Anda di halaman 1dari 51

ANGGARAN PERUSAHAAN

KULIAH 1
DEFINISI ANGGARAN
Suatu pendekatan yang formal dan sistematis daripada pelaksanaan
tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan dan pengawasan
DEFINISI PENGANGGARAN
Suatu proses dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya
penyususnan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang
perlu, pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencana sendiri,
implementasi rencana sampai pada tahap pengawasan dan evaluasi
SYARAT MENYUSUN ANGGARAN
1. REALISTIS
Tidak terlalu optimis dan pesimis
2. LUWES
Tidak terlalu kaku, mempunyai peluang untuk disesuaikan
3. KONTINUE
Membutuhkan perhatian secara terus menerus dan tidak merupakan
suatu usaha yang insidensial
ANGGARAN KOMPREHENSIF DAN PARSIAL
ANGGARAN KOMPREHENSIF
Anggaran dengan ruang lingkup menyeluruh, karena kegiatan yang
dicakupnya meliputi seluruh aktivitas perusahaan bidang marketing,
produksi, keuangan, personalia dan tertib administrasi
ANGGARAN PARSIAL
Anggaran yang ruang lingkupnya terbatas
ANGGARAN FIXED DAN CONTINUE
ANGGARAN FIXED
Anggaran yang disusun untuk periode waktu tertentu dimana volumenya
sudah tertentu sehingga direncanakan revenue dan cost dalam anggaran
fixed tidak disediakan revisi secara periodic

ANGGARAN KONTINUE
- Disusun secara periode terntu
- Dilakukan penilaian kembali (reviewing) .biasanya tiap kuartal atau
triwulan

SYARAT PEMANFAATAN ANGGARAN KONTINUE


Memerlukan perekaman data extern secara terus menerus
Memerlukan sistem personalia akuntansi yang cepat terutama dalam hal
melihat penyimpangan-penyimpangan

ANGGARAN DALAM DIMENSI WAKTU


Anggaran menyangkut masa Lalu
Anggaran Menyangkut masa sekarang
Anggaran menyangkut masa akan datang

ANGGARAN DALAM DIMENSI WAKTU


Proy 20 20 20 20 20 20
ek 06 07 08 09 10 11
X-2 X-1 X X+ X+ X+
1 2 3

II

III

ANGGARAN PERUSAHAAN
KULIAH 2
ANGGARAN KOMPREHENSIF
Ada beberapa alasan perusahaan menyusun anggaran secara partial
Perusahaan tidak mempunyai kemampuan untuk membuat
anggaran secara keseluruhan karena tidak ada skill
Tidak tersedianya data yang lengkap tentang keseluruhan bagian
dalam perusahaan
Kekurangan biaya untuk membuat anggaran yang lengkap sehingga
disususn anggaran yang perlu saja
ISTILAH KOMPREHENSIF DALAM ANGGARAN DIARTIKAN
Pemakaian secara lebih luas konsep-konsep penganggaran dalam setiap
kegiatan perusahaan
Pemakaian total sistem approach dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari
BEBERAPA PEDOMAN UMUM YANG DIPERLUKAN DALAM PENYUSUNAN
ANGGRAN KOMPREHENSIF
Mengadakan spesifikasi terhadap tujuan yang luas perusahaan
Mempersiapkan rencana-rencana pendahuluan secara keseluruhan
Menyusun rencana jangka panjang dan jangka pendek
PENGGOLONGAN ANGGARAN KOMPREHENSIF
SUBSTANTIVE PLAN FINANCIAL PLAN

SUBSTANTIVE PLAN
Rencana yang mencerminkan tujuan apa yang ingin dicapai oleh suatu
perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang,startegi
yang dipakai serta asumsinya
CONTOH ILUSTRASI SUBSTANTIVE PLAN
1. Progonosa tentang prospek pasaran produk tahun anggaran 2008
1. Keadaan ekonomi pada umunya
2. Situasi pasaran produk
3. Kondisi persaingan
4. Posisi pasar pesaing
5. Posisi perusahaan dalam persaingan

2.1.SASARAN YANG INGIN DICAPAI PERUSAHAAN


Tahun Volume Volume Penjualan Market share
Penjualan Perusahaan perusahaan
Industri

2008 1500 150 10%

2009 3000 500 16,67 %

2010 5000 1000 20%

2011 8000 2000 25%

2.2. TREND PERKIRAAN PERMINTAAN


2.2. TREND PERKIRAAN PERMINTAAN
PERKIRAAN
PERMINTAANTAHUN
2008 150

2009 500

2010 1000

2011 2000

2.3. ERKIRAAN YANG DIHARAPKAN PERUSAHAAN


TAHU RENCANA % MARKET PENJUALAN
N KAPASITA SHARE PERUSAHAA
S YANG N
DIHARAPK
AN
2008

2009

2010

2011
2.4. TINGKAT ROI YANG DIHARAPKAN
TAHUN ROI
(RETURN ON EQUITY)

2008

2009

2010

2011

BERBAGAI ASUMSI YANG RELEVAN (1)


Tingkat pendapatan masyarakat
Jenis industri baru yang mendorong pemakaian produk
Jenis industri yang mengurangi pemakaian produk
Perkiraan tentang harga
Harga faktor produksi
Harga jual

BERBAGAI ASUMSI YANG RELEVAN (2)


Kebijakan Direksi
Mutu produk
Harga jual
Hubungan dengan customer
Program promosi

Hambatan yang mungkin dihadapi

Bahan baku
Tenaga kerja
Mesin
Modal kerja
Kebijaksanaan pemerintah

FINANCIAL PLAN
Merupakan penjabaran segala hal yang direncanakan menjadi suatu
anggaran yang memiliki perspektif financial. Dengan kata lain financial
plan merupakan usaha untuk mengkuantifisir segala tujuan, rencana dan
kebijakan perusahaan

PENGELOMPOKKAN FINANCIAL PLAN BERDASARKAN JANGKA WAKTU


Anggaran jangka Panjang ( strategic plan)
Anggaran tahunan ( tactical plan)

STRATEGIC PLAN
Merupakan perencanaan perusahaan untuk jangka waktu yang lama,
yakni lebih dari satu tahun atau bahkan lebih dari lima tahun atau sepuluh
tahun

CONTOH ANGGARAN

No Informasi 2008 2009 2010 2011

1 Kebutuhan
Produk

2 Market share
perusahaan

3 Rencana
penjualan
perusahaan

4 Kontribusi
produk
menurut
type

X1

X2

X3

TARGET PENJUALAN PERUSAHAAN

Type Satuan 2008 2009 2010 2011 2012

2013
X1 Ton

Rp/ton

X2 Ton

Rp/ton

X3 Ton

Rp/ton

PROYEKSI LABA RUGI

Item 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Penghasilan
penjulan

Harga pokok
penjualan

Margin
keuntungan

Biaya distribusi

Biaya umum dan


administrasi

Biaya operasi

keuntungan
sebelum bunga
dan pajak

ANGGARAN OPERASIONAL
Merupakan rencana seluruh kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan
(keuntungan)
JENIS ANGGARAN OPERASIONAL
Anggaran proyeksi Laba/Rugi
Anggaran pembantu laporan laba/rugi( income statement supporting
budget) yang terdiri dari :
Anggaran penjualan
Anggaran produksi
Anggaran biaya distribusi
Anggaran biaya umum dan administrasi

ANGGARAN KEUANGAN
Anggaran ini disusun sebagai akibat terjadinya perubahan kekayaan,
utang dan piutang perusahaan
ANGGARAN KEUANGAN MELIPUTI
Anggaran proyeksi neraca
mencerminkan perkiraan semua aktiva dan pasiva suatu perusahaan pada
akhir suatu periode produksi
AKTIVA :
Lancar & Tetap
PASIVA
Utang Jangka Pendek Jangka Panjang dan Modal Sendiri
Anggaran pembantu proyeksi neraca
Anggaran kas
Anggaran piutang
Anggaran utang
Anggaran penambahan modal
Anggaran penyusunan aktiva

ANGGARAN PERUSAHAAN
KULIAH 3
TEKNIK FORECASTING PENJUALAN
FORECASTING
Suatu cara untuk mengukur atau menaksir kondisi bisnis dimasa
mendatang
Pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan cara
Kuantitatif : menggunakan statistik dan matematik
Kualitatif : menggunakan judgment/pendapat
FORECASTING BERDASARKAN PENDAPAT /JUDGMENT METHOD (1)
1. Pendapat salesman
Perkiraan salesman perlu diawasi karena mungkin ada unsur kesengajaan
untuk membuat perkiraan yang lebih rendah (under estimate) dengan harapan
bila menjual di atas perkiraan akan mendapatkan bonus
2. Pendapat sales manager
pada umunya perkiraan sales manager dapat lebih obyektif karena
mempertimbangkan banyak faktor
FORECASTING BERDASARKAN PENDAPAT /JUDGMENT METHOD (2)
3. Pendapat para ahli
biasanya disebut konsultan
4. Survey konsumen
penelitian langsung terhadap konsumen
FORCASTING BERDASARKAN STATISTIK
Pada metode ini unsur subjektivitas ditekan sekecil mungkin, perhitungan
didasarkan pada data obyektif baik yang bersifat mikro maupun makro
ANALISIS TERND SEMI AVERAGE (SETENGAH RATA-RATA)
Trend adalah gerakan berjangka panjang dan cenderung menuju ke satu
arah menaik atau menurun
PENERAPAN TREND SEMI AVERAGE (1)

TAHUN Sales Semi Total Semi Average

2001 1800

2002 1900 7650 1912.5

2003 2000

2004 1950

2005 1900

2006 1950 8050 2012.5

2007 2000

2008 2200
PENERAPAN TREND SEMI AVERAGE (2)
Kenaikan trend per tahun /Annual trend increase (ATI)
(B-A)/ n = ( 2015,5 1912,5)/4
= 25
Sehingga :
Y = 1912,5 + 25 X
ATAU
Y = 2012,5 + 25 X
Berdasarkan hal tersebut maka dapat kita perkirakan trend
Y2010 = 2012,5 + 25 (4,5)
= 2125

ANALISIS TREND SECARA MATEMATIS (1)


METODE MOMENT
Y =a + bXi
Y = na + bXi
XiYi = aXi + bXi
ANALISIS TREND SECARA MATEMATIS (2)

Tahun Sales (Yi) Xi XiYi Xi^2

2001 180 0 0 0

2002 190 1 190 1


2003 200 2 400 4

2004 195 3 585 9

2005 190 4 760 16

2006 195 5 975 25

2007 200 6 1200 36

2008 220 7 1540 49

Jumlah 1570 28 5650 140


ANALISIS TREND SECARA MATEMATIS (3)
1. 1570 = 8a + 28 b X5
2. 5650 = 28 a + 140 b X1
7850 = 40 a + 140 b
5650 = 28 a + 140 b
2200 = 12 a
a = 183,3
ANALISIS TREND SECARA MATEMATIS (4)
5650 = 28 (183,3) + 140b
140 b = 5650 5133,33
140 b = 516,67
b = 3,69
Sehingga Persamaan trend
Y = 183,33 + 3,69 X
ANALISIS TREND SECARA MATEMATIS (4)
Maka penjualan tahun 2010 diperkirakan
Y = 183,33 + 3,69 x
Y = 183,33 + 3,69 (9)
Y = 216,54
METODE LEAST SQUARE (1)
Persamaan Trend
Y =a + bX
Dimana :
a = Y
n
b = XY
X
METODE LEAST SQUARE (2)
Tahun Sales (Yi) Xi XiYi Xi^2

2002 180 -3 -540 9

2003 190 -2 -380 4

2004 200 -1 -200 1

2005 195 0 0 0

2006 190 1 190 1

2007 195 2 390 4

2008 200 3 600 9

Jumlah 1350 0 60 28

METODE LEAST SQUARE (3)


a = Y = 1350 / 7 = 192,86
n
b = XY = 60 / 28 = 2,14
X

Sehingga persamaan trend


Y = 192,86 + 2,14X
Perkiraan Penjualan tahun 2010
Y = 192,86 + 2,14 (5)
Y = 203,57
PERSAMAAN KORELASI
Tujuan utama dari analisa korelasi garis lurus adalah untuk mengukur
kuatnya hubungan antara dua variabel. Korelasi garis lurus terjadi apabila
semua titik hubungan terjadi pada garis lurus.
PERSAMAAN REGRESI (1)
Y =a + bX
Dimana :
b =n XY - XY
n X - (X)
a = Y b X
n
PERSAMAAN REGRESI (1)
Y =a + bX
Dimana :
b =n XY - XY
n X - (X)
a = Y b X
n

PERSAMAAN REGRESI (2)


TAH SALES PROMOS X Y
UN (Y) IX XY ^2 ^2
199 53 67 42
4 205 26 30 6 025
199 57 78 42
5 206 28 68 4 436
199 88 12 64
6 254 35 90 25 516
199 76 96 60
7 246 31 26 1 516
199 42 44 40
8 201 21 21 1 401
199 14 24 84
9 291 49 259 01 681
200 70 90 54
0 234 30 20 0 756
200 62 90 43
1 209 30 70 0 681
200 48 57 41
2 204 24 96 6 616
200 66 96 46
3 216 31 96 1 656
200 78 10 60
4 245 32 40 24 025
200 13 22 81
5 286 47 442 09 796
200 16 29 97
6 312 54 848 16 344
200 10 16 70
7 265 40 600 00 225
200 322 42 13 17 10
8 524 64 3684
JUM 13 19 93
LAH 3696 520 3230 338 4358

PERSAMAAN REGRESI (3)


b =15 (133.230) - (520)(3696)
15( 19.338)- (520)
b = 3,89
a = 3696 3,89 (520)
15
= 111, 52

Sehingga persamaan regersinya


Sales = 111,52 + 3,89 Promosi

JENIS JENIS KORELASI


Korelasi positif ( searah )
Yaitu apabila suatu variabel Y naik / turun maka variabel lainnya X
akan naik / turun
Korelasi negatif ( berlawanan arah )
Yaitu apabila suatu variabel Y naik / turun maka variabel lainnya X
akan turun / naik
NILAI KORELASI
Koofesien korelasi akan mempunyai nilai antara 1 < r 1, artinya nilai
koefesien korelasi maksimum satu dan tanda positif maupun negatif
memperlihatkan jenis hubungannya. Semakin mendekati satu nilai
koofesien korelasinya maka hubungan antra variabel tersebut semakin
kuat.

n XY X Y
r
2
n X 2 ( X ) n Y 2 ( Y ) 2
RUMUS KORELASI

Berdasarkan data Yang ada maka diperoleh hasil :


r = 0,916

PERAMALAN DENGAN METODE KHUSUS (1)


1. Analisis Industri
Dengan metode ini dicoba untuk dihubungkan potensi penjualan
perusahaan dengan industri pada umumnya.
TAHAPAN DALAM ANALISIS INDUSTRI (1)
a) Membuat proyeksi demand industri untuk mengetahui prospek
perkembangan penjualan industri pada masa akan datang
b) Menilai posisi perusahaan dalam hubungannya dengan industri (Market
Share)
c) Proyeksi posisi perusahaan (Expected Market Share)
TAHAPAN DALAM ANALISIS INDUSTRI (2)
Demand Prsh Demand Industri Market Share Kenakan Market
Tahun (unit) (Unit) (%) Share

2003 110 1100 10

2004 138 1150 12 2

2005 168 1200 14 2

2006 208 1300 16 2

2007 252 1400 18 2

2008 310 1550 20 2


Keterangan : Market Share = (Permintaan Perusahaan/Industri) X 100
%
PERKEMBANGAN PERMINTAAN INDUSTRI (1)

Tahun Demand Industri (Unit) Kenaikan

2003 1100

2004 1150 4.5

2005 1200 4.3

2006 1300 8.3

2007 1400 7.7

2008 1550 10.7


Kenaikan =(( Demand 2004 Demand 2003)/Demand 2003 ) X 100 %
PERKEMBANGAN PERMINTAAN INDUSTRI (2)
Dari trend kenaikan diatas dimisalkan proyeksi pertumbuhan tahun 2009
= 11,5% maka :
Penaksiran/proyeksi permintaan industri tahun 2009 =
11,5%X1550 = 178, 25 (kenaikan)
sebagai total tahun 2009
1.550+178,25=1.728,25 unit atau 1.728 unit
Jika market share perusahaan diperkirakan mengalami kenaikan yang
sama dengan tahun sebelumnya maka tahun 2009 market share 22%
berdasarkan hal ini pula maka:

PERKEMBANGAN PERMINTAAN INDUSTRI (3)


Market share = permintaan perusahaan x 100%
permintaan industri
22% = permintaan perusahaan
1.728
Permintaan perusahaan 2009 = 380,16 unit atau
380 unit
PERAMALAN DENGAN METODE KHUSUS (2)
2. Analisis produk line
Pada umumnya metode ini digunakan untuk peusahaan yang
menghasilkan lebih dari satu macam produk. Sehingga harus dibuat forecast
secara terpisah.
PERAMALAN DENGAN METODE KHUSUS (3)
3. Analisis penggunaan akhir
Analisis ini digunakan pada perusahaan-perusahaan yang
memprodusir barang-barang yang tidak langsung dapat dikonsumsi, melainkan
masih memerlukan proses lebih lanjut untuk menjadi produk akhir.

PERAMALAN DENGAN INDEX MUSIM (1)

200 200 200 200 200 Rata- X^ Tren variasi index


Bulan 4 5 6 7 8 Rata X XY 2 d musim musim
-
1 107.07911
1 5 5 6 6 8 6 1 -66 121 0 6 96
-
50. 98.869720
2 3 5 7 5 8 5.6 -9 4 81 0.06 5.54 4
-
40. 101.36823
3 3 5 6 6 9 5.8 -7 6 49 0.12 5.68 32
103.86674
4 4 4 7 7 8 6 -5 -30 25 0.18 5.82 6
-
16. 92.088042
5 4 4 6 6 7 5.4 -3 2 9 0.24 5.16 83
94.586555
6 3 4 5 8 8 5.6 -1 -5.6 1 0.3 5.3 62
97.085068
7 3 5 6 7 8 5.8 1 5.8 1 0.36 5.44 41
99.583581
8 4 4 7 7 8 6 3 18 9 0.42 5.58 2
94.943486
9 3 4 7 6 9 5.8 5 29 25 0.48 5.32 02
44. 104.58060
10 3 5 7 8 9 6.4 7 8 49 0.54 5.86 68
55. 99.940511
11 4 5 7 6 9 6.2 9 8 81 0.6 5.6 6
1 72. 106.00832
12 4 5 7 7 10 6.6 1 6 121 0.66 5.94 84
Jumla 17.
h 43 55 78 79 101 71.2 0 2 572 3.96 67.24

PERAMALAN DENGAN INDEX MUSIM (2)


Dari angka indeks musiman tersebut maka dapat dibuat forecast
penjualan tahun 2009 misalnya sales 2009 diperkirakan 115 maka
forescast penjualan :

PERAMALAN DENGAN INDEX MUSIM (3)


Januari = 115 x 107,08% = 10,26
12
Februari = 115 x 89,87% = 8,61
12
Maret = 115 x 101,34% = 9,71
12
Dan seterusnya

ANGGARAN PERUSAHAAN
KULIAH 4
ANGGARAN PENJUALAN
Masalah-masalah utama yang dihadapi pada saat akan menjual suatu
barang/jasa pada umumnya adalah:
1. Barang/jasa apa yang akan dijual
2. Biaya-biaya apa yang perlu dikeluarkan agar barang/jasa terjual
3. Berapa harga barang /jasa
- Agar mendatangkan laba
- Terjangkau oleh pembeli
KONSEP ANGGARAN PENJUALAN (1)
Konsep-konsep Anggaran Penjualan meliputi:
1. Dasar penyusunan anggaran
a. Menyusun tujuan perusahaan
b. Menyusun strategi perusahaan
c. Menyusun forecast
KONSEP ANGGARAN PENJUALAN (2)
Menyusun anggaran penjualan
a. Anggaran promosi dan advertensi
b. Anggaran biaya penjualan
c. Rencana pemasaran
KONSEP ANGGARAN PENJUALAN (3)
Dalam menyusun anggaran penjualan perlu dipertimbangkan beberapa
faktor, seperti:
1. Karakteristik pasar dihadapi perusahaan seperti:
a. Luas pasar
- Bersifat lokal
- Bersifat regional
- Bersifat nasional
KONSEP ANGGARAN PENJUALAN (4)
Keadaan persaingan
- Bersifat monopoli
- Bersifat persaingan bebas
- Bersifat persaingan monopolitis

KONSEP ANGGARAN PENJUALAN (5)


c. Kemampuan pasar untuk menyerap barang
d. keadaan/sifat konsumen, apakah konsumennya merupakan:
- Konsumen akhir
- Konsumen industri
KONSEP ANGGARAN PENJUALAN (6)
2. Kemampuan finansial
- Kemampuan membiayai penelitian pasar yang dilakukan
- Kemampuan membiayai usaha-usaha untuk mencapai target
penjualan (modal kerja)
- Kemampuan membeli bahan mentah untuk dapat memenuhi
target penjualan.
KONSEP ANGGARAN PENJUALAN (7)
3. Keadaan personalia
- Apakah jumlah tenaga kerla cukup, kurang atau berlebih
- Apakah tenaga kerja tersedia mampu untuk melakukan
tugas-tugasnya agar target yang ditentukan tercapai
KONSEP ANGGARAN PENJUALAN (8)
4. Dimensi waktu
Apabila membuat rencana terlalu awal,kemungkinan terjadi perubahan
keadaan , juga perlu dipertimbangkan seberapa lama rencana yang disusun
tersebut masih reliabel.

POLITIK HARGA DALAM ANGGARAN PENJUALAN (1)


Ada 2 dasar yang berhubungan dengan masalah penentuan harga jika
dikaitkan dengan volume penjualan:
1.Estimasi terhadap kurva permintaan, yakni perubahan tingkat harga akan
mengakibatkan perubahan tingkat permintaan.
2.Kurva biaya per-unit, yakni makin tinggi volume produksi maka makin besar
biaya yang ditanggung.
POLITIK HARGA DALAM ANGGARAN PENJUALAN (2)
Tekadang terjadi kesulitan bagi manajer untuk mengambil keputusan
terhadap 2 alternatif kebijaksanaan:
- Menaikan tingkat harga/unit tetapi volume penjualan dalam unit
menurun
- Menurunkan tingkat harga/unit tetapi volume penjualan meningkat.
POLITIK HARGA DALAM ANGGARAN PENJUALAN (3)
Contoh:
Sebuah perusahaan pada awalnya mengharapkan dapat menjual 10.000 unit
produknya dengan harga Rp. 4/unit. Biaya yang ditanggung Rp.6.000 yang
bersifat biaya tetap dan Rp. 8.000 biaya variabel. Tetapi akhir-akhir ini
diperkirakan bahwa target tersebut tidak dapat di capai lagi.
Manajemen dihadapkan pada 3 alternatif kebijaksanaan yang harus dipilih:
POLITIK HARGA DALAM ANGGARAN PENJUALAN (4)
a. Mempertahankan seperti yang direncanakan
b. Menaikan harga 10%, turunnya volume 10%
c. Menaikan volume10%, turunnya harga 10%
Mempertahank Kenaikan harga Kenaikan
an rencana 10% volume 10%

- Unit 10.000 9000 11.000


- harga/unit Rp. 4 Rp. 4,4 Rp. 3,6
- penjualan
- biaya-biaya
- biaya tetap
- Biaya variabel
Total biaya Rp. 40.000 Rp. 39.600 Rp. 39.600

Rp. 6.000 Rp. 6.000 Rp. 6.000


Rp. 8.000 Rp. 7.800 Rp. 8.800

Rp. 14.000 Rp. 13.200 Rp. 14.800

Rp. 26.000 Rp. 26.400 Rp. 24.800

LANGKAH DALAM MENYUSUN RENCANA PENJUALAN (1)


1. Penentuan dasar-dasar anggaran
a. Penentuan variabel relevant yang mempengaruhi penjualan
b. Penentuan tujuan umum dan khususyang diinginkan
c. Penentuan strategi pemasaran yang dipakai
LANGKAH DALAM MENYUSUN RENCANA PENJUALAN (2)
2. Penyusunan Rencana Penjualan
a. Analisa ekonomi, dengan mengadakan proyeksi terhadap aspek
makro seperti: moneter, kependudukan, kebijakakn pemerintah dan
tekhnologi.
b. Melakukan analisa industri. Untuk mengetahui kemampuan
masyarakat menyerap produk sejenis yang dihasilkan industri.
LANGKAH DALAM MENYUSUN RENCANA PENJUALAN (3)
Rencana penjualan agar realistis perlu mempetinbangkan faktor-faktor:
1. Eksternal
- Kebutuhan masyarakat akan produk bersangkutan
- Harapan pemerintah
- Persaingna industri
LANGKAH DALAM MENYUSUN RENCANA PENJUALAN (4)
2. Internal:
- Kepastian produksi
- Kemampuan perusahaan merebut pasar
- Kemampuan pembelanjan perusahaan
3.Kehendak dari pimpinan
LANGKAH DALAM MENYUSUN RENCANA PENJUALAN (5)
c. Melakukan ananlisa prestasi penjualan
d. Melakukan penentuan prestasi penjualan akan datang untuk mengetahui
kemampuan perusahaan mencapai target penjualan dimasa depandengan
memperhatikan faktor produksi seperti: bahan mentah, tenaga kerja, kapasitas
produksi dan permodalan.

LANGKAH DALAM MENYUSUN RENCANA PENJUALAN (6)


a. Menyusun forecast penjualan
b. Menentukan jumlah penjualan yang dianggarkan (budgeted sales)
c. Meghitung laba/rugi yang mungkin diperoleh (budgeted profit)
d. Mengkomunikasikan rencana penjualan yang disetujui pada pihak
lain yang berkepentingan.

PENYUSUNAN ANGGARAN PENJUALAN (1)


Rencana penjualan agar realistis perlu mempetinbangkan faktor-faktor:
1. Eksternal
- Kebutuhan masyarakat akan produk bersangkutan
- Harapan pemerintah
- Persaingna industri
PENYUSUNAN ANGGARAN PENJUALAN (2)
2. Internal:
- Kepastian produksi
- Kemampuan perusahaan merebut pasar
- Kemampuan pembelanjan perusahaan
3. Kehendak dari pimpinan
CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PENJUALAN (1)
Contoh: Penyusunan Anggaran Penjualan

Kasus : Perakitan komputer (PT. MICROSOFT)

Tahun Sales/Y (Unit) X XY X^2

2004 335,691 0 - 0

2005 346,428 1 346,428.00 1

2006 331,965 2 663,930.00 4

2007 317,134 3 951,402.00 9

2008 381,648 4 1,526,592.00 16

Jumlah 1,712,866 10 3,488,352 30

CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PENJUALAN (2)


1. y = n.a + bx 1,712,866 = 5a +10b(x2)
2. xy = ax + bx 3,488,352 = 10a +30b(x1)
(1) 3.528.352 = 10a +30b
3.456.731 = 10a +30b
62.620 = 10a a = 6262
b = 334.049,2
y = 334.049,2 + 6.262X
CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PENJUALAN (3)
Sehingga diperkirakan volume penjualan 2009
Y = 334.049,2 + 6.262 (5)
= 365.359,2 atau
= 365.359 unit
CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PENJUALAN (4)
Menurut perkiraan distribusi produk komputer (3 type) sebagai berikut :
Jenis komputer Jumlah produksi Persentase Perkiraan harga jual
A 21.922 unit 6% Rp. 31.500
B 336.130 unit 92% Rp. 27.500
C 7.307 unit 2% Rp. 12.000
Jumlah 365.359 unit 100%
CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN PENJUALAN (5)

Anggaran diatas dapat dibuat lebih rinci, misalnya dalam kuartalan:

Tahun kurtal I kurtal II kurtal III kurtal IV jumlah

2004 69.204 92.221 93.59 80.676 335.691

2005 91.844 77.765 98.202 78.617 346.428

2006 71.87 85.74 100.235 94.12 351.965

2007 61.739 90.949 86.286 78.16 317.134

2008 57.575 102.757 114.755 106.561 381.648

Jumlah 352.232 449.432 493.068 438.134 1732.866

Rata-rata 70.446 89.886 98614 87.627

CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PENJUALAN (6)


Berdasarkan data diatas kita bisa melihat penyebaran penjualan setiap kuartal :
kuartal I = 352.232 x 100% = 20,23%
1.732.866
kuartal II = 449.432 x 100% = 25,94%
1.732.866
CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PENJUALAN (7)
Kuartal III = 493.068 x 100% = 28,45%
1.732.866
Kuartal IV = 438.134 x 100% = 25,28%
1.732.866
CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PENJUALAN (8)
Sehingga pada tahun 2009 jumlah komputer terjual pada setiap kuartal adalah:
Kuartal I : 20,33% x 365.369 = 74.277 unit
Kuartal II : 25,54% x 365.369 = 94.774 unit
Kuartal III : 28,45% x 365.369 = 103.945 unit
Kuartal IV : 25,24% x 365.369 = 92.373 unit
365.359 unit
(sesuai prediksi)
CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PENJUALAN (9)
Bila dikaitkan dengan estimulasi penjualan masing-masing type A (6%), B (92%),
C (2%)
Sehingga masing-masing diperoleh:
Kuartal I
Type A = 6% x 74.277 = 4.457 unit
B = 92% x 74.277 = 68.335 unit
C = 2% x 74.277 = 1.485 unit
74.277 unit
CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PENJUALAN (10)
Kuartal II
Type A = 6% x 94.774 = 5.686 unit
B = 92% x 94.774 = 87.192 unit
C = 2% x 94.774 = 1.896 unit
94.774 unit
CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PENJUALAN (11)
Kuartal III
Type A = 6% x 103.945 = 6.237 unit
B = 92% x 103.945 = 95.629 unit
C = 2% x 103.945 = 2.079 unit
103.945 unit
CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PENJUALAN (12)
Kuarta IV
Type A = 6% x 92.363 = 5.542 unit
B = 92% x 92.363 = 84.974 unit
C = 2% x 92.363 = 8.847 unit
92.363 unit
Berdasarkan hal ini, maka dapatlah disusun anggaran penjualan yang lebih
lengkap sebagai berikut :
Anggaran Penjualan 2008
Tipe A Tipe B Tipe C Jumlah
Ku
art Uni Ha Jumla Uni Ha U Ha Juml Uni
al t rga h t rga Jumlah nit rga ah t Jumlah
(R (R (R
p) p) p)
31, 143,5 27, 1,879, 1, 12, 17,8 2,040,
4,5 50 45,50 68, 50 212,5 48 00 20,0 74, 578,00
I 57 0 0 335 0 00 5 0 00 377 0

31, 179,1 27, 2,397, 1, 12, 22,7 2,599,


5,6 50 09,00 87, 50 780,0 89 00 52,0 94, 641,00
II 86 0 0 192 0 00 6 0 00 774 0

31, 196,4 27, 2,629, 2, 12, 24,9 103 2,851,


6,2 50 65,50 95, 50 797,5 07 00 48,0 ,94 211,00
III 37 0 0 629 0 00 9 0 00 5 0

31, 174,5 27, 2,336, 1, 12, 22,1 2,533,


5,5 50 73,00 84, 50 785,0 84 00 64,0 92, 522,00
IV 42 0 0 974 0 00 7 0 00 363 0

Ju 22, 693,6 336 9,243, 7, 87,6 365 10,024


ml 02 93,00 ,13 575,0 30 84,0 ,45 ,952,0
ah 2 0 0 00 7 00 9 00

ANGGARAN PRODUKSI
KULIAH KE 5

PENGERTIAN (1)
Anggaran Produksi dalam arti luas berupa penjabaran dari rencana
penjualan menjadi rencana produksi yang meliputi perrencanaan tentang
jumlah produksi, kebutuhan persediaan material, tenaga kerja dan
kapasitas produksi
PENGERTIAN (2)
Anggaran produksi dalam arti sempit adalah suatu perencanaan yang
meliputi tingkat volume barang yang harus diproduksi oleh perusahaan
agar sesuai dengan volume penjualan yang telah direncanakan.
PENGERTIAN (3)
Berdasarkan pengertian diatas maka perencanaan produksi mencakup
masalah yang berkaitan dengan :
Tingkat produksi
Kebutuhan fasilitas produksi
Tingkat persediaan barang jadi

PENDEKATAN PENYUSUNAN ANGGARAN PRODUKSI


Pendekatan dalam penyusunan Anggaran Produksi :
1. Kebijaksanaan yang mengutamakan stabilitas tingkat produksi,
dengan tingkat persediaan dibiarkan mengambang.
2. Kebijaksanaan yang mengutamakan pengendalian tingkat
persediaan barang, dengan tingkat produksi dibiarkan
mengambang.
3. Kebijaksanaan yang merupakan kombinasi, dimana tingkat produksi
maupun tingkat persediaan sama-sama berubah dalam batas-batas
tertentu.
TUJUAN PENYUSUNAN ANGGARAN PRODUKSI
Tujuan Penyusunan Angaran Produksi :
a. Menunjang kegiatan penjualan,sehingga barang dapat disediakan
sesuai dengan yang telah direncanakan.
b. Menjaga tingkat persedian yang memadai (tidak terlalu besar/kecil).
c. Mengatur produksi sedemikian rupa sehingga biaya produksi barang
yang dihasilkan akan seminimal mungkin.
LANGKAH PENYUSUNAN
ANGGARAN PRODUKSI (1)

Penyusunan Anggaran Produksi


Secara garis besar anggaran produksi disusun dengan
menggunakan rumus umum sebagai berikut :

Tingkat Penjualan (Anggaran Penjualan)xxx


Tingkat Persediaan Akhir ..xxx
___________________________________________ +
Jumlah ..xxx
Tingkat Persediaan awal xxx
___________________________________________ _
Tingkat Produksi ..xxx

PENDEKATAN PENYUSUNAN ANGGARAN PRODUKSI (2)


Anggaran produksi merupakan dasar (basis) untuk penyusunan anggaran-
anggaran lain seperti : Anggaran bahan mentah, anggaran tenaga kerja
langsung dan anggaran biaya over head pabrik.
PENDEKATAN PENYUSUNAN ANGGARAN PRODUKSI (3)
Langkah utama dalam rangka menyusun anggaran produksi
a. Tahap perencanaan
1. Menentukan periode waktu yang akan dipakai sebagai dasar
dalam penyusunan bagian produksi.
2. Menentukan jumlah satuan fisik dari barang yang harus
dihasilkan (disesuaikan dengan rencana penjualan)
PENDEKATAN PENYUSUNAN ANGGARAN PRODUKSI (4)
a. Tahap Pelaksanaan
1. Menentukan kapan barang diproduksi.
2. Menentukan dimana barang akan diproduksi
3. Menentukan urutan proses produksi.
4. Menentukan standar penggunaan fasilitas produksi untuk
mencapai efesiensi.
5. Menyusun program tentang pengguanaan bahan mentah,
buruh, service dan peralatan,
6. Meyusun standar biaya produksi.
7. Membuat perbaikan-perbaikan bilamana diperlukan.
PENDEKATAN PENYUSUNAN ANGGARAN PRODUKSI (1)
Contoh penyusunan angaran produksi dan mengutamakan stabilitas
produksi :
Langkah-langkah:
1. Tentukan kebutuhan selama 1 tahun.
2. Perkirakan kebutuhan setiap bulan.
3. Tingkat persediaan disesuaikan dengan kebutuhan agar produksi
stabil.
CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PRODUKSI (1)
Misal :Rencana penjualan selama1 tahun (2009) PT. MICROSOFT

Bulan Tingkat penjualan

Januari 150 unit

Februari 160 unit

Maret 160 unit

April 140 unit

Mei 120 unit

Juni 100 unit

Juli 70 unit

Agustus 60 unit

September 90 unit

Oktober 110 unit

Nopember 120 unit

Desember 140 unit

Total 1.420 unit

CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PRODUKSI (2)


Perkiraan tingkat persediaan adalah :
- Persediaan awal tahun = 200 unit
- Persediaan akhir tahun = 150 unit

CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PRODUKSI (3)


Dari data diatas budget poduksi dapat disusun sebagai berikut :
Penjualan 1 tahun 1.420 unit
persediaan akhir tahun 150 unit
kebutuhan 1 tahun 1.570 unit
persediaan awal tahun 200 unit
jumlah yang harus diproduksi 13.700 unit
CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PRODUKSI (4)
Pengalokasian tingkat produksi setiap bulan dapat dilakukan dengan 2
cara :
1. Membagi tingkat produksi pertahun dengan 12 sehingga.
- Produksi selama 1 tahun = 1.370 unit
- Produksi/bulan = 1.370 = 114,167 unit
12
kelemahan dengan cara ini sering ditemukan bilangan yang tidak bulat
CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PRODUKSI (5)
2. Membagi tingkat produksi pertahun sedemikian rupa sehingga dihasilkan
bilangan bulat. Kelebihan hasil pembagian dialokasikan kebulan-bulan
dimana tingkat penjualan tinggi. Kelebihan hasil pembagian dialokasikan
kebulan-bulan dimana tingkat penjualan tingi, sebagai berikut :
CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PRODUKSI (6)
Produksi selama 1 tahun = 1.370 unit
Dalam perhitungan cara I didapat produksi rata-rata/bulan = 114,167 unit.
Bilangan bulat yang paling mudah untuk dilaksanakan dan mendekati angka
tersebut adalah 110 unit.
Apabila produksi/bulan = 110 unit maka kekuraangannya adalah 1.370
(12x110)= 50 unit
Kekurangan 50 unit dialokasikan kepada bulan-bulan dimana tingkaat
penjualannya tertinggi, yakni :
- Januari, Pebruari, Maret, April dan Desember.
CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN PRODUKSI (6)
Sehingga kelima bulan tersebut masing-masing akan mendapaatkan tambahan
sebanyak 500 x 10 unit = 10 unit
5
Dengan demikian secara keseluruhan
- 5 bulan masing-masing (110+10) unit = 600 unit
- 7 bulan masing-masing 110 unit = 770 unit
1.370 unit
Anggaran Produksi 2008
Juml
ah
(1
Keteran Tahu
gan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 n)

15 16 16 14 12 10 11 12 14
Rencana 0 0 0 0 0 0 70 60 90 0 0 0 1420
Penjual
an

Persedi 17 13 11 16 18 18 17 15
aan 0 0 90 70 60 70 0 0 0 0 0 0 150
Akhir

32 29 25 21 18 17 18 22 27 29 29 29
Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1570
Persedi 20 17 13 11 16 18 18 17
aan 0 0 0 90 70 60 70 0 0 0 0 0 200
Awal

12 12 12 12 11 11 11 11 11 11 11 12
Tingkat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1370
Produks
i

ANGGARAN PRODUKSI MENGUTAMAKAN PENGENDALIAN TINGKAT PERSEDIAAN


(1)
Contoh : Anggaran Produksi mengutamakan pengendalian tingkat persediaan.
Dalam penyusunan budget produksi yang mengutamakan pengendalian tingkat
persedian terlebih dahulu ditentukan perkiraan besarnya persediaan awal dan
akhir tahun untuk mendapatkan tingkat persediaan yang perlu dari bulan
kebulan dapt dilakukan dengan 2 cara :
ANGGARAN PRODUKSI MENGUTAMAKAN PENGENDALIAN TINGKAT PERSEDIAAN
(2)
1. Selisih persediaan awal dan akhir dibagi 12
contoh : - persediaan awal = 200
- persediaan akhir = 150
selisih 50 unit
sehingga = 50 = 4,167 unitsukar dalam pembulatan
12
ANGGARAN PRODUKSI MENGUTAMAKAN PENGENDALIAN TINGKAT PERSEDIAAN
(3)
Agar didapatkan hasil bagi yang bulat dan mudah dilaksanakan maka 50 unit
dibagi dengan 5 sehingga : 50 x unit = 10 unit
5
yang kemudiaan dialokasikan dari bulan Januari Mei. Mengalokasikan ini
pada dasarnya terserah pada kebijaksanaan perusahaan atau pembuatan
anggaran.

ANGGARAN PRODUKSI 2008

Juml
ah
(1
Ketera 1 1 1 Tah
ngan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 un)

1 1 1 1 1 1 1 1 1
Rencan 5 6 6 4 2 0 7 6 9 1 2 4 142
a 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Penjual
an

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Persedi 9 8 7 6 5 5 5 5 5 5 5 5
aan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 150
Akhir

3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2
4 4 3 0 7 5 2 1 4 6 7 9 157
Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Persedi 0 9 8 7 6 5 5 5 5 5 5 5
aan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 200
Awal

1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 5 5 3 1 0 7 6 9 1 2 4 137
Tingkat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Produk
si
ANGGARAN PRODUKSI GABUNGAN (1)
Contoh : kombinasi baik tingkat persediaan maupun produksi
sama-sama berfluktuasi pada batas- batas tertentu.
Dalam beberapa situasi, manajemen dapat mengambil
kebijaksanaan seperti :
- Tingkat produksi tidak boleh berfluktuasi lebih dari 15% diatas atau
dibawah rata-rata bulanan.
- Tingkat persediaan tidak boleh lebih dari 1600 unit dan tidak boleh
kurang dari separuhnya persediaan maksimal
- Produksi bulan juli, agustus, september boleh dikurangi 30% dari tingkat
produksi normal.
Anggaran Produksi 2008
Juml
ah
(1
Ketera 1 Tahu
ngan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2 n)

1 1 1 1 1 1 1
Rencan 5 6 6 4 2 0 11 12 4 142
a 0 0 0 0 0 0 70 60 90 0 0 0 0
Penjual
an
1 1 1 1 1
Persedi 6 3 0 9 9 2 13 15 14 15 16 5
aan 0 0 0 0 5 0 0.5 1 1.5 6.5 0 0 150
Akhir

3 2 2 2 2 2 2
1 9 6 3 1 2 20 21 23 26 28 9 157
Jumlah 0 0 0 0 5 0 0.5 1 1.5 6.5 0 0 0

2 1 1 1 1
Persedi 0 6 3 0 5 9 12 13 15 14 15 6
aan 0 0 0 0 0 5 0 0.5 1 1.5 6.5 0 200
Awal

1 1 1 1 1 1 1
1 3 3 3 6 2 80. 80. 80. 12 12 3 137
Tingkat 0 0 0 0 5 5 5 5 5 5 3.5 0 0
Produk
si

ANGGARAN PERUSAHAAN
ANGGARAN BAHAN MENTAH
KULIAH 6

TUJUAN PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN MENTAH (1)


Bahan mentah yang digunakan dalam proses produksi dikelompokan
menjadi bahan mentah langsung (direct material) dan bahan mentah tidak
langsung (indirect material).
Tujun menyusun anggaran bahan mentah dapat dikatakan sebagai
berikut :

TUJUAN PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN MENTAH (2)


a. Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan mentah
b. Memperkirakan jumlah pembelian bahan mentah yang diperlukan.
c. Sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang dipelukan
untuk melaksanakan pembelian bahan mentah
d. Sebagai dasar penyusunan product costing, yaitu memperkirakan
komposisi/komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan
mentah
e. Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan mentah.

TUJUAN PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN MENTAH (3)


Anggaran bahan mentah terdiri dari :
1. Anggaran kebutuhan bahan mentah
kebutuhan bahan mentah dirinci menurut menurut jenisnya, barang jadi
yang dihasilkan, serta menurut bagian-bagian dalam pabrik yang menggunakan
bahan mentah tersebut.

TUJUAN PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN MENTAH (4)


1. Anggaran pembelian bahan mentah.
Bahan mentah yang harus dibeli diperhitungkan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor persediaan dan kebutuhan bahan mentah
1. Anggaran persediaan bahan mentah
Anggaran ini merupakan suatu perencanaan yang terkunci atas kuantitas
bahan mentah yang disimpan sebagai persediaan.

TUJUAN PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN MENTAH (5)


1. Anggaran biaya bahan mentah yang habis digunakan dalam dalam
produksi.
Anggaran ini merencanakan nilai bahan mentah yang digunakan dalam
satuan uang.

ANGGARAN KEBUTUHAN BAHAN MENTAH (1)


Anggaran ini disusun untuk merencanakan jumlah fisik bahan mentah langsung
yang diperlukan. Secara terperinci pada anggaran ini harus dicantumkan :
- Jenis barang jadi yang dihasilkan
- Jenis bahan mentah yang digunakan
- Bagian-bagian yg dilalui dalam proses produksi
- Standar penggunaan dalam bahan mentah
- Waktu penggunaan bahan mentah

ANGGARAN KEBUTUHAN BAHAN MENTAH (2)


Standar penggunaan bahan mentah adalah bilangan yang menunjukan
berapa satuan bahan mentah yang diperlukan untuk menghasilkan 1
(satu) satuan barang jadi.

ANGGARAN KEBUTUHAN BAHAN MENTAH (3)


Umpamanya :
Standar penggunaan = 2, untuk barang jadi A dan bahan mentah x.
Artinya :
Untuk menghasilkan 1 unit barang A diperlukan 2 unit bahan mentah x.

ANGGARAN KEBUTUHAN BAHAN MENTAH (4)


Selain itu dicantumkan pula :
Jumlah masing-masing jenis barang jadi
Waktu penggunaan bahan mentah (dinyatakan dalam bulan atau
kuartal)

PT. GUNUNG KIDUL


ANGGARAN KEBUTUHAN BAHAN MENTAH TAHUN 2009
Bahan Mentah X Bahan Mentah Y
Produksi SP Kebutuhan Produksi SP Kebutuhan
Kuartal I
Barang A
Barang B
Jumlah
Kuartal II
Barang A
Barang B
Jumlah
Kuartal III
Barang A
Barang B
Jumlah
Kuartal IV
Barang A
Barang B
Jumlah
Keterangan : SP = Standar Penggunaan Bahan

PT. GUNUNG KIDUL


ANGGARAN KEBUTUHAN BAHAN MENTAH TAHUN 2009
BAGIAN I BAGIAN II BAGIAN III
WAKT Materi Materi Materi Materi Materi Materi
U JUMLAH al X al Y al X al Y al X al Y
PRODUK
SI SP SP SP SP SP SP
Kuartal
I
Barang
A
Barang
B
Jumlah
Kuartal
II
Barang
A
Barang
B
Jumlah
Kuartal
III
Barang
A
Barang
B
Jumlah
Kuartal
IV
Barang
A
Barang
B
Jumlah

MENENTUKAN KEBUTUHAN BAHAN MENTAH (1)


Untuk menentukan jumlah bahan mentah yang dibutuhkan dapat
ditentukan dengan berbagai cara :
1. Perkiraan langsung.
Dengan cara ini mengandung banyak resiko, berupa terlalu besar atau
terlalu kecilnya perkiraaan. Karena itu cara ini sebaiknya diserahkan
pada pihak yang telah berpengalaman dalam memprodusir barang.

MENENTUKAN KEBUTUHAN BAHAN MENTAH (2)


cara ini lebih menguntungkan karena:
- lebih mudah
- lebih cepat
- lebih ringan biayanya

MENENTUKAN KEBUTUHAN BAHAN MENTAH (3)


2. Perhitungan standar penggunaan bahan baku
Misalnya :
PT. Gunung kidul memproduksi 2 macam barang yaitu barang A dan B
dengan menggunakan bahan mentah X, Y.

RENCANA PRODUKSI SELAMA 6 BULAN

Bulan A B

Januari 110 800


Februari 120 900

Maret 100 800

April 130 700

Mei 120 1000

Juni 140 1000

Standar pengguanaan untuk setiap jenis bahan mentah

Bahan Mentah

Barang x y z

A 2 3 2

B 3 2 1

CONTOH PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN MENTAH (1)


Harga setiap unit masing-masing bahan mentah :
X = Rp. 50
Y = Rp. 60
Z = Rp. 70
sehingga anggaran kebutuhan bahan mentah 20008 dapat disusun :

PT. GUNUNG KIDUL


ANGGARAN KEBUTUHAN BAHAN MENTAH
JANUARI - JUNI 2009
PRODUK Bahan Bahan Bahan
SI Mentah X Mentah Y Mentah Z
S Kebutu S Kebutu S Kebutu
P han P han P han
Barang A
Januari 110 2 220 3 330 2 220
Februari 120 2 240 3 360 2 240
Maret 100 2 200 3 300 2 200
April 130 2 260 3 390 2 260
Mei 120 2 240 3 360 2 240
Juni 140 2 280 3 420 2 280

Jumlah 720 1,440 2,160 1,440


Barang B
Januari 800 3 2400 2 1600 1 800
Februari 900 3 2700 2 1800 1 900
Maret 800 3 2400 2 1600 1 800
April 700 3 2100 2 1400 1 700
Mei 1000 3 3000 2 2000 1 1000
Juni 1000 3 3000 2 2000 1 1000

Jumlah 5,200 15,600 10,400 5,200

Jumlah 17,040 12,560 6,640


Kebutuh
an

ANGGARAN PEMBELIAN BAHAN MENTAH (1)


Apabila bahan mentah yang dibeli terlalu besar akan mengakibatkan
bertumpuknya bahan mentah di gudang yang mungkin menurunkan
kualitas biaya penyimpanan menjadi lebih besar sebaliknya bila terlalu
kecil akan menghambat kelancaran proses produksi.

ANGGARAN PEMBELIAN BAHAN MENTAH (2)


Jumlah pembelian paling ekonomis
(Ekonomic Order Quantity)
Dalam menghitung EOQ dipertimbangkan 2 jenis biaya yang bersifat
variabel:
1. Biaya Pemesanan (berhubungan -)
misal: biaya persiapan pemesanan, administrasi, pengiriman
pemesanan, dll.
2. Biya penyimpanan (berhubungan +)
misal : biaya pemeliharaan, asuransi, perbaikan kerusakan.

ANGGARAN PEMBELIAN BAHAN MENTAH (3)


Dengan memperhatikan kedua jenis biaya diatas, maka jumlah pembelian
ekonomis dapat dihitung dengan rumus :
EOQ = 2R.S
P.I
dimana :
R = jumlah bahan mentah yang dibeli
S = biaya pemesanan
P = harga/unit bahan mentah
I = biaya penyimpanan yang dinyatakan dalam % dipersediaan rata-rata

ANGGARAN PEMBELIAN BAHAN MENTAH (4)


atau :
EOQ = 2R.S
C/unit
dimana :
C/unit = biaya penyimpanan setiap unit bahan mentah.

ANGGARAN PEMBELIAN BAHAN MENTAH (5)


Contoh :
PT. ADINDA memperkirakan kebutuhan bahan mentah selama tahun 2000
sebanyak 1000 kg. setiap kali dipesan dikeluarkan biaya sebesar Rp. 50 sebagai
biaya perangko. Harga/kg bahan mentah adalah Rp. 20, biaya penyimpanan
sebesar 50% dari persediaan rata-rata. Selain itu diketahui pula biaya
penyimpanan setiap kg bahan mentah adalah Rp. 10.

ANGGARAN PEMBELIAN BAHAN MENTAH (6)


Jawab :
EOQ = 2 x 1000 x 50 = 100 kg atau
20 x 0,50
EOQ = 2 x 1000 x 50 = 100 kg
10

WAKTU PEMBELIAN BAHAN MENTAH (1)


Untuk kelancaran proses produksi perlu ditentukan pula kapan pemesanan
bahan mentah harus dilakukan agar bahan mentah itu dapat datang tepat
waktu yang dibutuhkan. Keterlambatan bahan mentah akan menimbulkan
biaya yang disebut STOCK OUT COST (SOC). Sebaliknya bahan mentah
yang datangnya lebih awal akan menimbulkan biaya yang disebut : EXTRA
CARRAYING COST (ECC)

WAKTU PEMBELIAN BAHAN MENTAH (2)


Sehingga dalam menentukan waktu pemesanan bahan mentah perlu
diperhatikan Lead Time (jangka waktu sejak dilakukan pemesanan sampai
saat datangnya bahan mentah yang dipesan dan siap untuk digunakan
dalam proses produksi). Setelah diperhitungkan Lead Time maka baru
dapat ditentukan Reorder Point (saat dimana harus dilakukan pemesanan
kembali)

WAKTU PEMBELIAN BAHAN MENTAH (3)


Untuk merencanakan saat pemesanan bahan mentah pada periode
mendatang, perlu diperhatikan faktor-faktor :
- Lead Time yang terjadi pada pemesanan-pemesanan
sebelumnya (data historis)
- Extra Carryng Cost (ECC)
- Stock Out Cost (SOC)

WAKTU PEMBELIAN BAHAN MENTAH (4)


Dalam melakukan pengamatan data historis, harus dilakukan terhadap beberapa
data, untuk dihitung probabilitas dari pengamatan

Umpamanya :
Diamati 60 data historis tentang lead time. Ke 60 data menunjukan :
- Lead time 5 hari = 30 buah
- Lead time 4 hari = 20 buah
- Lead time 6 hari = 10 buah

WAKTU PEMBELIAN BAHAN MENTAH (5)


Sehingga probabilitasnya :
- Lead time 5 hari = 20/60 x 100% = 33,3%
- Lead time 4 hari = 30/60 x 100% = 50%
- Lead time 6 hari = 10/60 x 100% = 16,7%

WAKTU PEMBELIAN BAHAN MENTAH (6)


Contoh perhitungan Reorder Point
PT. MERANA memperkirakan kebutuhan barang mentah tahun 2008
sebesar 10.000 Kg. untuk merencanakan kapan saat pemesanan yang
tepat harus dilakukan, diamati 20 buah data pemesanan yang terjadi pada
tahun-tahun sebelumnya. Dari pengamatan tersebut diperoleh
kenyataan :
- Lead time 3 hari = 5 buah
- Lead time 4 hari = 10 buah
- Lead time 5 hari = 5 buah

WAKTU PEMBELIAN BAHAN MENTAH (7)


Biaya penyimpanan bahan mentah per kg/tahun adalah Rp. 2,00. Biaya
pemesanan (setiap kali pemesan) adalah 100,00. Apabila kehabisan biaya
pemesanan maka dapat dicari bahan mentah pengganti dengan biaya Rp.
0,50 bagi setiap unit bahan mentah pengganti. Apabila 1 tahun dianggap
300 hari, kapan pemesanan kembali harus dilakukan.

WAKTU PEMBELIAN BAHAN MENTAH (9)


Lead time Frekuensi Probabilitas
3 hari 5 5/20x100%= 25%=0,25
4 hari 10 10/20x100%= 50%=0,30
5 hari 5 5/20x100%= 25%=0,25
20 100% 1

WAKTU PEMBELIAN BAHAN MENTAH (10)


EOQ = 2R.S = 2 x 10.000 x 100 = 100 kg
C/unit 2
Frekuensi pemesanan = 10.000 = 10 kali
100
Biaya penyimpanan perhari perorder
1.000 x 2 = Rp. 6,67
300

WAKTU PEMBELIAN BAHAN MENTAH (11)


Bila lead time = 3 hari
ECC = 0 (karena 3 hari adalah waktu yang paling tepat atau tidak
mungkin lebih cepat lagi)
Bila lead time = 4 hari
ECC = 1 (0,25)(Rp. 6,67) = Rp. 1,6675
keterangan: ada kemungkinan bahan mentah datang dalam 3 hari (1 hari
lebih cepat) dengan probabilitas 0,25

WAKTU PEMBELIAN BAHAN MENTAH (12)


Bila lead time = 5 hari
ECC = 2 (90,25)(Rp. 6,67) = Rp. 3,335
= 1 (0,50)(Rp. 6,67) = Rp. 3,335
Rp. 6,670
Keterangan: ada kemungkinan bahan mentah datang dalam 3 hari (2 hari
lebih cepat) dengan probabilitas 0,25 atau dalam 4 hari (1 hari lebih cepat)
dengan probabilitas 0,50

WAKTU PEMBELIAN BAHAN MENTAH (13)


Stock Out Cost (SOC)
Kebutuhan bahan mentah/hari = 10.000 = 33,3 Kg
300
SOC/Kg = Rp. 0,50

WAKTU PEMBELIAN BAHAN MENTAH (14)


Bila lead time = 5 hari
SOC = 0 (karena 5 hari merupakan waktu paling lama atau tidak
mungkin lebih lambat lagi)
Bila lead time = 4 hari
SOC = 1(0,25)(33,3)(Rp. 0,50) = RP. 4,1625
ada kemungkinan bahan mentah datang dalam 5 hari (1 hari lebih lambat)
dengan probabilitas 0,25

WAKTU PEMBELIAN BAHAN MENTAH (15)


Bila lead time = 3 hari
SOC = 2(0,25)(33,3)(Rp. 0,50) = Rp. 8,325
SOC = 1(0,50)(33,3)(Rp. 0,50) = Rp. 8,325
Rp. 16,650
dari perhitungan ECC dan SOC diatas dapat dibuat sebagai berikut :

EEC SOC Total

Lead Per Per Per Per Per


Time Order Tahun Order Tahun Tahun

3 hari 0 0 16.65 166.5 166.5


4 hari 1.6675 16.675 4.1625 41.625 58.3

5 hari 6.67 66.7 0 0 66.7

WAKTU PEMBELIAN BAHAN MENTAH (16)


Setelah lead time diketahui, tinggal dihubungkan dengan kebijakan
mengenai besarnya persediaan. Pemesanan kembali dilakukan pada saat
persediaan ditambah penggunaan selama lead time.

WAKTU PEMBELIAN BAHAN MENTAH (17)


Misalnya :
- Persediaan ditetapkan untuk kebutuhan = 333,0 Kg
- Kebutuhan selama lead time
(4x33,3 Kg) = 133,2 Kg
Saat pemesanan kembali 466,2 Kg

BENTUK DASAR ANGGARAN PEMBELIAN BAHAN MENTAH (1)


Anggaran pembelian bahn mentah dapat disusun apabila total kebutuhan
bahan mentah untuk suatu periode telah ditentukan dengan perhitungan
sebagai berikut :
Persediaan Akhir xxx
Kebutuhan bahan mentah xxx +
Jumlah Kebutuhan xxx
Persediaan Awal xxx -
Pembelian Bahan Mentah xxx

BENTUK DASAR ANGGARAN PEMBELIAN BAHAN MENTAH (2)


Dalam anggaran pembelian bahan mentah di cantumkan :
1. Jenis bahan mentah yang digunakan dalam proses produksi.
2. Jumlah yang harus dibeli.
3. Harga persatuan bahan mentah.

CONTOH ANGGARAN
PEMBELIAN BAHAN MENTAH (1)
Contoh soal :
PT. SENGSARA NIKMAT memproduksi barang A dengan menggunakan 3 jenis
bahan mentah x, y dan z. kebutuhan masing-masing bahan mentah selama
tahun 2008 adalah sebagai berikut :

Bahan Mentah Persedian Akhir

Kuart
al X Y Z X Y Z
I 1100 1400 1000 370 345 340

II 700 1200 1000 130 100 125

III 600 1200 1000 150 150 100

IV 600 1200 1000 150 125 100

Jumla
h 3000 5000 4000
CONTOH ANGGARAN
PEMBELIAN BAHAN MENTAH (2)

Persediaan Awal Tahun 2008 Harga/satuan Bahan Mentah


X 100 Rp. 10
Y 150 Rp. 15
Z 100 Rp. 10
Maka anggaran pembelian bahan mentah dapat disusun sebagai
berikut :

PT. SENGSARA NIKMAT


Anggaran pembelian Bahan Mentah
2008

Jenis
Baha Kebutuh
n an
Ment Bahan Persedi Persedia
ah Mentah an Jumlah an Pembelian
dan
Wakt Untuk Kebutuh Uni Harg
u Produksi Akhir an Awal t a Jumlah
Baha
n
Ment
ah
Kuart 137 Rp. Rp.
al I 1100 370 1470 100 0 10 13.700
Rp.
II 700 130 830 370 460 4.700
Rp.
III 600 150 750 130 620 6.200
600 150 750 150 600 Rp.
IV 6.000
(1
Tahun 305 Rp.
) 3000 800 3800 750 0 30.000
Baha
n
Ment
ah Y
Kuart 159 Rp.
al I 1400 345 1745 150 5 23.000
Rp.
II 1200 100 1300 345 955 14.325
125 Rp.
III 1200 150 1300 100 0 18.750
497 Rp.
IV 1200 125 1325 150 5 17.625
(1
Tahun 877 Rp.
) 5000 720 5670 745 5 74.000
Baha
n
Ment
ah Z
Kuart 124 Rp.12.4
al I 100 340 1340 100 0 00
Rp.
II 100 125 1125 340 785 7.850
Rp.
III 100 100 1100 125 975 9.750
100 Rp.12.4
IV 100 100 1100 100 0 00
(1
Tahun 400 Rp.40.0
) 400 665 4665 665 0 00

KULIAH 7
ANGGARAN TENAGA KERJA

ANGGARAN TENAGA KERJA (1)


Tenaga kerja yang bekerja dipabrik dikelompokan menjadi dua
yakni :
- Tenaga kerja langsung terlibat secara landsung dalam
proses produksi, biasanya dikaitkan dengan biaya produksi
- Tenaga kerja tidak langsung tidak terlibat secara langsung
dalam proses produksi, biasanya dikaitkan dengan biaya overhead pabrik.

ANGGARAN TENAGA KERJA (2)


Ciri-ciri atau sifat tenaga kerja :
1. Besar kecilnya biaya untuk tenaga kerja jenis ini berhubungan
secara langsung dengan tingkat kegiatan produksi.
2. Biayanya bersifat variabel.
3. Dikaitkan dalam penentuan tenaga kerja.

CIRI TENAGA KERJA TIDAK LANGSUNG


Ciri-ciri atau sifat tenaga kerja tidak langsung
1. Besar kecilnya biaya tidak berhubungan angsung dengan
tingkat produksi.
2. Biayanya semi fixed atau semi variabel.
3. Tempat bekerja tidak harus selalu dipabrik tetapi tetapi dapat
diluar pabrik.

LANGKAH MENYUSUN ANGGARAN TENAGA KERJA (1)


Sebelum menyusun anggaran tenaga kerja perlu ditentukan terlebih
dahulu dasar satuan utama yang digunakan untuk menghitungnya. Kerap
kali ditemui dalam praktek yakni satuan hitung atas dasar jam buruh
langsung (Direct Labour Hour/DLH) dan biaya buruh langsung (Direct
Labour Cost).

LANGKAH MENYUSUN ANGGARAN TENAGA KERJA (2)


Dalam persiapan penyusunan anggaran ini terlebih dahulu dibuat
Manning Table (merupakan daftar kebutuhan tenaga kerja) yang
menjelaskan :
1. Jenis atau kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan.
2. Jumlah masing-masing jenis tenaga kerja pada berbagai tingkat
kegiatan.
3. Bagian-bagian yang membutuhkannya.
LANGKAH MENYUSUN ANGGARAN TENAGA KERJA (3)
Setelah dihitung jam buruh langsung (DLH) kemudian dibuat perkiraan
tentang tingkat upah rata-rata (average wage rate) untuk tahun anggaran
bersangkutan dengan cara membagi jumlah rupiah yang dikeluarkan
untuk membayar tenaga kerja langsung dengan jumlah jam tenaga kerja
langsung yang diperlukan.

LANGKAH MENYUSUN ANGGARAN TENAGA KERJA (4)


Contoh : Dalam perusahaan, tenaga kerja langsung pada pabrik dapat
digolongkan menjadi 3 tingkatan yakni golongan I, II dan III.

Tingkat
Upah/Jam Jumlah Jumlah Jumlah

Golonga
n Rp. TK DLH

Rp.
I Rp. 500 50 100 2.500.000
Rp.
II Rp. 750 20 1.500.000

III Rp. 1000 5 Rp. 500.000

Rp.
Jumlah 75 100 4.500.000

Tingkat Upah rata-rata = Rp. 4.500.000 = Rp.600 Per DLH


7.500

LANGKAH MENYUSUN ANGGARAN TENAGA KERJA (5)


Tingkat upah raata-rata = Rp. 4.500.000 = Rp. 600/DLH
7.500
Note : tingkat upah rata-rata dapat berubah apabila terjadi
perubahan rasio dalam penggunaan TK seperti :
- Rasio kuantitas masing-masing golongan.
- Rasio upah masing-masing golongan.

LANGKAH MENYUSUN ANGGARAN TENAGA KERJA (6)


Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
Pada anggaran ini harus dicantumkan :
a. Jumlah barang yang diproduksi.
b. Jam buruh langsung (DLH) yang diperlukan untuk 1 unit barang.
c. Tingkat upah raata-rata perjam buruh langsung.
d. Jenis barang dihasilkan.
e. Waktu produksi barang (bulan atau kuartal.

CONTOH ANGGARAN TENAGA KERJA LANGSUNG (1)


Contoh : Anggaran Tenaga Kerja Langsung
PT. ADA-ADA SAJA mempunyai 3 bagian produksi : I, II, III dua macam barang
yang produksi X dan Y. Barang X diprodusir melalui 3 bagian sedangkan barang Y
hanya melalui bagian I dan III saja. Adapun rencana jam buruh/unit barang,
rencana tingkat upah rata-rata dan rencana tingkat produksi sebagai berikut :

DLH Barang perunit

Bagian X Y Tingkat upah rata-rata/DLH

I 0,4 0,2 Rp. 200

II 0,2 0 Rp. 150

II 0,4 0,2 Rp. 100


Rencana Produksi Barang

Kuartal X Y

I 230.000 108.000

II 240.000 140.000

III 230.000 127.000

IV 260.000 145.000

Jumlah 960.000 520.000

CONTOH ANGGARAN TENAGA KERJA LANGSUNG (2)


Berdasarkan data tersebut diatas maka dapat kita susun anggaran tenaga
kerja langsung sebagai berikut :

KULIAH 8
ANGGARAN BOP

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK DAN BIAYA OPERASI (1)


Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya dalam pabrik yang dikeluarkan
oleh perusahaan dalam rangka proses produksi, kecuali bahan mentah
langsung dan tenagakerja langsung.

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK DAN BIAYA OPERASI (2)


Dua permasalahan yang muncul dalam menyusun anggaran biaya
overhead :
1. Penanggung jawab perencana.
dalam hal ini diterapkan prinsip akuntansi pertanggungan jawab
(Responsibility Acounting) atau biaya departemen langsung (Direct
Departmental Cost) sehingga akan muncul dua departemen :

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK DAN BIAYA OPERASI (3)


a. Departemen produksi (producing departement)
yaitu bagian dipabrik yang bekerja mengolah bahan mentah menjadi
barang jadi atau produk akhir.
b. Departemen jasa (service departement)
yaitu bagian dipabrik yang menyediakan jasanya dan secara tidak
langsung ikut berperan dalam proses produksi.

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK DAN BIAYA OPERASI (4)


Berdasarkan pembagian ini maka ada dua biaya overhead pabrik yaitu BOP
langsung yang terjadi pada departemen produksi dan BOP tidak langsung yang
terjadi pada departemen jas

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK DAN BIAYA OPERASI (6)


a. Penggolongan biaya berdasarkan sifatnya :
- Fixed : Gaji, pajak kekayaan, asuransi, penyusutan.
- Variabel : Biya bahanmentah langsung, TK langsung.
- Semi variabel :
Biaya maintenance
Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya peralatan
Biaya bahan mentah tidak langsung

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK DAN BIAYA OPERASI (7)


b. Berdasarkan wewenag menentukan anggaran :
misal :
Biaya administrasi wewenang bagian
Biaya gaji wewenang direksi

PENGAWASAN BIAYA OVERHEAD

Dalam rangka pengawasan biaya overhead, salah satu masalah yang


dihadapi adalah pengalokasian biay bagian jasa/pembantu (sevice)
kepada bagian produksi. Dalam pengalokasian biaya bagian
jasa/pembantu diperlukan suatu cara pendekatan yang disebut Clean
Cost Concept dengan cara ini biaya overhead pada bagian jasa secara
langsung dialokasikan kebagian produksi dengan berdasarkan proporsi
pemakaian jasa oleh masing-masing bagian produksi.

CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (1)

Contoh :
PT. GOROKINDO selama tahun 2008 diperkirakan akan tinbul biaya overhead
sebagai berikut :
Bagian Produkasi
Bagian produksi I Rp. 15.000.000
Bagian produksi II Rp. 25.000.000
Bagian produksi III Rp. 20.000.000

CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (2)

Bagian jasa/pembantu
Bagian jasa/pembantu I Rp. 2.500.000
Bagian jasa/pembantu II Rp. 2.000.000

CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (3)

Jasa bagian pembantu digunakan oleh ketiga bagian produksi dengan


proporsi sebagai berikut :

BAGIAN PRODUKSI BAGIAN JASA/PEMBANTU


I II

I 50% 45%

II 30% 30%

III 20% 25%

Dengan berdasarkan proporsi pemakaian jasa di atas maka biaya overhead


bagian jasa/pembantu dapat dialokasikan sebagai berikut:

BAGIAN
BAGIAN PRODUKSI PEMBANTU

KETERANG
AN I II III I II

BIAYA 15,000,0 25,000,0 20,000,0 2,500,00 5,000,00


OVER 00 00 00 0 0

HEAD 2008

ALOKASI 1,250,00 (2,500,0


BAGIAN 0 750,000 500,000 00)

JASA I

2,250,00 1,500,00 1,250,00 (5,000,0


JASA II 0 0 0 00)

JUMLAH 18,500,0 27,250,0 21,750,0


BIAYA 00 00 00 - -

OVERHEAD

CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (4)

Dari contoh diatas tampak bahwa jasa/pembantu tidak memakai jasanya sendiri,
sehinggankedua bagian jasa/pembantu tidak dibebani biaya overhead.

CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (5)
Clean cost concept sebetulnya dapat pula dipakai untuk kasus lain,
misalnya:
bagian jasa pembantu terdiri dari bagian pembangkit tenaga listrik dan
bagian reparasi. Bagian pembangkit tenaga listrik menggunakan sebagian
jasa reparasi untuk perbaikan mesin-mesin diesel demikian sebaliknya
(vice versa).

CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (6)

Ada satu cara mudah mengalokasikan biaya overhead bagian


jasa/pembantu yaitu dengan metode aljabar dengan persamaan :
X = a1 + b1 Y
Y = a2 + b2 X
Dimana:
X = jumlah biaya overhead bagian jasa x
setelah menerima alokasi biaya dari bagian jasa y
Y = jumlah biaya overhead bagian jasa y setelah
menerima alokasi biaya dari bagian jasa x

CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (7)

a1 = adalah biaya overhead bagian jasa X sebelum alokasi


A2 = adalah biaya overhead bagian jasa Y sebelum
alokasi
b1 = prosentase penggunaan jasa bagian Y oleh bagian
X
b2 = prosentase penggunaan jasa bagian X oleh bagian
Y
Contoh:
Pada PT Genit selama tahun 2000 akan timbul biaya
Overhead sebesar sebagai berikut :

CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (8)

Bagian Biaya overhead


Bagian produksi
- Bagian I Rp. 10.000.000
- Bagian II Rp. 15.000.000
Bagian Jasa
- Bagian I (X) Rp. 5.000.000
- Bagian II (Y) Rp. 4.000.000

CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (9)

Jasa bagian jasa/pembantu selain dipakai oleh bagian produksi juga


dipakai oleh bagian itu sendiri, dimana terjadi tukar menukar jasa antara
bagian jasa I dan bagian jasa II. Proporsi pemakaiannya adalah sebagai
berikut :
Bagian Produksi Bagian Jasa

Pemberian
jasa I II I (X) II (Y)

Bagian Jasa I (X) 5% 40% - 10%

Bagian Jasa II (Y) 55% 30% 15% -

CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (10)

Sehingga dengan menggunakan metode aljabar :


1. X = 5.000.000 + 0,15 Y
2. Y = 4.000.000 + 0,10 X

CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (11)

Kedua persamaan dikombinasikan :


X = 5.000.000 + 0,15 (4.000.000 + 0,10X)
Y = 4.000.000 + 6.000.000 + 0,015X
X 0,015 X = 5.600.000
0,985 X = 5.600.000
X = 5.685.279 dibulatkan

CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (12)

Y = 4.000.000 + 0,10 X
Y = 4.000.000 + 0,10(5.685.279)
Y = 4.000.000 + 568.527
Y = 4.568.527
Artinya :
1. Biaya overhead bagian jasa I setelah mendapat alokasi biaya overhead
dari bagian jasa II, adalah sebesar Rp. 5.685.279
2. Biaya overhead bagian jasa II setelah mendapatkan alokasi biaya
overhead dari bagian jasa I adalah sebesar Rp. 4.568.528

CONTOH PENYUSUNAN
ANGGARAN BOP (13)

Dengan demikian jumlah biaya overhead pabrik netto masing-masing


bagian ditentukan sebagai berikut :

Bagian BOP Menerim Memb BOP


Jasa Asli a eri Netto
Bagian I 5.000.0 568.52
(X) 00 685.279 8 5.116.751

Bagain II 4.000.0 685.27


(Y) 00 568.528 9 3.883.249

Kedua biaya BOP netto dari Departemen Jasa I dan II kemudian dibebankan
kepada Departemen Produksi I dan II dengan proporsi sebagai berikut:

Bagian
Produksi I Bagian Produksi II

1. B.O.P langsung
Rp. Rp.
2. B.O.P tidak langsung 10.000.000 15.000.000
- Dep.Jasa I (X) = 50/90X 40/90x B.O.P netto
B.O.P netto Rp. 2.842.639 Rp. 2.274.112
- Dep.Jasa I (Y) = 55/85X 30/85x B.O.P netto
B.O.P netto Rp. 2.512.691 Rp. 1.370.558
Rp. Rp.
Jumlah 15.355.330 18.644.670

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP)1


HPP dapat dihitung apabila telah diketahui hal-hal sebagai
berikut :
1. Volume produksi masing-masing barang.
2. Biaya bahan mentah.
3. Biaya tenaga kerja langsung.
4. Biaya overhead masing-masing bagian produksi.
5. Satuan kegiatan masing-masing bagian produksi.
6. Angka standar masing-masing bagian produksi dan bagian jasa.

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP)2


Contoh :
PT. RAJA INTAN memprodusir 2 macam barang yakni barang A dan B, dari budget
produksi diperoleh data tentang rencana produksi.
Barang Unit Produksi
A 7.000
B 4.000

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP)3


Terdapat 2 bagian produksi, yakni bagian produksi I, II serta satu bagian jasa
pembantu dengan satuan reparasi. Bagian produksi I hanya dilalui oleh barang A
sedangkan bagian produksi II dilalui oleh kedua macam barang A dan B, satuan
kegiatan masing-masing sebagai berikut :
Bagian Satuan Kegiatan

Produksi I Unit barang A

Produksi II Jam mesin langsung (DMH)

Reparasi Jam reparasi langsung (DRH)

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP)4


Angka standar pada bagian produksi II adalah sebagai berikut :
Barang DMH
A 4
B 3

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP)5


Angka standar bagian reparasi :
Bagian yang menggunakan jasa DRH
Produksi I 0,20 DRH per unit A
Produksi II 0,07 DRH per DMH

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP)6


Biaya overhead yang akan timbul
Bagian Biaya overhead
Produksi I Rp. 26.000
Produksi II Rp. 16.000
Reparasi Rp. 6.000

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP)7

Rencana biaya bahan mentah tenaga kerja langsung

Barang Biaya bahan mentah Biaya TK langsung

A Rp. 70.000 Rp.35.000

B Rp.60.000 Rp.14.000
Ditanya : hitung HPP masing-masing barang ?
Jawab : Kegiatan masing-masing bagian

Satuan Tingkat
Bagian Perhitungan Kegiatan Kegiatan

(dari anggaran
produksi

brg A = 7.000x4
Produksi I DMH Unit A 7.000

= 28.000

brg B = 4.000x3
Produksi II DMH DMH 4.000

= 12.000

Bagian I =
Reparasi 7.000x0,20

= 1.400

Bagian II =
4.000x0,07 DRH 4.200

= 2.800

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP)8


Jenis tingkat kegiatan masing-masing adalah :
Bagian produksi I = 7.000 unit barang A
Bagian produksi II = 4.000 DMH
Bagian Reparaasi = 4.200 DRH

Tarif biaya overhead masing-masing produksi

keterangan Bagian

I II

Biaya overhead bagian produksi Rp. 26.000 Rp. 6000

Pengalokasian biaya overhead

bagian reparasi (dgn dasar DRH)

- Bagian produksi I

= (1.400/4.200)x Rp. 6.000 Rp. 2.000


- Bagian produksi II

= (2.800/4.200)x Rp. 6000 Rp. 4000

keterangan Bagian

I II

Jml biaya overhead yang akan


dialokasikan

Rp. Rp.20.00
ke barang A dan B 28.000 0

Tingkat kegiatan

- Bagian produksi I (dalam unit A) Rp.7.000

- Bagian produksi II (per DMH) Rp. 4000

Tarif biaya overhead (overhead rate)

- Bagian produksi I (dalam unit A) Rp. 4,00

- Bagian produksi II (per DMH) Rp. 0,50

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP)9


Ket = * Rp. 28.000 = Rp. 4,00/unit
7.000
* Rp. 20.000 = Rp. 0,50/DMH
7.000

MODUL KULIAH
ANGGARAN PERUSAHAAN
STIE TRIANANDRA
NURUL HUDDA, SE,MM,MSc.
DOSEN

Anda mungkin juga menyukai