Anda di halaman 1dari 3

Kerajaan Mollo (OEnam)

Kerajaan Mollo merupakan salah satu bagian dari wilayah bekas Kerajaan OEnam.
Adapun yang menjadi raja pertamanya adalah To Oematan (To Luke'mtasa). Pada
saat itu To Oematan merupakan fetor Mollo, tapi ketika kerajaan Mollo dibentuk,
maka ia langsung diangkat sebagai raja dan menandatangani Korte Verklaring pada
10 Mei 1916. Tetapi sebelumnya To Oematan bersama-sama dengan Usif Nunbena
Bait Oematan (Bait Kaunan) dan Moeb Baki Fobia telah menandatangani ikrar
kesetiaan pada Ratu Welhelmina dan dipertuan Gubernur Jenderal Belanda di
Batavia pada tanggal 19 April 1907 bertempat di Kapan.
Akan tetapi, bilamana sampai kapan Raja To Oematan memerintah di Kerajaan
Mollo belum dikatahui dengan pasti. Namun, diperkirakan ia mulai berkuasa
sesudah Perang Nefo Besak sekitar tahun 1906. Salah satu hal penting dan sangat
bermanfaat bagi rakyat Mollo yang dilakukan oleh Raja To Oematan selama masa
pemerintahannya adalah didirikannya Sekolah Rakyat (Volks School) pada tahun
1908 di Nefokoko yang kemudian dipindahkan ke Kapan tahun 1910. Setelah
beberapa lama Raja To Oematan memerintah, ia menyerahkan jabatannya kepada
juru bahasanya yaitu Lay A Koen (Tabelak Oematan) atau Wellem Fredik Hendrik
Oematan untuk menjalankan tugas sebagai Raja Mollo.

Asal usul nama Mollo:

Menurut juru bicara (mafefa) dari desa Besana nama Mollo berasal dari kata na
molok artinya berbicara, artinya pembicara antara seorang pemburu dan seekor

musang (anseko). Informasi yg mirip juga dikemukanan oleh para mafefa dari desa
Oelbubuk, Binaus dan Kualeu, yaitu molok yg artinya berbcara, bersepakat,
berjanji, atau bermusyawarah. Namun yang dimaksud adalah pembicaraan dan
perjanjiaan antara marga Lassa yg meminta bantuan marga Oematan untuk
memerangi Jabi-Uf.
Informasi dari mafefa desa Laob, nama Mollo berasal dari kata noni (noin) molo
yg artinya uang kuningan yg ditemukan oleh seorang wanita bernama Bi Tae-Neno
dipuncak sebuah gunung yg sekarang disebut gunung Mollo.
Informasi dari mafefa desa Netpala, nama Mollo berasal dari kata molfa-mate yg
artinya menguning amat sangat. Asal usul mollo dari pemahaman ini mengacu
pada nama dua marga yaitu Lassa dan Toto yg konon disebut sebagai penghuni
pertama gunung Mollo, yg sebelumnya bernama Matahas artinya menyinari.
Karena kedua marga ini sudah cukup alam bermukim di gunung Mollo maka kedua
marga ini mendapat julukan sebagai molo-oki atau oik molo. (informasi dari
mafefa desa Fatukoko)
Informasi dari mafefa Fatumnutu, nama Mollo sendiri disesuaikan dengan kondisi
alam, yaitu sinar matahari yg condong ke ufuk barat dan tampaknya seerti
menyuruk ke bawah kaki langit, warna cahayanya berubah menjadi kekuningkuningan yg menyinari seluruh gunung Mollo sehingga tampak menguning
seluruhnya.

Kesimpulannya meskipun ada berbagai perbedaan persepsi dan versi cerita dari
para Mafefa, namun masih ada satu sisi kesamaan di dalamnya yaitu dari kata molo
yg berarti kuning.

Struktur pemerintaha kerajaan Mollo:

Afinit = pendahulu; leluhur


Pah Tuaf = penguasa/ pemilik wilayah
Mafefa = juru bicara raja atau jubir adat. Adalah penghubung Pah Tuaf dengan
amaf, meob, dan anaa tobe (krn merupakan hubungan tidak langsung).
Amaf-amaf = marga-marga pendukung utama Pah Tuaf (Raja). Dalam satu
kelompok amaf terdiri dari delapan marga pendukung, dimana dari delapan marga
pendukung

terdapat

kesejahteraan

dan

empat

marga

kehidupan

pendukung

raja;

empat

yg

bertanggungjawab

marga

pendukung

atas

lainnya

bertanggungjawab untuk melayani kebutuhan raja.


Meob = pahlawan yg bertanggungjawab atas keamanan dan ketentraman
wilayah kerajaan
Ana A tobe =

yg berwenang dan bertanggungjawab atas kelestarian

alam/wilayah (kalo sekarang mungkin semacam menteri lingkungan hidup kali yah?
Sungguh-sungguh arif!).
Mnais Kuan = tua kampung/ pemangku adat yg keberadaanya telah disepakati
oleh para amaf
Tob (To Ana) = rakyat biasa/ rakyat pada umumnya yg mendiami wilayah
kerajaan Mollo

Anda mungkin juga menyukai