA-2. Dalam sel normal , gen ini
membantu mencegah kanker dengan membuat protein yang menjaga sel- sel
dari tumbuh abnormal (ACS, 2013)

32

3. Menurut pendapat saya tidak karena dari kasus tidak di paparkan posisi saat
menyusui seperti apa dan bagaimana, berikut ada faktor yang menghambat
menyusui :
a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terhambatnya Menyusui:
Proses menyusui dapat terhambat karena dipengaruhi oleh beberapa
hal sebagai berikut:
1) Bayi

yang

lahir

prematur

refleksnya

mungkin

belum

berkembang baik;
2) Perawatan medis bagi ibu atau bayi setelah kelahiran yang dapat
menunda saat mulai menyusui
3) Beberapa obat penghilang rasa sakit yang digunakan saat
melahirkan bisa membuat bayi mengantuk dan tidak responsif
4) Kurangnya bantuan agar posisi bayi terasa nyaman membuat
menyusui kurang menyenangkan
5) Hanya sedikit ibu yang pernah melihat bayi disusui, sehingga
mereka kurang memahami posisi terbaik untuk menyusui secara
efektif
6) Menyusui yang dianggap sulit dan sikap negatif ini dapat
menghilangkan rasa percaya diri seorang ibu
7) Kurangnya informasi yang baik dan konsisten mengenai
menyusui bisa membuat seorang ibu kebingungan
8) Kurangnya dorongan dan dukungan membuat seorang ibu
kehilangan keberanian
9) Praktek di Rumah Sakit yang secara efektif tidak mendukung
kondisi untuk menyusui (seperti memisahkan ibu dengan
bayinya)
33

10) Gagasan tentang perawatan bayi yang merupakan pekerjaan


rutin mungkin bertentangan dengan program menyusui (Rosydi,
2013).
4. ASI (Air Susu Ibu)
a. Definisi
Air Susu Ibu adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar
payudara ibu, sebagai makanan utama bayi (Kristiyansari, 2010).
b. Fisiologi Laktasi
ASI dalam istilah kesehatan adalah dimulai dari proses laktasi.
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di
produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Selama
kehamilan, hormon prolaktindari plasenta meningkat tetapi ASI
biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen
yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pascapersalinan, kadar
estrogen dan progestrogen turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin
lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan
menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah
prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar.
c. Faktor-faktor Penyebab Berkurangnya ASI :
1) Faktor menyusui
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah :
a) Tidak melakukan inisiasi menyusu dini
b) Menjadwal pemberian ASI

34

c) Memberikan minuman prelaktal (bayi diberi minum


sebelum ASI keluar), apalagi memberikannya dengan
botol atau dot
d) Kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat
menyusui. Inisiasi menyusu dini adalah meletakkan bayi
di atas dada atau perut ibu segera setelah dilahirkan dan
membiarkan

bayi

mencari

puting

ibu

kemudian

menghisapnya setidaknya satu jam setelah kelahiran. Cara


bayi melakukan inisiasi menyusu dini disebut sebagai
baby crawl. Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian
ASI. Menyusui paling baik dilakukan sesuai permintaan
bayi (on demand) termasuk pada malam hari, minimal 8
kali perhari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh
seringnya bayi menyusu. Makin jarang bayi disusui
biasanya produksi ASI akan berkurang. Produksi ASI juga
dapat berkurang bila bayi menyusu terlalu sebentar. Pada
minggu pertama kelahiran seringkali bayi mudah tertidur
saat menyusu. Ibu sebaiknya merangsang bayi supaya
tetap menyusu dengan cara menyentuh telapak kaki bayi
agar bayi tetap mengisap. Penggunaan kompeng akan
membuat perlekatan mulut bayi pada payudara ibu tidak
tepat dan sering menimbulkan masalah bingung puting.
Pemberian makanan pendamping pada bayi sebelum
waktunya juga sering berakibat berkurangnya produksi
ASI. Bayi menjadi cepat kenyang dan lebih jarang
menyusui. Posisi dan perlekatan mulut bayi saat menyusu
juga mempengaruhi pengeluaran ASI.
2) Faktor psiokologis ibu

35

Persiapan psikologis ibu sangat menentukan keberhasilan


menyusui. Ibu yang tidak mempunyai keyakinan mampu
memproduksi ASI umumnya akhirnya memang produksi
ASInya berkurang. Strees, khwatir, ketidakbahagian ibu pada
periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan
pemberian ASI eksklusif. Peran keluarga dalam meningkatkan
percaya diri ibu sangat besar.
3) Faktor fisik ibu
Faktor fisik ibu seperti ibu sakit, lelah, ibu yang menggunakan
pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang mengandung
hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol,
perokok, atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat
mengurangi produksi ASI. Khusus untuk ibu menyusui yang
sedang sakit, hanya sebagian kecil yang tidak boleh menyusui.
Ibu yang sedang mengkonsumsi obat anti kanker atau mendapat
penyinaran zat radioaktif tidak diperkenankan untuk menyusui.
Bila ibu dirawat di rumah sakit, rawatlah bersama bayinya
sehingga tetap dapat menyusui. Bila ibu merasa tidak mampu
untuk menyusui anjurkan untuk memerah ASI setiap 3 jam dan
memberikan ASI perah tersebut dengan cangkir kepada bayinya.
Bila keadaan memungkinkan atau ibu mulai sembuh dianjurkan
untuk menyusui kembali dan bila perlu dilakukan proses
relaktasi. Ibu harus diyakinkan bahaya obat yang diberikan oleh
dokter tidak membahayakan bika menyusui. Obat yang diminum
oleh ibu hanya sebagian kecil yang masuk kedalam ASI (kurang
dari 1%). Begitu pula sangat sedikit laporan tentang efek
samping obat yang diminum oleh ibu selama proses laktasi.
Walaupun

demikian

beberapa

obat

pernah

dilaporkan

memberikan efek samping, antara lain : obat psikiatri, obat anti

36

kejang, beberapa golongan antibiotika, sulfonamid, estrogen, pil


anti hamil), dan golongan diuretika.
4) Faktor bayi
Beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi, misalnya
bayi sakit, prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan.

5. Siklus menstruasi merupakan tanda proses kematangan dari organ


reproduksi dan erat kaitannya dengan hormon. Siklus menstruasi berperan
dalam fertilitas dan kesehatan reproduksi perempuan (Sinha et al, 2011).
Gangguan

siklus

menstruasi

merupakan

indikator

penting

yang

menunjukkan adanya gangguan fungsi sistem reproduksi yang dihubungkan


dengan peningkatan berbagai penyakit seperti kanker rahim, kanker
payudara, infertilitas, dan patah tulang (Gudmundsdottir et al, 2011).
Perubahan panjang dan pendek siklus menstruasi menggambarkan
perubahan produksi hormon reproduksi (Patil et al, 2003). Siklus menstruasi
pada umumnya berlangsung secara teratur saat memasuki usia 17-18 tahun
(Patil et al, 2013) ataupun 3-5 tahun setelah menarche (Rigon et al, 2012).
Namun, penelitian di Iran yang dilakukan Gharravi (2006), diketahui bahwa
wanita berusia 20-25 tahun yang memiliki siklus menstruasi normal hanya
39,8%. Di Indonesia perempuan berusia 20-24 tahun yang memiliki siklus
menstruasi teratur sebesar 76,7% dan yangtidak teratur 14,4%, sedangkan,
di Provinsi Sumatera Utara didapatkan 68,3% siklus yang teratur dan 11,6%
perempuan dengan siklus tidak teratur (Depkes RI, 2010). Menurut
penelitian yang dilakukan di sejumlah negara, termasuk negara-negara
berkembang lainnya, dikatakan bahwa gangguan menstruasi merupakan
masalah yang cukup banyak dihadapi oleh wanita (Sianipar et al, 2009).
Hillard dan Datch (2005) menemukan mahasiswi lebih sering menunjukkan
masalah menstruasi yang tidak teratur. Penelitian di Jepang didapatkan 63%
mahasiswi yang mengalami menstruasi tidak teratur (Yamamoto et al,

37

2009). Penelitian yang dilakukan di beberapa universitas di Turkey


didapatkan gangguan menstruasi berupa ketidakteraturan siklus menstruasi
sebesar 31,2% (Cakir et al, 2009). Pada penelitian lain didapatkan
prevalensi gangguan siklus, amenorea primer sebanyak 5,3%, amenorea
sekunder 18,4%, oligomenorea 50%, polimenorea 10,5%, dan gangguan
campuran sebanyak 15,8% (Bieniasz et al, 2009). Faktor yang dapat
menyebabkan gangguan siklus menstruasi antara lain gangguan hormonal,
status gizi, tinggi atau rendahnya IMT, stress (Gharravi, 2009), usia,
penyakit metabolik seperti diabetes mellitus, pemakaian kontrasepsi, tumor
pada ovarium, dan kelainan pada sistem saraf pusat-Hipotalamus-Hipofisis
(Benson dan Pernoll, 2009). Ukuran tubuh pun berkorelasi dengan kelainan
menstruasi. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa indeks
massa tubuh yang berada diatas ataupun dibawah batas normal dihubungkan
dengan siklus yang tidak teratur. Persentase indeks massa tubuh wanita usia
20-24 tahun di Indonesia, didapati IMT kurus 18%, normal 68,45%, berat
badan lebih 6,5%, dan obesitas 7,1%. Di Sumatera Utara didapati kurus
8,9%, normal 60,8%, berat badan lebih 12,8%, dan Obesitas 17,4% (Depkes
RI, 2010). Sinha et al (2011) menemukan benar adanya hubungan indeks
massa tubuh dengan siklus menstruasi. Penelitian di Australia pun
menunjukkan adanya hubungan indeks massa tubuh dengan siklus
menstruasi tidak teratur dan risiko terjadinya gangguan siklus menstruasi 2
kali lebih besar pada wanita yang obesitas daripada wanita normal. (Wei et
al., 2009). Hossain et al (2011) melakukan penelitian pada mahasiswi di
Bangladesh dan didapati semakin besar besar IMT seseorang semakin besar
kemungkinan dia menglami siklus menstruasi tidak teratur. Penelitian di
Bantul pada wanita usia subur didapati 27,1% dengan status nutrisi kurus,
17,5% status normal, dan 51,4% berat badan lebih mengalami siklus
menstruasi yang tidak teratur (Chotimah, 2012). Ernawati (2009)
mendapatkan 27,8% wanita yang overweight dan 16,5% yang tidak
overweight mengalami siklus tidak teratur. Penelitian Primastuti (2012)
pada orang obesitas menunjukkan bahwa ada hubungan wanita obesitas

38

dengan ketidakteraturan siklus menstruasi. Sugiharto (2009) mengatakan


bahwa kadar estrogen di dalam tubuh wanita berpengaruh dalam
memberikan feedback untuk pengeluaran Gonadotropin Releasing Hormone
(GnRH) dan mempengaruhi pengeluaran hormon Follicle Stimulating
Hormon (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Persen lemak tubuh yang
tinggi menyebabkan peningkatan produksi androgen yang berperan dalam
memproduksi estrogen. Proses aromatisasi androgen menjadi estrogen ini
terjadi di sel-sel granulosa dan jaringan lemak. Sehingga, jumlah persentase
jaringan lemak tubuh berperan dalam keseimbangan hormon estrogen di
tubuh (Rakhmawati, 2013).
6. Lebih efektif kompres hangat, karena kompres hangat dengan suhu 40,543C merupakan salah satu pilihan tindakan yang digunakan untuk
mengurangi dan bahkan mengatasi rasa nyeri (Potter & Perry, 2006).
Kompres panas dianggap bermanfaat untuk memperbaiki sirkulasi darah,
terutama pada engorgement payudara post partum (Kusumastuti, 2008).
7. Karena Riwayat usia melahirkan anak pertama >30 tahun Periode diantara
usia menarche dan usia kehamilan pertama terjadi ketidak seimbangan
hormon dan membuat jaringan payudara sangat peka, sehingga menjadi
permulaan dari perkembangan kanker payudara. Wanita yang mempunyai
riwayat melahirkan anak pertama pada usia > 30 tahun mempunyai risiko
terkena kanker payudara 5 kali dibandingkan wanita dengan riwayat
melahirkan anak pertama pada usia 30 tahun (Anggorowati, 2013). Usia
menstruasi pertama (menarche) < 12 tahun Wanita yang mendapatkan
menarche pada usia yang sangat dini (<12 tahun) akan mengalami
keterlambatan menopause (>55 tahun). Hal ini akan berdampak terpapar
estrogen dalam waktu yang relatif panjang. Penelitian menunjukkan bahwa
wanita yang mengalami menstruasi pertama pada usia 12 tahun berisiko 6
kali untuk tidak menderita kanker payudara dibandingkan wanita yang
mengalami menstruasi usia < 12 tahun (Rianti, 2012).

39

8. Jamu adalah obat tradisional yang diracik dengan menggunakan bahan


tanaman sebagai penyusun jamu tersebut. Jamu disajikan secara tradisional
dalam bentuk serbuk seduhan, pil, atau cairan. Satu jenis jamu yang disusun
dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara 5 10 macam, bahkan
bisa lebih.Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji klinis,
tetapi cukup dengan bukti empiris.Walaupun demikian, jamu harus
memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu. Jamu hanya dapat
dikonsumsi sebagai mencegah, mengurangi atau mengatasi keluhan yang
dialami seseorang. Bukan

menyembuhkan suatu diagnosa penyakit

(Sukandar, 2008). Obat bahan alam termasuk jamu yang diproduksi oleh
industri obat bahan alam (IOT) maupun industri kecil obat bahan alam
(IKOT) mempunyai persyaratanyang sama yaitu aman untuk digunakan,
berkhasiat

atau

bermanfaat

dan

bermutu

baik

(Lestari,

2007).

Pengembangan bahan obat diawali dengan sintesis atau isolasi dari berbagai
sumber yaitu dari tanaman, jaringan hewan, kultur mikroba, dan dengan
tehnik biotekhnologi (Sukandar, 2008).
9. Secara umum pengertian drain pada pembedahan adalah saluran untuk
mengeluarkan nanah, darah, atau cairan lain dari sebuah luka operasi. Drain
yang diletakan setelah operasi bermanfaat untuk mengeluarkan cairan yang
terbentuk yang dapat menjadi fokus infeksi (Lamptey-Gleg, 2007).
10. Tamoxifen adalah terapi pilihan adjuvant hormonal. Tamoxifen berfungsi
untuk mengurangi timbulnya kontralateral kanker payudara dan mempunyai
efek estrogenik yang diuntungkan atas kepadatan tulang dan sistem
kardiovaskular. Dosis optimal dari tamoxifen adalah dua puluh miligram
dosis tunggal. Tamoxifen sendiri menyebabkan terjadinya toleransi dengan
gejala penarikan estrogen (kilat panas dan pendarahan vaginal), terjadi
akibat penurunan intensitas dan frekuensi dari waktu ke waktu (Dipiro et al,
2008). Obat antiestrogen yang paling sering digunakan adalah tamoxifen.
Tamoxifen diminum setiap hari dalam bentuk pil. Dengan tamoxifen setelah
pembedahan, biasanya 5 tahun, mengurangi resiko terjadinya kekambuhan

40

sekitar 50% pada wanita yang menderita kanker stadium awal, jika kanker
mengandung reseptor estrogen atau progesterone. Tamoxifen juga
digunakan untuk terapi kanker payudara metastatik dan untuk mencegah
perkembangan kanker payudara pada wanita yang beresiko tinggi. Dosis
untuk tamoxifen adalah 20 mg/hari dan mencapai konsentrasi steady state
setelah kira-kira empat bulan terapi. Waktu paro tamoxifen selama
pemberian dosis kronis adalah 7 hari. Konsentrasi jarum tamoxifen dapat
dideteksi 6 minggu setelah terapi yang diskontinyu. Demikian, manfaat
maksimum dari tamoxifen dan terlihat paling tidak 2 bulan dari terapi
inisiasi lanjutan dan symptom penyakit metastatik tidak akan muncul
kembali jika pasien tidak minum beberapa dosis (Dipiro et al, 2008).
11. Jika tidak ditangani Kanker payudara dapat menyebar ke organ lain seperti
paru-paru, hati, dan otak melalui pembuluh darah. Kelenjar getah bening
aksila ataupun supraklavikula membesar akibat dari penyebaran kanker
payudara melalui pembuluh getah bening dan tumbuh di kelenjar getah
bening.Kanker payudara merupakan salah satu jenis penyakit yang ditakuti
oleh wanita karena penyakit tersebut dapat menyebabkan hilangnya organ
vital wanita. Kanker ini memang tidak tumbuh dengan cepat namun
berbahaya dan dapat berujung kematian (Suryaningsih dan Sukaca, 2009).
12. Pendidikan kesehatan yang dilakukan adalah tentang pencegahan.
Pencegahan merupakan hal yang paling penting daripada pengobatan.
Pencegahan juga jauh lebih murah daripada pengobatan. Untuk mencegah
kanker payudara, ada hal yang sangat mudah dan tanpa harus mengeluarkan
biaya. Pencegahan tersebut adalah dengan melakukan SADARI secara rutin
setiap bulan. Pada saat melakukan SADARI, jika ditemukan tanda-tanda
kanker payudara, maka hendaknya langsung memeriksakan diri ke Rumah
Sakit untuk melakukan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut (Pamungkas,
2011). Dibawah ini ada beberapa tips mencegah kanker payudara:
a. Perbanyak makan sayuran, buah

41

b. buahan, biji-bijian seperti tahu, tempe dan makanan yang banyak


mengandung serat
c.

Hindari memiliki berat badan berlebihan atau kegemukan

d. Kurangi makan gorengan, jeroan, (makanan yang tinggi protein dan


tinggi lemak)
e. Hindari makanan yang diolah dengan suhu tinggi (makanan cepat
saji/junk food)
f. Komsumsi makanan yang di olah dengan cara direbus.
g. Hindari makanan dengan pemanis buatan, pewarna makanan, atau zat
pengawet makanan yang berlebihan
h. Jaga kebersihan makanan, harus bebas dari zat yang mencemarkan
lingkungan.
i. Hindari komsumsi alkohol, jangan merokok, perbanyak olahraga yang
teratur.
j. Hidari stres, jaga keseimbangan mental dan rohani (Setiati, 2009).

13. Faktor resiko lain adalah seperti haid terlalu muda atau menopause diatas
umur 50 tahun, tidak menikah atau tidak menyusui dan melahirkan anak
pertama diatas usia 35 tahun. Mereka yang sering terkena radiasi (bisa dari
sering melakukan pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan alat x-ray)
juga mempunyai kemungkinan menderita kanker payudara. Selain itu, pola
makan dengan konsumsi lemak berlebihan, kegemukan dan konsumsi
alkohol berlebihan juga merupakan faktor resiko. Mereka yang sudah
mendapatkan terapi hormonal dalam jangka panjang harus lebih berwaspada
karena mereka mempunyai resiko mendapat kanker payudara. Stres dan
faktor genetik (BRCA1/BRCA2) juga dikatakan tergolong dalam faktor
resiko kanker payudara. Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan
42

BRCA2 pada kromosom 13 dapat meningkatkan resiko kanker payudara


sampai 85%. ((IARC, 2008; Lacey et al, 2009).
14. Ya,

dapat

mempengaruhi

karena

Semakin

bertambahnya

umur

meningkatkan risiko kanker payudara. Wanita paling sering terserang kanker


payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah 40 tahun
juga dapat terserang kanker payudara, namun risikonya lebih rendah
dibandingkan wanita di atas 40 tahun (Azamris tahun 2006).
15. Ya, penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu faktor resiko yang
dapat mempengaruhi timbulnya penyakit kanker payudara pada wanita. Di
Indonesia penggunaan kontrasepsi hormonal sudah populer di masyarakat
dan persentase pengguna alat kontrasepsi hormonal adalah suntikan
(38,5%), pil (31%) dan implan (12,3%). Kontrasepsi oral yang banyak
digunakan adalah kombinasi estrogen dan progestin dan diduga sebagai
faktor risiko meningkatnya kejadian tumor atau kanker payudara di seluruh
dunia

termasuk

di

Indonesia.

Hasil

akhir

analisis

multivariat

memperlihatkan bahwa responden pengguna pil kontrasepsi berisiko 3,63


kali lebih besar terkena tumor payudara dibandingkan dengan yang bukan
pengguna pil kontrasepsi. Hasil ini sejalan dengan temuan penelitian Hunter
et al yang menyatakan bahwa pengguna kontrasepsi oral memiliki risiko
relatif (RR) = 3,05 (95% CI 2,00-4,66) lebih besar untuk terjadinya kanker
payudara. Salah satu faktor terjadinya kanker payudara adalah pajanan
hormonal terutama hormon estrogen di dalam tubuh. Pertumbuhan jaringan
payudara sangat sensitif terhadap hormone estrogen, oleh karena itu
perempuan yang terpajan hormon ini dalam waktu yang lama akan berisiko
besar terhadap kanker payudara. Sebenarnya hormon estrogen mempunyai
peran penting untuk perkembangan seksual dan fungsi organ kewanitaan.
Selain itu juga berperan terhadap pemeliharaan jantung dan tulang yang
sehat. Namun, pajanan estrogen dalam jangka panjang berpengaruh
terhadap terjadinya kanker payudara karena hormon ini dapat memicu
pertumbuhan tumor. Hingga kini masih terjadi perdebatan mengenai

43

pengaruh kontrasepsi oral terhadap terjadinya tumor atau kanker payudara.


Hal ini dipengaruhi oleh kadar estrogen yang terdapat di dalam pil
kontrasepsi, waktu (lamanya) pemakaian dan usia saat mulai menggunakan
kontrasepsi tersebut (Sihombing M & Sapardin A.N, 2015).
16. Ya, ras merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya kanker
payudara. Kanker payudara lebih sering terdiagnosis pada wanita kulit
putih, dibandingkan wanita Amerika Latin, Asia, atau Afrika. Insidensi lebih
tinggi pada wanita yang tinggal di daerah industrialisasi (Sathiaseelan P,
2012).
17. Pelaksanaan pengobatan dapat menimbulkan dampak yang telah ditemukan
menjadi respon psikologis yang dapat menekan kondisi pengidap kanker
payudara seperti adanya perubahan citra tubuh akibat perubahan fisik
(Wijayanti T, 2007 dalam Oetami F et al, 2013). Dampak psikologis yang
dialami oleh tiap orang berbeda-beda tergantung pada tingkat keparahan
(stadium), jenis pengobatan yang dijalani dan karakteristik masing-masing
penderita. Sekitar 30,0% penderita kanker mengalami permasalahan
penyesuaian diri dan 20,0% didiagnosis mengalami depresi (Pariman, 2011
dalam Oetami F et al, 2013). Dampak psikologis yang sering dirasakan oleh
pasien kanker payudara yaitu berupa ketidakberdayaan, kecemasan, rasa
malu, harga diri menurun, stres dan amarah. Penelitian Oetami F et al
(2013) menyimpulkan bahwa dampak psikologis pasien kanker payudara
yang paling banyak dirasakan responden yakni merasakan ketidakberdayaan
berupa gangguan emosi seperti menangis (68,0%) dan mengalami
kecemasan berupa rasa khawatir memikirkan dampak pengobatan (84,0%),
sedangkan responden tidak merasakan dampak psikologis lainnya.
Responden tidak merasa malu walaupun menderita kanker payudara
(72,0%), tidak mengalami harga diri menurun berupa merasa pesimis dalam
menjalani kehidupan (80,0%), tidak mengalami stres walaupun menderita
kanker payudara (64,0%), tidak mengalami reaksi amarah berupa tidak suka
ketika melaksanakan pengobatan (64,0%). Saran kepada keluarga responden

44

yakni perlu diberikan pendekatan emosional kepada pasien misalnya


diberikan dukungan atau dorongan agar tidak memikirkan penyakit yang
diderita seperti dengan cara mengalihkan perhatian pasien pada kegiatan
yang lebih menyenangkan yang tidak menjadikan beban fikiran, sehingga
pasien mampu bertahan terhadap penyakit yang diderita dan tidak
memperburuk kondisi kesehatan khusunya kondisi psikologis pasien.
18. Pada pasien yang didiagnosis kanker payudara, perlu dilakukan diagnosis
yang dapat memperkuat diagnosa kanker. Pemeriksaan yang dapat
dilakukan antara lain mamografi dan biopsi aspirasi jarum halus. Mamografi
adalah foto payudara dengan sinar X dosis rendah. Pada mammografi dapat
dilihat gambaran payudara secara keseluruhan. Mamografi merupakan alat
yang terbaik untuk deteksi dini kanker payudara, karena sinar X pada
mamografi mempunyai kemampuan menembus jaringan payudara yang
mengalami kelainan berupa tumor dan menunjukkan kelainan dalam
payudara

tersebut

secara

memuaskan.

Faktor-faktor

yang

dapat

diinterpretasikan pada hasil mamograf antaralain: 1) Intermediate findings:


yang menjelaskan keadaan sel atau jaringan yang terdapat pada payudara, 2)
Suspicious for malignancy dapat menggambarkan bentuk tumor dan tandatanda keganasan yang terlihat pada payudara, 3) Breast Imaging Reporting
and Data System (BIRADS) digunakan untuk memprediksi tingkat
keganasan pasien kanker payudara dalam skrining mamografi, 4) Letak
abnormal Akan dilihat letak dimana ada perubahan yang tidak wajar pada
payudara kanan atau payudara kiri (Novianti F.A & Purnami S.W, 2012).
Berbagai upaya telah banyak dilakukan untuk menekan insidensi kanker
payudara, termasuk diantaranya pengembangan tehnik diagnostik berupa
biopsi aspirasi jarum halus (AJH). Biopsi AJH telah dikenal luas dan
digunakan dalam mendiagnosis lesi payudara beberapa dekade terakhir.
Prosedur diagnostik AJH ini dinilai kurang invasif dan relatif lebih murah
dibandingkan biopsi operasi. Teknik ini pada beberapa pusat patologi telah
menurunkan tindakan operatif pada lesi jinak payudara, dan secara umum

45

mengurangi prosedur operasi pada wanita dengan karsinoma payudara.


Biopsi aspirasi jarum halus (AJH) memiliki tingkat validitas yang tinggi
sebagai metode diagnostik pada karsinoma payudara, dengan sensitivitas
91%, spesifisitas 79% dan akurasi 87% (Novrial, D. 2010).
19. Edema aksila pada kasus kanker payudara patut diwaspadai karena edema
aksila merupakan salah satu tanda gejala yang mucul pada kanker payudara.
Pada stadium I besarnya tumor tidak lebih dari 2-2,25 cm, dan tidak terdapat
penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening pada aksila. Pada
stadium 2, Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi
metastase (penyebaran) pada kelenjar getah bening di aksila yang dapat
ditandai dengan edema pada aksila (Smeltzer & Bare, 2002). Jadi menurut
studi literatur bahwa edema aksila dapat mempengaruhi kondisi kanker
payudara karena sel-sel kanker dapat menyebar ke selurug tubuh melalui
kelenjar getah benih jika tidak mendapatkan penanganan invasiv pada
stadium 2.
20. Ya, riwayat obstetri menjadi faktor resiko penyebab terjadinya kanker
payudara. Faktor risiko yang utama berhubungan dengan kejadian kanker
payudara adalah keadaan hormonal dan genetik (riwayat keluarga) (Rasjidi,
2010 dalam Priyatin C et al, 2013). Faktor hormonal dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain usia menache, usia kehamilan pertama, paritas,
riwayat menyusui, infertilitas dan penggunaan kontrasepsi hormonal dalam
waktu lama. Menache dini atau menstruasi pertama pada usia relative muda
(kurang dari 12 tahun) berhubungan dengan peningkatan risiko kanker
dengan nilai Odds Rasio (OR) = 1,5 (Butler dalam Rasjidi, 2010 dalam
Priyatin C, et al. 2013). Risiko kanker payudara menunjukkan peningkatan
seiring dengan peningkatan usia wanita saat kehamilan pertama atau
melahirkan anak pertama pada usia relatif lebih tua (>35 tahun) sedangkan
pada wanita nulipara atau belum pernah melahirkan mempunyai risiko 30%
untuk berkembang menjadi kanker dibandingkan dengan wanita multipara
(Lancet dalam Rasjidi, 2010 dalam Priyatin C et al, 2013). Terdapat efek

46

yang bersifat protektif dari riwayat menyusui terhadap kanker payudara


(Byers dalam Rasjidi, 2010 dalam Priyatin C et al, 2013). Waktu menyusui
yang lebih lama mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan risiko
kanker payudara yang disebabkan adanya penurunan level estrogen dan
sekresi bahan-bahan karsinogenik selama menyusui (Jordan dalam Rasjidi,
2010 dalam Priyatin C et al, 2013). Pemakaian obat hormonal selama >5
tahun akan meningkatkan risiko kanker (Rasjidi, 2010). Masih terdapat
kontroversi sampai saat ini terkait peran kontrasepsi hormonal dalam
perkembangan kanker payudara. Namun, beberapa studi menunjukkan
bahwa kontrasepsi hormonal berperan dalam meningkatkan risiko kanker
payudara pada wanita pramenopause, tetapi tidak pada wanita dalam masa
pasca-menopause (Lancet dalam Rasjidi, 2010 dalam Priyatin C et al,
2013).
21. Ya, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kanker payudara
ialah : (Chyntia, 2009)
a. Faktor reproduksi
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya
kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda,
menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur
tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur.
Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur
saat

kehamilan

pertama

merupakan

window

of

initiation

perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional,


payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur.
b. Penggunaan hormon
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.
Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa
terdapat peningkatan kanker payudara yang bermakna pada para
pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan
47

bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna


kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang
lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker ini sebelum
menopause.
c. Obesitas
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh
dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Penelitian di
negara-negara Barat dan bukan Barat juga menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.
d. Konsumsi lemak
Willet et al, melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang
konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker
payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun dan menemukan
bahwa konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko
terjadinya kanker payudara.
e. Radiasi
Eksposur radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan
terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang
dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan
secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
f. Riwayat keluarga dan faktor genetik
Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat
penderita yang akan dilaksanakan screening untuk kanker payudara.
Terdapat peningkatan risiko keganasan ini pada wanita yang
keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan
bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila
terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen suseptibilitas kanker payudara,

48

probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50


tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.
g. Menunda kehamilan
Wanita yang belum hamil sampai melebihi usia 30 tahun, atau yang
belum pernah melahirkan, memiliki risiko lebih besar daripada
mereka yang hamil pertama kali di usia belasan tahun.
h. Menyusui
Seorang wanita yang telah menyusui satu anak atau lebih memiliki
risiko lebih rendah daripada wanita yang tidak pernah menyusui.
i. Sel-sel payudara yang abnormal
Beberapa wanita yang pada kondisi non-kanker ditemukan menderita
ketidaknormalan pada sel-sel payudara tertentu nantinya bisa menjadi
kanker. Seorang wanita dengan masalah ini, dikenal sebagai
hyperplasia tidak normal, membutuhkan check-up teratur.
j. Minum alkohol dan merokok
Beberapa studi menunjukkan wanita yang minum banyak alkohol
memiliki risiko lebih tinggi daripada mereka yang tidak minum
alkohol. Merokok tidak dihubungkan secara langsung dengan risiko
kanker payudara, tetapi berhubungan dengan penyakit lain dan
kesehatan secara menyeluruh.
k.

Mengkonsumsi pil KB
Ada sedikit peningkatkan risiko pada wanita yang mengkonsumsi pil
KB. Risiko ini bersifat sementara dan hilang setelah 10 tahun berhenti
mengkonsumsi pil KB. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa faktor risiko kanker payudara adalah faktor reproduksi,
penggunaan hormon, obesitas, konsumsi lemak, radiasi, riwayat

49

keluarga dan faktor genetik, penundaan kehamilan, tidak menyusui,


sel-sel payudara yang abnormal, minum alkohol dan merokok, serta
mengkonsumsi pil KB.

STEP 4
MIND MAPPING

ASKEP:
PENGKAJIAN
DIAGNOSA
INTERVENSI

PENCEGAHAN:
PRIMER
SEKUNDER
TERSIER

CA
MAMMAE

LP:
DEFINISI
ANFIS
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI

JURNAL: Breast
Cancer Care and
Prevention NonPharmacological
Interventions (Kanker
Payudara
Perawatan dan
Pencegahan Intervensi
non farmakologis)

MEKANISME
PERUBAHAN
PASIEN
DENGAN CA
MAMMAE

50

51

STEP 5
LEARNING OBJEKTIF
1
2
3
4

Mahasiswa mampu memahami anatomi dan fisiologi sistem reproduksi


Mahasiswa mampu memahami penyakit Ca Mammae
Mahasiswa mampu memahami patofisiologi Ca Mammae
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada klien Ca Mammae

52

STEP 6
INFORMASI TAMBAHAN
A Identitas Jurnal
Judul Jurnal

: Breast Cancer Care and Prevention NonPharmacological Interventions (Kanker Payudara


Perawatan dan Pencegahan Intervensi non farmakologis).

Nama Jurnal

: UW Integrative medicine Departement of Family


medicine.

Penulis

: This handout was created by Lucille Marchand, MD,


BSN, Professor, Department of Family Medicine,
University of Wisconsin-Madison School of Medicine and
Public Health.

Tahun Jurnal

: Date Created: June 2011

Date Updated

: October 2013

B Latar Belakang
Kanker ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dari selsel abnormal dalam tubuh yang disebabkan oleh interaksi faktor genetik dan
lingkungan termasuk: kerentanan genetik, pilihan makanan, gaya hidup, dan
kanker payudara estrogen exposures. Terjadi di salah satu dari delapan
perempuan dan adalah yang paling umum kanker pada wanita. Ini terjadi
pada satu persen dari laki-laki. Tujuh puluh persen dari kanker payudara
adalah reseptor hormon positif, dan mutasi genetik seperti BRCA 1 dan 2
mutasi meningkatkan perkembangan kanker payudara dengan risiko seumur
hidup 60-80%.
C Tujuan
Tujuan dalam jurnal ini adalah sebagai salah satu penatalaksaan kanker
payudara dengan tatalaksana intervensi non farmakologi diantaranya yaitu
mengenai perawatan dan pencegahan tentang kanker payudara.
D Metodelogi

53

Metodelogi dalam jurnal ini tidak dicantumkan namun melihat dari


banyak faktor-faktor dalam Kanker payudara dan ditandai dengan
pertumbuhan yang tidak terkendali dari sel-sel abnormal dalam tubuh yang
disebabkan oleh interaksi faktor genetik dan lingkungan termasuk:
kerentanan genetik, pilihan makanan, gaya hidup, dan kanker payudara
estrogen exposures. terjadi di salah satu dari delapan perempuan dan adalah
yang paling umum kanker pada wanita. Ini terjadi pada satu persen dari lakilaki. Tujuh puluh persen dari kanker payudara adalah reseptor hormon
positif, dan mutasi genetik seperti BRCA dan mutasi meningkatkan
perkembangan kanker payudara dengan risiko seumur hidup 60-80%.
Dalam jurnal ini lebih banyak membahas tentang bagaimana cara
pencegahan perawatan secara non farmakologi dalam perawatan klien
dengan kanker payudara.
E Hasil
Berdasarkan teori yang diadopsi, analisis data yang dihasilkan
kategori berikut:
Kedokteran integratif mendorong pendekatan diberdayakan untuk
peduli yang menekankan pilihan gaya hidup yang dapat membantu
mencegah kanker payudara, memperlambat pertumbuhannya ketika itu
terjadi, dan mencegah recurrence.1 Ini menggabungkan konvensional dan
komplementer dan alternatif (CAM) pendekatan untuk merawat alamat yang
fisik, emosional dan aspek spiritual dari orang tersebut. terapi berbasis bukti
yang digunakan bila tersedia. Niat penyembuhan semua terapi ditekankan.
Kanker dapat berfungsi sebagai kesempatan untuk pertumbuhan dan
kesehatan yang lebih besar. terapi CAM, yang mengganggu terapi
konvensional, yang dihindari selama bahwa sebagian dari pengobatan.
Setiap orang memiliki jalan yang unik untuk penyembuhan. terapi CAM
juga dapat mengurangi efek samping pengobatan kanker.
F Resume Jurnal

54

Kanker Payudara Perawatan dan Pencegahan Intervensi non-farmakologis


1. Apakah Kanker Payudara ?
Kanker ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dari
sel-sel abnormal dalam tubuh yang disebabkan oleh interaksi faktor
genetik dan lingkungan termasuk: kerentanan genetik, pilihan
makanan, gaya hidup, dan kanker payudara estrogen exposures.
Terjadi di salah satu dari delapan perempuan dan adalah yang paling
umum kanker pada wanita. Ini terjadi pada satu persen dari laki-laki.
Tujuh puluh persen dari kanker payudara adalah reseptor hormon
positif, dan mutasi genetik seperti BRCA 1 dan 2 mutasi
meningkatkan perkembangan kanker payudara dengan risiko seumur
hidup 60-80%.
2. Apa Pendekatan Integratif untuk Kanker Payudara Perawatan?
Kedokteran integratif mendorong pendekatan diberdayakan
untuk peduli yang menekankan pilihan gaya hidup yang dapat
membantu

mencegah

kanker

payudara,

memperlambat

pertumbuhannya ketika itu terjadi, dan mencegah recurrence. Ini


menggabungkan konvensional dan komplementer dan alternatif
(CAM) pendekatan untuk merawat alamat yang fisik, emosional dan
aspek spiritual dari orang tersebut. terapi berbasis bukti yang
digunakan bila tersedia. Niat penyembuhan semua terapi ditekankan.
Kanker dapat berfungsi sebagai kesempatan untuk pertumbuhan dan
kesehatan yang lebih besar. Terapi CAM, yang mengganggu terapi
konvensional, yang dihindari selama bahwa sebagian dari pengobatan.
Setiap orang memiliki jalan yang unik untuk penyembuhan. terapi
CAM juga dapat mengurangi efek samping pengobatan kanker.
3. Apa Apakah Faktor Risiko Kanker Payudara?
Faktor risiko ditinjau oleh Costanza dan Chen di UpToDate.
Faktor risiko yang meningkatkan risiko kanker payudara meliputi:
a. Konsumsi alkohol lebih besar dari 1 gelas per hari
b. Peningkatan paparan seumur hidup untuk estrogen: eksogen dan
endogenous

55

c. Obesity
d. Meningkatkan usia
e. Tinggi lemak, rendah serat, olahan makanan diet, asupan rendah
buah dan sayuran
f. Paparan radiasi
g. Riwayat keluarga Paternal atau ibu dari cancer payudara
h. BRCA 1 atau 2, atau P53 mutasi
i. Pekerjaan Malam pergeseran
4. Faktor-faktor yang menurunkan risiko:
a. Olahraga teratur 30-60 menit 3-5 kali per minggu
b. Breastfeeding12-13 berkepanjangan
c. Makanan segar termasuk 5-9 porsi buah dan sayuran daily10, 17
d. Rasio yang lebih tinggi dari yang lemah 2-hydroxyestrones
terhadap kuat metabolit 16-hydroxyestrones dalam tubuh. Dapat
diukur dengan tes urin.
5. Apa saja terapi non-farmakologis integratif untuk pencegahan dan
pengobatan kanker payudara?
a. Makanan
Diet tinggi buah-buahan dan sayuran, ikan, makanan
segar, rendah lemak hewani, dan tinggi dalam minyak zaitun
(diet Mediterania) dapat mengurangi risiko kanker payudara dan
kanker lainnya, sedangkan, pola makan barat yang tinggi lemak
dan rendah buah-buahan dan sayuran dapat meningkatkan
resiko.

Mengadakan

diet

Mediterania

nikmat

metabolit

estrogenik lemah, yang merangsang jaringan payudara rentan


kurang dari metabolit estrogen yang lebih kuat, yang dapat
menyebabkan development. kanker payudara untuk yang mudah
untuk mengikuti piramida makanan yang mendefinisikan kunci
bahan dari diet Mediterania, lihat website di University of
Michigan Program Integrative Medicine di http://www.med.
umich.edu/umim/food-pyramid/about.htm.
1) Polyunsaturated Asam Lemak
Asam lemak tak jenuh ganda termasuk omega 3 dan
asam lemak 6. Dalam jumlah besar dan terutama jika
terhidrogenasi untuk kehidupan rak diperpanjang, minyak
seperti bunga matahari, safflower, kedelai, wijen dan
56

minyak jagung dapat pro-inflamasi dalam tubuh. Omega 3


asam lemak termasuk EPA dan DHA adalah antiinflamasi, dan termasuk minyak ikan, minyak biji rami
dan minyak di kenari. asam lemak omega 3 yang
ditemukan pada ikan berlemak seperti salmon, sarden dan
makarel, kenari, sayuran berdaun hijau dan makan biji
rami. Vitamin dan Lifestyle (VITAL) Studi menunjukkan
bahwa minyak ikan mengurangi risiko duktal tetapi tidak
lobular cancers. Payudara Dalam studi lain, ikan omega 3
asupan ditemukan untuk mengurangi risiko kanker
payudara pada wanita pra dan pasca menopause dengan
penurunan terbesar dalam women. Pascamenopaus Dosis:
potensi

tinggi

minyak

ikan:

sekitar

1000

mg

dikombinasikan DHA dan EPA setiap hari dalam waktu


kurang dari 3 gram total minyak ikan. Minyak biji rami
dapat digantikan pada diet vegan. Kontraindikasi: Jika
pendarahan terjadi, segera menghentikan minyak ikan.
Menghentikan satu minggu sebelum operasi. Berhenti jika
trombosit kurang dari 20.000 K.
2) Monounsaturated Fatty Acids
Asam foleat (omega 9 asam lemak) yang ditemukan
dalam minyak zaitun, serta alpukat, hazelnut, dan kacang
mete, dapat membantu menekan 2 / Neu pertumbuhan sel
tumor HER.
3) Green Tea
Teh hijau adalah polifenol dan inhibitor aromatase
alami. Hijau konsumsi teh 3 cangkir atau lebih per hari
dalam dua studi mengurangi risiko cancer. Payudara
Dosis: Tiga atau lebih cangkir sehari.
4) Kedelai
Kedelai telah menjadi kontroversi di masa lalu
dalam

estrogen

fitoestrogen

tumor

dengan

57

positif

reseptor

karena

estrogen

merupakan
lemah

sifat

mengikat. Dalam model tikus, isoflavon terisolasi


dirangsang estrogen tumor positif, tapi makanan kedelai
memiliki effects. Pelindung sebaliknya besar Payudara
Shanghai Cancer Bertahan Studi menunjukkan bahwa
asupan makanan kedelai dikaitkan dengan peningkatan
kelangsungan hidup dan kurang kekambuhan tumor
estrogen positif dan wanita negatif, dan pada pengguna
dan non pengguna dari tamoxifen. Dalam penelitian lain,
temuan ini telah replicated. Satu sampai tiga porsi
makanan kedelai yang direkomendasikan setiap hari
kecuali sensitif terhadap kedelai.
5) Flax
Rami sebagai makanan biji rami atau minyak,
merupakan

sumber

yang

kaya

fitoestrogen

yang

mengandung asam alfa-linoleat. Sebagai asam lemak


omega 3 yang mengandung makanan, itu menghambat
aktivitas aromatase, mengikat lemah untuk reseptor
estrogen, dan meningkatkan lemah 2-OHE ini. Ini
mengurangi risiko kanker payudara dan menurunkan sel
kanker payudara growth. Gunakan 1-2 sendok makan
sehari ditambahkan ke makanan.
6) Antioksidan
Diet tinggi antioksidan yang terkandung dalam
buah-buahan dan sayuran dapat menurunkan risiko
cancer.payudara Karotenoid dalam buah-buahan dan
sayuran mengurangi risiko kanker payudara invasif di
Antioksidan HIV. premenopause dalam makanan lebih
aman daripada bentuk suplemen dosis tinggi yang
diberikan efek sinergis dan penyerapan yang lebih baik .
sedikit bukti ada untuk suplemen antioksidan selama
pengobatan kanker, dan ada potensi risiko dari mereka

58

mengganggu treatment.Kenalkan 5-9 porsi buah dan


sayuran setiap hari.
7) Protein
Bubuk protein adalah produk sampingan dari
produksi keju. Hal ini jauh lebih alergi daripada protein
kasein. Hal ini yang tinggi di glutamin dan membantu
mencegah

sariawan

(stomatitis)

pada

pasien

yang

menerima kemoterapi dan mungkin berguna dalam


mencegah neuropati perifer agen kemoterapi tertentu
seperti taxanes. 20-30 gram bubuk protein whey dua kali
sehari di smoothie akan memberikan cukup glutamine
untuk membantu mencegah komplikasi dari kemoterapi.
Jika ada sensitivitas atau alergi terhadap whey, glutamin
dapat diambil sebagai suplemen, 3-5 gram satu sampai
tiga kali sehari.
8) Brassica (silangan) sayuran
Sayuran termasuk kale, brokoli, kembang kol, kubis
Brussel dan kubis. Indole-3-carbinol yang terkandung
dalam sayuran ini membantu proliferasi sel kanker
penurunan, meningkatkan apoptosis, dan meningkatkan
rasio lemah untuk estrogen yang kuat (2-OHE / 16-OHE)
positif. risiko kanker payudara dapat dikurangi dengan 2040% dengan 1-2 porsi sayuran daily.Indole-3-carbinol
sebagai suplemen dapat mengganggu Tamoxifen dan lebih
aman untuk makan dalam bentuk sayur dari dalam bentuk
suplemen 0,1 1-2 porsi per hari.
b. Olahraga
Dalam pencegahan kanker, olahraga dapat membantu
mengontrol berat badan, meningkatkan kekebalan dan kontrol
suasana hati. Dalam pengobatan kanker, mungkin manfaat
suasana hati, tingkat energi, imunitas, kesehatan secara
keseluruhan, kelangsungan hidup, pencegahan kekambuhan, dan
kualitas

hidup.

Olahraga

59

juga

dapat

meningkatkan

keseimbangan dengan penurunan jatuh dan meningkatkan


ketidakstabilan vasomotor di menopause. Berolahraga lebih dari
3 jam seminggu menurunkan kanker payudara mortality. Hal ini
juga meningkatkan kebugaran selama kanker konvensional
therapies.
c. Suplemen
Salah satu sumber penting untuk mengevaluasi yang
suplemen dapat meningkatkan efektivitas agen kemoterapi, dan
yang mengganggu adalah The Definitive Guide to Cancer, 3rd
Edition: Sebuah Pendekatan Integratif untuk Pencegahan,
Pengobatan dan Penyembuhan oleh Lise Alschuler, ND dan
Karolyn Gazella, 2010.
1) Vitamin D
Kekurangan vitamin D adalah umum di lintang jauh
dari khatulistiwa dan dapat mengakibatkan osteoporosis,
kelemahan, nyeri pinggang, dan nyeri sternum. Individu
yang berisiko termasuk yang 65 tahun atau lebih tua,
sedikit terlindungi paparan sinar matahari, warna kulit
lebih

gelap,

dan

penggunaan

obat-obatan

dengan

glukokortikoid atau bukti anticonvulsants. Energi ada pada


kadar vitamin D yang memadai dapat mengurangi risiko
kanker payudara terutama pada mereka dengan sumber
levels. Makanan lebih tinggi kecuali ikan berminyak
mengandung jumlah yang tidak memadai dari vitamin D,
dan mereka mengambil suplemen harian disarankan
kecuali paparan sinar matahari yang cukup tersedia. Satu
studi menemukan bahwa kadar vitamin D dalam 60-80
mg/ml menurunkan risiko kanker payudara premenopause.
Merekomendasikan memperoleh tingkat D hidroksivitamin di musim dingin untuk pasien yang tinggal di
lintang jauh dari khatulistiwa. Merekomendasikan vitamin
D3: 1000-2000 IU per hari. Selama bulan-bulan musim
60

panas di lintang yang lebih besar dari derajat utara


khatulistiwa, atau harian di lintang lebih dekat ke
khatulistiwa, paparan moderat matahari, setidaknya 20
menit tengah hari tanpa tabir surya untuk pasien yang
tidak berisiko untuk berjemur atau kanker kulit, akan
membantu mempertahankan tingkat vitamin D normal.
2) Melatonin
Melatonin

memiliki

antioksidan,

meningkatkan

kekebalan tubuh, sitotoksik, dan estrogen mengatur


properti. Hal ini dapat membantu dalam pengobatan
insomnia. Hal ini kontraindikasi pada penyakit bipolar,
dan

dalam

beberapa

individu

yang

rentan

dapat

memperburuk depresi. Hati-hati dengan obat penenang


lainnya. Melatonin datang dalam dua bentuk: persiapan
segera rilis untuk individu yang memiliki kesulitan dalam
tidur, dan persiapan rilis berkelanjutan bagi mereka yang
memiliki kesulitan untuk tetap asleep. Dosis berkisar dari
1 mg sampai 20 mg sebelum tidur, dan dosis awal adalah 3
mg sebelum tidur. Titrasi untuk efek yang diinginkan,
tanpa menyebabkan mabuk hari berikutnya.
3) Botanicals
Tumbuhan dapat membantu dalam pengobatan
kanker tetapi harus digunakan dengan hati-hati selama
kemoterapi, karena banyak tumbuhan dapat mengganggu
metabolisme agen kemoterapi dengan meningkatkan atau
menurunkan metabolisme dalam tubuh. tumbuhan tertentu
mengganggu metabolisme taxanes, obat berdasarkan
platinum, siklofosfamid, doxyrubicin, etoposid, dan
irinotecan. Umumnya, tumbuhan tidak mengganggu
radioterapi. Tumbuhan seperti St John Wort dapat
berinteraksi dengan obat lain pasien dapat mengambil
melalui metabolisme jalur sitokrom P450.
61

d. Perawatan Spiritual dan Emosional


Kelompok intervensi psikologis kecil untuk pasien kanker
payudara yang dipimpin oleh psikolog dan berkonsentrasi pada
manajemen stres dan strategi untuk mengoptimalkan pengobatan
konvensional dan meningkatkan mood membantu penurunan
kekambuhan dan kematian.
e. Efek samping manajemen integratif dari pengobatan kanker
payudara
1) Kelelahan
Kelelahan

adalah

gejala

umum

dari

kanker

dan

pengobatan. Harian olahraga ringan dan akupunktur dapat


membantu.
2) Vasomotor Instabilitas
Latihan, akupunktur, dan sejumlah obat farmakologis
dapat membantu dengan ketidakstabilan vasomotor dari
menopause. Hitam cohosh tidak estrogenik; dalam satu
studi itu mengalami penurunan risiko kanker payudara,
tetapi

pada

umumnya

mengendalikan

hot

tidak

flashes.

membantu

Hitam

cohosh

dalam
dapat

menyebabkan toksisitas hati dan harus digunakan dengan


hati-hati. Penderita kanker payudara cenderung memiliki
gangguan tidur 10% lebih bahkan jangka panjang dari usia
cocok wanita tanpa kanker. Gangguan tidur ini di kedua
kelompok yang terkait dengan hot flashes, depresi, lebih
gawat, dan conditioning. Fisik buruk Dalam sebuah
penelitian, penderita kanker payudara memiliki aktivitas
fisik kurang dan berkedip lebih hot daripada wanita tanpa
kanker payudara.
3) Mual dan muntah
Akupunktur dengan dan tanpa moksibusi membantu
meringankan mual dan muntah pada kanker treatment.
intensitas Mual menurun dalam satu studi dengan exercise.
Jahe juga dapat membantu meringankan mual. Mekanisme
62

untuk ini tidak diketahui. Ambil 500 sampai 1000 mg


ekstrak akar jahe setiap 4 sampai 6 jam sesuai kebutuhan,
atau makan 1 sdt atau 5 gram jahe mengkristal setiap 2
sampai 3 jam sesuai kebutuhan. Terlalu banyak jahe dapat
menyebabkan heartburn. Sebuah tinjauan sistematis untuk
mengevaluasi penggunaan ganja sebagai agen terapi untuk
mengobati mual akibat kemoterapi dan muntah pada
pasien kanker menyimpulkan bahwa dronabinol secara
statistik dan klinis lebih efektif sebagai anti-emetik dari
neuroleptik. Perhatian disarankan terkait dengan ukuran
sampel yang kecil dan jumlah studies.
4) Kecemasan / Stres / Depresi
Kecemasan dan depresi dapat ditingkatkan dengan
sejumlah intervensi dipelajari termasuk akupunktur, 8
minggu berbasis Mindfulness Stres Program Pengurangan,
terapi seni, dan terapi pijat exercise. yoga, dan kelompokkelompok pendukung juga telah terbukti bermanfaat untuk
kanker patients. Aromaterapi, tari, journal, dipandu citra,
biofeedback, terapi perilaku kognitif, meditasi, relaksasi,
dan hipnotis juga membantu selama treatment.
5) Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya
Baik kesehatan tidur membantu menginduksi tidur
di malam hari ketika produksi melatonin optimal.
Meminimalkan tidur di siang hari, berolahraga secara
teratur, tidur di ruangan gelap yang tenang, dan tidur pada
waktu yang sama setiap malam mempromosikan tidur.
Relaksasi, meditasi dan yoga dapat meningkatkan
melatonin dan mengoptimalkan sleep. Terapi perilaku
kognitif juga memiliki efek positif pada tidur.
Olahraga teratur dapat membantu memperkuat irama
sirkadian normal dan produksi melatonin endogen dengan

63

meningkatkan terjaga selama hari dan tidur di night.


Melatonin dalam bentuk suplemen dapat digunakan.
6) Nyeri dan Neuropati perifer
Akupunktur dapat membantu meringankan rasa
sakit. Satu studi menunjukkan skor nyeri membaik dan
fungsi psikologis dengan kursus 8-minggu acupuncture.
The Society untuk Integrative Oncology pada tinjauan
literatur sangat mendukung akupunktur untuk indication.
Pijat juga dapat sangat membantu dalam mengurangi pain.
Latihan

memelihara

kebugaran

selama

treatment.

Cannabinoids juga dapat membantu terapi pikiran-tubuh


neuropatik pain. Mungkin juga berkhasiat untuk pain.
7) Isu Lymphedema dan Musculoskeletal
Pijat limfatik dan olahraga dapat mencegah beberapa
derajat lymphedema dan mencegah atau meringankan
bahu dysfunction. Satu studi menunjukkan bahwa berat
badan yang lembut mengangkat dua kali seminggu tidak
memperburuk lymphedema, tapi membaik dan meningkat
strength. Akupunktur meningkatkan jangkauan bahu gerak
dan menurun lymphedema dan gejala dari berat dan
pengetatan dalam sebuah studi kecil oleh Alem dan
Gurgel.
8) Dermatitis dari Terapi Radiasi
Calendula krim diterapkan beberapa kali sehari pada
kulit

yang

diradiasi

dapat

mengurangi

keparahan

dermatitis dari terapi.


G Impilkasi keperawatan
Sebagai perawat yang memberikan asuhan secara komprehensif pada
klien, harus memiliki pemahaman yang menyeluruh dalam segala aspek
kehidupan manusia termasuk aspek seksualitas. Perawat juga harus

64

memiliki perasaan nyaman untuk mengkomunikasikan materi tentang


penyakit kanker payudara terhadap klien. Dengan adanya kenyamanan
tersebut akan memudahkan perawat selaku komunikan untuk melakukan
pertukaran pesan dan menciptakan pola komunikasi yang kongruen
Kemampuan wawancara merupakan bagian penting dalam pengkajian
keperawatan. Pertanyaan yang bersifat terbuka merupakan cara yang efektif
untuk menggali aspek meskipun beberapa perawat melaporkan bahwa
pertanyaan langsung dapat membantu dalam mengkaji masalah yang
dialami klien. Model pertanyaan yang disampaikan kepada klien juga harus
memperhatikan derajat pemahaman klien, serta latar belakang budaya klien
Pengkajian keperawatn lebih spesifik pada kondisi klien dengan kanker
harus mencakup aspek fisik, psikologis, sosial budaya, riwayat kesehatan
sebelumnya, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan laboratorium jika
diperlukan. Pemberian konseling kepada klien dan keluaraga tentang
perawatan non farmakologi dan pecegahan tentang kanker payudara perawat
untuk mawas diri dan memahami respon fisik, sosial, emosi terhadap respon
yang mucul dari pendapat klien.
Pendekatan teori keperawatan bisa digunakan dalam pelayanan
keperawatan terkait kondisi bagi perempuan dengan kanker payudara Salah
satu pendekatan teori yang dapat digunakan adalah pendekatan model
adaptasi Roy Hal ini berkaitan dengan peran perawat sebagai pelaksana
perawatan, pendidik, konselor, advokat dan manajer diharapkan perempuan
dengan kanker payudara dapat memahami tentang kondisi penyakitnya.
Peran perawat dalam pemberian preventif (pencegahan) merupakan
Leading Profesi yang melakukan Preventif terhadap masalah kesehatan.
Sehingga perawat mampu memberikan informasi kesehatan tentang pejelasan
mengenai informasi penyakit maupun pencegahanya kepada klien dan
keluarga apabila dalam kawasan rumah sakit.
Apabila dalam lingkungan masyarakat perawat mampu memberikan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat sekitar mengenai pencegahan
suatau penyakit baik dengan cara perawatan, pencegahan dengan nutrisi yang

65

sesuai kondisi penyakit, maupun dengan life style yang menujang terhadap
pencegahan suatu penyakit sehingga perawat mampu meningkatkan derajat
kesehatan yang tinggi bagi masyarakat.
H Rekomendasi Jurnal
Dari pembahasan jurnal didapatkan beberapa kelebihan dan kekurangan isi
jurnal yaitu :
1. Kelebihan
Kelebihan dalam jurnal ini yaitu dalam jurnal ini dibahas tentang
definisi dari kaker payudara serta macam-macam perawatan dan
pencegahan secara tindakan non farmakologi.
2. Kekurangan
Kekurangan dalam jurnal ini tidak dijelaskan mengenai metode
penelitian dan bahasa yang kurang dipahami oleh pembaca.

66

STEP 7
LAPORAN PENDAHULUAN
(terlampir)

67

Lampiran 1 Teori dan Analisis Kasus


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan
payudara yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Cancer
merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Cancer mammae
merupakan salah satu penyakit yang ditakuti dan menyerang kaum
perempuan. Penyakit ini merupakan penyebab kematian yang paling besar
bagi peremupuan berusi 18-54 tahun, dan perempuan yang berusia 45 tahun
memeliki resiko tinggi terjangkit Cancer Mammae berjumlah 25% lebih
tinggi disbanding perempuan yang lebih tua (Lee, 2008).
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di
Indonesia. Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, KPD
menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. (Data
Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut data Histopatologik ; Badan
Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)
dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) (Kemenkes RI, 2015).
Menurut Word Helth Organization (WHO), 8-9% perempuan yang
mengalami cancer mammae. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus cancer
mammae terdiagnosis di Eropa dan kurang lebih 175.000 diamerika serikat,
sedangkan pada tahun 2000 diperkirakan 1, 2 juta perempuan terdiagnosis
cancer mammaedan lebih dari 700. 000 meninggal karena cancer mammae
(mulyani & nuryani, 2013).
Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000
wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita dengan
mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18% dari kematian yang
dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki - laki
dengan frekuensi sekitar 1 % (Kemenkes RI, 2015).

68

Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium


yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu
pemahaman tentang upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif
maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar pelayanan pada
penderita dapat dilakukan secara optimal (Kemenkes RI, 2015).
Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker
payudara antara lain jenis kelamin wanita, usia > 50 tahun, riwayat keluarga
dan genetik (Pembawa mutasi gen BRCA1, BRCA2, ATM atau TP53
(p53)), riwayat penyakit payudara sebelumnya (DCIS pada payudara yang
sama, LCIS, densitas tinggi pada mamografi), riwayat menstruasi dini (< 12
tahun) atau menarche lambat (>55 tahun), riwayat reproduksi (tidak
memiliki anak dan tidak menyusui), hormonal, obesitas, konsumsi alkohol,
riwayat radiasi dinding dada, faktor lingkungan (Kemenkes RI, 2015).
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan dan uraian latar belakang masalah di atas, agar dalam
penyusunan laporan ini lebih terarah pembahasannya dan mendapatkan
gambaran secara komprehensif. Maka sangat penting untuk dirumuskan
pokok permasalahannya, yakni:
1. Kalimat atau kata kunci apa saja yang belum jelas dalam kasus ?
2. Pertanyaan apa saja yang mungkin muncul dalam kasus ?
3. Informasi tambahan apa saja yang mungkin muncul dalam kasus ?
4. Bagaimana hasil diskusi dan sintetis informasi-informasi baru yang
ditemukan pada kasus ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penyusunan laporan ini adalah untuk
mengetahui hasil analisis kasus mahasiswa semester 6 terhadap
konsep asuhan keperawatan klien dengan Ca Mammae di Mata Kuliah
Blok Sistem Reproduksi.
2. Tujuan Khusus
a. Menentukan kalimat atau kata kunci yang belum jelas.
b. Mengidentifikasi masalah dan membuat pertanyaan penting.
c. Menganalisa masalah dengan menjawab pertanyaan penting.

69

d. Mencari informasi tambahan guna menunjang analisa kasus.


e. Melaporkan hasil diskusi dan sintetis informasi-informasi yang
baru ditemukan kepada fasilitator.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penyusunan laporan ini
adalah:
1. Bagi Masyarakat atau Klien
Diharapkan penulisan ini akan menjadi tambahan ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan konsep asuhan keperawatan klien dengan
Ca Mammae.
2. Bagi Penulis
Hasil analisis kasus ini diharapkan dapat memberi informasi tentang
konsep asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan sistem
reproduksi akibat Ca Mammae. Penulis dapat menambah pengetahuan
serta dapat menerapkan ilmu pengetahuan dan menjadi acuan untuk
penulisan selanjutnya.
3. Bagi STIKes Mahardika
Keperawatan sebagai profesi yang didukung oleh pengetahuan yang
kokoh, perlu terus melakukan berbagai tulisan-tulisan terkait praktik
keperawatan yang akan memperkaya ilmu pengetahuan keperawatan.
Penulisan ini diharapkan dapat memperkaya literatur dalam bidang
keperawatan.

70

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Kanker atau Carcinoma (Ca) adalah suatu proses penyakit yang
dimulai ketika DNA sel normal bermutasi secara genetik dan sel menjadi
abnormal. Sel kemudian membelah dan berproliferasi secara abnormal tidak
terkendali, dan akan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan
sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan
menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang belakang. Dalam
keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel
yang telah mati dan rusak. Sebaliknya sel kanker akan membelah terus
meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi penumpukan
sel baru yang disebut tumor ganas. Penumpukan sel tersebut mendesak dan
merusak jaringan normal, sehingga mengganggu organ yang ditempatinya
(Medicastore, 2011).
Ca mammae (Carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal
dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak
termasuk kulit payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu,
saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
(Medicastore, 2011).
Ca mammae adalah carcinoma yang sering terjadi pada kaum wanita
(diluar kanker kulit). Ca mammae memperlihatkan proliferasi keganasan sel
epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya
terdapat hiperplasi yang kemudian berlanjut menjadi karsinoma in situ dan
menginvasi stroma (Willkinson Judith, 2011).
Dari beberapa pendapat diatas bahwa dapat disimpulkan Ca mammae
adalah carcinoma yang sering terjadipada kaum wanita yang tumbuh di
dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat
pada payudara, dan juga dapat memperlihatkan proliferasi keganasan sel
epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara.
71

B. Anatomi
1. Anatomi
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan yaitu
jaringan kelenjar dan jaringan stromal. Jaringan kelenjar meliputi
lobus dan duktus. Sedangkan jaringan stromal meliputi jaringan lemak
dan jaringan ikat. Payudara terdapat dalam fasia superfisialis dinding
torak ventral yang berkembang menonjol tegak dari subklavikula
sampai dengan costae atau intercostae kelima sampai keenam
(Haryonoet al., 2011; Mooreet al., 2009).

Gambar 11. Anatomi Mammae Anterior


Perdarahan jaringan payudara berasal dari arteri perforantes
anterior yang merupakan cabang dari arteri mammaria interna, arteri
torakalis lateralis, dan arteri interkostalis posterior. Sedangkan,
sistem limfatik payudara terdiri dari pleksus subareola dan pleksus
profunda. Pleksus subareola mencakup bagian tengah payudara,
kulit, areola dan puting yang akan mengalir kearah kelenjar getah
bening pektoralis anterior dan sebagian besar ke kelenjar getah
bening aksila. Pleksus profunda mencakup daerah muskulus
pektoralis menuju kelenjar getah bening rotter, kemudian ke kelenjar
getah bening subklavikula atau routeof Grouzsman, dan 25% sisanya
menuju kelenjar getah bening mammaria interna (Soetrisno, 2010).
72

Gambar 12. Sistem Limfatik Mammae


Persarafan sensorik payudara diurus oleh cabang pleksus
servikalis dan cabang saraf interkostalis kedua sampai keenam
sehingga dapat menyebabkan penyebaran rasa nyeri terutama pada
punggung, skapula, lengan bagian tengah, dan leher (Moore et al.,
2009).
2. Histologi
Payudara terdiri dari 15 sampai 25 lobus kelenjar tubulo
alveolar yang dipisahkan oleh jaringan ikat padat interlobaris. Setiap
lobus akan bermuara ke papilamammae melalui duktus laktiferus.
Dalam lobus payudara terdapat lobulus-lobulus yang terdiri dari
duktus intra lobularis yang dilapisi oleh epitel kuboid atau kolumnar
rendah dan pada bagian dasar terdapat mioepitel kontraktil. Pada
duktus intra lobularis mengandung banyak pembuluh darah, venula,
dan arteriol (Eroschenko, 2008).

73

Gambar 13. Histologi Mammae

Gambar 14. Predileksi Lesi Payudara


3. Fisiologi
Secara fisiologi, unit fungsional terkecil jaringan payudara
adalah asinus. Sel epitel asinus memproduksi air susu dengan
komposisi dari unsur protein yang disekresi apparatus golgi bersama
faktor imun IgA dan IgG, unsur lipid dalam bentuk droplet yang
diliputi sitoplasma sel. Dalam perkembangannya, kelenjar payudara
dipengaruhi oleh hormon dari berbagai kelenjar endokrin seperti
hipofisis anterior, adrenal, dan ovarium. Kelenjar hipofisis anterior
memiliki pengaruh terhadap hormonal siklik follicle stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Sedangkan ovarium
menghasilkan estrogen dan progesteron yang merupakan hormon
siklus haid. Pengaruh hormon siklus haid yang paling sering
menimbulkan dampak yang nyata adalah payudara terasa tegang,
74

membesar atau kadang disertai rasa nyeri. Sedangkan pada masa


pramenopause dan perimenopause sistem keseimbangan hormonal
siklus haid terganggu sehingga beresiko terhadap perkembangan dan
involusi siklik fisiologis, seperti jaringan parenkim atrofi diganti
jaringan stroma payudara, dapat timbul fenomena kistal kecil dalam
susunan lobular atau cystic change yang merupakan proses aging
(Soetrisno, 2010; Sabiston, 2011).
4. Perkembangan Payudara
Perkembangan payudara mengikuti rangkaian dan stadium
pertumbuhan dapat diperkirakan. Pada masa pubertas, pembesaran
payudara terutama karena bertambahnya jaringan kelenjar dan deposit
jaringan lemak. Pada setiap siklus menstruasi, terjadi perubahanperubahan khusus dari pembesaran vaskular, pembesaran kelenjar
pada fase pramenstruasi yang diikuti dengan regresi kelenjar pada fase
pascamenstruasi. Selama kehamilan tua dan setelah melahirkan,
payudara menyekresi kolostrum (cairan encer, kekuningan, sampai
kira-kira 3-4 hari pascapartum), ketika sekresi susu dimulai sebagai
respons

terhadap

rangsangan

penyedotan

dari

bayi.

Dengan

penyedotan, oksitosin dilepaskan dari kelenjar hipofisis posterior,


yang kemudian merangsang refleks let-down susu. Susu kemudian
keluar dari puting selama proses menyusui.

Setelah menyapih,

kelenjar lambat laun beregresi dengan hilangnya jaringan kelenjar.


Pada menapause, jaringan lemak beregresi lebih lambat bila
dibandingkan dengan jaringan kelenjar, naum akhirnya juga akan
menghilang meninggalkan payudara yang kecil dan menggantung
(Price, 2006).
5. Pembentukan dan Pengeluaran ASI
Sistem reproduksi wanita menunjang kehidupan bayi sejak
konsepsi, semasa getasi, hingga tahap awal kehidupan di luar rahim.
Susu

(atau

ekivalensinya)

merupakan

nutrien

esensial

bagi

kelangsungan hidup bayi. Karena itu, selama gestasi kelenjar

75

mamaria, atau payudara dipersiapkan untuk laktasi (pembentukan


susu) (Sherwood, 2012).
Payudara pada wanita yang tidak hamil terutama terdiri dari
jaringan lemak dan sistem duktus rudimenter. Ukuran payudara
ditentukan oleh jumlah jaringan lemak, yang tidak ada kaitannya
dengan kemampuan menghasilkan air susu (Sherwood, 2012).
a. Persiapan payudara untuk laktasi
Di bawah lingkungan hormonal yang terdapat selama
kehamilan, kelenjar mamaria mengembangkan struktur dan
fungsi kelenjar internal yang diperlukan untuk menghasilkan
susu. Payudara yang mampu menghasilkan susu memiliki
anyaman duktus yang semakin kecil yang bercabang dari puting
payudara dan berakhir di lobulus. Setiap lobulus terdiri dari
sekelompok kelenjar mirip kantung yang dilapisi oleh epitel dan
menghasilkan susu serta dinamai alveolus. Susu dibentuk oleh
sel epitel kemudian disekresikan ke dalam lumen alveolus, lalu
dialirkan oleh duktus pengumpul susu yang membawa susu ke
permukaan puting payudara (Sherwood, 2012).
Selama kehamilan, estrogen kadar tinggi mendorong
perkembangan ekstensif duktus, sementara tinggi merangsang
pembentukan

alveolus-lobulus.

Peningkatan

konsentrasi

prolaktin (suatu hormon hipofisis anterior yang dirangsang oleh


peningkatan

kadar

estrogen)

dan

human

chorionic

somatomammotropin (suatu hormon plasenta yang memiliki


struktur serupa dengan hormon pertumbuhan dan prolaktin) juga
ikut

berperan

dalam

perkembangan

kelenjar

manaria

menginduksi sintesis enzim-enzim yang dibutuhkan untuk


memproduksi susu (Sherwood, 2012).
b. Hambatan laktasi selama kehamilan
Sebagian besar perubahan di payudara terjadi selama
paruh pertama kehamilan sehingga pada pertengahan kehamilan
kelenjar mamaria telah mampu sepenuhnya menghasilkan susu.
76

Namun,

sekresi

susu

tidak

terjadi

sampai

persalinan.

Konsentrasi estrogen dan progesteron yang tinggi selama paruh


terakhir kehamilan mencegah laktasi dengan menghambat efek
stimulatorik prolaktin pada sekresi susu. Prolaktin adalah
perangsang utama sekresi susu. Karena itu, meskipun steroidsteroid

plasenta

berkadar

tinggi

tersebut

merangsang

perkembangan perangkat penghasil susu di payudara namun


hormon-hormon ini juga mencegah kelenjar mamaria beroperasi
hingga bayi lahir dan susu dibutuhkan. Penurunan mendadak
estrogen dan progesteron yang terjadi dengan keluarnya plasenta
saat persalinan memicu laktasi (Sherwood, 2012).
c. Stimulasi laktasi oleh penghisapan
Setelah produksi susu dimulai setelah persalinan, dua
hormon berperan penting untuk mempertahankan laktasi : (1)
prolaktin, yang meningkatkan sekresi susu, dan (2) oksitosin,
yang menyebabkan ejeksi (penyemprotan) susu. Penyemprotan
susu atau milk letdown, merujuk kepada ekspulsi paksa susu dari
lumen alveolus keluar melalui duktus. Pelepasan kedua hormon
ini dirangsang oleh refleks neuroendokrin yang dipicu oleh
penghisapan puting payudara oleh bayi (Sherwood, 2012).
Pelepasan oksitosin dan penyemprotan susu. Bayi tidak
secara langsung menghisap susu keluar dari lumen alveolus.
Susu harus secara aktif diperas keluar alveolus dan masuk ke
duktus dan menuju ke puting payudara, oleh kontraksi sel-sel
mioepitel khusus (sel epitel mirip otot) yang mengelilingi setiap
alveolus. Penghisapan payudara oleh bayi merangsang ujung
saraf sensorik di payudara oleh bayi merangsang ujung saraf
sensorik di puting, menimbulkan potensial aksi yang merambat
melalui medula sinalis ke hipotalamus. Hipotalamus, setelah
diaktifkan, memicu pengeluaran oksitosin dari hipofisis
posterior. Oksitosin, selanjutnya, merangsang kontraksi sel
mioepitel di payudara untuk penyemprotan susu. Milk letdown

77

ini berlanjut selama bayi terus menyusui. Dengan cara ini,


refleks

penyemprotan

susu

menjamin

bahwa

payudara

mengelurkan susu hanya ketikda dan dalam jumlah yang


dibutuhkan oleh bayi. Meskipun alveolus mungkin penuh susu
namun susu tersebut tidak dapat terkondisi oleh rangsangan di
luar hisapan. Sebagai contoh, tangisan bayi dapat memicu milk
letdown, menyebabkan susu keluar dari puting. Sebaliknya, stres
psikologis, yang bekerja melalui hipotalamus, dapat dengan
mudah menghambat penyemprotan susu. Karena itu, sikap
positif terhadap menyusui dan lingkungan yang santai adalah
esensial bagi keberhasilan proses menyusui (Sherwood, 2012).
Pelepasan prolaktin dan sekresi susu. Pengisapan tidak
saja memicu pelepasan oksitosin tetapi juga merangsang
produksi perolaktin. Pengeluaran prolaktin oleh hipofisis
anterior dikontol oleh dua sekresi hipotalamus : prolactininhibiting hormone (PIH) dan prolacting-releasing hormone
(PRH). PIH sekarang diketahui merupakan dopamin, yang juga
berfungsi sebagai neurotransmiter di otak. Sifat kimiawi PRH
belum diketahui dengan pasti para ilmuan menduga PRH
sebagai oksitosin yang dikeluarkan oleh hipotalamus ke dalam
sistem porta hipotalamus hipofisis untuk merangsang sekresi
prolaktin oleh hipofisis anterior. Peran oksitosin ini berbeda dari
peran oksitosin yang diproduksi oleh hipotalamus dan disimpan
di hipofisis posterior (Sherwood, 2012).
Sepanjang kehidupan seoarang wanita, PIH memiliki
pengaruh dominan, sehingga konsentrasi prolaktin normalnya
tetap rendah. Selama laktasi, setiap kali bayi menghisap terjadi
letupan sekresi prolaktin. Impuls-impuls aferen yang dipicu di
puting payudara oleh penghisapan di bawa oleh medula spinalis
ke hipotalamus. Refleks ini akhirnya menyebabkan pelepasan
prolaktin oleh hipofisis anterior, meskipun belum jelas apakah
ini disebabkan oleh inhibisi sekresi PIH atau stimulasi PRH atau
78

keduanya. Prolaktin kemudian berkerja pada epitel alveolus


untuk mendorong sekresi susu untuk menggantikan susu yang
keluar (Sherwood, 2012).
Stimulasi secara bersamaan penyemprotan dan produksi
susu oleh hisapan memastikan bahwa kecepatan produksi susu
seimbang dengan kebutuhan bayi akan susu. Semakin sering
bayi menyusui, semakin banyak susu yang diproduksi untuk
pemberian berikutnya (Sherwood, 2012).
Selain prolaktin, yaitu faktor terpenting yang mengontrol
sintesis susu, paling tidak permisifnya dalam produksi susu:
kortisol, insulin, hormon paratiroid, dan hormon pertumbuhan
(Sherwood, 2012).
d. Keuntungan menyusui
Dari segi gizi, susu terdiri dari air, lemak trigliserida,
karbohidrat laktosa (gula susu), sejumlah protein, vitamin dan
mineral kalsium dan fosfor (Sherwood, 2012).
1) Bagi Bayi
Selain nutrien, susu mengandung sejumlah sel imun,
antibodi, dan bahan senyawa lain yang membantu
melindungi bayi terhadap infeksi sampai ia dapat
membentuk sendiri respon imun yang efektif beberapa
bulan setelah lahir. Kolostrum, susu yang diproduksi
selama lima hari pertama setelah persalinan, mengandung
sedikit lemak dan laktosa tetapi dengan komponenkomponen imunoprotektif yang tinggi. Semua bayi
manusia memerlukan imunitas pasif selama gestasi oleh
antibodi yang menembus plasenta dari ibu janinnya.
Namun, antibodi-antibodi ini berumur pendek dan tidak
dapat menetap hingga bayi dapat membentuk sendiri
pertahanan imunologis. Bayi yang mendapat air susu ibu
(ASI) memperoleh keuntungan selama periode rentan ini
melalui berbagai mekanisme (Sherwood, 2012).

79

a) ASI mengandung banyak sel imun, baik limfosit T


dan

B,

makrofag,

menghasilkan

maupun

antibodi

neurrofil
dan

yang

langsung

menghancurkan mikroorganisme patogenik. Sel-sel


ini

sangat

banyak

terdapat

dalam

kolostrum

(Sherwood, 2012).
b) IgA sekretorik, suatu jenis khusus antibodi terdapat
dalam jumlah besar di ASI. IgA sekretorik terdiri
dari dua molekul antibodi IgA yang disatukan oleh
apa yang disebut sebagai komonen sekretorik yang
membantuk melindungi antibodi dari destruksi oleh
getah lambung bayi yang asam dan enzim-enzim
pencernaan. Koleksi antibodi IgA yang diterima oleh
bayi yang mendapat ASI ditujukan secara spesifik
terhadap patogen tertentu di lingkungan ibu dan
karenanya, dilingkungan bayi itu juga. Karena itu,
antibodi-antibodi ini melindungi bayi dari mikroba
infeksi yang kemungkinan besar dijumpai oleh bayi
tersebut (Sherwood, 2012).
c) Sebagian komponen dalam ASI, misalnya mukus,
melekat ke mikroorganisme yang berpotensi menjadi
patogen, mencegahnya melekat ke dan menembus
mukosa usus (Sherwood, 2012).
d) Laktoferin adalah konstituen ASI yang menghambat
pertumbuhan bakteri berbahya dengan mengurangi
ketersediaan besi, suatu mineral yang dibuthkan
untuk

perkembangbiakan

patogen-patogen

ini

(Sherwood, 2012).
e) Faktor bifidus pada ASI, berbeda dari laktoferin,
mendorong

multiplikasi

mikroorganisme

nonpatogen Lactobacillus bifidus di saluran cerna


bayi. Pertumbuhan bakteri tak berbahaya ini

80

membantu mendesak pertumbuhan bakteri yang


berpotensi merugikan (Sherwood, 2012).
f) Komponen-komponen lain dalam ASI mendorong
pematangan sistem pencrnaan bayi sehingga bayi
lebih tahan terhadap bakteri dan virus penyebab
diare (Sherwood, 2012).
g) Masih ada faktor-faktor lain dalam ASI yang belum
diketahui

yang

mempercepat

perkembangan

kemampuan sistem imun bayi. Karena itu, ASI


membantu melindungi bayi dari penyakit melalui
beragam cara (Sherwood, 2012).
h) Sebagai studi mengisyaratkan bahwa selain manfaat
ASI selama masa bayi, menyusui juga dapat
mengurangi risiko timbulnya penyakit tertentu pada
kehidupan selanjutnya. Contohnya adalah alergi
misalnya

asma,

penyakit

autoimun

misalnya

diabetes melitus tipe I, dan kanker misalnya limfoma


(Sherwood, 2012).
i) Bayi yang mendapat susu formula yang tebuat dari
susu sapi atau bahan lain tidak memiliki keunggulan
protektif yang diberikan oleh susu ibu dan karenanya
memperlihatkan

peningkatan

insidens

infeksi

saluran cerna, saluran napas, dan telinga daripada


bayi yang mendapat ASI. Saluran cerna neonatus
juga lebih siap mengolah susu manusia dari pada
usus formula yang berasa dari susu manusia dari
pada susu formula yang berasal dari susu sapi
sehingga bayi yang mendapat susu botol cenderung
lebih sering mengalami gangguan pencernaan
(Sherwood, 2012).
2) Bagi Ibu
Menyusui juga menguntungkan bagi ibu. Pelepasan
oksitosin yang dipicu oleh menyusui mempercepat

81

involusi uterus. Selain itu, penghisapan oleh bayi menekan


siklus haid dengan menghambat sekresi LH dan FSH,
mungkin dengan mnghambat GnRH. Karena itu, laktasi
cenderung mencegah ovulasi, menurunkan kemungkinan
kehamilan berikutnya (meskipun bukan cara kontrasepsi
yang handal). Mekanisme ini memungkinkan semua
sumber daya ibu dicurahkan kepada bayinya dan bukan
dibagi dengan mudigah baru (Sherwood, 2012).
3) Penghentian Produksi ASI Saat Penyapihan
Ketika bayi disapih, terjadi dua mekanisme yang
berperan menghentikan produksi susu. Pertama, tanpa
penghisapan, sekresi prolaktin tidak terangsang sehingga
stimulus utama untuk sintesis dan sekresi susu yang
berkelanjutan

lenyap.

Juga,

karena

tidak

terjadi

penghisapan dan tidak terjadi pelepasan oksitosin maka


milk letdown tidak terjadi. Karena produksi susu tidak
langsung berhenti maka terjadi akumulasi susu di alveolus
dan menyebabkan payudara membengkak. Tekanan yang
terbentuk kemudian bekerja langsung pada sel epitel
alveolus untuk menekan produksi susu lebih lanjut.
Karena itu, berhentinya laktasi saat penyapihan terjadi
karena tidak adanya rangsangan terhadap sekresi prolaktin
dan oksitosin oleh penghisapan bayi (Sherwood, 2012).
C. Etiologi
Penyebab ca mammae masih belum diketahui secara pasti, faktor
genetik dan faktor hormonal dapat berperan pada ca mammae (Black &
Matassarin, 1997 : Agnesia 2014). Menurut Mulyani & Nuryani (2013),
Sukaca & Suryaningsih (2009) terdapat beberapa faktor yang mempunyai
pengaruh terhadap terjadinya cancer mammae, diantaranya:
1. Gender

82

Memiliki risiko terkena cancer mammae lebih besar dibanding pria.


Perbandingannya seratus banding satuperempuan yang terkena cancer
mammae dibandingkan pria.
2. Pemakaian Hormone
Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa
terdapat peningkatan bermakna pada pengguna terapi Estrogen
Replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak
terdapat risiko cancer mammae pada pengguna kontrasepsi oral,
perempuan yang menggunakan obat ini untuk mengalami kanker ini
sebelum menopause. Oleh sebab itu jika kita bisa menghindari adanya
penggunaan hormon ini secara berlebihan maka akan lebih aman.
3. Kegemukan (obesitas) Setelah Menopause
Seorang perempuan yang mengalami obesitas setelah menopause akan
beresiko 1,5 kali lebih besar untuk terkena cancer mammae
dibandingkan dengan perempuan yang beratbadannya normal.
4. Radiasi Payudara yang Lebih Dini
Sebelum usia 30 tahun, seorang perempuan yang harusmenjalani
terapi radiasi di dada (termasuk payudara) akan memilikikenaikan
risiko terkena cancer mammae. Semakin muda ketikamenerima
pengobatan radiasi, semakin tinggi risiko untuk terkena cancer
mammae di kemudian hari.
5. Riwayat Cancer Mammae
Seorang perempuan yang mengalami cancer mammae pada satu
payudaranya mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk
menderita kanker baru pada payudara lainnya atau pada bagian lain
dari payudara yang sama. Tingkat risikonya bisa tiga sampai empat
kali lipat.

83

6. Riwayat Keluarga
Risiko dapat berlipat ganda jika ada lebih dari satu anggota keluarga
inti yang terkena cancer mammae dan semakin mudah ada anggota
keluarga yang terkena kanker maka akan semakin besar penyakit
tersebut menurun.
7. Periode Menstruasi
Perempuan yang mulai mempunyai periode awal (sebelum usia12
tahun) atau yang telah melalui perubahan kehidupan (fasemenopause)
setelah usia 55 tahun mempunyai risiko terkena cancer mammae yang
sedikit lebih tinggi. Mereka yang mempunyai periode menstruasi yang
lebih sehingga lebih banyak hormone estrogen dan progesteron.
8. Usia
Sebagian besar perempuan penderita cancer mammae berusia 50 tahun
ke atas. Resiko terkena cancer mammae meningkat seiring
bertambahnya usia.
9. Ras
Cancer mammae lebih umum terjadi pada perempuan berkulit putih.
Kemungkinan terbesar karena makanan yang mereka makan banyak
mengandung lemak. Ras seperti Asia mempunyai bahan pokok yang
tidak banyak mengandung lemak yang berlebih.

10. Perubahan Payudara

84

Jika seorang perempuan memiliki perubahan jaringan payudara yang


dikenal sebagai hiperplasia atipikal (sesuai hasil biopsi), maka seorang
perempuan memiliki peningkatan risiko cancer mammae.
11. Aktivitas Fisik
Penelitian terbaru dari Womens Health Initiative menemukanbahwa
aktivitas fisik pada perempuan menopause yang berjalan sekitar 30
menit per hari dikaitkan dengan penurunan 20 persen resiko cancer
mammae.

Namun,

pengurangan

risiko

terbesar

adalah

pada

perempuan dengan berat badan normal. Dampak aktivitas fisik tidak


ditemukan pada perempuan dengan obesitas. Jika aktivitas fisik
dikombinasikan dengan diet dapat menurunkan berat badan sehingga
menurunkan risiko cancer mammae dan berbagai macam penyakit.
12. Konsumsi Alkohol
Perempuan yang sering mengkonsumsi alkohol akan beresiko terkena
cancer mammae karena alkohol menyebabkan perlemakan hati,
sehingga hati bekerja lebih keras sehingga sulit memproses estrogen
agar keluar dari tubuh dan jumlahnya akan meningkat.
13. Merokok
Merokok

dapat

meningkatkan

resiko

berkembangnya

cancer

mammae, apalagi bagi perempuan yang memiliki riwayat keluarga


yang mengidap cancer mammae.
14. Faktor Genetik
Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya beberapa faktor genetik
yang diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Faktor genetik yang
dimaksud adalah adanya mutasi pada beberapa gen yang berperan
penting dalam pembentukan kanker payudara gen yang dimaksud
adalah beberapa gen yang bersifat onkogen dan gen yang bersifat

85

mensupresi tumor.Gen pensupresi tumor yang berperan penting dalam


pembentukan kanker payudara diantaranya adalah gen BRCA1 dan
gen BRCA2.
15. Faktor Reproduksi
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya
kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda,
menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur
tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur.
Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur
saat

kehamilan

pertama

merupakan

window

of

initiation

perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional,


payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang
dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause
sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum
terjadinya perubahan klinis.

D. Klasifikasi
1. Non Invasive Carcinoma
a. Ductal Carcinoma In Situ
Ductal carcinoma in situ, juga disebut intraductal cancer,
merujuk pada sel kanker yang telah terbentuk dalam saluran dan
belum menyebar.Saluran menjadi tersumbat dan membesar
seiring

bertambahnya

sel

kanker

di

dalamnya.Kalsium

cenderung terkumpul dalam saluran yang tersumbat dan terlihat


dalam mamografi sebagai kalsifikasi terkluster atau tak
beraturan (clustered or irregular calcifications) atau disebut
kalsifikasi mikro (microcalcifications) pada hasil mammogram
seorang wanita tanpa gejala kanker.

86

DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan puting atau


munculnya massa yang secara jelas terlihat atau dirasakan, dan
terlihat pada mammografi. DCIS kadang ditemukan dengan
tidak sengaja saat dokter melakukan biopsy tumor jinak.Sekitar
20%-30% kejadian kanker payudara ditemukan saat dilakukan
mamografi.Jika diabaikan dan tidak ditangani, DCIS dapat
menjadi kanker invasif dengan potensi penyebaran ke seluruh
tubuh.
DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana
salah satu sel cenderung lebih invasif dari tipe satunya.Tipe
pertama, dengan perkembangan lebih lambat, terlihat lebih kecil
dibandingkan sel normal.Sel ini disebut solid, papillary atau
cribiform.Tipe kedua, disebut comedeonecrosis, sering bersifat
progresif di awal.

Gambar 15. Non invasive carcinoma

87

Gambar 16. Ductal carcinoma in situ

Gambar 17. Sel-sel kanker menyebar keluar dari ductus, menginvasi


jaringan sekitar dalam mammae
b. Lobular Carcinoma In Situ
Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS
kadang digolongkan sebagai tipe kanker payudara non-invasif.
Bermula dari kelenjar yang memproduksi air susu, tetapi tidak
berkembang melewati dinding lobulus. Mengacu pada National
Cancer Institute, Amerika Serikat, seorang wanita dengan LCIS
memiliki peluang 25% munculnya kanker invasive (lobular atau
lebih umum sebagai infiltrating ductal carcinoma) sepanjang
hidupnya.

Gambar 18. Lobular carcinoma in situ

88

2. Invasive Carcinoma
a. Invasive Ductal Carcinoma
1) Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous,
simplex, NST) (80%)
Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker
payudara dan pada 60% kasus kanker ini mengadakan
metastasis (baik mikro maupun makroskopik) ke KGB
aksila. Kanker ini biasanya terdapat pada wanita
perimenopause or postmenopause dekade kelima sampai
keenam, sebagai massa soliter dan keras. Batasnya kurang
tegas

dan

pada

potongan

meilntang,

tampak

permukaannya membentuk konfigurasi bintang di bagian


tengah dengan garis berwarna putih kapur atau kuning
menyebar ke sekeliling jaringan payudara. Sel-sel kanker
sering

berkumpul

dalam

kelompok

kecil,

dengan

gambaran histologi yang bervariasi.


2) Medullary Carcinoma (4%)
Medullary carcinoma adalah tipe khusus dari kanker
payudara, berkisar 4% dari seluruh kanker payudara yang
invasif dan merupakan kanker payudara herediter yang
berhubungan dengan BRCA-1. Peningkatan ukuran yang
cepat dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis dan
perdarahan. 20% kasus ditemukan bilateral. Karakterisitik
mikroskopik dari medullary carcinoma berupa (1) infiltrat
limforetikular yang padat terutama terdiri dari sel limfosit
dan plasma; (2) inti pleomorfik besar yang berdiferensiasi
buruk dan mitosis aktif; (3) pola pertumbuhan seperti
rantai, dengan minimal atau tidak ada diferensiasi duktus
atau alveolar. Sekitar 50% kanker ini berhubungan dengan

89

DCIS dengan karakteristik terdapatnya kanker perifer, dan


kurang dari 10% menunjukkan reseptor hormon. Wanita
dengan kanker ini mempunyai 5- year survival rate yang
lebih baik dibandingkan NST atau invasive lobular
carcinoma.
3) Mucinous (colloid) Carcinoma (2%)
Mucinous

carcinoma

(colloid

carcinoma),

merupakan tipe khusus lain dari kanker payudara, sekitar


2% dari semua kanker payudara yang invasif, biasanya
muncul sebagai massa tumor yang besar dan ditemukan
pada wanita yang lebih tua. Karena komponen musinnya,
sel-sel kanker ini dapat tidak terlihat pada pemeriksaan
mikroskopik.
4) Papillary carcinoma (2%)
Papillary carcinoma merupakan tipe khusus dari
kanker payudara sekitar 2% dari semua kanker payudara
yang invasif. Biasanya ditemukan pada wanita dekade
ketujuh dan sering menyerang wanita non kulit putih.
Ukurannya kecil dan jarang mencapai diameter 3 cm.
McDivitt dan kawan-kawan menunjukkan frekuensi
metastasis ke KGB aksila yang rendah dan 5- and 10-year
survival rate mirip mucinous dan tubular carcinoma.
5) Tubular carcinoma (2%)
Tubular carcinoma merupakan tipe khusus lain dari
kanker payudara sekitar 2% dari semua kanker payudara
yang

invasif.

Biasanya

ditemukan

pada

wanita

perimenopause dan pada periode awal menopause. Longterm survival mendekati 100%.
b. Invasive Lobular Carcinoma Sekitar 10%

90

Kanker payudara. histopatologi meliputi sel-sel kecil


dengan inti yang bulat, nucleoli tidak jelas, dan sedikit
sitoplasma.Pewarnaan khusus dapat mengkonfirmasi adanya
musin dalam sitoplasma, yang dapat menggantikan inti (signetring cell carcinoma).Seringnya multifokal, multisentrik, dan
bilateral.Karena pertumbuhannya yang tersembunyi sehingga
sulit untuk dideteksi.
Menurut

Kemenkes

RI,

2015

terdapat

beberapa

klasifikasi,

diantaranya yaitu:
1. Klasifikasi Stadium
Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan sistem
klasifikasi TNM American Joint Commite on Cancer (AJCC) 2002,
Edisi 6 :
Tumor Primer (T)
Tx
Tumor primer tidak dapat dinilai
T0

Tidak ada bukti tumor primer

Tis

Karsinoma in situ

Tis (DCIS)

Ductal Carsinoma in situ

Tis (LCIS)

Lobular Carsinoma in situ

Tis (Pagets)

Pagets disease pada puting payudara tanpa tumor


Catatan: Pagets disease yang berhubungan dengan
tumor diklasifikasikan berdasarkan ukuran tumor

T1

Tumor 2 cm atau kurang pada dimensi terbesar


T1 mic : Mikroinvasi 0,1 cm atau kurang pada
dimensi terbesar
T1a : Tumor lebih dari 0,1 cm tetapi tidak lebih dari
0,5 cm pada dimensi terbesar
T1b : Tumor lebih dari 0,5 cm tetapi tidak lebih dari
1 cm pada dimensi terbesar
T1c : Tumor lebih dari 1 cm tetapi tidak lebih dari 2
cm pada dimensi terbesar
91

T2

Tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm


pada dimensi terbesar

T3

Tumor berukuran lebih dari 5 cm pada dimensi


terbesar

T4

Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung


ke (a) dinding dada atau (b) kulit, seperti yang
tercantum berikut:
T4a : Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk otot
pectoralis
T4b : Edema (termasuk peau dorange) atau ulserasi
kulit payudara atau satelite skin nodules pada
payudara yang sama
T4c : Gabungan T4a dan T4b

T4d : Inflamatory carcinoma


Kelenjar Getah Bening (KGB) Regional (N)
Nx
KGB regional tak dapat dinilai (mis: sudah diangkat)
N0

Tak ada metastasis KGB regional

N1

metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang masih


dapat digerakan

pN1

Mikrometastasis >0,2 mm < 2 mm


pN1a : 1-3 KGB aksila
pN1b : KGB mamaria interna

dengan metastasis

mikro melalui sentinel node biopsy tetapi tidak


terlihat secara klinis
pN1c : T1-3 KGB aksila dan KGB mamaria interna
dengan metastasis mikro melalui sentinel node
biopsy tetapi tidak terlihat secara klinis
N2

metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir


atau matted,atau KGB mamaria interna yang
terdeteksi

secara

klinis*

jika

metastasis KGB aksila secara klinis

92

tidak

terdapat

N2a : metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang


terfiksir satu sama lain (matted) atau terfiksir pada
strukture lainpN2a : 4-9 KGB aksila
N2b metastasis hanya pada KGB mamaria interna
yang terdeteksi secara klinis* dan jika tidak terdapat
metastasis KGB aksila secara klinispN2b : KGB
mamaria interna, terlihat secara klinis tanpa KGB
aksila.
N3

Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral


dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila, atau
pada KGB mamaria interna yang terdeteksi secara
klinis* dan jika terdapat metastasis KGB aksila
secara

klinis;

supraklavikula

atau

metastasis

ipsilateral

dengan

pada

KGB

atau

tanpa

keterlibatan KGB aksila atau mamaria interna.


N3a : metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral
pN3a >10 : KGB aksila atau infraklavikula
N3b : metastasis pada KGB mamaria interna
ipsilateral dan KGB aksila
pN3b : KGB mamaria interna, terlihat secara klinis,
dengan KGB aksila atau >3 KGB aksila dan
mamaria interna dengan metastasis mikro melalui
sentinel node biopsy namun tidak terlihat secara
klinis
N3c metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral
pN3c KGB supraklavikula
*Terdeteksi secara klinis maksudnya terdeteksi pada
pemeriksaan

imaging

(tidak

termasuk

lymphoscintigraphy) atau pada pemeriksaan fisis


atau terlihat jelas pada pemeriksaan patologis
Metastasis Jauh (M)***

93

Mx

Metastasis jauh tak dapat dinilai

M0

Tak ada metastasis jauh

M1

Terdapat metastasis jauh

2. Pengelompokan Stadium (AJCC, 2010)


Stadium 0

T1s

N0

M0

Stadium I

T1

N0

M0

Stadium IIA

T0-1

N1

M0

T2

N0

M0

T2

N1

M0

T3

N0

M0

T0-2

N2

M0

T3

N1-2

M0

Stadium IIIB

T4

N0-2

M0

Stadium IIIC

Setiap T

N3

M0

Stadium IV

Setiap T

Setiap N

M1

Stadium IIB
Stadium IIIA

*Termasuk T1 mic

pTNM harus dicantumkan pada setiap hasil pemeriksaan KPD yang


disertai dengan cTNM
3. Klasifikasi Histologik
Untuk

kanker

payudara

dipakai

klasifikasi

histologik

berdasarkan WHO Histological Classification of Tumor of the Breast,


tahun 2012 sebagai berikut:
a. Karsinoma in situ
1) Ductal carcinoma in situ
2) Lobular carcinoma in situ.
b. Karsinoma Invasive
1) Invasive Carcinoma Of No Special Type (NST)
Subtipe: pleomorphic carcinoma, carcinoma

with

osteoclast-like stromal giant, cells, carcinoma with


choriocarcinomatous

features,

melanocytic features.
2) Invasive Lobular Carcinoma
94

carcinoma

with

3)
4)
5)
6)

Tubular Carcinoma
Cribriform Carcinoma
Mucinous Carcinoma
Carcinoma With Medullary Features
Subtipe: medullary carcinoma, atypical

medullary,

invasive carcinoma with medullary features.


7) Carcinoma With Apocrine Differentiation
8) Carcinoma With Signet Ring Cell Differentiation
9) Invasive Micropapillary Carcinoma
10) Metaplastic Carcinoma Of No Special Type
Subtype: low grade adenosquamous carcinoma,
fibromatosis-like metaplastic carcinoma, squamous cell
carcinoma, spindle cell carcinoma, metaplastic carcinoma
with mesenchymal differentiation, mixed metaplastic
carcinoma, myoepithelial carcinoma.
11) Rare Types
a) Carcinoma with neuroendocrine features
b) Secretory carcinoma
c) Invasive papillary carcinoma
d) Acinic cell carcinoma
e) Mucoepidermoid carcinoma
f) Polymorphous carcinoma
g) Oncocytic carcinoma
h) Lipid-rich carcinoma
i) Glicogen-rich clear cell carcinoma
j) Sebaceous carcinoma
k) Salivary gland/skin adnexal type tumours
12) Epithelial-myoepithelial tumours
Subtipe: adenomyoepithelioma with carcinoma, adenoid
cystic carcinoma.
13) Intraductal papillary carcinoma
14) Encapsulated papillary carcinoma
15) Solid papillary carcinoma
Subtype: in situ, invasive
16) Pagets disease of the nipple
E. Stadium Pada Kanker Payudara

95

Pentahapan patologi didasarkan pada histologi, memberikan prognosis


yang lebih akurat. Adapun stadium ca mammae adalah:
1. Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada
tempatnya di dalam jaringan payudara yang normal.
2. Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum
menyebar keluar payudara.

Gambar 19. Stadium I Ca Mammae


(Medicastore, 2011)
3. Stadium IIa : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar
ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang
dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.

Gamabr 20. Stadium IIa Ca Mammae


(Medicastore, 2011)
96

4. Stadium IIb : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan
belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan
garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening
ketiak.

Gambar 21. Stadium IIb Ca Mammae


(Medicastore, 2011)
5. Stadium IIIa : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu
sama lain atau perlengketah ke struktur lainnya; atau tumor dengan
garis tengah lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah
bening ketiak.

Gambar 22. Stadium IIIa Ca Mammae


(Medicastore, 2011)

97

6. Stadium IIIb : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam


kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar
getah bening di dalam dinding dada dan tulang dada

Gambar 23. Stadium IIIb Ca Mammae


(Medicastore, 2011)
7. Stadium IIIc :Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis
kelenjar

limfe

infraklavikular

ipsilateral,

atau

bukti

klinis

menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mammaria interna


dan metastase kelenjar limfe

Gambar 24. Stadium IIIc Ca Mammae


(Medicastore, 2011)

98

8. Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan


dinding dada, misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.

Gambar 25. Stadium IV Ca Mammae


(Medicastore, 2011)
F. Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara
lain obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan
mengkonsumsi zat-zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel
payudara dan dapat menyebabkan kanker payudara. Kanker payudara
berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada sistem duktal.
Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik.
Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma.
Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel
tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kirakira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat dari kanker
payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah
teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling sering
terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan
mungkin berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya
benjolan-benjolan pada kulit ulserasi (Price, 2006 dalam Novitarini, 2010).
Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi
kirakira 1-2% wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya mirip
dengan infeksi payudara akut. Kulit menjadi merah, panas, edematoda, dan
nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit dan jaringan limfe. Tempat yang
99

paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan tulang (Price,
2006 dalam Novitarini, 2010).
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung
kejaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah.
Bedah dapat mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap tubuh,
integritas dan terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering menyertai upaya
tersebut pengalaman operatif di bagi dalam tiga tahap yaitu preoperatif, intra
operatif dan pos operatif. Operasi ini merupakan stressor kepada tubuh dan
memicu respon neuron endokrine respon terdiri dari system saraf simpati
yang bertugas melindungi tubuh dari ancaman cidera (Mansjoer , 2000
dalam Novitarini, 2010).
Bila stress terhadap sistem cukup gawat atau kehilangan banyak
darah, maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan
syock akan terjadi. Anestesi tertentu yang di pakai dapat menimbulkan
terjadinya syock. Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak
di metabolisme untuk memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk
menyajikan suplai asam amino yang di pakai untuk membangun jaringan
baru. Intake protein yang di perlukan guna mengisi kebutuhan protein untuk
keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk fungsi yang optimal
(Mansjoer , 2000 dalam Novitarini, 2010).
Kanker payudara tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ
yang deket maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke
kelenjar limfe aksilasis dan terjadi benjolan, dari sel epidermis penting
menjadi invasi timbul krusta pada organ pulmo mengakibatkan ekspansi
paru tidak optimal (Mansjoer , 2000 dalam Novitarini, 2010).

100

Pathway

101

102

103

G. Manifestasi Klinis
Romauli & Vindari (2011) menyebutkan bahwa pada tahap awal tidak
terdapat tanda dan gejala yang khas. Tanda dan gejala dapat terlihat pada
tahap lanjut antara lain :
1. Adanya benjolan di payudara
2. Adanya luka yang tidak sembuh
3. Keluar cairan abnormal dari puting susu, cairan dapat berupa nanah,
darah, cairan encer atau keluar air susu pada perempuan yang tidak
hamil dan menyusui
4. Perubahan bentuk dan besarnya payudara
5. Kulit puting susu dan areola melekuk ke dalam atau berkerut
6. Nyeri di payudara
Menurut Mulyani & Nuryani (2013), jika metastase (penyebaran) luas,
maka tanda dan gejala yang biasa muncul adalah:

1. Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal


2. Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura
3. Gejala penyebaran yang terjadi di paru-paru ditandai dengan batuk
yang sulit untuk sembuh, terdapat penimbunan cairan antara paru-paru
dengan dinding dada sehingga akan menimbulkan kesulitan dalam
bernafas
4. Nyeri tulang dengan penyebaran ke tulang
5. Fungsi hati abnormal
H. Komplikasi
1. Komplikasi Non Muskuloskeletal
a. Infeksi luka
Insiden infeksi luka pasca operasi berkisar 3-19%. Infeksi
luka mastektomi dapat berlanjut sampai akhir lymphoedema
pasca operasi lengan. (Morrow et al, 2009 dalam Allen, 2013).
Faktor risiko meliputi : biopsi terbuka sebelum mastektomi,
obesitas, diabetes, peningkatan usia dan berkepanjangan hisap
kateter drainase (Vitug dan Newman, 2007 dalam Allen, 2013).
b. Seroma
Seroma adalah kumpulan cairan serosa dalam rongga
bedah yang jelas secara klinis. Setelah mastektomi, seroma
terjadi di ruang mati di bawah lipatan kulit yang meningkat
sekitar 30% kasus. Faktor risiko meliputi peningkatan usia, BP
dan BMI (Van Bemmel et al, 2011 dalam Allen, 2013).
Penelitian terbaru menyarankan bahwa dengan adanya seroma,

104

lengan mobilitas harus diizinkan segera setelah operasi namun


terstruktur latihan fisioterapi harus ditunda sampai setidaknya
satu minggu pasca operasi (Shamley et al, 2005 dalam Allen,
2013).
c. Nekrosis jaringan
Bland dan Copeland, 2004 mengamati kejadian 21% untuk
nekrosis kecil dan besar dari flap kulit mastektomi dengan
infeksi luka terkait (Banerjee et al, 2001 dalam Allen, 2013).
d. Cedera dan nyeri neurovaskular struktur payudara.
1) Cedera pada pleksus brakhialis merupakan komplikasi
yang jarang dari mastektomi. Pasien biasanya mengalami
nyeri sedang di bahu dan lengan pada periode pasca
operasi segera (Kroner et al, 1992 dalam Allen, 2013).
Pasien dapat mencatat hypersthesia dan parestesia, serta
sesekali panthom hyperesthesia dalam mastektomi
(Stubblefied dan Custodio, 2006 dalam Allen, 2013).
2) Sindrom phantom payudara adalah sensasi tidak
menyakitkan
pramenstruasi,

seperti
jenis

gatal,

sensasi

ketidaknyamanan

puting,

dan

payudara.

(Stubblefield dan Custodio, 2006 dalam Allen, 2013).


2. Komplikasi Muskuloskeletal
a. Adhesive Capsulitis (bahu beku)
b. Penyakit rotator cuff
c. Myofascial disfungsi lateral epicondylitis (tennis elbow)
d. Kerusakan scapular winging sekunder saraf toraks panjang
selama operasi
e. Penurunan aktivitas otot
f. Peningkatan risiko morbiditas UE dengan mastektomi, terapi
radiasi, ALND (Allen, 2013).
I. Pencegahan
Menurut Mulyani & Nuryani (2013), Suryaningsih & Sukaca, (2009)
terdapat beberapa cara mencegah cancer mammae, yaitu:
1. Strategi Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena
dilakukan pada orang yang sehat untuk menghindarkan diri dari
keterpaparan pada berbagai resiko. Pencegahan primer dapat

105

berupa deteksi dini dan melakukan pola hidup sehat untuk


mencegah cancer mammae.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini dilakukan terhadap individu yang memiliki
risiko untuk terkena cancer mammae. Pada setiap perempuan yang
normal serta memiliki siklus haid normal merupakan populasi at
risk cancer mammae. Pencegahan ini dilakukan dengan melakukan
deteksi dini berupa skrining melalui mammografi yang memiliki
akurasi 90% tetapi paparan yang terus-menerus dapat menjadi
risiko cancer mammae.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini diarahkan pada individu yang telah positif
menderita cancer mammae. Dengan penanganan yang tepat dapat
mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup.
2. Terapkan Pola Hidup Sehat
a. Menjaga berat badan ideal
b. Pemberian ASI
c. Konsumsi sayuran, buah, dan kacang-kacangan
d. Mengurangi konsumsi makanan dan gula yang diproses
e. Kurangi konsumsi daging merah kurang dari 3 ons per hari
f. Menghindari gorengan serta makanan yang banyak mengandung
lemak
g. Hindari makanan yang terkontaminasi jamur
h. Menyimpan makanan yang cepat rusak dalam lemari es
i. Mengurangi makanan yang diasap
j. Metode memasak dengan suhu rendah
k. Menghentikan konsumai alcohol
l. Olahraga yang teratur
m. Hindari merokok
n. Menghindari stress
3. Konsumsi Makanan Pencegah Cancer
Terdapat beberapa jenis makanan yang diteliti ahli dapat
mencegah cancer mammae, yaitu tomat, alpukat, blueberry, kunyit, teh
hijau, brokoli, kembang kol, bawang putih, bayam, buah delima,
rumput laut, sayuran, gandum, ikan salmon dan tuna, yoghurt, olahan
kedelai, dan jus jeruk.
4. Makanan Penderita Cancer Mammae
Makanan yang dianjurkan

untuk

penderita

cancer

mammae adalah sayuran seperti wortel, lobak, pisang raja, belimbimg


manis, seledri, kubis, apel, bawang, susu kedelai, dan tempe.

106

J. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca (2009)
terdapat beberapa proses deteksi cancer mammae, yaitu:
1. Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
Cara pemeriksaan:
a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan
pada payudara. Biasanya payudara tidak sama, putingnya juga
tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apaka
terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam.
Bila terdapat kelainan atau keluar cairan atau darah dari puting
susu, segeralah pergi ke dokter.
b. Takkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali
kedua payudara. Kemudian bungkukkan badan hingga payudara
tergantung ke bawah dan periksa lagi.
c. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di
belakang kepala, dan sebuah bantal di bahu kiri. Rabalah
payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah
ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada
benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
d. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya
kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan
terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan
terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan
dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm
atau lebih, segeralah ke dokter. Makin dini penanganan, semakin
besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna.
2. Thermografi Payudara
Thermografi payudara adalah suatu prosedur diagnosis yang
menggambarkan payudara sebagai langkah deteksi dini cancer
mammae. Prosesnya akan menghasilkan peningkatan suhu di dalam
payudara. Thermografi payudara dapat dilakukan dengan:
a. Kamera inframerah ultra sensitif (ultra-sensitive infrared
cameras)
b. Komputer
Cara penggunaan:

107

1) Pasien berdiri di depan kamera dengan melepas pakaian


dari pinggang ke atas.
2) Posisi berdiri tegak dengan mengangkat kedua telapak
tangan di belakang kepala. Hasil dengan thermografi
payudara :
a) Citra inframerah yang abnormal merupakan tanda
penting adanya resiko tinggi terjadinya cancer mammae.

b) Ketidaknormalan

yang

tetap

tertangkap

pada

pemeriksaan thermografi berikutnya menandakan


risiko terkena cancer mammaedi masa mendatang 22
kali lipat lebih tinggi.
c) Ketika perempuan dengan ketidaknormalan tersebut
menjalani perawatan kesehatan payudara, maka
tingkat bertahan hidupnya naik sekitar 61 %.
3. Mamografi
Mamografi adalah suatu metode pendeskripsian dengan
menggunakan sinar X berkadar rendah. Tes dalam mamografi disebut
mammogram. Cara menggunakan mammogram:
a. Tahap 1
1) Pasien diminta menanggalkan pakaian dari pinggang ke
atas dan diganti pakaian rumah sakit.
2) Berdiri di depan mesin mamografi.
3) Penyinaran dilakukan satu per satu pada payudara dengan
meletakkannya di atas penjepit lembar film dari plastik
atau metal.
4) Tekan payudara sedatar mungkin di antara penjepit film
dan kotak plastik yang disebut paddle, yang menekan
payudara dari atas ke bawah.
5) Pancarkan sinar x beberapa detik.
b. Tahap 2
1) Berposisi di samping mesin mamografi.
2) Penjepit film akan dinaikkan sehingga sisinya persis
dengan

posisi

luar

payudara,

sedangkan

sudutnya

menyentuh ketiak.
3) Melakukan oblique position, yaitu menekan kembali paddle
beberapa detik saat sinar x dipancarkan. Prosedur ini akan
diulang pada payudara satunya.

108

4) Totalnya empat sinar x, dua untuk masing-masing


payudara.
4. Ductography
Ductography merupakan bagian dari mamografi. Fungsi
ductography adalah:
a. Memperlihatkan saluran air susu yang ada di dalam payudara.
b. Membantu dalam mendiagnosis penyebab keluarnya cairan
abnormal pada putting.
Cara melakukan mamografi:
a. Membersihkan dan mensterilkan payudara dengan alkohol untuk
membersihkan sisa cairan yang kering dan menempel pada
puting.
b. Pijat payudara untuk mendapatkan cairan.
c. Tempatkan satu jarum pada putting sementara pasien memegang
putting dengan telunjuk dan ibu jarinya.
d. Puting diarahkan ke bawah agar kanula dapat masuk saluran air
susu pasien.
e. Cairan radiopaque disuntikkan ke dalam payudara melalui
suntikan yang telah disambungkan dengan canula.
f. Payudara kemudian dicitrakan ke mamografi.
g. Tempelkan puting plester untuk menghindari keluarnya cairan
ke pakaian pasien.
5. Biopsi Payudara
Biopsi payudara adalah sebuah tindakan untuk mengambil
contoh jaringan payudara dengan lensa mikroskop. Dengan begitu
maka dapat diketahui adanya sel cancer mammae yang bersarang. Cara
penggunaan biopsi payudara :
a. Fine-Needle Aspiration Biopsy (FNA)
Alat: menggunakan jarum kecil
Cara: Jarum kecil dimasukkan dalam payudara. Dari ujung
jarum tersebut, contoh jaringan diambil untuk kemudian
diperiksa.
b. Core Needle Biopsy
Alat: menggunakan jarum berbentuk khusus dan lebih besar.
Cara: Jarum dimasukkan hingga menembus kulit sampai ke
benjolan.
c. Open biopsy
Alat: Menggunakan jarum atau kabel khusus.
Cara: Mengiris kulit dan mengambil sebagian atau seluruh
benjolan. Jika tidak ada benjolan, jarum atau kabel khusus akan

109

dimasukkan ke daerah yang dicurigai saat mammogram sebelum


pembedahan dilakukan. Gambar jarum atau kabel tersebut akan
membantu menentukan daerah benjolan dan menentukan lokasi
sayatan.
6. USG
USG merupakan kelanjutan pemeriksaan mamography atau uji
klinis payudara. USG sering digunakan untuk memerksa abnormalitas
payudara. Cara pemeriksaan:
a. Pasien berbaring pada tempat khusus.
b. Olesi payudara dengan gel.
c. Geser transduser pada payudara.
d. Bentuk dan intensitas pantulan bergantung pada kepadatan
jaringan payudara.
e. Jika sebuah kista, hampir seluruh gelombang suara akan
melewati kista serta menghasilkan pantulan yang lemah.
f. Jika tumor payudara, gelombang suara akan memantul dari
benda padat tersebut. Sehingga diterjemahkan komputer menjadi
gambar yang diindikasikan sebagai massa.
g. USG tidak menggunakan radiasi dan bebas rasa sakit.
K. Penatalaksanaan
Mulyani & Nuryani (2013) dalam Suryaningsih & Sukaca (2009)
menjelaskan bahwa penatalaksanaan cancer mammae tergantung tipe dan
stadium yang dialami penderita. Macam-macam penatalaksanaan cancer
mammae :
1. Lumpectomy
Lumpectomy (Radical Mastectomy) yaitu pengangkatan hanya
pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara.
Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar
tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
a. Indikasi lumpectomy
1) Mempunyai cukup jaringan normal
Hal ini diharapkan agar pengangkatan

tidak

menghilangkan payudara.
2) Mempunyai tumor tunggal.
b. Kontraindikasi lumpectomy
1) Mempunyai tumor banyak (jamak) dalam satu payudara,
2) Menjalani terapi radiasi payudara untuk penanganan awal
cancer mammae.
3) Sedang hamil sehingga harus menghindari terapi radiasi.
110

c. Tahap-tahap pembedahan lumpectomy


1) Persiapan operasi, kemudian berikan anastesi local
ataupun total dan membutuhkan waktu antara satu sampai
dua jam.
2) Penjepit metalik kecil akan dimasukkan untuk memberi
tanda area serta mempermudah terapis melakukan
perawatan.
3) Simpul limfe (getah bening) juga akan diperiksa saat
itu juga, saat jaringan payudara diangkat.
4) Irisan akan dilakukan di bawah ketiak atau dengan
membuat irisan terpisah di bawah lengan.
5) Melihat kanker seberapa besar dan seberapa parahnya.
Memisahkan kanker dengan jaringan lainnya.
6) Melakukan pengangkatan kanker.
7) Menjahit bagian yang telah diangkat tadi.
2. Radical Mastectomy
Radical mastectomy merupakan operasi pengangkatan sebagian
payudara

(lumpectomy) dan

operasi ini

selalu

diikuti

dengan

pemberian radioterapi. Lumpectomy ini biasanya direkomendasikan


pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya
di pinggir payudara.
3. Total Mastektomy
Total mastectomy merupakan operasi pengangkatan seluruh
payudara saja bukan kelenjar ketiak atau axila.
4. Modified Radikal Mastektomy
Modified Radikal Mastektomy merupakan operasi pengangkatan
seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka,
dan tulang iga serta benjolan di sekitar ketiak.
5. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah cara pengobatan yang sangat efektif dan
sangat menuju sasaran untuk menghancurkan sel kanker yang
mungkin masih tertinggal setelah operasi. Radiasi dalam pengobatan
kanker disebut ionizing radiation. Radiasi ini dapat mengurangi resiko
kekambuhan kanker. Biasanya terapi radiasi menggunakan x-ray
berenergi tinggi atau partikel lain untuk membunuh sel kanker. Terapi
ini dilakukan secara regular per minggu (5 hari) selama 6 minggu
tergantung ukuran, lokasi, jenis kanker, kesehatan penderita secara

111

umum, dan pengobatan lainnya. Cara kerja terapi radiasi yaitu untuk
mengetahui bagaimana radiasi bekerja untuk pengobatan, pertamatama kita harus mengetahui siklus hidup sel normal dalam tubuh.
Siklus sel terdiri dari 5 fase yaitu :
a. Fase G0 (Resting Stage)
Sel belum mulai membelah. Langkah ini dapat berlangsung
beberapa jam hingga bertahun-tahun. Hal itu tergantung pada
tipe sel. Ketika sel mendapat kode untuk menggandakan maka
kemudian dia akan menuju fase G0.
b. Fase G1
Sel mulai membuat lebih banyak protein. Gunanya persiapan
untuk membelah. Fase ini berlangsung antara 18 hingga 30 jam.
c. Fase S
Fase ini menandakan bahwa kromosom yang berisi kode genetik
(DNA) dapat digandakan. Sehingga kedua sel yang baru
terbentuk itu akan mempunyai jumlah DNA yang sama. Fase ini
berlangsung antara 18 hingga 20 jam.
d. Fase G2
Sel akan membelah menjadi 2 sel yang berlangsung 2 hingga 20
jam.
e. Fase M
Sel membelah menjadi 2 sel yang berlansung 30 atau 60 menit.
Efek samping radio terapi berbeda-beda tergantung pada area
tubuh yang diterapi, yang paling umum adalah rasa lemah takber
tenaga, yang biasanya muncul beberapa minggu setelah
radioterapi dimulai. Banyak yang menjadi penyebabnya,
diantaranya karena kurang darah, stres, kurang tidur, nyeri,
kurang nafsu makan, atau lelah karena setiap hari harus ke
rumah sakit.
Perawatan pasien dengan terapi radiasi adalah :
a. Perawatan sebelum radiasi
Sebaiknya lakukan terlebih dahulu pemikiran pasien
sebelum radioterapi, sehingga pasien mengerti radioterapi,
menghindari stres, ketakutan, dan setelah itu untuk memperbaiki
keadaan umum, memperhatikan nutrisi tubuh, memperbaiki
situasi lokal, untuk menghindari infeksi lokal. Misalnya, NPC

112

pasien sebelum radio terapi baiknya untuk mencuci nasofaring,


pasien kanker esofagus sebelum radio terapi harus menghindari
makan-makanan keras dan makanan pedas.
b. Perawatan selama radiasi
Pasien kanker selama radio terapi sering merasa nyeri,
perdarahan, infeksi, pusing, kehilangan nafsu makan dan gejala
lain, pengobatan simtomatik harus tepat waktu. Pertama, dokter
harus memperhatikan menyesuaikan pengobatan dan dosis,
sejauh mungkin untuk melindungi bagian-bagian tidak perlu
diradiasi, sambil memberi obat penenang, vitamin B. Kedua,
kita harus memberikan asupan air kepada pasien yang cukup
banyak, agar mencapai tujuan untuk mengurangi reaksi sistemik
dan menghindari cedera radiasi lokal. Selama radio terapi,
dokter harus memperhatikan perubahan sering diamati dalam
darah, seperti sel-sel darah putih kurang dari3,0x109/L,
trombosit kurang dari 8,0109/L, harus mengetahui alasan atau
penangguhan radio terapi, diberikan pengobatan yang sesuai.
Setelah perawatan radiasi para pasien setelah diiradiasi
kulit lokal harus tetap bersih untuk menghindari rangsangan
fisik dan kimia, tidak dapat membiarkan kulit lokal berlebihan
tergesek. Pakaian pasien harus lembut, kerah jangan terlalu
kaku. Organ setelah diradiasi, karena cedera radiasi, mengurangi
resistensi

terhadap

infeksi

sekunder,

sehingga

harus

menggunakan radio terapi yang berbeda untuk meningkatkan


perlindungan. Untuk radioterapi lokal yang spesifik, seperti
esophagus setelah radio terapi harus mengkonsumsi makanan
lunak, rectum setelah radio terapi harus mencoba untuk
menghindari BAB kering. Radiasi dari situs tumor primer tidak
dapat dengan mudah biopsi, jika tidak maka dapat menimbulkan
luka yang tak tersembuhkan dan berkepanjangan.
6. Terapi Hormone
Terapi hormon ini dapat menghambat pertumbuhan tumor yang
peka hormon dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah
pembedahan atau pada stadium akhir. Hal ini dikenal therapy anti-

113

estrogen untuk memblok kemampuan hormon estrogen yang ada


dalam menstimulus perkembangan cancer mammae. Hormon estrogen
merupakan hormon yang berfungsi membentuk dan mematangkan
organ kelamin perempuan, salah satunya payudara selama waktu
pubertas serta memicu pertumbuhan dan pematangan sel di organ
perempuan yang disebut sel duct, yang akan membelah secara normal.
Dimana saat terjadi pematangan sel duct merupakan saat yang paling
rentan terkena mutasi. Jika ada satu sel yang mengalami mutasi akibat
factor keturunan, radiasi, radikal bebas, dll. Maka sel tersebut dapat
membelah secara berlebihan yang akan berkembang menjadi kanker.
Sehingga tujuan terapi hormon ini untuk mencegah estrogen dalam
mempengaruhi sel kanker yang berada dalam tubuh. Contoh terapi
hormon adalah tamoxifen, anastrozole(arimidex), letrozole (femara),
dan exemestane (aromasin).
7. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan

proses

pemberian

obat-obatan

antikanker yang dapat diberikan secara oral atau intervenous.


Cara pemberian obat :
a. Secara Oral
Diberikan secara berseri (biasanya diminum selama 2 minggu,
istirahat 1 minggu).
b. Secara Intravenous
Diberikan dalam 6 kali kemo yang berjarak 3 minggu untuk
yang full dosis.
Kemoterapi adjuvant, diberikan setelah operasipembedahan
untuk jenis cancer mammae yang belum menyebar dengan tujuan
mengurangi risiko timbulnya kembali cancer mammae. Sel-sel kanker
dapat melepaskan diri dari tumor payudara asal dan menyebar melalui
aliran darah. Sel-sel ini tidak menyebabkan gejala dan tidak muncul
pada sinar-x serta tidak dapat dirasakan pada pemeriksaan fisik.
Namun memiliki peluang untuk tumbuh dan membentuk tumor baru
ditempat lain di tubuh. Kemoterapi adjuvant ini dapat diberikan untuk
mencari dan membunuh sel-sel ini.

114

Neoadjuvant kemoterapi merupakan kemoterapi yang diberikan


sebelum operasi dan bermanfaat mengecilkan kanker yang berukuran
besar sehingga cukup kecil untuk melakukan lumpectomy.
Efek samping yang umunya dirasakan adalah rambut rontok,
Kuku dan kulit menghitam dan kering, mual dan muntah, anoreksia,
perubahan siklus menstruasi, dan mudah lelah.
Obat-obat kemoterapi yang biasa digunakan pada cancer
mammae adalah:
a. Cyclophosphamid (cytoxan, neosar)
b. Methotrexate
c. Fluorouracil (5-Fu, Adrucil)
d. Paclitaxel (Taxol)
e. Docetaxel (Taxotere)
f. Vinorelbine (Navelbine)
g. Gemcitabine (Gemzar), dll
Contoh kombinasi obat :
a. CMF (cyclophosphamide, methotrexate, dan 5-Fu)
b. FAC (5-Fu, doxorubicin, cyclophosphamide)
c. TAC (docetaxel, doxorubicin, cyclophosphamide)
d. GT (gemcitabine dan paclitaxel), dan lain-lain
Perawatan Pasien Dengan Post Kemoterapi :
a. Anoreksia
Penanganan yang bisa dilakukan adalah

dengan

mengajarkan kepada pasien cara mengatur makanan: Kebutuhan


karbohidrat, sebagai sumber energi harus dikonsumsi secara
teratur, bisa diperoleh dari tepung, sereal, pasta dan roti,
tetapihindari yang terlalu manis seperti permen dan kue-kue
basah. Kebutuhan protein, penting karena banyak mengandung
vitamin dan mineral. Bisa dengan mengkonsumsi suplemen
nutrisi

seperti

ensure,

sustacal,

resource,

bisa

juga

denganosmolit, isocal, isosource. Untuk menambah masukan


protein bisa juga dengan makan telur rebus, daging, yoghurt.
b. Perubahan Indra Pengecap
Hindari makanan yang pahit, makanan lunak berprotein
(susu, ikan, ayam), pertahankan rasa manis, konsumsi makanan
tambahan, lakukan tes pengecapan, karbohidrat padapasien yang
tidak suka manis, dan gunakan tambahan bumbu.
c. Mual Dan Muntah
Untuk mencegah atau meminimalkan mual dan muntah :

115

1) Makan makanan yang dingin atau yang disajikan


dengansuhu

ruangan

karena

makanan

panas

meningkatkansensasi mual.
2) Minum segelas jus apel, lemon, gelatin, teh atau colauntuk
meredakan mual.
3) Hindari makanan yang terlalu manis, berlemak dan
telalupedas.
4) Hindari makan dan minum 1-2 jam sebelum dan
setelahkemoterapi.
5) Gunakan teknik distraksi (musik, radio, televisi)
6) Gunakan untuk tidur saat terasa mual.
d. Diare
Hindari makanan yang mengiritasi lambung, seperti :
sereal, roti dari tepung, kacang, biji-bijian, coklat, buah
segaratau yang dikeringkan, jus buah (pisang, avocado, apel
dananggur diperbolehkan), sayur mentah, makanan yang banyak
mengandung gas, makanan dan minuman yang mengandung
kafein.
L. Konsep Asuhan keperawatan
1. Anamnesa
Pengkajian yaitu tahap awal dari proses keperawatan, suatu
proses keperawatan, suatu kolaboratif melibatkan perawat, pasien dan
tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data
subjektif dan objektif yang dilakukan dengan wawancara dan
pemeriksaan fisik, data tersebut kemudian diolah, dianalisa yang
kemudian akan menghasilkan suatu diagnosa keperawatan yang
membutuhkan perencanaan untuk mengatasi masalah yang timbul dan
muncul.Tujuan utama pengkajian adalah memberikan gambaran
secara terus menerus mengenai keadaan pasien yang memungkinkan
perawat merencanakan asuhan keperawatan kepada klien dengan
mudah (Taufan Nugroho, 2011).
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam
lima tahap kegiatan yang meliputi:
a. Identitas

116

1) Identitas klien
Nama
:
Umur
:
Agama
:
Pendidikan :
Pekerjaan
:
Suku/bangsa :
Alamat

2) Identitas Penanggung Jawab


Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Agama
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Hubungan dengan klien
:
Alamat
:
b. Keluhan Utama
Untuk mengetahui penyebab klien tersebut dibawa ke
tempat pelayanan kesehatan. Biasanya klien mengeluh adanya
benjolan di payudara, kecepatan tumbuh dengan/tanpa rasa
sakit, nipple discharge, retraksi puting susu, dan krusta, kelainan
kulit, dimpling, peau dorange, ulserasi, venektasi dan benjolan
ketiak dan edema lengan (Kemenkes RI, 2015).
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan Dahulu menurut Taufan Nugroho
(2011) yaitu:
a) Pasien pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya

seperti

penyakit

payudara

jinak,

hyperplasia tipikal.
b) Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai
perubahan epitel proliferative mempunyai resiko dua
kali lipat biasanya mengalami kanker payudara,
wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai resiko
empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini.
c) Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian
terapi penggantian hormon dalam waktu yang lama
(lebih dari 10-15 tahun) seperti estrogen suplemen.
d) Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian
kontrasepsi oral dan suntik.
117

e) Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi


lemak, dan makanan yang memakai penyedap dan
pengawet.
f) Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau
menstruasi

pertama

pada

usia

yang

relative

muda dan menopause pada usia yang relative lebih


tua.
g) Biasanya klien mempunyai riwayat nulipara (belum
pernah melahirkan), infertilitas, dan melahirkan anak
pertama pada usia yang relative lebih tua (lebih dari
35 tahun), serta tidak menyusui.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang menurut Taufan Nugroho
(2011) yaitu:
a) Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada
payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin
lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya
tidak beraturan.
b) Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat
benjolan mulai membesar.
c) Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan
encer dari puting susu pada wanita yang tidak hamil.
d) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat
neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga
terjadi edema dan piting kulit.
e) Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah,
tidak nafsu makan, mual, muntah, ansietas.
f) Terdapat edema (bengkak) pada lengan atau kelainan
kulit, ruam kulit, dan ulserasi.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga menurut Taufan Nugroho
(2011) yaitu:
a) Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker
terutama ibu, anak perempuan serta saudara
perempuan. Risikonya meningkat dua kali jika
ibunya terkena kanker pada usia kurang dari 60
tahun. Risiko meningkat 4-6 kali jika terjadi pada
dua orang saudara langsung.

118

b) Tiga

atau

lebih

keluarga

dari

sisi

keluarga yang sama terkena kanker payudara atau


ovarium.
c) Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena
kanker payudara atau ovarium dibawah 40 tahun.
d) Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena
kanker payudara atau ovarium.
e) Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada
keluarga.
d. Pola Kebiasaan Sehari-hari menurut Taufan Nugroho (2011)
yaitu:
1) Nutrisi
a) Makan
Sehat : biasanya makan 3 kali sehari dan habis satu
porsi.
Sakit :

biasanya

kali

sehari,dan

hanya

menghabiskan setengah porsi.


b) Minum
Sehat : biasanya minum 6-8 gelas sehari.
Sakit : biasanya klien hanya menghabiskan minum
3-5 gelas sehari.
2) Eliminasi
a) Miksi
Sehat : biasanya frekuensi sehari 1500cc.
Sakit : biasanya frekuensi BAK sehari 800cc,
karakteristik warna kekuningan, pekat dan bau khas.
b) Defekasi
Sehat : biasanya frekuensi BAB 1 kali sehari.
Sakit : pada saat sakit 1 kali dalam 3 hari
karateristik

warna

kehitaman

atau

kemerahan, konsistensi padat dan bau khas.


3) Istirahat dan tidur
Sehat : biasanya jam tidur siang 2 jam dan malam 7 jam
sehari.
Sakit : biasanya saat sakit susah tidur karena rasa nyeri
yang dirasakan dibagian payudara.
4) Personal Hygiene
Sehat : biasanya klien mandi 2 kali sehari, menggosok
giggi 2 kali sehari, cuci rambut 1 kali sdalam 2 hari,
pakaian diganti sesudah mandi.

119

Sakit : biasanya pada sakit mandi 1 kali sehari,menggosok


gigi 1 kali sehari, cuci rambut 2 kali seminggu, pakain di
ganti 1 kali sehari.
e. Data Sosial Ekonomi
Biasanya di tanyakan pada klien tentang pekerjaan, sumber
penghasilan dalam keluarga dan perubahan yang dialami sejak
klien sakit, penanggung jawab biaya perawatan klien selama
sakit dan masalah keuangan yang dialami saat ini (Taufan
Nugroho, 2011).
f. Data Psikologi
Biasanya keadaan psikologi saat sakit lemas dan takut di rawat
di rumah sakit,harapan klien terhadap penyakitnya dapat segera
sembuh setelah diobati,dukungan dari keluarga baik dalam
perubahan terhadap konsep diri tidak seperti biasanya (Taufan
Nugroho, 2011).
g. Data Spiritual
Biasanya pelaksaanaan ibadah klien selama sakit tertinggal dan
agak terganggu di bandingkan dengan sehat rutin dan rajin
beribadah, pandangan klien terhadap penyakit tetap optimis
selama segala penyakit ada obatnya (Taufan Nugroho, 2011).
2. Pemeriksaan Fisik menurut Taufan Nugroho (2011) yaitu:
a. Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran
klien, BB,Tinggi badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi.
b. Kepala
1) Rambut
Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok atau
alopesia karna pengaruh kemoterapi, kulit kepala tidak
tampak bersih.
2) Wajah
Biasanya tidak terdapat edema atau hematoma.
3) Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis
disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat, sklera tidak
ikterik, palpebra tidak edema.
4) Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya
pernafasan cuping hidung yang disebabkan klien sesak
120

nafas terutama pada pasien yang kankernya sudah


bermetastase ke paru-paru.
5) Bibir
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.
6) Gigi
Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat
rapuhnya pembuluh darah dan caries positif.
7) Lidah
Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang
bersih.
8) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
9) Dada & Thorak
a) Inpeksi
a. Stadium 1
Biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri
dan

kanan

yang

disebabkan

oleh

pembengkakan pada payudara, dengan ukuran


1-2 cm.
b. Stadium 2
Biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri
dan kanan yang juga disebabkan payudara
dengan ukuran dengan tumor 2,5-5 cm.
c. Stadium 3A
Biasanya dada klien juga tidak simetris kiri
dan

kanan

yang

disebabkan

oleh

pembengkakan tumor yang sudah meluas


dalam payudara besar tumor 5-10 cm.
d. Stadium 3B
Bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan
yang disebabkan oleh pembengkakan dan
kanker sudah melebar ke seluruh bagian
payudara, bahkan mencapai kulit, dinding
dada,tulang rusuk,dan otot dada.
e. Stadium 4
Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang
disebabkan

oleh

pembengkakan

dan

mestastase jauh keorgan lain seperti paru-paru.


121

b) Palpasi
a. Stadium 1
Biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri
dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain.
b. Stadium 2
Biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri
dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain.
c. Stadium 3A
Biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri
dan kanan karena kanker belum bermetastase
ke organ lain.
d. Stadium 3B
Biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri
dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain seperti tulang rusuk, dinding dada
dan otot dada .
e. Stadium 4
Biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang
juga disebabkan oleh karena kanker sudah
metastase ke organ yang lebih jauh seperti
paru-paru sehingga mengakibatkan paru paru
mengalami kerusakan dan tidak mampu
melakukan fungsinya.
c) Perkusi
a. Stadium 1
Biasanya akan terdengar sonor pada lapangan
paru-paru klien.
b. Stadium 2
Biasanya akan terdengar sonor pada lapangan
paru-paru

klien

karena

kanker

belum

mengalami metastase.
c. Stadium 3A
Masih akan terdengar sonor pada lapangan
paru karena kanker belum metastase.
d. Stadium 3B
Biasanya terdengar bunyi redup yang dapat di
temukan pada infiltrate paru dimana parenkim
122

paru lebih padat / mengadung sedikit udara


dan bunyi pekak pada paru-paru paien yang
disebabkan pada paru-paru pasien didapatkan
berisi cairan disebut dengan efusi pleura jika
kanker telah bermetastase pada organ paru.
e. Stadium 4
Biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru
pasien yang disebabkan pada paru-paru pasien
didapatkanberisi cairan yang disebut dengan
efusi pleura akibat metastase dari kanker
mammae yang berlanjut,dan nafas akan terasa
sesak.
d) Auskultasi
a. Stadium 1
Biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi
hampir terdengar seluruh lapangan pare dan
inspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya
lebih tinggi dari ekspirasi. Suara nafas
tambahan tidak ada, seprti ronchi (-) dan
wheezing (-).
b. Stadium 2
Biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler
(bunyi hampir seluruh lapangan paru clan
inspirasi lebih panjang lebih keras, nadanya
lebih tinggi dari ekspirasi. Biasanya bunyi
nafas

klien

juga

dapat

terdengar

bronkovesikuler dengan bronchial. Suara nafas


tambahan tidak ada, seperti ronchi (-) dan
wheezing (-).
c. Stadium 3A
Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler
(bunyi hampir seluruh lapangan paru dan
inspirasi yang lebih panjang, lebih keras,
nadanya lebih tinggi dari ekspirasi, dan
bronkovesikuler

123

yaitu

pada

daerah

suprasternal, interscapula: campuran antara


element vaskuler dengan bronchial. Suara
nafas tambahan tidak ada, seperti : Ronchi (+)
dan wheezing (-).
d. Stadium 3B
Biasanya nafas klien bisa terdengar bronchial
yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih keras
nadanya lebih tinggi dari pada inspirasi dan
terdengar dan terdapat suara nafas tambahan
seperti: Ronchi dan Wheezing ini disebabkan
oleh kanker sudah menyebar ke seluruh bagian
payudara, dan mencapai ke dinding dada,
tulang

rusuk,

dan

otot

dada

sehingga

mengakibatkan terjadinya penurunan ekspansi


paru dan compressive atelektasis.
e. Stadium 4
Biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar
bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih
keras, nadanya lebih tinggi, dari pada inspirasi
dan terdengar. Dan terdapat suara tambahan
seperti : Ronchi dan wheezing. Ini disebabkan
oleh kanker metastase ke bagian tubuh lainnya
seperti parupare sehingga mengakibatkan terj
adnnya

penurunan

compressive

ekspansi

atelektasis

paru

sehingga

dan
terjadi

penumpukan secret pada daerah lobus paru.


10) Jantung (Kardiovaskular)
a) Inspeksi
Biasanya iktus tidak terlihat.
b) Palpasi
Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V.
c) Perkusi
Batas jantung normal, (batas jantung kanan RIC
II, linea staralis dektra, batas jantung kiri RIC V,1
jari media linea clavukularis sinistra).
124

d) Auskultasi
Biasanya irma jantung murni, murmur (-).
11) Mammae (Payudara)
a) Inspeksi
Inspkesi bentuk, ukuran, dan simetris dari kedua
payudara, apakah terdapat edema (peau dorange),
retraksi kulit

atau puting susu, dan eritema

(Sathiaseelan P, 2012). Biasanya ada benjolan yang


menekan payudara. Adanya ulkus dan berwarna
merah dan payudara mengerut seperti kulit jeruk
(Taufan

Nugroho,

2011).

Perubahan

puting

susu/nipple dapat dilihat apakah tertarik, mengalami


erosi, krusta, atau discharge (Kemenkes RI, 2015).
Status kelenjar getah bening pada aksila bisa dikaji
terkait jumlah,

ukuran,

konsistensi,

terfiksir

terhadap sesama atau jaringan sekitar (Kemenkes RI,


2015).
b) Palpasi
Dilakukan palpasi pada payudara apakah terdapat
massa, termasuk palpasi kelenjar limfe di aksila,
supraklavikula, dan parasternal. Setiap massa yang
teraba/suatu
lokasinya,

lymphadenopathy,
ukurannya,

harus

dinilai

konsistensinya,

bentuk,

mobilitas atau fiksasinya (Sathiaseelan P, 2012).


Biasanya teraba benjolan payudara yang mengeras
dan teraba pembengkakan dan teraba pembesaran
kelenjar getah bening diketiak atau timbul benjolan
kecil di bawah ketiak.
Pada
palpasi
dilakukan

perabaan

dengan

menggunakan kedua tangan bagian polar distal jari


2, 3, dan 4, dimana penderita dalam posisi berbaring
dengan pundak diganjal bantal kecil dan lengan di
atas kepala Palpasi harus mencakup 5 regio,
terutama daerah lateral atas dan subareola, karena

125

merupakan tempat lesi tersering. Cara melakukan


palpasi ada 3 cara, yaitu sirkular, radier dan
dilakukan dari pinggir payudara menuju ke areola
dan meraba seluruh bagian payudara bertahap. Hal
yang harus diamati bila didapati benjolan adalah
lokasi benjolan (5 regio payudara, aksila, infra dan
supra

klavikula),

konsistensi

(keras,

kenyal,

lunak/fluktuasi), permukaan (licin rata, berbenjol


benjol),

mobilitas

(dapat

digerakkan,

terfiksir

jaringan sekitarnya), batas (tegas atau tidak tegas),


nyeri (ada atau tidak ada), ukuran (Gleadle, 2007).
Pada saat palpasi daerah subareola amati apakah ada
keluar sekret dari puting payudara dan perhatikan
warna, bau, serta kekentalan sekret tersebut. Sekret
yang keluar dari puting payudara dapat berupa air
susu, cairan jernih,bercampur darah, dan pus.
Palpasi kelenjar aksila dilakukan untuk mengetahui
apakah pada saat yang bersamaan dengan benjolan
pada payudara didapati juga benjolan pada kelenjar
getah bening aksila yang merupakan tempat
penyebaran limfogen kanker payudara. Begitu juga
dengan palpasi pada infra dan supra klavikula
(Gleadle, 2007).
12) Abdomen
a) Inspeksi
Biasanya tidak ada pembesaran.
b) Palpasi
Biasanya bising usus (-).
c) Perkusi
Biasanya lien dan hepar tidak teraba.
d) Auskultasi
Tympani.
13) Genitourinaria
Biasanya genetalia bersih.
14) Ekstremitas
Biasanya ekstremitas tidak edema, tidak ada lesi.
15) Sistem Integumen

126

Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien


dan turgor kulit klien tidak elastis.
M. Pemeriksaan Penunjang
1. Respon Hormon : Diperlukan untuk mengetahui adanya peningkatan
hormone estrogen dan progesteron.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit
meningkat, trombosit meningkat. Tumor marker, apabila hasil
tinggi, perlu diulang untuk follow up (Kemenkes RI, 2015).
b. Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatinin
meningkat.
c. Tes Kimia Skrining : Elektrolit (natrium, kalium dan kalsium),
Tes Ginjal (BUN), Tes Hepar (bilirubin, AST/SGOT, alkalin
fosfat dan LDH, Tes Tulang (alkalin fosfat dan kalsium).
3. Pemeriksaan Radiologik
a. Tes diagnostik yang biasanya di lakukan pada penderita
karsinoma mammae adalah sinar X, sinar X ini di perlukan
selain untuk screening pra-operasi, juga untuk melihat apakah
ada penyebaran kanker ke paru-paru. Dapat juga sinar X pada
dada yaitu untuk menyelidiki penyakit paru metastasis (Taufan
Nugroho, 2011).
b. Ultrasonografi (USG) payudara kontra lateral dan mammografi
(Kemenkes RI, 2015). USG ini diperlukan untuk membedakan
krista yang berisi cairan dengan jenis lesi lainnya (Taufan
Nugroho, 2011).
c. USG Abdomen (Kemenkes RI, 2015).
4. Pemeriksaan Patologi
a. Sitologi Biopsi Aspirasi Jarum Halus / Fine Needle Aspiration
Biopsy (FNAB) yaitu pemeriksaan yang di lakukan pada lesi
yang secara klinis dan radiologi di curigai ganas (Kemenkes RI,
2015). Biopsi jarum halus dilakukan dengan menusuk tumor
dengan jarum halus dan di sedot dengan spuit 10 cc sampai
jaringan tumor diperiksa di laboratorium oleh ahli patologi
anatomi untuk mengetahui apakah jaringan tersebut ganas
(maligna) atau jinak (benigna) (Taufan Nugroho, 2011).

127

b. Histopatologi (Gold Standard) yaitu Potong Beku (PB) yang


bertujuan untuk menentukan diagnosis lesi, pada lesi berukuran
>1cm sampai <5cm. Lesi <1cm tidak dianjurkan. Menentukan
tepi sayatan pada BCT / lumpektomi. Menentukan status
sentinel-node. Sediaan parafin rutin dengan pulasan HE
(Hematoxilin-Eosin). Jaringan berasal dari biopsi core / insisi /
eksisi / masteksomi (Kemenkes RI, 2015).
5. Penanda tumor (zat yang di hasilkan dan di sekresi oleh sel tumor dan
di temukan dalam serum missal CEA, antigen spesifik frosfat, alfafetoprotein, HCG, asam dll) dapat membantu dalam mendiagnosis
kanker tetapi lebih bermanfaat sebagai prognostik.
6. Pemeriksaan IHK (Imunohistokimia) diagnostik, jika pemeriksaan
rutin HE kesimpulannya non definitif (Kemenkes RI, 2015).
7. Pemeriksaan IHK Panel Payudara yaitu reseptor estrogen, reseptor
progesteron, HER2 (Humen Epidermal Growth Factor Receptor 2),
Ki67 dan lain-lain (Topoisomerase 2 Alfa) untuk pemilihan jenis terapi
(Kemenkes RI, 2015).
8. Pemeriksaan lanjutan ISH (In Situ Hibridisasi) HER2 jika hasil
pulasan IHK untuk HER2 positif 2 (meragukan) (Kemenkes RI,
2015).
N. Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan kanker payudara pada tahap awal adalah
untuk mengangkat tumor dan membersihkan jaringan sekitar tumor. Tumor
primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan, yaitu lumpectomy
dimana tumor tersebut diangkat, atau dengan pembedahan mastectomy,
dimana sebagian payudara yang mengandung sel kanker diangkat, atau
seluruh payudara diangkat. Selain terapi pembedahan juga ada radioterapi
adjuvan, dimana ini berfungsi untuk mengurangi resiko rekurensi tumor
lokal setelah operasi. Selain pembedahan dan radioterapi, juga dilakukan
kemoterapi dan terapi hormon (Davey, 2006 dalam Sathiaseelan P, 2012).
O. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis adanya massa
tumor

128

2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan tanda dan gejala


3.
4.
5.
6.

penyakit ditandai dengan adanya massa tumor


Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan takipnea
Resiko infeksi berhubungan dengan bakteri patogen
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan aktivitas terganggu
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan

metabolisme
7. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
8. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis : nutrisi menurun
9. Gangguan citra diri berhubungan dengan ukuran mammae abnormal
10. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan nyeri
11. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas
12. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur operasi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3. Gangguan citra tubuh berhubungan perubahan persepsi diri
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya volume
cairan aktif

129

P. Rencana Asuhan Keperatawan


Pre Operasi
No
.
1.

Diagnosa
keperawatan
Nyeri
berhubungan
agen

Tujuan
(NOC)
akut Setelah

dilakukan

dengan keperawatan

7x24

Intervensi
(NIC)
tindakan Pain Management
jam, 1

cidera

biologis diharapkan nyeri terkontrol.


2
Dengan Kriteria Hasil :
adanya massa tumor
1. TTV dalam batas normal
2. Nyeri terkontrol
3. Skala nyeri berkurang
4. Laporkan perubahan gejala
3
nyeri

Rasional
Pain Management
1 Mengetahui kadar psikologis pada

Monitor tanda-tanda vital

Monitor nyeri, karakteristik, 2

klien.
Mengetahui keadaan dari klien dan

frekuensi,

untuk

intensitas,

kualitas
serta

dan

kekuatan

menetukan

perencanaan

selanjutnya.

nyeri.
3
Ajarkan untuk menggunakan

Membantu klien dalam mengatasi


ketika berada di rumah atau setelah

teknik nonfarmakologi(terapi

dilakukan perawatan di RS

bermain, distraksi dan terapi


aktivitas) sebelum setelah dan
4

selama nyeri beraktivitas.


Kolaborasi
pemberian

analgetik
Ajarkan keluarga klien untuk
memonitor nyeri yang dialami
pasien dan cara intervensi

130

Mepersempit mabang nyeri pada

klien
Memberikan

pengetahuan

pada

kleuarga tentang cara mengatasi


nyeri pada klien

2.

nya.
tindakan Calming technique
Calming technique
1. Anjurkan
untuk 1. Mempertahankan kenyamanan dan
keperawatan
7x24 jam,
mempertahankan ketenangan
ketenangan klien
diharapkan
rasa nyaman
2. Keluarga dapat membantu dalam
dengan terencana
terkontrol.
2. Identifikasi keluarga yang
mengurangi
ketidaknyamanan
Dengan Kriteria Hasil :
1. Tanda-tanda Vital dalam
kehadirannya dapat membantu
klien
3. Membantu
mengurangi
rasa
batas normal
klien
2. Gejala penyakit terkontrol 3. Instruksikan
klien
ketidaknyamanan klien.
3. Klien merasa tenang
menggunakan
metode

Gangguan rasa nyaman Setelah


berhubungan
tanda
penyakit

dengan

dan

gejala
ditandai

dengan adanya massa


tumor

dilakukan

mengurangi

rasa

nyaman

dengan (teknik nafas dalam,

3.

Ketidakefektifan
napas

pola Setelah

dilakukan

Kolaborasi
distraksi)
Kolaborasi
1. Memberikan efek tenang pada
1. Berikan sedatif sesuai indikasi
klien.
dan awasi efek merugikan
tindakan Respiratory Monitoring
Respiratory Monitoring

berhubungan keperawatan selama 5x24 jam, 1. Monitor

dengan takipnea

diharapkan pola nafas efektif.


Dengan kriteria hasil :
1.

Respirasi dalam batas

kedalaman,

tingkat,

irama,

dan

upaya

pernapasan
2. Monitor pola napas seperti
takipnea
131

1. Mengetahui perubahan pola napas

2. Untuk

mencegah

terjadinya

normal (RR: 16-24 x/mnt)


2. Takipnea hilang

3. Monitor status pernapasan dan


oksigen klien
1. Auskultasi bunyi napas

tambahan seperti wheezing


2. Posisi
semiflower

2. Posisikan klien semifowler


3. Berikan oksigen dengan canul
binasal sesuai kebutuhan klien
klien

melakukan

nafas dalam.
4.

membantu mengurangi terjadinya


takipnea
4. Teknik
nafas

tindakan Infection Control

berhubungan

dengan keperawatan selama 3x24 jam, 1. Lakukan cuci tangan sebelum 1. Mencegah
klien

tidak

mengalami resiko infeksi.


timbul

tanda

dan

gejala infeksi (calor,dolor,


rubor, tumor ).
2. Melakukan

sesudah

kegiatan

Dengan kriteria hasil :


1. Tidak

dan

kebersihan

klien
2. Anjurkan

melakukan

perawatan

132

dapat

terjadinya

infeksi

nosokomial kepada perawat

kepada
2. Mencegah terjadinya resiko infeksi

klien

untuk

melakukan cuci tangan yang


sesuai
3. Anjurkan

dalam

mengurangi sesak
Infection Control

infeksi Setelah

diharapkan

dapat

mengurangi terjadinya takipnea


3. Pemberian
oksigen
dapat

Resiko
bakteri patogen

dilakukan

terjadinya

takipnea
Airway Management
1. Untuk mengetahui bunyi nafas

Airway Management

4. Anjurkan

takipnea
3. Untuk mengetahui

keluarga

dan

3. Mencegah

terjadinya

infeksi

nosokomial kepada keluarga dan

dengan cuci tangan


3. Mempertahankan

pengunjung

klien

untuk

pengunjung

melakukan cuci tangan pada

lingkungan yang bersih

saat

memasuki

dan

meninggalkan ruangan klien

1. Mengetahui adanya infeksi pada

Infection Protection
1. Monitor tanda-tanda infeksi
(calor,dolor,

Infection Protection

rubor,

tumor,

functio lasea)
2. Ajarkan pasien dan keluarga

klien.
2. Mengetahui adanya tanda-tanda
infeksi bagi kelurga pasien

mengenali tanda-tanda infeksi


(calor,

dolor,

rubor,tumor,

functio lasea)
3. Ajarkan pasien dan keluarga

3. Mengetahui adanya infeksi pada


klien

cara untuk menghindari infeksi


(jauhkan dari hewan peiharaan
yang berbulu dan bunga yang
segar)
4. Kolaborasi
5.

Hambatan

mobilitas Setelah

dilakukan

pemberian

obat

antibiotik
tindakan Exercise Therapy: Ambulation
1. Observasi tanda-tanda vital
133

4. Mengetahui adanya tanda-tanda


infeksi bagi kelurga pasien
Exercise Therapy: Ambulation
1 Manifestasi kardiopulmonal dari

fisik

berhubungan keperawatan

dengan

aktivitas diharapkan

terganggu

melakukan

3x24
klien
aktifias

jam,

upaya jantung dan paru untuk

mampu

membawa jumlah oksigen adekuat

secara 2. Kaji kemampuan pasien dalam

2
mandiri.
melakukan aktivitas normal.
Dengan kriteria hasil :
3. Berikan lingkungan yang
1. TTV dalam batas normal
3
nyaman
dan
tenang,
2. Nyeri terkontrol
3. Mudah dalam melakukan
pertahankan tirah baring bila
aktivitas sehari-hari (ADL)

diindikasikan
4. Berikan
bantuan

Kerusakan
kulit

integritas Setelah

dilakukan

dalam

tindakan Pressure Management

berhubungan keperawatan selama 3x24 jam, 1. Anjurkan

dengan
metabolisme

perubahan diharapkan

integritas

baik.
Dengan kriteria hasil :
1. Tanda-tanda vital

kulit

pasien

atau bantuan.
Meningkatkan

istirahat

menurunkan

kebutuhan

untuk
oksigen

tubuh

aktivitas bila perlu.


6.

ke jaringan.
Mempengaruhi pilihan intervensi

untuk

menggunakan pakaian yang

Untuk meringankan aktivitas yang

dilakukan pasien.
Pressure Management
1. Pakaian longgar dapat mencegah
terjadinya luka

longgar
2. Mencegah timbulnya pergesekan
Hindari kerutan pada tempat
yang dapat menyebabkan luka
batas
tidur
3. Kebersihan kulit dapat mencegah
normal
3. Jaga kebersihan kulit agar
terjadinya bakteri dan kuman yang
2. Turgor kulit normal
tetap bersih dan kering
3. Perfusi jaringan efektif.
masuk ke kulit
4. Mencegah terjadinya dekubitus
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi
2.

pasien) setiap dua jam sekali

134

5. Mengetahui

adanya

tanda-tanda

5. Monitor kulit akan adanya


kemerahan
6. Oleskan

lotion

kerusakan intergritas kulit


6. Membantu melembabkan

atau

kulit

yang kering.

minyak/baby oil pada derah


7.

Ansietas
dengan

berhubungan Setelah

dilakukan

perubahan keperawatan

dalam status kesehatan

2x24

yang tertekan
tindakan Anxiety Reduction
jam, 1.

diharapkan cemas terkontrol


Dengan kriteria hasil :
1. TTV dalam batas normal
2. Pola koping efektif
3. Klien kooperatif
4. Klien tampak tenang

Anxiety Reduction
Kaji tingkat 1

dan penyabab kecemasan

Agar dapat mengetahui tingkat


cemas

dan

penyebab

cemas

sehingga dapat mengatasi masalah


2.

Orientasika
n pada lingkungan dengan

lingkungan yang baru sehingga

penjelasan sederhana.
3.

Libatkan
klien/orang

terdekat

dalam

maksimum

4
Anjurkan

klien
relaksasi,
135

memberikan rasa terkontrol

pada

rencana
4.

melakukan
misalnya

klien lebih rileks


Keterlibatan akan memfokuskan
perhatian klien dan arti positif dan

rencana perawat dan dorong


partisipasi

tersebut
Agar lebih bisa beradaptasi dengan

teknik
nafas

Memberikan
respons

arti

penghilang

ansietas,

menurunkan

perhatian, meningkatkan relaksasi,

dalam
5
5.

Berikan

meningkatkan koping
Langkah awal dalam mengatasi
perasaan

dorongan pada klien untuk


mengekspresikan perasaan

adalah

terhadap

dan

ekspresi.

identifikasi
Mendorong

situasi

dan

kemampuan diri untuk mengatasi


Kolaborasi

Kolaborasi
1. Berikan sedatif sesuai indikasi
8.

Ketidakseimbangan
nutrisi

kurang

kebutuhan
berhubungan

Setelah

dilakukan

tubuh diharapkan

nutrisi

meningkatkan istirahat

dan awasi efek merugikan


tindakan Nutrisi Monitoring :

dari keperawatan selama 3x24 jam,


1.

Monitor BB klien

klien
2.

dengan terpenuhi.
Dengan kriteria hasil:
faktor biologis : nutrisi
1.
Nutrisi adekuat
menurun
2.
Intake
makanan
3.
adekuat
3.
Energi adekuat
4.
BB naik

Monitor

turgor

1. Untuk menangani ansietas dan


Nutrisi Monitoring :

1.

Mengetahui naik dan turunnya

dan
2.

BB pada klien
Memberikan nutrisi yang dapat

elastisitas kulit
Monitor mual & muntah3.

membantu klien dalam pemenuhan


nutrisinya
Mengetahui
muntah

pada

frekuensi

mual

klien

untuk

menhindari secara berlebihan


Nutrition Management :

136

Nutrition Management :

1.

Iden
1.

dapat memicu alergi pada klien


Memberikan kemudahan pada

2.

tifikasi alergi makanan pada


2.
klien
Anj
urkan

di konsumsi

klien

tentang

pemenuhan gizi (diskusikan


3.
dengan klien tentang makanan
yg disukai
3.

Atur
4.
pola makan yang diperlukan
klien (seperti tinggi protein &
kalori)

4.

Beri
kan

9.

pendidikan

Mengetahui

makanan

yang

klien tentang makanan yang akan

Mengetahui pola makan yang


akan diberikan pada klien sehingga
klien tahu jadwal pola makannya
Membantu
klien
dalam
mengurangi masalah terhadap mual
muntah yang sedang dirasakan saat
ini

kesehatan

tentang

konsumsi

ginseng

untuk

olahan

mengurangi

mual muntah
Gangguan citra diri Setelah dilkakukan tindakan Body Image impaired
Body Image Impaired
1. Bimbing secara antisipatif 1. Menerima kondisi tubuh yang akan
berhubungan
dengan keperawatan
2x24
jam,
untuk
mempersiapkan
terjadi sehingga mampu menerima
ukuran
mammae diharapkan
dapat
perubahan yang bias di
keadaan yang akan dialaminya.
137

abnormal

meningkatkan citra diri.


Dengan kriteria hasil :
1. Harga diri meningkat
2. Kesadaran diri meningkat
3. Pola koping efektif

prediksi dalam citra tubuh


2. Bantu
klien
untuk 2. Membantu
mendiskusikan

perubahan

yang disebabkan oleh penyakit

memfasilitasi

klien

untuk mengungkapkan perasaan


tentang perubahan citra diri

atau operasi jika diperlukan


3. Mengetahui
3. Bantu klien untuk menentukan
dialaminya.
sejauh mana perubahan actual

perubahan

yang

dalam tubuh atau tingkat yang


berfungsi
4. Bantu
klien

4. Kelompok/masyarakat yang tidak


menentukan

adekuat atas dukungan sehingga

pengaruh dari kelompok pada

dapat berpengaruh akan terjadinya

persepsi klien dari citra tubuh

perubahan citra diri pada klien


tersrbut.
5. Stress yang terus menerus dapat

5. Bantu klien untuk berdiskusi


tentang

stress

mempengaruhi

citra

memperburuk keadaan penyakit.

yang
tubuh

karena kondisi bawaan citra,


10.

Ketidakefektifan

Setelah

dilakukan

penyakit, atau operasi


tindakan Circulatory Care : Mechanical

138

Circulatory Care : Mechanical Assist

perfusi jaringan perifer keperawatan selama 3x24 jam, Assist Device

Device

berhubungan

1. Mengetahui

nyeri

dengan diharapkan

perfusi

jaringan 1. Monitor tanda-tanda vital

perifer klien efektif.

klien

Dengan kriteria hasil:


1. Hasil

tanda-tanda

2. Ajarkan klien dan keluarga


vital

setiap tindakan yang dilakukan

20x/menit,

Nadi

60-

untuk

fisiologis
menentukan

tindakan selanjutnya
2. Jika tindakan memungkinkan dapat
dilakukan secara mandiri oleh

dalam batas normal (TD


120/90 mmHg, RR 16-

dan

keadaan

Pain Management
1

100x/menit, Suhu 35-37oC)


2. Oksigen terpenuhi
3. CRT < 3 detik atau tidak > 2
3 detik
4. Nyeri dapat teratasi

klien dan keluarga

Monitor nyeri, karakteristik, Pain Management


frekuensi,

kualitas

dan 1. Mengetahui keadaan dari klien dan

intensitas, serta kekuatan nyeri


Ajarkan untuk menggunakan

untuk

perencanaan

bermain, distraksi, dan terapi

klien berada di rumah atau setelah

aktivitas)

dilakukan perawatan di RS

selanjutnya
teknik nonfarmakologi (terapi 2. Membantu klien dalam mengatasi
sebelum,

sesudah

dan selama nyeri beraktivitas


Ajarkan keluarga klien untuk
memonitor nyeri yang dialami

menetukan

Kolaborasi
analgesik

pemberian

3. Memberikan

pada

keluarga tentang cara mengatasi


nyeri pada klien
4. Obat analgesik untuk mengurangi
nyeri

139

pengetahuan

11.

Gangguan pola tidur Setelah


berhubungan
ansietas

dilakukan

dengan keperawatan
diharapkan

tindakan Sleep Enhancement

2x24
gangguan

Sleep Enhancement

jam, 1. Monitor pola tidur dan jumlah 1. Mengetahui pola tidur dan jumlah
pola

tidur klien dapat teratasi.


Dengan kriteria hasil:
1. Pola tidur terpenuhi
2. Jumlah jam tidur terpenuhi
3. Ansietas dapat teratasi

jam tidur klien


2. Identifikasi penyebab

jam tidur klien


pola 2. Mengetahui penyebab pola tidur

tidur klien terganggu


3. Berikan
nyaman

lingkungan
dan

klien terganggu untuk memberikan


yang
kurangi

kebisingan
4. Diskusikan dengan klien dan
keluarga
12.

dalam

teknik

peningkatan tidur
tindakan Teaching: Disease Process
1. Berikan penilaian tentang
berhubungan
dengan keperawatan
2x24
jam,
tingkat pengetahuan.
kurangnya informasi
diharapkan memahami tentang
2. Gambarkan tanda dan gejala
penyakit.
yang biasa muncul pada
Dengan kriteria hasil :
1. Memahami
pengetahuan
penyakit.
3. Dorong pasien menyatakan
manajemen kanker
2. Mehami bagaimana cara
rasa takut perasaan dan
Kurang

pengetahuan Setelah

dilakukan

mengurangi
kanker

penyebaran

intervensi selanjutnya
3. Meningkatkan kenyamanan tidur
dan memberikan situasi kondusif
untuk tidur
4. Memberikan intervensi yang tepat
untuk klien
Teaching: Disease Process
1. Membantu
pasien

dalam

mengalami perasaan.
2. Pasien dan keluarga mengetahui
tentang tanda dan gejala dari
penyakit yang dialami.
3. Memberi
dasar
pengetahuan
dimana klien dapat membantu

perhatian
pilihan terapi.
4. Kaji ulang proses penyakit, 4. Meningkatkan pengetahuan pasien

140

3. Memahami
makan sehat

tentang

pola

pengalaman klien.
5. Berikan

terhadap

informasi

tentang

penyakit yang diderita klien.


6. Diskusikan perubahan gaya
hidup

yang

mungkin

diperlukan.

penyakit

yang

dideritanya.
5. Meningkatkan pengetahuan pasien
terhadap

tindakan

untuk

menyembuhkan penyakitnya.
6. Untuk
mencegah
komplikasi
dimasa mendatang.

Post Operasi
No
.
1.

Diagnosa
keperawatan
Nyeri
berhubungan
prosedur operasi

Tujuan
(NOC)
akut Setelah

Intervensi
(NIC)
dilakukan tindakan Pain Management:
1. Kaji tingkat nyeri klien
dengan keperawatan
7x24
jam,

Rasional
Pain Management:
1. Mengetahui skala nyeri klien dan

untuk menenentukan tindakan


diharapkan nyeri terkontrol.
Dengan kriteria hasil :
2. Lakukan manajemen nyeri
selanjutnya.
1. TTV dalam batas normal
2. Mengurangi nyeri dengan cara
secara non farmakologi dengan
2. Nyeri terkontrol
pengalihan respon tubuh secara
3. Skala nyeri berkurang
relakasasi tarik napas dalam
4. Laporkan perubahan gejala 3. Kolaborasi
pemberian
internal untuk mengurangi nyeri.
3. Mengurangi
nyeri
dengan
nyeri
analgetik: keterolak.
menbatasi ambang nyeri dengan
farmakologi.
141

2.

Resiko

infeksi Setelah

dilakukan

tindakan Incision Site Care:


Incision Site Care:
1. Monitor dan kaji keadaan luka 1. Mengetahui keadaan luka dan
berhubungan
dengan keperawatan selama 5x24 jam,
post operasi
untuk
menentukan
tindakan
prosedur invasif
diharapkan
klien
tidak
selanjutnya.
mengalami resiko infeksi.
2. Kaji tanda-tanda infeksi
2. Upaya preventif untuk menghindari
Dengan kriteria hasil :
terjadinya infeksi dan untuk
1. Tidak timbul tanda dan 3. Lakukan
perawatan
luka
menentukan tindakan selanjutnya.
gejala infeksi (calor,dolor,
aseptik sehari sekali.
3. Mencegah terjadinya infeksi.
rubor, tumor).
2. Penyembuhan luka dapat
teratasi
3. Perawatan

luka

dapat

terpenuhi
4. Hasil leukosit dalam batas
3.

normal (4.000 6.000 /ul)


diri Setelah dilkakukan tindakan Body Image impaired
Body Image Impaired
1. Bimbing secara antisipatif 1. Menerima kondisi tubuh yang akan
berhubungan perubahan keperawatan
3x24
jam,
untuk
mempersiapkan
terjadi sehingga mampu menerima
persepsi diri
diharapkan
dapat
perubahan yang bias di
keadaan yang akan dialaminya.
meningkatkan citra diri.
Dengan kriteria hasil :
prediksi dalam citra tubuh
1. Harga diri meningkat
2. Bantu
klien
untuk
2. Membantu memfasilitasi klien
2. Kesadaran diri dmeningkat
mendiskusikan
perubahan
3. Pola koping efektif
untuk mengungkapkan perasaan
Gangguan

citra

142

yang disebabkan oleh penyakit


atau operasi jika diperlukan
3. Bantu klien untuk menentukan
sejauh mana perubahan actual

tentang perubahan citra diri


3. Mengetahui

perubahan

yang

dialaminya.

dalam tubuh atau tingkat yang


berfungsi
4. Bantu
klien

menentukan

pengaruh dari kelompok pada


persepsi klien dari citra tubuh
5. Bantu klien untuk berdiskusi
tentang

stress

mempengaruhi

citra

4. Kelompok/masyarakat yang tidak


adekuat atas dukungan sehingga
dapat berpengaruh akan terjadinya
perubahan citra diri pada klien

tersrbut.
yang 5. Stress yang terus menerus dapat

tubuh

memperburuk keadaan penyakit.

karena kondisi bawaan citra,


4.

Kekurangan
cairan
dengan

volume Setelah

dilakukan

penyakit, atau operasi


tindakan Fluid Monitoring

berhubungan keperawatan selama 3x24 jam, 1. Monitor tanda-tanda vital


hilangnya diharapkan klien keseimbangan

volume cairan aktif

cairan klien terpenuhi.


Dengan kriteria hasil :

2. Monitor intake dan output


cairan

143

Fluid Monitoring
1. Membantu perkembangan tandatanda vital klien
2. Mengetahui adanya dehidrasi pada
klien

Intake

output

dapat

1. Tidak mengalami dehidrasi


2. TTV normal (TD 120/90

menentukan pemenuhan kebutuhan

cairan klien
3. Periksa CRT
3. Mengetahui indikasi dari dehidrasi
4. Berikan cairan oral / air putih
4. Membantu memenuhi kebutuhan
N 60-100 x/menit, S 36minimal 1 liter dalam 24 jam
cairan klien
37oC).
Fluid Management
3. Intake
dan
output
Fluid Management
1. Pertahankan intake dan output
terpenuhi
1. Mencegah terjadinya kembali
cairan
kekurangan volume cairan
2. Monitor hasil laboratorium
2. Mengetahui perkembangan kondisi
mmHg, RR 16-20 x/menit,

3. Berikan cairan melalui IV


seperti NaCl

144

klien
3. Kebutuhan cairan klien terpenuhi

BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. Pengkajian dan Pemeriksaan Fisik
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Diagnosa Medis
Tgl Masuk RS
Tgl Pengkajian

: Ny. K
: 45 Tahun
: Perempuan
: Kanker Mamae
: 10 Mei 2016
: 10 Mei 2016

2. Keluhan Utama
Klien mengeluh Ada benjolan di payudara pada bagian kiri

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang (OPQRST)
Klien mengatakan 2 minggu yang lalu klien merasakan ada
benjolan di payudara membesar sebesar biji kelereng, kadang
dirasakan sedikit nyeri. Klien datang ke ruang rawat inap RS X
sejak 6 jam yang lalu dengan keluhan merasakan ada benjolan
pada payudara bagian kiri. Nyeri tersebut apabila melakukan
aktivitas berat di tangan kirinya.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan 2 bulan yang lalu ada benjolan kecil sebesar
biji kacang tanah saat meraba payudara kirinya. Dan pada 2
minggu yang lalu, benjolan tersebut dirasakan membesar
sebesar

kelereng

yang

145

terkadang

disertai

nyeri,

klien

memeriksakan payudaranya ke poliklinik RS X untuk


mengetahui kondisi dan berkonsultasi dengan dokter.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan Dalam keluarga saya tidak mempunyai
penyakit yang di alami seperti saya. Akan tetapi tante saya
mengalami penyakit kanker laring dan nenek saya mengalami
penyakit kanker nasofaring dan sudah meninggal.

4. Pola Pemenuhan Aktivitas


No
.
1.

Aktivitas Sehari-Hari

Sehat

Nutrisi
A. Makan (Pokok dan
Selingan)
Jenis Menu

Frekuensi
Jumlah
Porsi

Pantangan
Waktu
Keluhan

Sakit

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

B. Minum
Jenis minuman
Frekuensi
Jumlah
Pantangan
Keluhan

Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji

2.

Istirahat dan tidur


A. Malam
Jumlah jam

Tidak dikaji
146

Jamu
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji

Tidak dikaji

3.

Dari jam s.d jam


Kebiasaan tidur
Keluhan

B. Siang
Jumlah jam
Dari jam s.d jam
Kebiasaan tidur
Keluhan
Eliminasi
A. BAK
Frekuensi
Jumlah
Warna
Konsistensi
Bau
Keluhan
B. BAB
Frekuensi
Jumlah
Warna
Bau
Konsistensi
Penggunakan
pencahar
Keluhan

4.

Personal hygiene
A. Mandi
Frekuensi
Waktu
Menggunakan
sabun
Air yang
digunakan
Keluhan
B. Gosok Gigi
Frekuensi
Waktu
Penggunaan pasta
gigi
Keluhan

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji

Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji

Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji

Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji

Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji

Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji

Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji
Tidak dikaji

Tidak dikaji
Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

147

C. Mencuci Rambut
Frekuensi
Waktu
Menggunakan
shampo
Air yang
digunakan
Keluhan
D. Berpakaian
Frekuensi ganti
baju
Waktu
5.

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji

Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji
Tidak dikaji

A. Mobilitas, aktivitas
dan rekreasi :
Jenis Aktifitas
Waktu aktivitas
Jenis olahraga
Waktu olahraga
Jenis rekreasi
Waktu Rekreasi
Kesulitan
Penggunaan alat
bantu

Tidak dikaji
Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji

Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

5. Riwayat Obstetri Ginekologi


a. Riwayat Menstruasi
Klien mengatakan Klien pertama menarche usia 10 tahun
b. Riwayat Hubungan Seksual
Tidak dikaji
c. Riwayat Kehamilan & Persalinan
Klien mengatakan mempunyai 3 orang anak yaitu berusia 4
tahun, 10 tahun dan 12 tahun. Klien memberikan ASI kepada
kedua anaknya hingga usia kedua anaknya 20 bulan.

148

d. Riwayat Perkawinan
Klien mengatakan usia perkawinan sudah 15 tahun.
e. Riwayat Penggunaan Kontrasepsi
Klien mengatakan menggunakan kontrasepsi suntik setiap 1
bulan sekali.
f. Riwayat Penyakit Seksual
Tidak dikaji

6. Riwayat Psikososial, Spiritual dan Budaya


Psikososial : Tidak dikaji
Spiritual

: Tidak dikaji

Budaya

: Mengkonsumsi jamu pada saat payudara membengkak

7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 10 Mei 2016 di RS X
a. Internus Status
Penampilan umum
Kesadaran
Tanda-tanda Vital
TD
Suhu
Nadi
RR
b. Mata
Tidak dikaji
c. Telinga
Tidak dikaji
d. Hidung
Tidak dikaji
e. Mulut
Tidak dikaji
f. Leher

: Tidak dikaji
: Tidak dikaji
:
: Tidak dikaji
: Tidak dikaji
: Tidak dikaji
: Tidak dikaji

149

Tidak dikaji
g. Kelenjar limfe
Terdapat benjolan kelenjar betah bening
h. Payudara
Inpeksi : Bentuk payudara simetris, payudara tanpa kerutan atau
nipple disharge.
Palpasi : Terdapat benjolan bulat tetap dengan batas tidak
teratur, teraba dikuadran luar atas dari payudara kiri pada arah
jam 2:00. Terdapat edema di aksila kiri.
i. Paru-paru
Tidak dikaji
j. Kardiovaskuler
Tidak dikaji
k. Abdomen
Tidak terkaji
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil pemeriksaan mammogram diagnostik dan biopsi aspirasi hari ini
belum ada.
2. Lumpectomy

dengan

diseksi

kelenjar

getah

bening

(parsial

mastektomi).
C. Informasi Tambahan
1. Obat Nyeri diberikan sebelum dilakukan operasi pada payudara yang
terasa nyeri.
2. Obat Tamoxifen akan diberikan setelah diberikan lumpectomy.
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak terkaji
E. Informasi Tambahan
Tidak terkaji

150

F. Analisa Data
G.
H.

I. Data-data

J. Etiologi

K. Masalah Keperawatan

N
L.

M. Ds:

R. Perubahan genetic mutasi Gen normal

N. Klien mengatakan pada awal 2

S.

bulan lalu, pasien merasakan ada


benjolan
kacang

kecil
tanah

sebesar
saat

yang

lalu,

tersebut

dirasakan

T. Berkembang sel secara tidak terkendali

penyakit

meraba

V.

dengan adanya massa


W. Infiltrasi sel ke jaringan sekitar dan
merusaknya
X.

sebesar kelereng yang terkadang

Y.

disekitarnya

saat

nyeri

P. Do:

Z. Neuplasma ganas mengenai payudara

melakukan

aktifitas berat ditangan kirinya.


O.

dengan tanda dan gejala

U.

membesar

sedikit

berhubungan

biji

benjolan

dirasakan

Gangguan rasa

nyaman

payudara kirinya. Dan pada dua


minggu

AU.

AA.
AB.
AC.

Kanker mamae
AD.

151

tumor
AV.

ditandai

Q. Tidak ada dikasus

AE.
AF.Mendesak jaringan sekitar
AG.
AH.

Menekan jaringan pada mamae

AI.
AJ. Meningkatkan konsistensi mamae
AK.
AL.
AM.

Mamae membengkak

AN.
AO.
AP.Massa tumor mendesak ke jaringan luar
AQ.
AR.
AS.

Gangguan rasa nyaman

AT.
AW. AX.
2

Ds :

BC.

AY.Klien mengatakan dua minggu


yang

lali,

benjolan

tersebut

Ca mamae

BD.
BE.

Obstruksi sirkulasi

152

BX.

Nyeri

akut

berhubungan

dengan

agen

cidera

biologis

dirasakan
kelereng

membesar
yang

dirasakan

sebesar

BF.

terkadang

BG.

sedikit

nyeri

(adanya masa tumor)


BH.

Mendesak sel saraf

disekitarnya.
AZ.

BI.
BJ.

BA.

Do :

BB.

Tidak ada dikasus

BK.

Interupsi sel saraf


BL.

BM.
BN.

Merangsang pengeluarak mediator


kimia (PHBS prostaglandin, histamine,
bradikinin, serotonin)
BO.
BP.
BQ.

Disalurkan ke thalamus
BR.
BS.
BT.Nyeri dipersepsikan
BU.
BV.

153

BY.

BZ. CA.

Ds:

Klien

CB.

BW.
CE.
mengatakan

CF.

merasakan benjolan di payudara

CG.

kiri selama 1-2 bulan terakhir.

CH.

Mendesak jaringan sekitar

CC.
CD.
-

CI.
Do:

CJ. Menekan jaringan pada mamae

Benjolan bulat teraba di kuadran


luar atas dari payudara kiri pada

Nyeri
Ca mamae

arah jam 2 : 00
Adanya edema aksila kiri

CU.

Kerusakan

integritas
berhubungan

kulit
dengan

perubahan metabolisme
CV.

CK.
CL.

Peningkatan konsistensi mamae


CM.
CN.

Mamae membengkak
CO.

CP.Massa tumor mendesak ke jaringan luar


CQ.
CR.

Perfusi jaringan terganggu


CS.
CT.Kerusakan integritas kulit
DC.
Ca mamae

CW. CX.

Ds:

Klien mengatakan dua

CY.

minggu

yang

lali,

benjolan

DD.
DE.

Obstruksi sirkulasi
154

EB.

Hambatan

mobilitas
berhubungan

fisik
dengan

tersebut

dirasakan

membesar

DF.

sebesar kelereng yang terkadang

DG.

dirasakan

sedikit

disekitarnya

saat

nyeri

aktifitas terganggu
DH.

Mendesak sel saraf

melakukan

DI.

aktifitas berat ditangan kirinya.

DJ.

CZ.

DK.

DA.

Do:

DB.

Tidak ada dikasus

Interupsi sel saraf


DL.

DM.
DN.

Merangsang pengeluarak mediator


kimia (PHBS)
DO.
DP.
DQ.

Disalurkan ke thalamus

DR.
DS.

Nyeri dipersepsikan
DT.
DU.
DV.
DW.

155

Nyeri

EC.

DX.

Aktivitas terganggu

DY.
DZ.

EA.
EI. Ca mamae

ED. EE.Ds:
5

Hambatan mobilitas fisik

EF. Klien

mengatakan

saat

EJ.

menyusui anak yang terakhir,

EK.

Mendesak jaringan sekitar

ASI nya hanya keluar pada


payudara yang kanan dan sering
bengkak, merasa ada benjolan di
payudara kiri selama 1-2 bulan

EL.
EM.

Menekan jaringan pada mamae

EN.
EO.
EQ.

dengan

ukuran

mamae

abnormal
EW.

ER.

Benjolan bulat teraba di kuadran

ES.Mamae asimetrik

luar atas dari payudara kiri pada

ET.

EZ.Klien

berhubungan

Ukuran mamae abnormal

Do:

arah jam 2 : 00
- Adanya edema diaksila kiri
EX. EY.Ds:
6

diri

EP.

EG.
-

citra

Peningkatan konsistensi mamae

terakhir.
EH.

EV.Gangguan

mengatakan

EU.

Gangguan citra diri


FD.

hasil

Ca mamae
FE.

156

FS. Ansietas
dengan

berhubungan
perubahan

laboratorium telah ada dan akan

FF. Mendesak jaringan sekitar

dilakukan lumpectomy dengan


disekresi kelenjar getah bening
dan harus dilakukan operasi,

FG.
FH.

Menekan jaringan pada mamae

FT.

FI.

akan tetapi akan pulang dulu dan

FJ. Peningkatan konsistensi mamae

tidak ingin dirawat karena tidak

FK.

ada yang menjaga dan mengurus


anak-anak dirumah.

dalam status kesehatan

FL.Mamae membengkak
FM.

FA.

FN.

FB.Do:

Psikologi terganggu

FO.

FC.Tidak ada dikasus

FP. Takut
FQ.

FU. FV.Ds:
7

FW.

GA.
Klien

apabila

mengatakan
bengkak

GB.

maka

GC.

dikompres dengan air dingin dan


air hangat serta minum jamu.
FX.

FR.Ansietas
Ca mamae

Mendesak jaringan sekitar


GD.

GE.

Menekan jaringan pada mamae

GF.

157

GP.Kurang

pengetahuan

berhubungan

dengan

kurang informasi

FY.Do:

GG.

Peningkatan konsistensi mamae

FZ.Tidak ada dikasus

GH.
GI. Mamae membengkak
GJ.
GK.

Psikologi terganggu

GL.
GM.

Kurang terpaparnya informasi


GN.
GO.

Kurang pengetahuan

158

GQ. Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan tanda dan gejala
penyakit ditandai dengan adanya massa tumor
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (adanya masa
tumor)
3. Kerusakan

integritas

kulit

berhubungan

dengan

perubahan

metabolism
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan aktifitas terganggu
5. Gangguan citra diri berhubungan dengan ukuran mamae abnormal
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

159

GR. Rencana Asuhan Keperawatan


GS.
No.
GZ.

GT. Diagnosa
GU.
GV.
keperawatan
HA. Gangguan rasa HB.

1.

nyaman berhubungan
dengan

tanda

gejala

dan

penyakit

ditandai

dengan

adanya massa tumor

Tujuan
(NOC)
Setelah

GW. Intervensi
GX. (NIC)
dilakukan HE. Calming technique
1. Anjurkan
untuk
tindakan keperawatan 7x24
mempertahankan
ketenangan
jam, diharapkan
rasa
dengan terencana
nyaman terkontrol.
2. Identifikasi
keluarga
yang
HC. Dengan
Kriteria
kehadirannya dapat membantu
Hasil :
1. Tanda-tanda Vital dalam
klien
3. Instruksikan klien menggunakan
batas normal
2. Gejala
penyakit
metode
mengurangi
rasa
terkontrol
3. Klien merasa tenang
HD.

nyaman dengan (teknik nafas


dalam, distraksi)
HF.

Kolaborasi

1. Berikan sedatif sesuai indikasi


dan awasi efek merugikan
HN.

HO.

Nyeri

2.

berhubungan

akut HP.

Setelah

dilakukan

HS.

Pain Management

dengan tindakan keperawatan 7x24 1. Monitor tanda-tanda vital


HT.
agen cidera biologis jam,
diharapkan
nyeri
160

GY.

Rasional

HG. Calming technique


1. Mempertahankan kenyamanan
dan ketenangan klien
HH.
2. Keluarga
dapat
membantu
dalam

mengurangi

ketidaknyamanan klien
3. Membantu mengurangi

rasa

ketidaknyamanan klien.
HI.
HJ.
HK.

Kolaborasi

1. Memberikan efek tenang pada


klien.
HL.
HM.
HV. Pain Management
1. Mengetahui kadar psikologis
pada klien.

(adanya masa tumor)

HX.

HY.

Kerusakan

3.

integritas
berhubungan

terkontrol
2. Monitor nyeri, karakteristik,
HQ. Dengan kriteria hasil
frekuensi,
kualitas
dan
:
intensitas, serta kekuatan nyeri
1. TTV dalam batas normal
3. Ajarkan untuk menggunakan
2. Nyeri terkontrol
3. Skala nyeri berkurang
teknik
nonfarmakologi(terapi
4. Laporkan
perubahan
bermain, distraksi dan terapi
gejala nyeri
aktivitas) sebelum setelah dan
HR.
selama nyeri beraktivitas.
4. Kolaborasi pemberian analgetik
HU.
5. Ajarkan keluarga klien untuk

2. Mengetahui keadaan dari klien

memonitor nyeri yang dialami

kleuarga tentang cara mengatasi

HZ.

Setelah

kulit tindakan
dengan selama

dilakukan

pasien dan cara intervensi nya.


IC. Pressure Management

keperawatan 1. Anjurkan
3x24

jam,

perubahan

diharapkan integritas kulit

metabolisme

baik.
IA.

menggunakan

pasien
pakaian

untuk
yang

longgar
2. Hindari kerutan pada tempat

Dengan kriteria hasil

dan

untuk

menetukan

perencanaan selanjutnya.
3. Membantu
klien
dalam
mengatasi

ketika

berada

di

rumah atau setelah dilakukan


perawatan di RS
HW.
4. Mepersempit mabang nyeri pada
klien
5. Memberikan pengetahuan pada
nyeri pada klien
IF.
Pressure Management
1. Pakaian
longgar
dapat
mencegah terjadinya luka
IG.
2. Mencegah
timbulnya
pergesekan

yang

dapat

tidur
menyebabkan luka
ID.
:
3. Kebersihan
kulit
dapat
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
1. Tanda-tanda vital batas
mencegah terjadinya bakteri dan
bersih dan kering
161

normal
IE.
kuman yang masuk ke kulit
2. Turgor kulit normal
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi 4. Mencegah terjadinya dekubitus
3. Perfusi jaringan efektif.
IH.
pasien) setiap dua jam sekali
IB.
5. Mengetahui adanya tanda-tanda
5. Monitor kulit akan adanya
kerusakan intergritas kulit
kemerahan
6. Membantu melembabkan kulit
6. Oleskan
lotion
atau
yang kering.
minyak/baby oil pada derah
II.

IJ.

Hambatan

4.

mobilitas

IK.

Setelah

yang tertekan
dilakukan IM. Exercise

Therapy:

fisik tindakan keperawatan 3x24 Ambulation


1. Observasi tanda-tanda vital
berhubungan dengan jam,
diharapkan
klien
IN.
aktifitas terganggu
mampu melakukan aktifias
IO.
secara mandiri.
IL.
Dengan kriteria hasil
IP.

IQ.

Exercise

Therapy:

Ambulation
1.

Manifestasi

kardiopulmonal

dari

upaya

jantung

paru

untuk

membawa

dan

jumlah

oksigen

:
2. Kaji kemampuan pasien dalam
adekuat ke jaringan.
1. TTV dalam batas normal
2.
Mempengaru
melakukan aktivitas normal.
2. Nyeri terkontrol
3. Berikan
lingkungan
yang
hi pilihan intervensi atau
3. Mudah dalam melakukan
nyaman
dan
tenang,
bantuan.
aktivitas
sehari-hari
3.
Meningkatka
pertahankan tirah baring bila
(ADL)
n istirahat untuk menurunkan
diindikasikan
4. Berikan bantuan dalam aktivitas
kebutuhan oksigen tubuh
IR.
162

bila perlu.

4.

Untuk
meringankan

IS.
5.

aktivitas

yang

dilakukan pasien.
IT.
Gangguan citra IU.
Setelah dilkakukan IX.
Body Image impaired
IY.
Body Image Impaired
1. Bimbing secara antisipatif untuk 1. Menerima kondisi tubuh yang
diri
berhubungan tindakan keperawatan 3x24
mempersiapkan perubahan yang
akan terjadi sehingga mampu
dengan ukuran mamae jam diharapkan
dapat
bias di prediksi dalam citra
menerima keadaan yang akan
abnormal
meningkatkan citra diri.
IV.
Dengan
Kriteria
tubuh
dialaminya.
2. Bantu
klien
untuk 2. Membantu memfasilitasi klien
Hasil :
1. Harga diri meningkat
mendiskusikan perubahan yang
untuk mengungkapkan perasaan
2. Kesadaran
diri
disebabkan oleh penyakit atau
tentang perubahan citra diri
dmeningkat
3. Mengetahui perubahan yang
operasi jika diperlukan
3. Pola koping efektif
3. Bantu klien untuk menentukan
dialaminya.
IW.
4. Kelompok/masyarakat
yang
sejauh mana perubahan actual
tidak adekuat atas dukungan
dalam tubuh atau tingkat yang
sehingga dapat berpengaruh
berfungsi
4. Bantu
klien
menentukan
akan terjadinya perubahan citra
pengaruh dari kelompok pada
persepsi klien dari citra tubuh
5. Bantu klien untuk berdiskusi
tentang

163

stress

yang

diri pada klien tersrbut.


5. Stress yang terus menerus dapat
memperburuk keadaan penyakit.

mempengaruhi

citra

tubuh

karena kondisi bawaan citra,


IZ.
6.

JA.

Ansietas

berhubungan
perubahan
kesehatan

JB.

Setelah

dilakukan

penyakit, atau operasi


JD.Anxiety Reduction

dengan tindakan keperawatan 2x24 1. Kaji

tingkat

dan

penyabab

JN. Anxiety Reduction


1.

Agar dapat mengetahui tingkat


kecemasan
JE.
cemas dan penyebab cemas
terkontrol Dengan kriteria
JF.
sehingga
dapat
mengatasi
hasil :
2. Orientasikan pada lingkungan
1. TTV dalam batas normal
masalah tersebut
dengan penjelasan sederhana
2. Pola koping efektif
2.
JG.
3. Klien kooperatif
3. Libatkan klien/orang terdekat Agar lebih bisa beradaptasi dengan
4. Klien tampak tenang
JC.
dalam rencana perawat dan
lingkungan yang baru sehingga

status jam,

diharapkan

cemas

dorong partisipasi maksimum


pada rencana
4. Anjurkan
klien

klien lebih rileks


3.

melakukan Keterlibatan akan memfokuskan

teknik relaksasi, misalnya nafas

perhatian klien dan arti positif

dalam
dan memberikan rasa terkontrol
JH.
4.
5. Berikan dorongan pada klien
Memberikan
arti
penghilang
untuk mengekspresikan perasaan
respons ansietas, menurunkan
JI.
perhatian,
meningkatkan
164

JJ.

relaksasi, meningkatkan koping


5.

JK.

Langkah awal dalam mengatasi

JL.
JM.

Kolaborasi

1. Berikan sedatif sesuai indikasi


dan awasi efek merugikan

perasaan

adalah

terhadap

dan

ekspresi.

identifikasi
Mendorong

situasi

kemampuan

diri

dan
untuk

mengatasi
JO.

Kolaborasi

1. Untuk menangani ansietas dan


JP.
8.

JQ.

Kurang

JR.

Setelah

dilakukan JT.
Teaching: Disease Process
1. Berikan
penilaian
tentang
perngetahuan
tindakan keperawatan 2x24
tingkat pengetahuan.
berhubungan dengan jam, diharapkan memahami
2. Gambarkan tanda dan gejala
kurang informasi
tentang penyakit.
yang biasa muncul pada
JS.
Dengan kriteria hasil
penyakit.
:
3. Dorong pasien menyatakan rasa
1. Memahami pengetahuan
takut perasaan dan perhatian
manajemen kanker
JU.
2. Mehami bagaimana cara
4. Kaji ulang proses penyakit,
mengurangi penyebaran
165

meningkatkan istirahat
JX.
Teaching: Disease Process
1. Membantu
pasien
dalam
mengalami perasaan.
2. Pasien dan keluarga mengetahui
tentang tanda dan gejala dari
penyakit yang dialami.
3. Memberi dasar pengetahuan
dimana klien dapat membantu
pilihan terapi.
4. Meningkatkan

pengetahuan

kanker
3. Memahami tentang pola
makan sehat

pengalaman klien.
JV.
5. Berikan
informasi

pasien terhadap penyakit yang


tentang

penyakit yang diderita klien


JW.
6. Diskusikan perubahan gaya
hidup
diperlukan.

166

yang

mungkin

dideritanya.
5. Meningkatkan

pengetahuan

pasien terhadap tindakan untuk


menyembuhkan penyakitnya.
6. Untuk mencegah komplikasi
dimasa mendatang.

JY.Kesenjangan
JZ.Ny. Karmila berusia 45 tahun dan mengalami kanker payudara.
Pada teori, wanita paling sering terserang kanker payudara adalah usia di
atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah 40 tahun juga dapat terserang
kanker payudara, namun risikonya lebih rendah dibandingkan wanita di atas
40 tahun (Azamris tahun 2006).
KA.
Riwayat usia melahirkan anak pertama >30 tahun Periode
diantara usia menarche dan usia kehamilan pertama terjadi ketidak
seimbangan hormon dan membuat jaringan payudara sangat peka, sehingga
menjadi permulaan dari perkembangan kanker payudara. Ny. Karmila
memiliki tiga anak, yaitu usia 4 tahun, 10 dan 12 tahun dan menikah pada
usia 15 tahun.
KB.
yaitu

Pada teori tindakan penatalaksanaan untuk kanker mamae

dilakukan

tindakan

lumpectomy,

radikal

mastectomy,

total

mastectomy, modified radikal mastectomy, terapi radiasi, terapi hormone


dan kemoterapi. Tetapi pada kasus dilakukan tindakan lumpectomy dan
mastectomy saja tanpa dijelaskan secara spesifik tindakannya tersebut.
KC.
Pada kasus Ny. Karmila mengatakan mau pulang dan tidak
ingin dirawat dengan alasan tidak ada yang menjaga dan manjaga anakanaknya di rumah, dan Ny. Karmila harus bekerja karena suaminya tidak
dapat memenuhi kebutuhannya. Sedangkan Ny. Karmila di operasi segera.
Jika kanker payudara tidak segera di operasi dapat menyebar ke organ lain
seperti paru-paru, hati, dan otak melalui pembuluh darah. Kelenjar getah
bening aksila ataupun supraklavikula membesar akibat dari penyebaran
kanker payudara melalui pembuluh getah bening dan tumbuh di kelenjar
getah bening. Kanker ini memang tidak tumbuh dengan cepat namun
berbahaya dan dapat berujung kematian (Suryaningsih dan Sukaca, 2009).

167

KD.
KE.

BAB IV
PENUTUP
KF.

A. Kesimpulan
KG.
B. Saran
KH.

168

Anda mungkin juga menyukai