A
AD
BA
TI
HU
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
613.2
Ind
p
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK
DIREKTORAT BINA GIZI
2012
KATA PENGANTAR
Indonesia secara geografis dan demografis rentan terhadap terjadinya
bencana alam dan bencana non alam, termasuk potensi bencana akibat
konflik sosial. Kejadian bencana mengakibatkan korban bencana harus
mengungsi dengan segala keterbatasan. Kondisi ini dapat berdampak pada
perubahan status gizi korban bencana khususnya kelompok rentan yaitu
bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut usia.
Untuk mengantisipasi kejadian bencana dengan segala dampaknya,
Direktorat Bina Gizi telah menerbitkan buku Pedoman Penanggulangan
Masalah Gizi Dalam Keadaan Darurat, 2002 dan telah digunakan selama 1
dekade dalam penanganan kegiatan gizi di berbagai daerah bencana dengan
beberapa revisi sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Buku
Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana ini, merupakan
penyempurnaan dari edisi sebelumnya, antara lain dengan melengkapi
bagan kegiatan penanganan gizi mulai dari pra bencana, tanggap darurat
dan pasca bencana.
Pedoman ini merupakan acuan bagi petugas untuk mengelola kegiatan
penanganan gizi dalam situasi bencana. Terima kasih kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi aktif dalam pembahasan pedoman edisi revisi ini.
Saran dan masukan konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan
untuk penyempurnaan pedoman ini di masa mendatang.
Jakarta, Mei 2012
Direktur Bina Gizi,
iii
iv I
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................. 1.
B. Tujuan ............................................................................. 3
1. Tujuan Umum .............................................................. 3
2. Tujuan Khusus .............................................................. 3.
C. Definisi Operasional ........................................................ 4
BAB II RUANG LINGKUP KEGIATAN GIZI DALAM
PENANGGULANGAN BENCANA ............................................. 7.
A. Pra Bencana .................................................................... 7.
B. Situasi Keadaan Darurat Bencana ..................................... 9.
1. Siaga Darurat ................................................................9.
2. Tanggap Darurat ............................................................9.
3. Transisi Darurat ........................................................ 15.
C. Pasca Bencana ............................................................ 16
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN PENANGANAN GIZI ..................... 17
A. Penanganan Gizi Kelompok Rentan ................................. 18
1. Penanganan Gizi Anak Usia 0-23 bulan ....................... 18
2. Penanganan Gizi Anak Balita Usia 24-59 bulan ........... 25
3. Penanganan Gizi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui .............25
4. Penanganan Gizi Lanjut Usia ..................................... 28
B. Penanganan Gizi Kelompok Dewasa .......................................28
vi I
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Contoh Ransum Fase II Tahap Tanggap
Darurat Awal dan Cara Perhitungan
Kebutuhan Bahan Makanan Untuk Pengungsi...................32
Lampiran 2 Penyusunan Menu Pemberian Makanan Pada
Bayi Dan Anak (PMBA) Usia 6 59 Bulan.........................37
Lampiran 3 Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan
Bagi Bangsa Indonesia (Orang/Hari).................................47
Lampiran 4 Formulir I Registrasi Keluarga, Balita
dan Ibu Hamil....................................................................48
Lampiran 5 Formulir II Hasil Pengukuran Antropometri
dan Faktor Penyulit Pada Anak Balita................................49
Lampiran 6 Formulir III Hasil Pengukuran Antropometri
Pada Ibu Hamil..................................................................50
Lampiran 7 Pernyataan Bersama United Nations Childrens
Fund (Unicef), World Health Organization (WHO)
dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)..........................51
Lampiran 8 Rekomendasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) Mengenai Air Susu Ibu (ASI)
dan Menyusui....................................................................57
Lampiran 9 Checklist Pemantauan dan Evaluasi..................................76
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
viii I
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah gizi yang bisa timbul adalah kurang gizi pada bayi dan balita,
bayi tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) karena terpisah dari
ibunya dan semakin memburuknya status gizi kelompok masyarakat.
bantuan makanan yang sering terlambat, tidak berkesinambungan dan
terbatasnya ketersediaan pangan lokal dapat memperburuk kondisi
yang ada.
Bayi dan anak berumur di bawah dua tahun (baduta) merupakan kelompok
yang paling rentan dan memerlukan penanganan gizi khusus. Pemberian
makanan yang tidak tepat pada kelompok tersebut dapat meningkatkan
risiko kesakitan dan kematian, terlebih pada situasi bencana. Risiko
kematian lebih tinggi pada bayi dan anak yang menderita kekurangan
gizi terutama apabila bayi dan anak juga menderita kekurangan gizi
mikro. Penelitian di pengungsian menunjukkan bahwa kematian anak
balita 2-3 kali lebih besar dibandingkan kematian pada semua kelompok
umur. Kematian terbesar terjadi pada kelompok umur 0-6 bulan (WHOUNICEF, 2001). Oleh karena itu penanganan gizi dalam situasi bencana
menjadi bagian penting untuk menangani pengungsi secara cepat dan
tepat.
2 I
Buku ini merupakan acuan bagi petugas gizi dan para pemangku
kepentingan lainnya yang terlibat dalam penanggulangan bencana agar
penanganan gizi dapat dilakukan secara cepat dan tepat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Petugas memahami kegiatan penanganan
bencana
C. Definisi Operasional
a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
manusia disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda
dan dampak psikologis.
b. Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang
menderita atau meninggal dunia
c. Pengungsi (Internal Displaced People) adalah orang atau kelompok
orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat tinggal untuk
jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk
bencana.
d. Kelompok rentan adalah sekelompok orang yang membutuhkan
penanganan khusus dalam pemenuhan kebutuhan dasar seperti
bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut usia baik dengan
fisik normal maupun cacat.
e. Gizi adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang
terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta
turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan
manusia.
f. Surveilans gizi pada situasi bencana adalah proses pengamatan
keadaan gizi korban bencana khususnya kelompok rentan secara
terus menerus untuk pengambilan keputusan dalam menentukan
tindakan intervensi.
g. Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahan
selain makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi
kebutuhan gizi.
h. Makanan tambahan bagi balita adalah makanan tambahan yang
diperuntukan bagi balita usia 24 - 59 bulan dengan kandungan gizi
sekitar 1/3 dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yaitu energi 350-400
kkal dan 12 - 15 g protein per hari makan.
4 I
i.
j.
6 I
BAB II
RUANG LINGKUP KEGIATAN GIZI DALAM PENANGGULANGAN
BENCANA
Kegiatan gizi dalam penanggulangan bencana merupakan rangkaian
kegiatan yang dimulai sejak pra bencana, pada situasi bencana dan pasca
bencana, sebagaimana digambarkan pada Bagan 1. Kegiatan Gizi Dalam
Penanggulangan Bencana.
A. Pra Bencana
Bagan 1
Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana
Pra - Bencana
Penanganan:
Ransum
PMT untuk semua
kelompok rentan terutama
balita dan ibu hamil
(Blanket Supplementary
Feading)
Situasi Berisiko
(Risky Situation):
Persentase balita kurus
(<-2SD BB/TB) > 14,9%
atau
Persentase balita kurus
(<-SD BB/TB) 5,0 9,9% disertai adanya
faktor penyulit
Penanganan:
PMT untuk kelompok
rentan kurang gizi
terutama balita kurus dan
ibu hamil risiko KEK
dengan LiLA <23,5 cm
(Targetted Suplementary
Feeding)
Situasi Normal
Persentase balita kurus
(<-2SD BB/TB) 5,0 9,9%
atau
Persentase balita kurus
(<-SD BB/TB)
<5% disertai adanya
faktor penyulit
Penanganan:
Tidak perlu intervensi
khusus (Pelayanan rutin)
Pasca - Bencana
8 I
Surveilans
Bencana
Situasi Serius
(Serious Situation):
Persentase balita kurus
(<-2SD BB/TB) > 15%
atau
Persentase balita kurus
(<-2SD BB/TB)
10,0 - 14,9% disertai
adanya faktor penyulit
2. Tanggap Darurat
Biskuit
100
10-12 bh
Mie Instan
320
3 gls (4 bks)
Sereal (Instan)
50
5 sdm (2 sachets)
50
10 sdm
40
8 sdm
Bahan Makanan
Energi (kkal)
2.138
Protein (g)
53
Lemak (g)
40
Catatan:
1.
Contoh standar ransum di atas hanya untuk keperluan perencanaan secara keseluruhan
2.
Perkiraan balita di pengungsian sebesar 10% dari jumlah pengungsi, perlu ada Blended food (MP-ASI)
dan susu untuk anak umur 1-5 tahun di dalam standar perencanaan ransum
3.
4.
Perhitungan bahan makanan hendaknya ditambahkan 10% untuk hal tak terduga atau kehilangan
1 Ukuran Rumah Tangga (URT): bh = buah; gls = gelas; sdm = sendok makan; bks = bungkus
10 I
Kebutuhan/
Orang/Hari (g)
Untuk 1500
Pengungsi
Per Hari (kg)
Per 3
Hari
(kg)
Tambahan
10% (kg)
Jumlah
Kebutuhan
(kg)
Biskuit
100
150
450
45
495
Mie Instan
320
480
1440
144
1584
Sereal (Instan)
50
75
225
22,5
247,5
Blended food
(MP-ASI)
50
75
225
22,5
247,5
40
60
180
18
198
11
Tempat pengolahan
Sumber bahan makanan
Petugas pelaksana
Penyimpanan bahan makanan basah
Penyimpanan bahan makanan kering
Cara mengolah
Cara distribusi
Peralatan makan dan pengolahan
Tempat pembuangan sampah sementara
Pengawasan penyelenggaraan makanan
Mendistribusikan makanan siap saji
Pengawasan bantuan bahan makanan untuk
melindungi korban bencana dari dampak buruk akibat
bantuan tersebut seperti diare, infeksi, keracunan dan
lain-lain, yang meliputi:
P Tempat penyimpanan bantuan bahan makanan
harus dipisah antara bahan makanan umum dan
bahan makanan khusus untuk bayi dan anak
P Jenis-jenis bahan makanan yang diwaspadai
termasuk makanan dalam kemasan, susu formula
dan makanan suplemen
P Untuk bantuan bahan makanan produk dalam
negeri harus diteliti nomor registrasi (MD),
tanggal kadaluarsa, sertifikasi halal, aturan cara
penyiapan dan target konsumen
P Untuk bantuan bahan makanan produk luar negeri
harus diteliti nomor registrasi (ML), bahasa,
tanggal kadaluarsa, aturan cara penyiapan dan
target konsumen
12 I
Pada tahap ini sudah ada informasi lebih rinci tentang keadaan
pengungsi, seperti jumlah menurut golongan umur dan
jenis kelamin, keadaan lingkungan, keadaan penyakit, dan
sebagainya. Kegiatan penanganan gizi pada tahap ini meliputi:
1) A n a l i s i s f a k t o r penyulit berdasarkan hasil Rapid Health
Assessment (RHA).
2) Pengumpulan data antropometri balita (berat badan,
panjang badan/tinggi badan), ibu hamil dan ibu menyusui
(Lingkar Lengan Atas).
13
14 I
makanan
tambahan
dan
3. Transisi Darurat
15
C. Pasca Bencana
16 I
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN PENANGANAN GIZI
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) merupakan penanggung jawab
utama dalam penanggulangan bencana. Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan (PPKK) Kementerian Kesehatan merupakan unsur dari BNPB
dalam penanggulangan masalah kesehatan dan gizi akibat bencana. Pengelola
kegiatan gizi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota merupakan
bagian dari tim penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana yang
dikoordinasikan PPKK, PPKK Regional dan Sub regional, Dinas Kesehatan
Provinsi serta Kabupaten dan Kota. Penanganan gizi pada situasi bencana
melibatkan lintas program dan lintas sektor termasuk Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) nasional maupun internasional.
Kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana perlu dikoordinasikan agar
efektif dan efisien, antara lain sebagai berikut:
a. Penghitungan kebutuhan ransum;
b. Penyusunan menu 2.100 kkal, 50 g protein dan 40 g lemak;
c. Penyusunan menu untuk kelompok rentan;
d. Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari persiapan sampai
pendistribusian;
e. Pengawasan logistik bantuan bahan makanan, termasuk bantuan susu
formula bayi;
f. Pelaksanaan surveilans gizi untuk memantau keadaan gizi pengungsi
khususnya balita dan ibu hamil;
g. Pelaksanaan tindak lanjut atau respon sesuai hasil surveilans gizi;
h. Pelaksanaan konseling gizi khususnya konseling menyusui dan
konseling MP-ASI;
i. Suplementasi zat gizi mikro (kapsul vitamin A untuk balita dan tablet
besi untuk ibu hamil);
Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana
17
Penanganan gizi dalam situasi bencana terdiri dari penanganan gizi pada
kelompok rentan dan dewasa selain ibu menyusui dan ibu hamil. Penjelasan
lebih rinci penanganan pada kelompok tersebut sebagai berikut:
A. Penanganan Gizi Kelompok Rentan
Bayi dan anak usia 0-23 bulan atau di bawah dua tahun (baduta)
merupakan kelompok yang paling rentan sehingga memerlukan
penanganan gizi khusus. Pemberian makanan yang tidak tepat
serta kekurangan gizi pada kelompok tersebut dapat meningkatkan
risiko kesakitan dan kematian yang lebih tinggi pada situasi
bencana.
18 I
19
20 I
21
22 I
23
Ibu hamil dan menyusui, perlu penambahan energi sebanyak 300 kkal
dan 17 g protein, sedangkan ibu menyusui perlu penambahan energi
500 kkal dan 17 g protein. Pembagian porsi menu makanan sehari dan
contoh menu makanan untuk ibu hamil dan ibu menyusui dapat dilihat
pada tabel berikut:
25
Tabel 3
Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari Untuk Ibu Hamil dan Ibu
Menyusui (2200 kkal)
Bahan Makanan
Nasi atau bahan
makanan penukar
Lauk Hewani atau
bahan makanan
Penukar
Lauk Nabati atau
bahan makanan
Penukar
Sayur atau bahan
makanan Penukar
Buah atau bahan
makanan Penukar
Gula
Minyak
Susu
Jumlah
Porsi (p)
6p+1p
1 p + 1/2 p
Selingan
Pagi
1p
2p
Selingan
Sore
p
1,5 p + p
3p
1p
1p
1p
3p
1p
1p
1p
3p
1p
1p
1p
4p
1p
1p
1p
1p
2p
5p
1p
1p
1,5 p
-
1p
-
1p
-
1p
-
1,5 p
1p
Pagi
Siang
Malam
Keterangan:
1 porsi (p) nasi/penukar ditambahkan pada makanan ibu menyusui dengan rincian tambahan p pada makan
pagi dan p pada makan malam
26 I
Tabel 4
Contoh Menu Hari I Hari V Untuk Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
(2200 kkal)
Waktu
Makan
Pagi
Selingan
Siang
I
Nasi kuning
Abon
Bola bola
mie daging
Tehmanis
Nasi Ikan
asin pedas
(cabekering)
Selingan
Buah kaleng
Sore
II
Nasi Ikan
kalengbumbu
tomat
Buah kaleng
Menu Hari
III
IV
V
Mie kuah Tumis Nasi goreng
Nasi uduk
daging kaleng Perkedel kornet Bakwan ikan
kaleng
Biskuit Teh
Buah kaleng
Biskuit Teh
manis
manis
Nasi Mie
goreng Opor
daging kaleng
Nasi Ikan
bumbu kari
Biskuit Teh
manis
Nasi gurih
Dendeng
balado
Buah kaleng
Nasi Mie kuah
siram daging
kaleng
Nasi
Nasi Tumis
Dendeng manis
Sup Bola
daging kaleng
Martabak mie Buah kaleng
Teh manis
Nasi Sambal
Nasi Fuyunghai
goreng ikanteri mie ikan sarden
saos tomat
Catatan:
Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan makanan segar seperti lauk pauk,
sayuran dan buah belum dapat diperoleh
Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan berupa buah + biskuit, dan makan
siang/sore dilengkapi dengan lauk dan sayuran segar
Bila makanan segar sudah dapat diperoleh, makanan kaleng seperti ikan kaleng, daging kaleng supaya
segera diganti dengan bahan makanan segar ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan, sayuran dapat
dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis sayurannya
27
Selain itu ibu hamil dan ibu menyusui perlu diberikan nasehat atau
anjuran gizi dan kesehatan melalui kegiatan konseling menyusui dan
konseling MP-ASI serta pendistribusian Tablet Tambah Darah (TTD)
bagi ibu hamil.
4. Penanganan Gizi Lanjut Usia
Usia lanjut, perlu makanan dalam porsi kecil tetapi padat gizi dan
mudah dicerna. Dalam pemberian makanan pada usia lanjut harus
memperhatikan faktor psikologis dan fisiologis agar makanan yang
disajikan dapat dihabiskan. Dalam kondisi tertentu, kelompok usia
lanjut dapat diberikan bubur atau biskuit.
28 I
BAB IV
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pemantauan dan evaluasi kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana
merupakan kegiatan yang dilakukan mulai tahap pra bencana, tanggap
darurat dan pasca bencana secara terus menerus dan berkesinambungan.
Kegiatan ini dilakukan dengan mengevaluasi pencapaian pelaksanaan
kegiatan dengan cara memantau hasil yang telah dicapai yang terkait
penanganan gizi dalam situasi bencana yang meliputi input, proses dan
output.
Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilaksanakan oleh pengelola kegiatan
gizi bersama tim yang dikoordinasikan oleh PPKK Kementerian Kesehatan
dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan.
1. Pra Bencana
a. Tersedianya pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi
bencana
b. Tersedianya rencana kegiatan antisipasi bencana (rencana
kontinjensi)
c. Terlaksananya sosialisasi dan pelatihan petugas
d. Terlaksananya pembinaan antisipasi bencana
e. Tersedianya data awal daerah bencana
2. Tanggap Darurat Awal dan Tanggap Darurat Lanjut
a. Tersedianya data sasaran hasil RHA
b. Tersedianya standar ransum di daerah bencana
c. Tersedianya daftar menu makanan di daerah bencana
d. Terlaksananya pengumpulan data antropometri balita (BB/U,
BB/TB dan TB/U)
e. Terlaksananya pengumpulan data antropometri ibu hamil dan ibu
menyusui (LiLA)
Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana
29
j.
3. Pasca Bencana
a. Terlaksananya pembinaan teknis pasca bencana
b. Terlaksananya pengumpulan data perkembangan status gizi korban
bencana.
c. Terlaksananya analisis kebutuhan (need assessment) kegiatan gizi
pasca bencana
Contoh instrumen pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dapat dilihat pada
Lampiran 9.
30 I
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Edisi Revisi. Jakarta. PPKK-Kemenkes RI. 2011
2. The Management of Nutrition in Major Emergencies. Geneva. WHO.
2000
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana. Jakarta. Badan Koordinasi Nasional
Penanganan Bencana. 2007
4. Himpunan Peraturan Perundangan Tentang Penanggulangan Bencana.
Jakarta. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008
5. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 7
Tahun 2008 Tentang Pedoman Tata Cara Pemberian Bantuan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar. Jakarta. Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
2008
6. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor
6.A Tahun 2011 Tentang Pedoman Penanggulangan Dana Siap Pakai
Pada Status Keadaan Darurat Bencana. Jakarta. Badan Nasional
Penanggulangan Bencana. 2008
31
Lampiran 1
Tipe 1
Jumlah/Orang/Hari (g)
Tipe 2
Tipe 3
Tipe 4
Tipe 5
400
420
350
420
450
Kacang-kacangan
60
50
100
60
50
Minyak goreng
25
25
25
30
25
Ikan/daging kaleng
Gula
Garam beriodium
Buah dan Sayur
Blended Food (MPASI)
Bumbu
15
5
-
20
5
-
20
5
-
30
20
5
-
20
5
100
50
40
50
Energi (kkal)
Protein (g; % kkal)
2113
2106
2087
2092
2116
58 g; 11% 60 g; 11% 72 g; 14% 45 g; 9% 51 g; 10%
32 I
Tabel 2
Contoh Standar Ransum Fase II Tahap Tanggap Darurat Awal Tipe 1
Kebutuhan/Orang/Hari
Bahan Makanan
(g)
Ukuran Rumah
Tangga
(URT)
400
2 gls
Kacang-kacangan
60
6-9 sdm
Minyak goreng
25
2-3 sdm
Ikan/daging kaleng
Gula
15
1-2 sdm
Garam beriodium
1 sdm
50
10 sdm
2.113
58 g; 11%
43g; 18%
Catatan:
Ukuran Rumah Tangga (URT): gls = gelas; sdm = sendok makan
33
Tabel 3
Contoh Perhitungan Bahan Makanan Mentah Fase II Tahap Tanggap
Darurat Awal
Jika jumlah pengungsi sebanyak 1500 orang, maka perhitungan kebutuhan
bahan makanan pada Fase II Tahap Tanggap Darurat Awal untuk selama 10
hari adalah sebagai berikut:
Bahan Makanan
Kebutuhan/
Orang/Hari
(g)
Kebutuhan Bahan
Makanan
Penambahan
Kebutuhan
Untuk 1500 Pengungsi
Bahan Makanan
10% (kg)
Per Hari
Per 10 Hari
(kg)
(kg)
400
600
6.000
6600
Kacang-kacangan
60
90
900
990
Minyak goreng
25
37,5
375
412,5
Ikan/daging kaleng
Gula
15
22,5
225
247,5
Garam beriodium
7,5
75
82,5
75
750
825
50
2.113
58 g; 11%
43g; 18%
34 I
Tabel 4
Contoh Standar Bantuan Pangan Terbatas Untuk Dibawa Pulang (Dry
Ration) g/orang/hari
Bahan Makanan
Ransum 1
Ransum 2
250
200
25
20
20
15
1.250
1.000
Protein (g)
45
36
Lemak (g)
30
30
35
Tabel 5
Contoh Standar Bantuan Pangan Terbatas Untuk Dimakan Ditempat/
Dapur Umum (Wet Ration) g/orang/hari
Bahan Makanan
Blended Food Fortified/MP-ASI bubuk
R1
R2
R3
100
Sereal
R4
R5
125
100
10
10
10
10
125
125
15
20
Biji-bijian
30
30
Gula
Garam beriodium
Energi (kkal)
620
560
700
605
510
Protein(g)
25
15
20
23
18
Lemak % (kkal)
30
30
28
26
29
Catatan :
R = Rusum
36 I
Lampiran 2
Kebutuhan gizi:
Bayi 6-11 bulan, 100-120 kkal/kg berat badan, makanan terdiri dari
Air Susu Ibu (ASI) + Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
Anak 12-23 bulan, 80-90 kkal/kg berat badan, makanan terdiri dari
ASI + MP-ASI/makanan keluarga
Anak 24-59 Bulan, 80-100 Kal/kg berat badan, makanan terdiri dari
makanan keluarga
Menu MP-ASI dan makanan keluarga dibawah ini terdiri dari 2 bagian.
Bagian satu adalah menu 5 hari pertama setelah keadaan darurat terjadi,
dimana bantuan bahan makanan masih terbatas. Lima (5) hari berikutnya
diharapkan keadaan sudah mulai teratasi dan bantuan bahan makanan
segar sudah ada, sehingga menu dapat ditambah bahan makanan segar
berupa lauk, sayur dan buah sesuai kebutuhannya
Bila dari awal keadaan darurat sudah tersedia bahan makanan segar
seperti daging/ikan/telur, sayur dan buah, maka harus diutamakan
untuk diberikan pada bayi dan balita
37
Tabel 6
Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari
Untuk Bayi 6-8 Bulan (650 kkal)
Bahan Makanan
Jumlah
Porsi (p)
Pagi
p
1p
1p
2/5 p
-
p
1/3 p
-
ASI
Nasi/penukar
Lauk/Penukar
Buah
Susu
Minyak
MP-ASI (blended
food)
Multi vitamin dan
mineral (Taburia)
Selingan
Siang
Pagi
Sekehendak
p
1/3 p
p
1/5 p
1-2 sachet(@ 25 g)
Selingan
Sore
Sore
p
1/3 p
p
1/5 p
-
1 sachet
(1 g)
Tabel 7
Contoh Menu Hari I sampai V
Untuk Bayi 6-8 Bulan (650 kkal)
Waktu
Makan
Setiap
Waktu
Pagi
Siang
Sore
II
Menu Hari
III
IV
ASI
ASI
ASI
ASI
ASI
Catatan:
ASI diteruskan sekehendak bayi
Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan makanan segar seperti lauk pauk,
sayuran dan buah belum dapat diperoleh
Setelah hari ke-5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar, sehingga menu lebih bervariasi
dengan diberikan makanan selingan berupa buah+biskuit, dan makan sore dilengkapi dengan lauk pauk
dan sayuran segar
Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada
Lauk hewani dapat diberikan bervariasi sesuai dengan bahan makanan segar yang tersedia, seperti
ayam, ikan, daging, ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan
Sayuran dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis sayurannya
Tambahkan taburia 1 sachet (1 g) setiap dua hari sekali dalam salah satu makanan pagi
38 I
Tabel 8
Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari
Untuk Bayi 9-11 Bulan (900 kkal)
Bahan Makanan
ASI
Nasi/penukar
Lauk/Penukar
Buah
Susu
Minyak
Multi vitamin dan
mineral (Taburia)
Jumlah
Porsi (p)
2p
1p
1p
1p
p
Pagi
1/2 p
1/3 p
1/3 p
1 sachet
(1 g)
Selingan
Siang
Pagi
Sekehendak
p
p
1/3 p
p
1/3 p
p
Selingan
Sore
Sore
p
p
-
p
1/3 p
1/3 p
p
39
ASI
Bubur siap saji rasa
pisang
Biskuit bayi
Bubur Sumsum
Biskuit bayi
Bubur siap saji rasa
ikan
I
ASI
Bubur siap saji rasa
apel
Biskuit bayi
Bubur Sumsum
Biskuit bayi
Bubur siap saji rasa
ayam
II
ASI
Bubur siap saji rasa
jeruk
Biskuit bayi
Bubur Sumsum
Biskuit bayi
Bubur siap saji rasa
kacang hijau
Menu Hari
III
IV
ASI
Bubur siap saji rasa
pisang
Biskuit bayi
Bubur Sumsum
Biskuit bayi
Bubur siap saji rasa
daging sapi
V
ASI
Bubur siap saji rasa
jeruk
Biskuit bayi
Bubur Sumsum
Biskuit bayi
Bubur siap saji rasa
kacang merah
40 I
Catatan:
ASI diteruskan sekehendak bayi
Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan makanan segarseperti lauk pauk, sayuran dan buah belum dapat diperoleh
Bubur sumsum dapat dibuat bila tersedia tepung beras, santan/ susu dan gulamerah/ putih
Setelah hari ke 5-diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar
Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan berupa buah + biskuit, dan makan siang/ sore dilengkapi dengan lauk dan sayuran segar
Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada
Lauk hewani untuk tim saring dapat diberikan bervariasi sesuai dengan bahan makanan segar yang tersedia, seperti ayam, ikan, daging, ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan
Sayuran untuk tim saring dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis sayurannya
Tambahkan taburia 1 sachet (1 g) setiap dua hari sekali pada salah satu makanan pagi
Selingan
Siang
Selingan
Sore
Setiap Waktu
Pagi
Waktu Makan
Tabel 9
Tabel 10
Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari
Untuk Anak 12-23 Bulan (1250 kkal)
Bahan Makanan
Jumlah
Porsi (p)
Pagi
ASI
Selingan
Pagi
Siang
Selingan
Sore
Sore
Sekehendak
Nasi/penukar
2,5 p
3/4 p
1/4 p
Lauk/Penukar
3p
1p
1p
1p
Buah
2p
1p
1p
Susu
1,5 p
1/2 p
Minyak
1pp
Gula
1,5 p
1 sachet
(1 g)
41
I
ASI
Bubur beras
Abon
Biskuit
Nasi
Sup jamur kaleng dan
teri
Menu Hari
III
ASI
Nasi
Mie goreng campur
Ikan kaleng saos tomat daging kaleng
Buah kaleng
Biskuit
Nasi
Nasi
Tumis dendeng manis Sup daging kaleng
II
ASI
IV
ASI
Nasi goring
Abon
Buah kaleng
Nasi
Ikan Sarden sambal
goreng
Nasi uduk
Perkedel daging kaleng
Biskuit
Nasi
Tim teri bumbu tomat
V
ASI
42 I
Catatan:
ASI diteruskan sekehendak bayi
Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan makanan segarseperti lauk pauk, sayuran dan buah belum dapat diperoleh
Tambahkan Taburia dalam makanan anak 1 sachet per hari
Setelah hari ke-5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar
Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan berupa buah + biskuit, dan makan siang/sore dilengkapi dengan lauk pauk dan sayuran segar
Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada
Bila makanan segar sudah dapat diperoleh, makanan kaleng seperi ikan kaleng, daging kaleng supaya segera diganti dengan bahan makanan segar ataupun tempe, tahu, kacang kacangan
Sayuran dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis sayurannya
Tambahkan taburia 1 sachet (1 g)/hari dalam salah satu makanan anak
Selingan
Siang
Setiap Waktu
Pagi
Waktu Makan
Tabel 11
2p
2p
1,5 p
2p
Buah
Susu
Minyak
Gula
43 I
Selingan
Pagi
1p
1 sachet (1 g) -
1p
1p
Pagi
dan -
3p
Lauk/Penukar
Multi
vitamin
mineral (Taburia)
3,25 p
Jumlah Porsi
(p)
Nasi/penukar
Bahan Makanan
1p
Siang
1p
Selingan
Sore
Tabel 12
1p
Sore
1p
Malam
Bubur beras
Abon
Susu
Biskuit
Minuman manis (teh, sirup,
jus dll)
Nasi
Ikan tuna kaleng tumis
bawang
Buah kaleng
Minuman manis (teh,sirup,
jus dll)
Nasi
Sup jamur kaleng dan teri
Susu
I
Nasi
Ikan kaleng saus tomat
Susu
Buah kaleng
Minuman manis (teh, sirup,
jus dll)
Nasi
Daging kaleng bumbu
santan
Biskuit
Minuman manis (teh,sirup,
jus dll)
Nasi
Tumis Dendeng manis
Susu
II
Buah kaleng
Minuman manis (teh,sirup,
jus dll)
Nasi
Sup daging kaleng
Susu
Menu Hari
III
Mie goreng Campur daging
kaleng
Susu
Biskuit
Minuman manis (teh, sirup,
jus dll)
Nasi uduk
Abon ikan
Biskuit
Minuman manis (teh,sirup,
jus dll)
Nasi
Ikan sarden bumbu sambal
goreng
Susu
IV
Nasi goreng
Abon
Susu
Buah kaleng
Minuman manis (teh, sirup,
jus dll)
Nasi
Sup jamurkaleng danteri
Buah kaleng
Minuman manis (teh,sirup,
jus dll)
Nasi
Tim teri bumbu tomat
Susu
V
Nasi uduk
Perkedel daging kaleng
Susu
Biskuit
Minuman manis (teh, sirup,
jus dll)
Nasi
Tumis Dendeng manis
44 I
Catatan:
Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan makanan segarseperti lauk pauk, sayuran dan buah belum dapat diperoleh
Susu diberikan 2 kali sehari karena anak sudah disapih
Menu sama dengan makanan usia 12-24 bulan, hanya porsi lebih besar
Setelah hari ke-5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar
Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan berupa buah + biskuit, dan makan siang/sore dilengkapi dengan lauk dan sayuran segar
Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada
Bila makanan segar sudah dapat diperoleh, makanan kaleng seperti ikan kaleng, daging kaleng supaya segera diganti dengan bahan makanan segar ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan
Sayuran dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis sayurannya
Tambahkan taburia 1 sachet (1 g)/ hari dalam salah satu makanan anak
Sore
Selingan
Siang
Selingan
Pagi
Waktu Makan
Tabel 13
45 I
Jumlah
Porsi (p)
4p
4,5 p
3p
3p
1,5 p
2p
1p
1p
1p
p
p
1 sachet (1 g)
Pagi
Nasi/penukar
Lauk/Penukar
Buah
Susu
Minyak
Gula
Multi vitamin dan mineral
(Taburia)
Bahan Makanan
Selingan
Pagi
p
p
1p
p
p
1p
1,25 p
1p
p
-
Siang
Selingan
Sore
p
p
p
p
-
Tabel 14
1p
1,25 p
1p
p
-
Sore
1p
p
-
Malam
Biskuit
Minuman manis (teh, sirup,
jus dll)
Nasi
Ikan tuna kaleng tumis bawang
Nasi
Sup jamur kaleng dan teri
Susu
Selingan
Selingan
Sore
Biskuit
Minuman manis (teh, sirup,
jus dll)
Nasi
Tumis dendeng manis
Susu
Nasi
Ikan kaleng
saus tomat
Susu
Buah kaleng
Minuman manis (teh, sirup,
jus dll)
Nasi
Daging kaleng bumbu santan
II
Buah kaleng
Minuman manis (teh, sirup,
jus dll)
Nasi
Sup daging kaleng
Susu
Biskuit
Minuman manis (teh, sirup,
jus dll)
Nasi uduk
Abon ikan
Menu Hari
III
Mie goreng
Campur daging kaleng
Susu
IV
Biskuit
Minuman manis (teh, sirup,
jus dll)
Nasi
Ikan sarden bumbu sambal
goreng
Susu
Nasi
Sup jamurkaleng danteri
Nasi goreng
Abon
Susu
46 I
Catatan:
Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan makanan segar seperti lauk pauk, sayuran dan buah belum dapat diperoleh
Susu diberikan 2 kali sehari karena anak sudah disapih
Menu sama dengan makanan usia 12-24 bulan, hanya porsi lebih besar
Setelah hari ke-5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar
Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan berupa buah + biskuit, dan makan siang/sore dilengkapi dengan lauk dan sayuran segar
Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada
Bila makanan segar sudah dapat diperoleh, makanan kaleng seperti ikan kaleng, daging kaleng supaya segera diganti dengan bahan makanan segar ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan
Sayuran dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis sayurannya
Tambahkan taburia 1 sachet (1 g)/ hari dalam salah satu makanan anak
Perbedaan dengan anak usia 2-3 tahun terdapat pada jumlah bahan makanan yang diberikan
Siang
Bubur beras
Abon
Susu
Pagi
Waktu
Makan
Tabel 15
Buah kaleng
Minuman manis (teh, sirup,
jus dll)
Nasi
Tim teri bumbu tomat
Susu
Biskuit
Minuman manis (teh, sirup,
jus dll)
Nasi
Tumis Dendeng manis
V
Nasi uduk
Perkedel daging kaleng-Susu
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
No
Kelompuk
Umur
Berat
Badan
(kg)
Tinggi
Badan
(cm)
Energi
(kkal)
Protein
(g)
Vit A
(RE)
Vit D
(mcg)
Vit
E
(mg)
0,3
0,4
0,5
0,6
0,9
35
65
Vit 65
K
65
(mcg)
655
Vit55K
55
(mcg)
0,1
0,3
0,5
0,6
1,0
Piridoksin
(mg)
0,4
0,5
0,9
1,2
1,5
Vit B12
(mcg)
40
40
40
45
45
Vit C
(mg)
200
400
500
500
600
Kalsium
(mg)
100
225
400
400
400
Fosfor
(mg)
25
55
60
80
120
Magnesium
(mg)
300
1,3
1,8
50
Kal800
sium
800
(mg)
40
800
1000
Fos600
for
600
(mg)
200
600
1000
Magne300
sium
300
(mg)
100
300
170
90
90
90
120
1
120
Iodium
(mcg)
+ 550
+ 17
+350
+0
+4
+0
+ 0,3
+ 0,4
+3
+ 100
+ 0,5
+ 0,4
+ 45
+150
+0
+ 30
120
+6
17,0
150
150
13,4
+ 4,6150 + 10
13,4
+ 4,6
+ 10
+ 13
50
+ 50
13
+ 1,7
150
+ 4,2
+ 9,0150
+5
12,1
+5
+13,4
5
30
3014
30
17,4
7,5
208,2
30
9,7
30
11,2
30
9,8
9,8120
9,8150
90
12,690
15,4
120
14,0
120
9,3
30
Seng
30
(mg)
20
5
10
17
20
20
Selenium
(mcg)
1,9
Sele2,2
nium
2,3
(mcg)
2,3
0,003
0,6
1,2
1,5
1,7
Mangan
(mg)
+ 0,830
+ 0,8
30
30
+ 0,2
30
+ 0,2
+ 0,230
1,8
1,820
1,830
10
1,617
1,6
20
1,6
20
1,8
12,1
30
13,4 Sele30 Mangan
2,3
Seng
13,4 nium
30
(mg)
(mg)2,3
(mcg)
13,490 301,3
2,35
17,4
Iodium
17,0
(mcg)
14
1,3
7,5
8,2
9,7
11,2
Seng
(mg)
+ 50
13
+ 50
+ 13
50
15
150
13
150
150
19
26
170
12
12
220
270
+0
270
+9
+300
13
300
+6
300
7
1208
150
9
150
10
150
55
20
60
26
80
26
120
26
150
Besi
150
(mg)
150
13 Iodium
150
Besi
13 (mcg)
150
(mg)
25
0,5
13
150
13
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1593/Menkes/SK/XI/2005 tanggal 24 Nopember 2005, tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia
6 bulan kedua
47 I
24
0,5
7
8
9
10
Besi
(mg)
12
Ribo1,2
flavin
1,3
(mg)
1,3
1,0
65
80
150
200
200
Asam
Folat
(mcg)
1,0
Thia1,2
min
1,3
(mcg)
1,2
2
4
6
8
10
Niacin
(mg)
0,3
0,4
0,5
0,6
0,9
Riboflavin
(mg)
5
10
15
20
25
Thiamin
(mcg)
7 - 11 bulan
8,5
71
650
16 400
5
5
10
0,4
0,4
4
80
0,3
0,5
40 400 225
Wanita
10 -12 tahun 12,0 37,0 90 145 10002050 25 50 400600
35
1,0
1000 400180
1 13
- 3 tahun
55 116
15
0,5 1,00,5 12 6 300150 1,2 0,5 1,8 0,9 50 1000
40 500
55
1,0
13
400
1,2
2,4
1000
113 - 15 tahun
4 14
- 6 tahun
17,0 48,0
110 153
15502350
39 57Nomor:
450600
55 157
20 241,1
0,6
8 Angka
200
1,2 65 1000
45
500
400230
Keputusan Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
1593/Menkes/SK/XI/2005
tanggal
Nopember0,6
2005, tentang
Kecukupan0,6
Gizi Yang Dianjurkan
Bagi Bangsa
Indonesia
15 16 - 18 tahun
50,0
154
2200
50
600
5
15
55
1,1
1,0
14
400
1,2
2,4
75 1000 1000
240
7 16
- 9 tahun
25,0 52,0 120 156 18001900 45 50 500500
55 157
25
0,9 1,10,9 14 10 400200 1,3 1,0 2,4 1,5 75 45
600
400240
19 - 29 tahun
55
1,0
800
600
Pria
17 30 - 49 tahun
55,0
156
1800
50
500
5
15
55
1,0
1,1
14
400
1,3
2,4
75
800
600
270
1018-12 tahun
510 11
35
1,0 1,11,0 14 12 400300 1,5 1,3 2,4 1,8 75 50
50 - 64 tahun 35,0 55,0 138 156 20501750 50 50 600500
15
55
1,0
800 1000
600 1000270
+ tahun 45,0 55,0 150 156 24001600 60 50 600500
15
55
1,0
800 1000
600 1000270
1319- 15 65
tahun
515 15
55
1,2 1,11,2 14 14 400400 1,5 1,3 2,4 2,4 75 75
16 - 18 Hamil
tahun
55,0
160 2600
65 600
5
15
55
1,3
1,3
16
400
1,3
2,4
90 1000 1000
20 Trimester I
+ 100 + 17 +300
+0
+0
+ 0 + 0,3 + 0,3
+ 4 + 200
+ 0,4
+ 0,2 + 10 +150
+0
+ 30
19 - 29 tahun
56,0
165 2550
60 600
5
15
65
1,2
1,3
16
400
1,3
2,4
90 800 600
21 Trimester II
+ 300 + 17 +300
+0
+0
+ 0 + 0,3 + 0,3
+ 4 + 200
+ 0,4
+ 0,2 + 10 +150
+0
+ 30
3022- 49 Trimester
tahun III 62,0
165 2350+ 300 60+ 17 600
15
1,2 + 0,31,3 + 4 16 + 200400 + 0,4 1,3 + 0,2 2,4+ 10 +150
90 800
+300
+50
+0
+65
0 + 0,3
+ 0 600
+ 30
50 - 64 Menyusui
tahun
62,0
165 2250
60 600
10
15
65
1,2
1,3
16
400
1,7
2,4
90 800 600
6 bulan pertama
+350
+4
+65
0 + 0,3
+ 0 600
+ 30
6523+ tahun
62,0
165 2050+ 500 60+ 17 600
15+ 0 15
1,0 + 0,41,3 + 3 16 + 100400 + 0,5 1,7 + 0,4 2,4+ 45 +150
90 800
1
2
3
4
5
Vit K
(mcg)
Anak
0 - 6 bulan
6,0
60
550
10
375
5
4
7 - 11 bulan
8,5
71
650
16
400
5
5
1 - 3 tahun
12,0
90
1000
25
400
5
6
4 - 6 tahun
17,0
110
1550
39
450
5
7
7 - 9 tahun
25,0
120
1800
45
500
5
7
Pria
6 10 -12 tahun
35,0
138
2050
50
600
5
11
Pro- 60 600
Vit
7 13 - 15 tahunBerat 45,0Tinggi 150
Kelompuk
Energi2400
Vit A Vit D 5 15
Badan 55,0Badan 160 2600 tein 65 600
E
8 16 - 18 tahun
Umur
(kkal)
(RE) (mcg) 5 15
9 19 - 29 tahun(kg) 56,0(cm) 165
2550 (g) 60
600
5 (mg)
15
Berat
10 30Kelompuk
- 49 tahun
62,0 Tinggi
165 Energi
2350 Pro60 Vit600
5 Vit15
A
Vit
D
Anak
No
E15
11 50 - Umur
64 tahun Badan
62,0 Badan
165 (kkal)
2250 tein
60 (RE)
600 (mcg)
10
(kg)
(cm)
(g)
0 -126 bulan
515 (mg)
4
65 + tahun 6,0 62,0 60 165 5502050 10 60 375600
15
No
Lampiran 3
+ 0,22,3
+ 0,2
2,3
2,3
+ 0,2
2,3
+ 0,2
+ 0,22,3
2,7
2,71,9
2,72,2
0,6
1,81,2
2,4
1,5
2,5
1,7
2,5
2,7
3,0
Fluor
3,0
(mg)
0,003
3,0
2,3
Mangan
2,7
(mg)
1,7
0,01
0,4
0,6
0,8
1,2
Fluor
(mg)
1,7
2,3
2,7
2,7
3,0
3,0
3,0
0,01
0,4
0,6
0,8
1,2
Fluor
(mg)
Jumlah
(2)
Nama
Kepala
Keluarga
(2)
(3)
(3)
(4)
(6)
L
(7)
P
(8)
L
(9)
(8) (9)
(10)
(10)
------------------------------------
48 I
Penanggung Jawab,
(5=3+4)
L+P
(7)
(11)
(11)
(12)
(12)
(13)
(13)
(14)
Lakilaki
(14)
Lakilaki
Tidak
Hamil
(16)
(15)
Hamil
Tidak
Hamil
(16)
Perempuan
Jumlah
L
(18=3+14)
Total Jiwa
(19=4+15+16)
Total Jiwa
-----------------------------------
Petugas,
(17=14+15+16)
Jumlah
:
:
:
Jumlah
(20=18+19)
Jumlah
(20=18+19)
Form I
(18=3+14) (19=4+15+16)
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Provinsi
(17=14+15+16)
(15)
Hamil
Perempuan
(5=3+4) (6)
L+P
Jumlah Balita
0-59 Bulan
(4)
7
8
9
10
11
12
(1)
1
2
No
3
4
5
(1)
6
No
Nama
Kepala
Keluarga
Jumlah Balita
0-59 Bulan
Tanggal
:
Nama Posko
:
Desa/Kelurahan :
Lampiran 4
1
2
(2)
(3)
(3)
(4)
Penanggung Jawab,
Umur
(Bulan)
Umur
(Bulan)
(7)
(8)
(9)
(4)
(5)
(6)
(7)
(10)
Antropometri
(11)
(12)
Klinis
Gizi
Buruk
Klinis
Gizi
(13)
Buruk
(13)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
2Keterangan:
49 I
(1)
No
(2)
Tanggal Lahir
(Tgl-Bln-Thn)
Tanggal Lahir
(Tgl-Bln-Thn)
(6)
(14)
(15)
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Provinsi
:
:
:
(16)
(17)
Faktor Penyulit
(18)
BB/PB
LiLA Kategori Antropometri
PB atau TB
Faktor Penyulit
BB (kg)
atau
Diare ISPA Campak
Form IIMalaria Lain-lain
(cm)
LiLA
(cm)
BB/TB
BB/PB
LiLA
Kategori
PB
atau
TB
(4)
(8)
(9)
(11)
(12)
(14)
(15) Campak
(16)
(17)
(18)
L (5)
P
BB(10)(kg)
atau
Diare
ISPA
Malaria
Lain-lain
(cm)
LiLA DAN FAKTOR PENYULIT
(cm)
FORMULIR II. HASIL PENGUKURAN ANTROPOMETRI
PADA
BB/TB ANAK BALITA2
Nama
Balita
Nama
Balita
(3)
Jenis
Kelamin
Jenis
L P
Kelamin
Tanggal
:
Nama Posko
:
Desa/Kelurahan :
FORMULIR II. HASIL PENGUKURAN ANTROPOMETRI DAN FAKTOR PENYULIT PADA ANAK BALITA2
Form II
(15)
(16)
(17)
-----------------------------------
Petugas,
(14)
(18)
Tanggal
:
Kecamatan
:
3
Nama
Posko
:
Kabupaten/Kota
:
4 2
Keterangan:
5
Desa/Kelurahan
: Atas
Provinsi
:
L: Laki-laki; P: Perempuan;
LiLA: Lingkar Lengan
6
Kategori LiLA: <11,5 cm = Severely Acute Malnutrition (SAM); 11,5 cm sampai <12,5 cm = Moderate Acute Malnutrition (MAM); 12,5 cm = Normal
BB/PB atau BB/TB: SangatJenis
Kurus (Z-Score <-3 SD); Kurus (Z-Score -3 SD sampai <-2 SD); Normal
(Z-Score -2 SD sampai <+2 SD); Gemuk (Z-Score +2 SD)
7
Antropometri
Faktor Penyulit
KelaminAkut
NamaISPA: Infeksi Saluran Pernafasan
Klinis
8
Nama
Tanggal Lahir
Umur
KepalaKlinis Gizi Buruk : M = Marasmus, K = Kwashiorkor, M+K = Marasmik-Kwashiorkor
Gizi
BB/PB
Balita
(Tgl-Bln-Thn) (Bulan) LiLA Kategori
PB atau TB
KeluargaJumlah
Buruk Diare ISPA Campak Malaria Lain-lain
L P
BB (kg)
atau
(cm)
LiLA
(cm)
BB/TB
2
(1)
(1)
No
No
Nama
Kepala
Keluarga
Nama
Kepala
(2)
Keluarga
Lampiran 5
(3)
Tanggal Lahir
(2)
(3)
(4)
(4)
(Tahun)
Umur
(Tahun)
Umur
(4)
(5)
(5)
(6)
(6)
(6)
II
50 I
Kategori Lingkar Lengan Atas (LiLA) Ibu Hamil: <23,5 cm = risiko Kurang Energi Kronis (KEK); 23,5 cm = Normal
------------------------------------
3Keterangan:
3
Jumlah
4
5
Penanggung Jawab,
6
(7)
(7)
(7)
III
(5)
2 Lingkar Lengan Atas (LiLA) Ibu Hamil: <23,5 cm = risiko Kurang Energi Kronis (KEK); 23,5 cm = Normal
Kategori
10
1
3Keterangan:
7
(1)
8
Umur
:
:
:
(9)
-----------------------------------
Petugas,
(8)
(9)
Kategori
Form II
Antropometri
Kategori
(9)
Kategori
Antropometri
LiLA
(8)
LiLA
:
:
:
Antropometri
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Provinsi
(8)
LiLA
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Provinsi
(Tahun)
FORMULIR III. HASIL PENGUKURAN
ANTROPOMETRI
IBU HAMIL3
I
II PADA III
:
:
:
2
Nama Posko
:
3
Desa/Kelurahan :
4
No
Tanggal Lahir
5 Nama Kepala Keluarga Nama Ibu hamil
Keluarga Nama
Tanggal Lahir
6 No Nama Kepala
(1)
(2)
(3) Ibu hamil
Tanggal
(2)
(1)
No
Tanggal
Nama Posko
Desa/Kelurahan
Lampiran 6
Form II
Lampiran 7
Pernyataan Bersama United Nations Children,s Fund (Unicef), World
Health Organization (WHO)
dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Jakarta, 7 Januari 2005
Rekomendasi Tentang Pemberian Makanan Bayi Pada Situasi
Darurat
A. Kebijakan Tentang Pemberian Makanan Bayi
1. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir dalam waktu 1
jam pertama.
2. Memberikan hanya ASI saja atau ASI eksklusif sejak bayi lahir
sampai umur 6 bulan.
3. Memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi mulai
umur 6 bulan.
4. Tetap memberikan ASI sampai anak umur 2 tahun atau lebih.
B. Pemberian ASI (Menyusui) 1
1. Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan
bayi
yang terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga
1
bermanfaat bagi ibu.
1 Rekomendasi didasarkan pada Kode Internasional Pemasaran Susu Formula, World Health Assembly
(WHA) tahun 1994 dan 1996, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Pemasaran
Pengganti ASI, dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2004 tentang Pemberian
ASI Eksklusif pada bayi di Indonesia. WHA ke 47 menyatakan: Pada operasi penanggulangan bencana,
pemberian ASI pada bayi harus dilindungi, dipromosikan dan didukung. Semua sumbangan susu
formula atau produk lain dalam lingkup Kode, hanya boleh diberikan dalam keadaan terbatas.
Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana
51
2. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk
memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya.
3. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan
utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi.
Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
4. Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30%
dari kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan
karena masih memberikan manfaat.
DALAM SITUASI DARURAT:
a. Menyusui menjadi lebih penting karena sangat terbatasnya sarana
untuk penyiapan susu formula, seperti air bersih bahan bakar dan
kesinambungan ketersediaan susu formula dalam jumlah yang
memadai.
b. Pemberian susu formula akan meningkatkan risiko terjadinya diare,
kekurangan gizi dan kematian bayi.
c. Sumbangan susu formula dari donor, maka distribusi maupun
penggunaannya harus dimonitor oleh tenaga yang terlatih, sesuai
dengan beberapa prinsip di bawah ini:
konseling tentang cara penyajian susu formula yang aman dan praktek
pemberian makan bayi yang tepat.
5) Hanya susu formula yang memenuhi standar Codex Alimentarius yang
bisa diterima.
6) Sedapat mungkin susu formula yang diproduksi oleh pabrik yang
melanggar Kode Internasional Pemasaran Susu Formula jangan/tidak
diterima.
7) Jika ada pengecualian untuk butir di atas, pabrik tersebut sama sekali
tidak diperbolehkan mempromosikan susu formulanya.
8) Susu Kental Manis dan Susu cair tidak boleh diberikan kepada bayi
berumur kurang dari 12 bulan.
9) Susu formula diberi label dengan petunjuk yang jelas tentang cara
penyajian, masa kadaluwarsa minimal 1 tahun, dalam bahasa yang
dimengerti oleh ibu, pengasuh atau keluarga.
10) Botol dan dot tidak boleh di distribusikan dan tidak dianjurkan untuk
digunakan. Pemberian susu formula hendaknya menggunakan cangkir
atau gelas.
11) Susu bubuk skim tidak boleh diberikan sebagai komoditas tunggal
atau sebagai bagian dari distribusi makanan secara umum, karena
dikhawatirkan akan digunakan sebagai pengganti ASI.
12) Untuk mengurangi bahaya pemberian susu formula, beberapa hal di
bawah ini sebisa mungkin dipenuhi:
a) Gunakan cangkir atau gelas
diberikan sabun untuk mencuci.
yang
mudah
dibersihkan,
cukup
(bila
53
Mitos tentang menyusui dapat mengurangi rasa percaya diri ibu maupun
dukungan yang diterimanya. Empat mitos yang paling sering adalah:
i. Stres menyebabkan ASI kering
54 I
55
56 I
Lampiran 8
Air susu ibu tidak hanya bermanfaat bagi bayi, melainkan juga bagi ibu,
keluarga, masyarakat, dan lingkungan.
Manfaat bagi ibu
1. Proteksi kesehatan ibu. Oksitosin yang dilepaskan sewaktu menyusui
menolong uterus untuk kembali ke ukuran semula dan mengurangi
1
perdarahan pasca-persalinan.
2. Menyusui mengurangi risiko kanker payudara dan kanker ovarium pada
ibu. Analisis data dari 47 studi epidemiologi di 30 negara menunjukkan
bahwa risiko relatif kanker payudara menurun sebanyak 4,3% untuk
setiap tahun menyusui.2
3. Menjarangkan kehamilan. Selama enam bulan pertama setelah
melahirkan, jika seorang wanita belum mendapat kembali haidnya dan
1 Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta, 21 November 2010
Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana
57
59
dan
kemampuan
psikososial
dan
a. ASI menguatkan (bonding) antara ibu dan bayi. Kontak erat setelah
melahirkan akan menciptakan hubungan saling mencintai antara ibu
Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana
61
dan bayi. Bayi lebih jarang menangis jarang mengalami asma (OR
0,7; IK 95% 0,5-0,8). Anak yang mendapat ASI sebagian selama
6 bulan juga lebih dan ibu dapat memahami serta merespons
kebutuhan bayinya lebih baik.
b. Studi PROBIT di Belarus yang melibatkan 17046 bayi melaporkan
bahwa ASI eksklusif meningkatkan perkembangan kognitif anak.
Hasil studi ini menunjukkan perbedaan rerata skor Wechsler
Abbreviated Scaled of Intelligence (WASI) antara anak yang
mendapat ASI dengan yang tidak adalah 7,5 (IK 95% 0,8-14,3)
untuk IQ verbal, 2,9 (IK 95% -3,3-9,1) untuk IQ performance, dan
5,9 (-1,0-12,8) untuk IQ secara keseluruhan. 17
c. Studi di Kopenhagen menunjukkan bahwa pemberian ASI berkorelasi
secara bermakna terhadap skor IQ pada usia 27,2 tahun. Makin lama
durasi ASI, makin tinggi skor IQ. 18
Manfaat bagi keluarga 19
1. Kesehatan dan status nutrisi yang lebih baik.
2. Manfaat ekonomi. ASI sama sekali tidak membutuhkan biaya
dibandingkan susu formula. Uang yang dibelanjakan untuk susu formula
dapat digunakan untuk membeli makanan bergizi bagi ibu dan anggota
keluarga lainnya.
3. Mengurangi biaya kesehatan, karena bayi ASI lebih jarang menderita
sakit dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.
Manfaat bagi rumah sakit 19
1. Menyusui menciptakan atmosfir yang lebih tenang dan hangat, karena
bayi lebih jarang menangis dan ibu lebih cepat merespon tangisan
bayinya.
2. Bila kebijakan (rooming-in) berjalan dengan baik, maka tidak dibutuhkan
ruang perawatan bayi sehingga sumber daya manusia, waktu, maupun
biaya rumah sakit yang terserap untuk ruang perawatan bayi dapat
62 I
dikurangi. Special care nursery masih dibutuhkan untuk bayi yang sakit.
3. Rooming-in dan dukungan terhadap ASI akan meningkatkan citra
rumah sakit dan menunjukkan bahwa rumah sakit tersebut memberikan
pelayanan yang terbaik bagi ibu dan bayi.
Manfaat bagi komunitas 20
1. Menurunkan biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh negara.
2. Menurunkan angka absensi orangtua sehingga meningkatkan
produktivitas dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan negara.
3. Mengurangi beban lingkungan untuk mengolah limbah kaleng
susu fomula dan botol, serta mengurangi konsumsi energi untuk
memproduksi susu formula.
Rekomendasi IDAI
1. Dokter spesialis anak dan tenaga medis merekomendasikan ASI bagi
semua bayi yang tidak memiliki kontraindikasi medis serta memberikan
edukasi mengenai manfaat ASI dan menyusui.
a. Kontraindikasi medis yang dimaksud mengacu pada Panduan
WHO 2009, termuat pada bagian selanjutnya dari rekomendasi
ini. Bila terdapat kontraindikasi, maka harus ditelaah lebih lanjut,
apakah kontraindikasi tersebut bersifat sementara atau permanen.
Bila kontraindikasi hanya bersifat sementara, maka ibu dianjurkan
memerah ASI untuk menjagai kesinambungan produksi ASI.
Bila menyusui langsung tidak memungkinkan, maka dianjurkan
memberikan ASI yang diperah.
b. Keputusan untuk tidak menyusui atau menghentikan menyusui
sebelum waktunya didasarkan pada pertim- bangan bahwa risiko
menyusui akan lebih membahayakan dibanding manfaat yang akan
didapatkan.
2. ASI-eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI tanpa suplementasi
makanan maupun minuman lain, baik berupa air putih, jus, ataupun susu
Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana
63
65
12. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) kaya besi diberikan secara bertahap
mulai usia 6 bulan. Bayi prematur, bayi dengan berat lahir rendah, dan
bayi yang memiliki kelainan hematologi tidak memiliki cadangan besi
adekuat pada saat lahir umumnya membutuhkan suplementasi besi
sebelum usia 6 bulan, yang dapat diberikan bersama dengan ASIeksklusif.
13. Kebutuhan dan perilaku makan setiap bayi adalah unik.
a. Pengenalan makanan pendamping sebelum usia 6 bulan tidak
meningkatkan asupan kalori maupun kecepatan pertumbuhan berat
badan.
b. Selama 6 bulan pertama, bayi yang mendapat ASI tidak
membutuhkan air putih maupun jus buah, bahkan dalam cuaca
panas sekalipun. Pemberian minuman atau makanan selain ASI
berisiko mengandung kontaminan atau alergen.
c. Pemanjangan durasi menyusui bermanfaat untuk meningkatkan
kesehatan dan perkembangan bayi.
d. Bayi yang telah disapih sebelum usia 12 bulan tidak menerima susu
sapi, tetapi harus mendapat formula bayi yang difortifikasi zat besi.
14. Semua bayi yang mendapat ASI mendapat injeksi vitamin K1 1 mg yang
diberikan setelah mendapat ASI pertamanya dalam kurun waktu 6 jam
setelah lahir. Bila tidak tersedia vitamin K1 injeksi, maka dapat diberikan
vitamin K1 oral namun diulang dalam kurun waktu 4 bulan.
15. Ibu dan bayi baru lahir berada dalam satu ruangan dan bayi berada
dalam jangkauan ibu selama 24 jam untuk memfasilitasi menyusui.
16. Bila ibu atau bayi dirawat di rumah sakit, diusahakan untuk menjaga
kesinambungan ASI, baik dengan menyusui langsung atau memberikan
ASI yang diperah.
17. Durasi pemberian ASI eksklusif yang dianjurkan adalah selama enam
bulan pertama kehidupan untuk mencatat tumbuh kembang optimal.
Setelah enam bulan, bayi mendapat makanan pendamping yang adekuat
sedangkan ASI dilanjutkan sampai usia 24 bulan.
66 I
keadaan
bencana
perlu
67
ii. Susu formula diberikan kepada bayi piatu dan bayi yang ibunya
tidak lagi dapat menyusui.
iii. Telah dilakukan penilaian terhadap status menyusui ibu dan
relaktasi tidak memungkinkan.
iv. Ibu atau pengasuh bayi perlu diberi informasi memadai tentang
cara penyajian susu formula yang aman dan pemberian makan
bayi yang tepat.
v. Ada petunjuk yang jelas tentang cara penyajian susu formula
dalam bahasa yang dimengerti oleh masyarakat setempat
dengan masa kadaluwarsa minimal 1 tahun.
vi. Susu kental manis dan susu cair tidak boleh diberikan kepada
bayi berumur kurang dari 12 bulan.
vii. Menggunakan air dan alat yang bersih untuk menyiapkan susu
dan menyimpannya (bila sulit menyiapkan air bersih karena
terbatasnya bahan bakar, dapat menggunakan air dalam
kemasan).
viii. Sediakan alat untuk menakar air dan susu bubuk.
ix. Promosi menyusui secara terus menerus agar ibu yang
masih dapat menyusui tidak memberikan susu formula.
d. Industri susu formula tidak diperbolehkan mempromosikan
produknya
Peran dokter spesialis anak dalam melindungi, mempromosikan, dan
mendukung ASI
1. Umum
a. Mempromosikan, mendukung dan melindungi menyusui. Dokter
spesialis anak sangat dianjurkan membaca literatur mengenai bukti
ilmiah mengenai manfaat ASI bagi kesehatan dan perkembangan
bayi.
68 I
media
untuk
mempresentasikan
69
70 I
2. Kondisi Ibu
a. Kondisi ibu yang menjustifikasi penghentian ASI permanen.
71
Hepatitis C.
72 I
dapat
Kesimpulan
Ikatan Dokter Anak Indonesia secara tegas menyatakan bahwa pemberian
ASI menjamin tercapainya tumbuh kembang yang terbaik. Keterlibatan aktif
dokter anak untuk melindungi, mempromosikan dan mendukung menyusui/
pemberian ASI sangat dibutuhkan untuk mencapai tumbuh kembang anak
yang optimal.
Kepustakaan
1. Lucas A, Prewett RB, Mitchell MD. Breastfeeding and plasma oxytocin
concentrations. Br Med J. 1980;281:834-5.
2. Beral V. Breast cancer and breastfeeding: collaborative reanalysis of
individual data from 47 epidemiological studies in 30 countries, including
50302 woman with breast cancer and 96973 woman without the disease.
Lancet. 2002;360:187-95.
3. Saadeh R, Benbouzid D. Breastfeeding and child spacing: importance of
information collection to public health policy. Bull World Health Organ.
1990;68:625-31.
4. Popkin BM, Adair L, Akin JS, Black R. Breastfeeding and diarrheal
morbidity. Pediatrics. 1990;86:874-82.
5. Howie PW, Forsyth JS, Ogston SA, Clark A, Florey CV. Protective effect
of breastfeeding against infection. BMJ. 1990;300:11-6.
6. Scariati PD, Grummer-Strawn LM, Fein SB. A longitudinal analysis of
infant morbidity and the extent of breastfeeding in the United States.
Pediatrics. 1997;99:e5.
7. Kramer MS, Chalmers B, Hodnett ED, Sevkovskaya Z, Dzikovich I,
Shapiro S, et al. Promotion of breastfeeding intervention trial (PROBIT).
JAMA. 2001;285:413-20.
8. Cesar JA, Victora CG, Barros FC, Santos IS, Flores JA. Impact of
breastfeeding on admission for pneumonia during postneonatal period
in Brazil: nested case-control. BMJ. 1999;318:1316-20.
Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana
73
74 I
16. Gillman MW, RIfas-Shiman SL, Camargo Jr CA. Risk of overweight among
adolescents who were breastfed as infants. JAMA. 2001;285:2461-7.
17. Kramer MS, Aboud F, Miranova F, Vanilovich I, Platt RW, Matush L, et
al. Breastfeeding and child cognitive development. New evidence from
a large randomized trial. Arch Gen Psychiatry. 2008;65:578-84.
18. Mortensen EL, Michaelsen KF, Sanders SA, Reinisch JM. The
association between duration of breastfeeding and adult intelligence.
JAMA. 2002;287:2365-71.
19. World Health Organization, UNICEF, and Wellstart International. Babyfriendly hospital initiative: revised, updated and expanded for integrated
care. Section 2. Strengthening and sustaining the baby-friendly hospital
initiative: a course for decisionmakers. WHO and UNICEF. 2009. Geneva.
20. American Academy of Pediactrics, Section on Breastfeeding.
Breastfeeding and the use of human milk. Pediatrics. 2005;115:496506.
21. World Health Organization. Acceptable medical reasons for use of
breastmilk substitutes. WHO. 2009. Geneva.
75
Lampiran 9
Lampiran 9
No
1
76 I
Checklist
Pemantauan dan Evaluasi
Checklist Pemantauan dan Evaluasi
Provinsi
Provinsi ::
Kabupaten
Kabupaten ::
Komponen Kegiatan
Pra Bencana
a. Tersedia Pedoman
b. Tersedia contingency plan
c. Dilaksanakan sosialisasi dan pelatihan
petugas
d. Dilakukan pembinaan antisipasi bencana
e. Tersedianya data awal daerah bencana
Tanggap Darurat Awal dan Tanggap Darurat
Lanjut
a. Tersedia data sasaran
b. Tersedia standar ransum
c. Tersedia daftar menu makanan
d. Dilaksanakannya pengumpulan data
antropometri balita
e. Dilaksanakannya pengumpulan data
antropometri ibu hamil dan ibu menyususi
(LiLA)
f. Dilaksakannya konseling menyusui
g. Dilaksakannya konseling MP-ASI
h. Tersedia makanan tambahan atau MPASI
i. Tersedia Kapsul vitamin A
j. Dilaksanakannya pemantauan bantuan
pangan dan susu formula
Pasca Bencana
a. Dilaksanakannya pembinaan teknis paska
bencana.
b. Dilaksanakannya pengumpulan data
perkembangan status gizi korban
bencana
c. Dilakukannya analisis kebutuhan (need
assessment) kegiatan gizi paska bencana
Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana
Ya
Tidak
Keterangan
DAFTAR PESERTA
Penyempurnaan Pedoman Kegiatan Gizi dalam
Penanggulangan Bencana
Bogor, 5-8 Maret 2012
Ir. Eman Sumarna, MSc (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Tatang Kustiana, SE, M.Si (Kemensos)
Pudjo Hartono, MPS (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Elmy Rindang Turhayati, SKM, MKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Cahaya Indriaty, SKM, M.Kes (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Dr. Ari Rachmawati (PI Setditjen, Kemenkes)
Dr. Widiana Kusumasari (PPK Kesehatan, Kemenkes)
Dyna Simanjuntak, AMG (BNPB Pusat)
Iryanis, SKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Priatmo Triwibowo, SKM, M.Kes (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Andri Mursita, SKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Siti Hana, SKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Iwan Halwani, SKM, M.Si (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Muhammad Adil, SP, MPH (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Dr. Julina, MM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Siswono (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
77
Pembahasan Lanjut
Bogor, 14-17 Maret 2012
DR. Abas Basuni Jahari, M.Sc (PTTK dan EK, Kemenkes)
Ir. Eman Sumarna, MSc (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Pudjo Hartono, MPS (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Tri Budiarto, M.Si (Badan Nasional Penangg ulangan Bencana Pusat)
Yus Rizal, DCN, M.Epid (BNPB Pusat)
Dr. Mohammad Imran (PPK Kesehatan, Kemenkes)
Dr. Mieke Vennyta (Ditjen PP dan PL, Kemenkes)
Yunimar Usman, SKM, MPH (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Iwan Halwani, SKM, M.Si (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Cahaya Indriaty, SKM, M.Kes (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Iryanis, SKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Siti Masruroh, S.Gz (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Andri Mursita, SKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Siti Hana, SKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Siswono (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Yuniwati, SKM, M.Kes (Dinkes Prov. Aceh)
Sofia Deliana HSB, M.Kes (Dinkes Prov Sumut)
Nursal, SKM (Dinkes Prov Sumbar)
Dessani Putri, SKM (Dinkes Prov Riau)
Ernawati, SKM (Dinkes Prov Jambi)
Yulia Darlis, S.Gz (Dinkes Prov Sumatera Selatan)
Rini Handayani, SKM (Dinkes Prov Bengkulu)
Dian Sandrawati, AMG (Dinkes Prov Lampung)
Iskandar, SKM (Dinkes Prov Kep. Bangka Belitung)
78 I
79
Pembahasan Akhir
Jakarta, 16 Mei 2012
Galopong Sianturi, SKM, MPH (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Pudjo Hartono, MPS (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Eko Prihastono, SKM, MA (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
H. Ali Bernadus, SKM, MA (BNPB Pusat)
Maman Haerurohman, SKM (PPK Kesehatan, Kemenkes)
Radito Pramono Susilo, ST (BNPB Pusat)
Iwan Halwani, SKM, M.Si (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Iryanis, SKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Siti Masruroh, S.Gz (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Muhammad Adil, SP, MPH (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Dr. Julina, MM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Asep Adam Mutaqin, SKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Andri Mursita, SKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Siti Hana, SKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
Siswono (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)
80 I