Anda di halaman 1dari 63

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PERCEPATAN

PENYEMBUHAN LUKA BEKAS OPERASI

PADA IBU POST SECTIO CAESARIA

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KOTA BATAM TAHUN 2010

Karya Tulis Ilmiah

OLEH:

MUSLIANA

NPM : 41109120

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BATAM

TAHUN 2010
HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PERCEPATAN

PENYEMBUHAN LUKA BEKAS OPERASI

PADA IBU POST SECTIO CAESARIA

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KOTA BATAM TAHUN 2010

Karya Tulis Ilmiah

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Ahli Madya Kebidanan

OLEH:

MUSLIANA

NPM : 41109120

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BATAM

TAHUN 2010
ABSTRAK

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PERCEPATAN PENYEMBUHAN


LUKA BEKAS OPERASI PADA IBU POST SECTIO CAESARIA
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BATAM
TAHUN 2010.

Latar Belakang : Di Amerika pada tahun 2005, jumlah pasien yang memilih untuk
tidak melakukan mobilisasi dini setelah menjalani persalinan caesaria sebanyak 60%.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini dengan percepatan
penyembuhan luka bekas operasi pada ibu post sectio caesaria di Rumah sakit Umum
Daerah kota Batam tahun 2010.
Metode Penelitian : Desaian penelitian dilakukan dengan cross sectional
menggunakan data primer. Dilakukan dari tanggal 01-25 Juni 2010 terhadap
30 responden, dimana pengumpulan data menggunakan observasi kemudian dianalisa
dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi.
Hasil : Dari hasil penelitian jumlah ibu post sectio caesaria yang melakukan dengan
baik mobilisasi dini dengan percepatan penyembuhan luka baik sebanyak
25 responden (83,3 %) dan ibu post sectio caesaria yang tidak melakukan dengan
baik mobilisasi dini dan percepatan penyembuhan luka kurang baik sebanyak
5 responden (16,7 %). Sedangkan ibu post sectio caesaria yang melakukan dengan
baik mobilisasi dini dan penyembuhan luka kurang baik sebanyak 0 responden (0 %)
dan ibu post sectio caesaria yang tidak melakukan dengan baik mobilisasi dini dan
pnyembuhan luka baik sebanyak 0 responden(0 %).
Kesimpulan : ibu post sectio caesaria yang melakukan mobilisasi dini dengan baik
maka akan mengalami percepatan penyembuhan luka bekas operasi baik.

Kata Kunci : Mobilisasi dini, percepatan penyembuhan luka, ibu post Sectio
caesaria
Kepustakaan : 10 buku + 3 artikel (1998 2009).
BIODATA

Nama : Musliana

Tempat / Tanggal Lahir : Belakang Padang, 11 Oktober 1989

Agama : Islam

Nama Ayah : H. Muhammad Abdullah

Nama Ibu : Hj. Maimunah

Alamat : Kp. Tengah Blk.Padang - Batam

Pendidikan yang ditempuh

1. Tahun 1995 2001 : SD MI Amanatul Ummah Blk. Padang

2. Tahun 2001 2004 : MtsN Blk.Padang Batam

3. Tahun 2004 2007 : SMAN 2 Batam

4. Tahun 2007 Sekarang : D III Ilmu Kebidanan Universitas Batam


LEMBAR PENGESAHAN KTI

NAMA : MUSLIANA

NPM : 41109120

PROGRAM STUDI : D III KEBIDANAN

FAKULTAS : KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

JUDUL KTI

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PERCEPATAN PENYEMBUHAN

LUKA BEKAS OPERASI PADA IBU POST SECTIO CAESARIA DI RUMAH

SAKIT UMUM DAERAH KOTA BATAM TAHUN 2010.

Batam, 09 Agustus 2010


Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

( Ns. Desy Kemalasari, S.Kep.) ( Nazaruddin, S.Kep, M.Si)

Mengetahui,

Ketua Program studi Dekan fakultas

Ilmu Kebidanan Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(Dainty Maternity, SST) (dr. Muharso, SKM)


LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah :

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PERCEPATAN PENYEMBUHAN


LUKA BEKAS OPERASI PADA IBU POST SECTIO CAESARIA DI RSUD KOTA
BATAM TAHUN 2010.

Nama : Musliana
NPM : 41109120

Diterima oleh Tim Penguji pada ujian sidang di Program Studi DIII Kebidanan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Batam Tahun Akademik
2009/2010.

1. Penguji I : Ns. Desy Kemalasari, S.Kep.

2. Penguji II : Nazaruddin, S.Kep., M.Si.

3. Penguji III : Dainty Maternity, SST.

Tanggal Ujian : 09 Agustus 2010.

Mengetahui
Ketua Program Studi DIII Kebidanan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Dainty Maternity, SST


MOTTO
Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda

Lembar Persembahan
Allah akan meninggikan derajat orang orang yang beriman diantara
kamu dan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan beberapa derajat.
(Al Mujaadilah : 11)

Syukur Alhamdulillah......
Kini tetesan keringatmu telah berhasil kuwujudkan dalam
bentuk impian yang nyata...
Ku tahu.....
Semua yang ananda lakukan belum cukup untuk
membalas pengorbananmu
Tapi kini....
Terimalah persembahanku ini sebagai tanda bakti ananda
kepada Ayahanda dan Ibunda
Semoga kelak dikemudian hari, ananda dapat
memberikan yang terbaik
Bagi Ayahanda dan ibunda tercinta
Serta buat Saudara-Saudariku yang manis
Yang senantiasa selalu mendukung dalam menyelesaikan
karya kecil ini
Kupersembahkan karya kecil ini untuk orang
Yang paling ku cintai dan sayangi dalam hidupku
Ayahanda H.. Muhammad Abdullah
Ibunda Hj. Maimnunah
Kakanda Rumadi
Keluarga besarku yang tidak bisa kusebutkan satu
persatu baik di Batam, tj. Pinang, Pekanbaru dan Dabok
singkep
Serta Sahabatku - sahabtaku
Love and Miss you all...may Allah bless Us..
Semoga Karya kecil ini merupakan persembahan yang
termanis..
Sembah Sujud Ananda

Musliana
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah ini yang

diajukan untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

Program Studi D-III Kebidanan pada Universitas Batam dengan judul :

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PERCEPATAN PENYEMBUHAN

LUKA BEKAS OPERASI PADA IBU POST SECTIO CAESARIA DI RUMAH

SAKIT UMUM DAERAH KOTA BATAM TAHUN 2010 .

Dengan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menghadapi

kesulitan tetapi berkat pengarahan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak,

sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankan

penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. M. Jemmy Rumengan, SE, MM sebagai Rektor

Universitas Batam.
2. Bapak dr. Muharso, SKM selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Batam.

3. Ibu Dainty Marternity, SST sebagai Kepala Program Studi Ilmu Kebidanan

Universitas Batam.

4. Ibu Ns. Desy Kemalasari, S.kep selaku pembimbing I Karya Tulis Ilmiah

yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan petunjuk

selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Bapak Nazaruddin, S.Kep., M.Si selaku pembimbing II Karya Tulis Ilmiah

yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan petunjuk

selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Seluruh Dosen dan staf pengajar Prodi Ilmu Kebidanan Universitas Batam, Yang

telah memberikan serta membekali penulis dengan ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna

karena keterbatasan kemampuan penulis, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah

ini.

Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bukan hanya

untuk penulis tetapi juga dapat memberikan inspirasi bagi berbagai pihak yang

membutuhkan
Batam, Agustus 2010

Musliana

DAFTAR ISI

Halaman judul

Abstrak.................................................................................................................... iii
Biodata..................................................................................................................... iv
Lembar pengesahan KTI......................................................................................... v
Lembar pengesahan................................................................................................. vi
Motto....................................................................................................................... vii
Kata Pengantar .................... viii
Daftar Isi ................................................ x
Daftar tabel............................................................................................................. xiii
Daftar Gambar........................................................................................................ xiv
Daftar lampiran........................................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................ 1


1.2 Identifikasi masalah............................................................................ 3
1.3 Rumusan Masalah........................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ............................................... 4
1.4.1 Tujuan Umum............................................................................ 4
1.4.2 Tujuan Khusus........................................................................... 4
. 1.5 Manfaat Penelitian.................................. 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Sectio Caesaria 6


2.1.1 Pengertian SC.......................................................................... 6
2.1.2 Istilah ...................................................................................... 6
2.1.3 Jenis SC................................................................................... 7
2.1.4 Etiologi SC.............. 8
2.1.5 Anesthesi SC................................................... 10
2.1.6 Komplikasi SC................................................................ 11
2.1.7 Perawatan post SC................................................. 11
2.1.8 Patologi.......... 13
2.1.9 Jenis sayatan SC................. 14
2.1.10 Fase penyembuhan luka.................. 16
2.1.11 Diagnosa................................................................................ 18
2.1.12 Prognosis................................................................................ 18
2.1.13 Anatomi Fungsional............................................................... 18

2.2 Mobilisasi Dini................................................................................. 20


2.2.1 Pengertian Mobilisasi Dini................................................ 20
2.2.2 Rentang gerak dalam mobilisasi dini................................. 21
2.2.3 Manfaat Mobilisasi dini............................................. 21
2.2.4 Kerugian jika tidak mobilisasi dini........................................ 22
2.2.5 Tahapan mobilisasi dini......................................................... 23
2.2.6 Pembagian mobilisasi dini..................................................... 24
2.2.7 Macam-macam mobilisasi dini.............................................. 24
2.2.8 Faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini........................... 25
2.2.9 Terapi latihan.......................................................................... 26
2.2.10 Penyebab inmobilisasi........................................................... 27
2.3 Kerangka konsep............................................................................... 27
2.4 Hipotesis............................................................................................ 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian........................................... 29


3.2 kerangka Kerja........................................... 29
3.3 Populasi, Sampel dan tekhnik pengambilan sampel...................... 30
3.3.1 Populasi..................................................................................... 30
3.3.2 Sampel...................................................................................... 30
3.3.3 Tekhnik Pengambilan Sampel.................................................. 30
3.4 Variabel penelitian dan defenisi operasional..................................... 31
3.4.1 Variabel Penelitian.................................................................... 31
3.4.2 Defenisi operasional.................................................................. 31
3.5 Pengumpulan data dan Tekhnik analisa data................................. 33
3.5.1 Teknik pengumpulan data......................................................... 33
3.5.2 Instrumen Penelitian................................................................. 33
3.5.3 Teknik Analisa data.................................................................. 34
3.5.4 Pengolahan data........................................................................ 34
3.6 Waktu dan tempat penelitian.......................................... 35
3.6.1 Tempat penelitian...................................................................... 35
3.6.2 Waktu Penelitian....................................................................... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah singkat berdirinya RSUD Kota Batam................................. 36


4.2 Hasil penelitian.................................................................................. 37
4.2.1 Analisa Univariat...................................................................... 37
4.2.2 Analisa Bivariat........................................................................ 38
4.3 Pembahasan....................................................................................... 40
4.3.1 Mobilisasi dini.......................................................................... 40
4.3.2 Percepatan penyembuhan luka................................................. 41
4.3.3 Hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka............. 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 43
5.2 Saran.................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
Daftar Tabel

Tabel

Tabel 1 Tabel distribusi frekwensi mobilisasi dini............................................ 37

Tabel 2 Tabel distribusi frekwensi percepatan penyembuhan luka................... 38

Tabel 3 Tabel hubungan mobilisasi dini dengan percepatan penyembuhan

Luka...................................................................................................... 39
Daftar Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep................................................................................... 27

Gambar 2.2 Kerangka Kerja..................................................................................... 29


Daftar Lampiran

Lampiran 1. Lembar Observasi

Lampiran 2. Surat permohonan izin penelitian di RSUD Batu Aji Kota Batam

Lampiran 3. Surat balasan izin penelitian di RSUD Batu Aji Kota Batam

Lampiran 4. Lembar Konsul

Lampiran 5. Master Tabel Hubungan Mobilisasi Dini dengan percepatan

penyembuhan luka bekas operasi pada ibu post sectio caesaria di

Rumah sakit Umum Daerah Kota Batam tahun 2010.

Lampiran 6. Hasil SPSS


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing

penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas

mungkin berjalan (Soelaiman, 1993).

Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan

rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 5000 gram

(wiknjoesastro, 2000).

Penelitian yang dilakukan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO)

menyatakan bahwa persalinan dengan bedah caesar adalah sekitar 10-15 %

dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang. Persentase

angka inmobilisasi pada pasca operasi caesaria adalah 40-80 tiap 100.000
persalinan bedah caesar. Hal ini dibuktikan dengan Sebuah Studi yang

dilakukan Di Amerika (2005), jumlah pasien yang memilih untuk tidak

melakukan pergerakan setelah menjalani persalinan caesaria berkisar

sebanyak 60 %.

Angka kejadian sectio saesaria di Indonesia menurut data survey nasional

pada tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar

22.8 % dari seluruh persalinan dengan sectio caesaria. Berdasarkan laporan

lengkap hasil penelitian di RSUD Labuang Baji Makassar dibuat pada

tanggal 12 April sampai 12 Mei 2007 bahwa sekitar 75 % klien yang

menjalani persalinan bedah caesaria menunda untuk melakukan mobilisasi

dini yaitu 6 jam setelah bedah caesaria tersebut.. Dan hanya 15 % yang

mengetahui bahwa pentingnya mobilisasi dini.

Angka kejadian sectio caesaria di Provinsi Riau pada tahun 2007

berjumlah 3.401 operasi dari 170.000 persalinan atau sekitar 20 % dari

seluruh persalinan. Laporan lengkap hasil penelitian di RSUD Arifin

Achmad Pekanbaru, dibuat pada tahun 2007, bahwa sekitar 75 % klien

yang menjalani persalinan bedah caesaria menunda untuk melakukan

mobilisasi dini yaitu 6 jam pasca operasi caesaria tersebut.

Data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Batam pada tahun 2009,

bahwa sekitar 2.174 ibu hamil yang melahirkan dengan Sectio caesaria dan
4 orang diantaranya meninggal. Sedangkan data yang peneliti dapat dari

Rumah Sakit Umum jumlah ibu yang mengalami operasi sectio caesaria

pada bulan Februari sebanyak 30 orang, pada bulan Maret sebanyak 29

orang, dan pada bulan April sebanyak 30 orang.

Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Batam, pada tanggal 13 April 2010, dengan

menggunakan metode Observasi dalam pengumpulan datanya dan didapati

bahwa ibu yang mengalami bedah caesaria menunda untuk melakukan

mobilisasi dini yang dikarenakan pengetahuan ibu kurang tentang

mobilisasi dini, rasa nyeri pada bekas sectio caesaria, ketakutan ibu

terhadap luka jahitannya akan lepas. Hal ini di buktikan dengan jumlah

sampel 5 orang, diantara ke 5 ibu tersebut menunda untuk melakukan

mobilisasi dini dan ibu tidak mengerti tentang pentingnya mobilisasi dini

pada ibu post sectio caesaria.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti masalah

ini dalam sebuah Karya Tulis Ilmiah. Yang berjudul Hubungan

mobilisasi dini dengan percepatan penyenbuhan luka bekas operasi

pada ibu post Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Batu Aji

Kota Batam tahun 2010 .

1.2 Identifikasi Masalah


Menurut data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Batam bahwa sekitar

2.174 ibu yang melahirkan dengan caesaria, dan data dari RSUD Kota

Batam pada Bulan April sekitar 30 orang yang melahirkan dengan sectio

caesaria.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah Apakah ada Hubunga Mobilisasi Dini dengan percepatan

penyembuhan luka bekas operasi pada ibu Post Sectio caesaria di

Rumah Sakit Batu Aji Kota Batam tahun 2010 .

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini dengan percepatan

penyembuhan luka operasi sectio caesraia di Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Batam.

1.4.2 Tujuan Khusus

a.Untuk mengetahui jumlah ibu Post sectio caesaria melakukan mobilisasi

dini di Rumah Sakit Umum Daerah Batu Aji Kota Batam.

b.Untuk mengetahui jumlah ibu post sectio caesaria yang tidak melakukan

mobilisasi dini di RSUD Kota Batam.


c.Untuk mengetahui jumlah ibu dengan percepatan penyembuhan luka post

sectio caesaria di RSUD Kota Batam.

d.Untuk mengetahui jumlah ibu yang tidak mengalami percepatan

penyembuhan luka post sectio caesaria di RSUD Kota Batam.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan guna

peningkatan dilakukan mobilisasi dini pada ibu post Sectio caesaria, demi

mempercepat penyembuhan luka operasi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya dalam

memperbanyak referensi tentang mobilisasi dini pada ibu Post Sectio

caesaria dan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya.

3. Bagi Ibu post Sectio caesaria ( responden )

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi ibu Post

Sectio caesaria untuk mengerti dan memahami tentang pengertian,

manfaat, kerugian, tahapan, dan rentang gerak mobilisasi dini. Sehingga

seluruh ibu post Sectio caesaria dapat melakukan mobilisasi dini.

4. Bagi Peneliti lain


dapat dijadikan sebagai bahan acuan / masukan untuk peneliti selanjutnya

dan dapat lebih memperdalam penelitian tentang mobilisasi dini atau

penelitian tentang sectio caesaria.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sectio Caesarea

2.1.1 Defenisi

Suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada

dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh

serta berat janin di atas 5000 gr (Wiknjoesastro, 2000).

2.1.2 Istilah

a. Sectio caesaria primer ( efektif )

Dari semula telah direncanakan bahwa bayi akan dilahirkan secara sectio

caesarea, tidak diharapkan lahir kelahiran biasa, misalnya pada panggul

sempit (CV kurang dari 8 cm).


b. Sectio caesaria sekunder

Dalam hal ini kita mencoba bersikap menunggu kelahiran biasa (partus

percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan

gagal, baru dilakukan sectio caesaria

c. Sectio caesaria ulang (repeat caesarian section)

Ibu pada kehamilan yang lalu Sectio caesaria (previous caesarian

section) dan pada kehamilan selanjutnya juga dilakukan Sectio caesaria..

d. Sectio caesaria Histerektomi ( caesarian section hysterectomy )

Adalah suatu operasi, dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio

caesaria, langsung dilakukan hysterectomy oleh karena suatu indikasi.

e. Operasi Porro ( porro operation )

Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya

janin sudah mati), dan langsung dilakukan hysterectomy, misalnya dalam

keadaan infeksi rahim berat.

Sectio caesaria oleh ahli disebut obstetric panacea, yaitu obat atau tarapi

ampuh dari semua masalah obstetric.

2.1.3 Jenis

1. Sectio caesaria transperitonealis profunda

Insisi pada segmen bawah uterus, teknik ini paling sering dilakukan.

Keunggulannya adalah :

a. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak


b. Bahaya peritonitis tidak terlalu banyak

c. Parut pada uterus umumnya kuat, sehinnga bahaya rupture uteri di

kemudian hari tidak besar.

2. Sectio caesaria klasik atau corporal

Insisi memanjang pada segmen atas uterus atau pada korpus uteri.

pembedahan ini lebih mudah dilakukan, diselenggarakan apabila ada

halangan untuk melakukan Sectio caesaria transperiotonealis profunda.

Pembedahan ini kurang disukai karena lebih besar bahaya peritonitis dan

kira-kira 4 kali lebih besar bahaya rupture uteri pada kehamilan yang akan

datang sesudah dilakukan Sectio caesaria ini sebaiknya dilakukan

sterilisasi atau histerektomy.

3. Sectio caesaria hysterectomy

Setelah section caesaria dilakukan hysterectomy dengan indikasi atonia

uteri, Plasenta previa, mioma uteri, infeksi intrauterin yang berat.

4. Sectio caesaria ekstra peritonealis

Rongga peritoneum tidak dibuka, dulu dilakukan pada pasien dengan

infeksi intrauterin yang berat, sekarang jarang dilakukan karena teknik

pembedahan ini sangat sulit dan sering terjadi robekan peritoneum

(Ilmu Kebidanan, 2006).

2.1.4 Etiologi
Operasi sectio caesaria seharusnya dilakukan jika keadaan medis

memerlukannya (Kasdu, 2003). Artinya janin atau ibu dalam keadaan

gawat darurat dan hanya dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan

dengan jalan operasi.

Adapun indikasi pemberian tindakan sectio caesaria adalah :

1. Indikasi ibu

a. Cepalo Pelvic Disproportion (CPD)

Apabila bayi terlalu besar atau pintu atas panggul terlalu kecil.

b. Plasenta Previa

Plasenta melekat pada ujung bawah uterus sehingga menutupi serviks

seluruh atau sebagian, sehingga serviks membuka selama persalinan ibu

dapat kehilangan banyak darah.

c. Tumor pelvis ( obstruksi jalan lahir ).

d. Kelainan tenaga atau kelainan his

e. Rupture uteri iminens ( mengancam ).

f. Kegagalan persalinan

Persalinan tidak maju, disebabkan serviks kaku, sering terjadi pada ibu

primi dan jarak kehamilan yang lama.

g. Letak janin : Letak sungsang, letak lintang, dan letak obligue.

2. Indikasi janin

a. Janin besar

Bila berat badan bayi lebih dari 4000 gram.


b. Gawat janin

Janin kelelahan dan tidak ada kemajuan dalam persalinan.

c. Anencepalus dan Hidrocepalus

3. Pertimbangan lain yaitu ibu dengan resiko tinggi persalinan, apabila telah

mengalami sectio caesaria sebelumnya rupture uteri bisa terjadi pada

rahim yang sudah pernah mengalami operasi seperti sectio caesaria klasik,

miomektomi ( Muhtar, 1998) .

4. Kontra Indikasi

1. Janin mati,

2. Syok, akibat anemia berat yang belum diatasi,

3. Kelainan kongenital berat.

2.1.5 Anesthesi pada sectio caesaria

Ada 2 macam pembiusan yang biasa dilakukan dalam operasi sectio

caesaria yaitu :

a. Anesthesi Lokal

Bius lokal merupakan alternative yang aman namun anesthesi ini tidak

dianjurkan pada ibu hamil yang menderita eklmsia, obesitas, atau alergi

terhadap lidokain. Pada pemberian obat anesthesi oleh dokter dilakukan

pada bagian lokal sekitar jaringan yang akan dilakukan sayatan pada sectio

caesaria, sehingga tidak mempengaruhi keadaan bagi ibu dan bayi.


b. Anesthesi Regional

Pembiusan ini paling banyak dilakukan untuk kasus sectio caesaria, sebab

relatif aman dan ibu tetap terjaga kesadarannya. Pembiusan ini dilakukan

dengan cara memasukkan obat anesthesi pada daerah lumbal dengan jarum

functie yang dosisnya telah diatur oleh tim anesthesi.

2.1.6 Komplikasi

1). Pada ibu

a. Infeksi puerperalis atau nifas bisa terjadi dari infeksi ringan yaitu

kenaikan suhu beberapa hari saja, sedang yaitu kenaikan suhu lebih tinggi

disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung, berat yaitu dengan peritonitis

dan ileus paralitik.

b. Perdarahan akibat atonia uteri atau banyak pembuluh darah yang terputus

dan terluka pada saat operasi.

c. Trauma kandung kemih akibat kandung kemih yang terpotong saat

melakukan sectio caesaria

d. Resiko rupture uteri

e. Endometritis yaitu infeksi atau peradangan pada endometrium.

2). Pada bayi

a). Hipoxia
b). Depresi pernapasan

c). Sindrom gawat pernapasan

d). Trauma persalinan

2.1.7 Perawatan pasca operasi

1). Perawatan luka insisi

Luka insisi dibersihkan dengan cairan antiseptic, lalu dibersihkan ditutup

dengan kassa, secara periodic pembalut luka diganti dan luka dibersihkan.

2). Pemberian cairan

Karena selama 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka

pemberian cairan infuse dekstrose 5 %-10 % gram fisiologis, selera

bergantian harus cukup banyak dan mengandung elektrolit yang diperlukan

oleh tubuh agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, dan komplikasi pada

organ-organ tubuh lainnya, jumlah cairan yang keluar di ukur, hal ini

sebagai pedoman penghentian cairan setelah pasien flaxtus, lalu diberilah

cairan peroral.

3). Diit

Setelah pasien flaxtus dimulailah pemberian makanan dan minuman

peroral, pemberian minuman diperbolehkan setelah 6-10 jam pasca operasi.

Jumlah dapat dinaikkan pada hari pertama dan kedua pasca bedah,

kemudian bubur saring, minuman susu dan buah, selanjutnya makan bubur

dan berakhir dengan makanan biasa apabila terjadi komplikasi pencernaan,


makanan dihentikan. Sejak boleh minum pada hari pertama, obat-obat

peroral dapat diberikan, seperti obat antibiotic, kemoterapi, anti inflamasi,

obat pencegah perut kembung dan obat-obatan lainnya sesuai kebutuhan

pasien.

4). Nyeri

Sejak penderita sadar dalam 24 jam pertama, rasa nyeri masih dirasakan di

daerah operasi, untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan obat analgetik

(penghilang rasa nyeri).

5). Mengukur dan memeriksa tanda-tanda vital

a). Mengukur Tekanan Darah, Pernapasan, Nadi, dan Suhu.

b). Mengukur jumlah cairan yang masuk dan keluar

c). Menghitung tetesan infuse

6). Mobilisasi dini

a). Mobilisasi fisik

- Setelah sadar pasien boleh menggerakkan kaki, miring kanan dan kiri

- Berikutnya duduk, bahkan jalan dengan infuse

- Kateterisasi dan infuse akan dibuka pada hari kedua atau ketiga.

b). Mobilisasi usus

- Setelah flaxtus, penderita boleh minum

- Diikuti makan bubur saring, kemudian makan bubur

- Hari keempat dan kelima makan nasi biasa


2.1.8 Patologi

Pada operasi sectio caesarea transperitonial profunda terjadi perlukaan baik

pada dinding abdomen dan dinding uterus. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi penyembuhan dari luka ini antara lain adalah suplai darah,

infeksi dan iritasi. Perjalanan penyembuhan sebagai berikut :

a. Sewaktu incisi, maka beberapa sel epitel, sel dermis dan jaringan kulit akan

mati. Ruang incisi akan diisi oleh gumpalan darah dalam 24 jam pertama

akan mengalami reaksi radang mendadak.

b. Dalam 2-3 hari kemudian, exudant akan mengalami resolusi dan proleferasi

fibroblast mulai terjadi.

c. Pada hari ketiga dan keempat gumpal darah mengalami organisasi

d. Pada hari kelima, tensil strenght (kekuatan untuk mencegah terbuka kembali

luka) mulai timbul, yang dapat mencegah terjadinya dehiscensi (merekah)

luka

e. Pada hari ke 7-8, epiterisasi terjadi dan luka akan sembuh. Kecepatan

epitelisasi adalah 0,5 mm perhari, berjalan tepi luka kearah tengah atau

terjadi dari sisa-sisa epiteldermis.

f. Pada hari ke 14-15, tensile strength hanya 1/5 maksimum

g. Tensile strength mencapai maksimum dalam 6 minggu.

2.1.9 Jenis sayatan pada sectio caesaria


Ada dua jenis sayatan operasi, yaitu sayatan melintang dan sayatan vertical.

Apapun jenis sayatannya, operasi caesaria berlangsung sekitar 45-60 menit,

tetapi proses melahirkan bayi sendiri hanya berlangsung 5-10 menit (kasdu,

2003).

a. Sayatan Melintang

Dalam istilah kedokteran sayatan ini disebut secarea pfannenstiel orang

awam lebih kenal dengan sayatan bikini atau horizontal. Sayatan

pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim, dimulai dari ujung pinggir

selangkangan diatas batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm.

Keuntungan dari sayatan melintang adalah perut pada rahim kuat sehingga

cukup kecil resiko menderita rupture uteri di kemudian hari. Hal ini karena

pada masa nifas, segmen bawah rahim tidak banyak mengalami kontraksi

sehingga luka operasi dapat sembuh lebih sempurna ( Kasdu, 2003 ).

b. Sayatan Vertikal

Disebut juga dengan operasi Caesar clasik. Sayatan dibuat secara vertical,

tegak lurus mulai dari tepat dibawah perut pusar sampai tulang kemaluan.

Pertimbangan dilakukan sayatan vertical sebagai berikut :

1. Perlekatan rahim pada selaput perut dibekas operasi Caesar terdahulu,

2. Kembar siam,

3.Resiko bahaya perdarahan apabila dilakukan sayatan melintang berhubung

letak plasenta, misalnya pada plasenta previa, janin letak silang,

4. Hipervaskularisasi di segmen bawah uterus pada plasenta previa,


5. Kanker serviks.

Sayatan ini memiliki beberapa resiko dibandingkan dengan sayatan

melintang yaitu :

a) Lebih beresiko terkena peritonesis

b) Memiliki resiko empat kali lebih besar terjadi rupture uteri pada

kehamilan selanjutnya.

c) Otot-otot rahimnya lebih tebal dan lebih banyak pembuluh darah, sehingga

sayatan ini lebih banyak mengeluarkjan darah, akibatnya lebih banyak

parut di daerah dinding atas rahim, oleh karena itu pasien tidak

dianjurkan lagi untuk hamil.

2.1.10 Fase penyembuhan luka

a. Fase Inflamasi

Adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang

terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah

menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing,

sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses

penyembuhan. Secara klinis fase ini ditandai dengan : eritema, hangat


pada kulit, oedem dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 dan

ke-4.

b. Fase proliferatif

Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki

dan menyembuhkan luka sectio caesaria dan ditandai dengan proliferasi

sel. Peran fibrpblas sangat besar pada proses perbaikan yairtu

bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk stuktur protein

yang akan digunakan selama proses rekontruksi jaringan. Pada jaringan

lunak yang normal, pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya

bersembunyi di matriks jaringan penunjang, sesudah terjadi luka.

Fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka kedalam daerah

luka, kemudian akan berkembang serta mengeluarkan beberapa substansi

yang berperan dalam membangun jaringan baru. Fungsi kolagen yang

lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru dan dengan

dikeluarkannya substrat oleh fibroblas, memberikan pertanda bahwa

magrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit

dapat memasuki kawasan luka. Sejumlah sel dan pembuluh darah baru

tertanam didalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan

granulasi . fase akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen

telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh

berbagai growth faktor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet.

c. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai

kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase ini adalah menyempurnakan

terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan

bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna

kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh darah mulai

regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk

memperkuat jaringan parut. Kekuatan pada jaringan parut akan mencapai

puncak pada hari ke-10. luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas

lapisan kulit dan kekuatan jaringan parut mampu atau tidak mengganggu

untuk melakukan aktifitas normal.

Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namum

hasil yang dicapai sangat tergantung pada kondisi biologis masing-

masing.

2.1.11 Diagnosa

Pada kasus ini dokter memberikan diagnosa medis dengan hamil preterem

dan harus dilakukan tindakan operasi sectio caesaria secara emergency.

2.1.12 Prognosis

Dengan semakin maju ilmu perkembangan dan teknologi terutama teknik


operasi, anesthesi dan antibiotik, maka angka kematian ibu dan janin

sangat menurun. Apalagi pada rumah sakit dengan fasilitas operasi yang

baik dari tenaga ahli, kematian ibu tidak lebih 2/1000 (Mochtar, 1998).

2.1.13 Anatomi fungsional

Anatomi Fungsional pada kasus sectio caesaria yang akan penulis bahas

adalah otot-otot perut dan otot dasar panggul.

a. Otot-otot perut

Dinding perut disusun oleh beberapa otot, sedangkan otot-otot perut yang

berhubungan dengan kasus sectio caesraia adalah :

1. Otot Obliqus Externus Abdominis

Otot ini terletak pada bagian antero lateral abdomen, di sebelah inferior

thoraks. Origo pada permukaan luar costa 5-12, serabut superior. Insertio

pada labium externus dan luar vagina serta musculi recti abdominis.

Untuk searbut inferiornya pada ligamen inguinale dan labium externus

crista iliaca. Fungsi otot ini adalah untuk rotasi thoraxs kesisi yang

berlawanan.

2. Otot Obliqus Intrenus abdominis

Otot ini terletak pada bagian anterior dan lateral abdomen, tertutup oleh

obliqus externis abdominis.Origo pada permukaan posterior fascia lumbo


dorsalis, linea inter media crista iliaca, 2/3 lateral ligament inguinale,

insertion dan kartilago kostalis 8-10 untuk serabut kearah superior

medial. Fungsi otot ini untuk rotasi thoraxs kesisi yang sama.

3. Otot Transversus Abdominis

Otot ini berorigo pada costalis 7-12, fascia lumbo dorsalis, labium

internim crista iliaca, 2/3 lateral ligament inguinale. Berupa tendon

menuju linea alba dan bagian inferior vaginalis musculi rectus

abdominnis. Berfungsi menekan, menegakkan, menarik dinding perut.

4. Otot Rectus Abdominis

Otot ini terletak pada permukaan anterior abdomen, menutupi linea alba

bagian depan tertutup vagina, bagian belakang terletak di atas kartilago

costalis 6-8.

Origo pada permukaan anterior kartilago costalis 5-7, procecus

xiphoideus dan ligament xiphoideum. Serabut menuju tuberkulum

pubicum dan simpisis osis pubis. Insertion pada ramus inferior osisi

pubis. Fungsi otot ini flekxi trunk, menggangkat pelvis.

5. Otot Piramidalis

Otot ini terletak dibagian tengah diatas simpisis osis pubis, di depan otot

rectus abdominalis. Origo pada bagian anterior ramus superior osis pubis

dan simpisis osis pubis. Insertionya terletak p[ada linea alba. Fungsinya

untuk meregangkan linea alba. (Jacqlueline, 1998)

b. Otot Dasar Panggul


Otot-otot yang menahan dasar panggul adalah :

1. Musculus sphingter ani externus,

2. Musculus bulbosspongiosus yang melingkari vagina,

3. Musculus perinea tranfersus superfisialis,

4. Musculus levator ani dan dibagian tengah ditemukan otot-otot yang

melingkari urtera yaitu M. Sphingter urethra.

2.2. Mobilisasi Dini

2.2.1 Pengertian

Kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar

dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan

(soelaiman, 1993).

Menurut Carpenito (2000), mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang

terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk

mempertahankan kemandirian.

2.2.2 Rentang gerak dalam mobilisasi

1. Rentang gerak pasif

Berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan

menggerakkan otot orang lain secara pasif, misalnya perawat mengangkat

dan menggerakkan kaki pasien.

2. Rentang gerak aktif


Hal ini berguna untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot / sendi dengan

cara menggunakan otot-ototnya secara aktif, misalnya pasien berbaring

menggerakkan kakinya.

3. Rentang gerak fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan

aktifitas yang diperlukan (Carpenito, 2000).

2.2.3 Manfaat mobilisasi dini

1. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan mobilisasi dini. Dengan

Bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal (mempercepat

involusi alat kndungan), sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan

dapat mengurangi rasa sakit.

Dengan demikian ibu merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan,

mempercepat kesembuhan. Faal usus, eliminasi dan kandung kencing lebih

baik, dengan bergerak akan merangsang peristaltic usus kembali normal.

2. Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk dapat

merawat anaknya. Perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan

cepat pulih, misalnya kontraksi uterus, dengan demikian ibu merasakan

sehat dan bisa merawat anaknya dengan cepat .

3. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi dini

sirkulasi darah normal / lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan

tromboemboli dapat dihindarkan (Mochtar, 1995).


4. Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerpurium dan

mempercepat pengeluaran ASI. (Bagus, 1998).

5. Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau

berkomunikasi, pernapasan menjadi lebih baik, dan mempercepat

penyembuhan luka (Garrison, 2004).

2.2.4 Kerugian jika tidak melakukan mobilisasi dini

1. Peningkatan suhu tubuh

Karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak

dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda

infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.

2. Perdarahan yang abnormal

Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehinnga fundus

uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan,

karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka.

3. Involusi uterus yang tidak baik

Tidak melakukan mobilisasi dini akan menghambat pengeluaran lochea,

sehingga menyebabkan terganggu kontraksi uterus.

4. Infeksi saluran kemih, infeksi paru, sembelit, dan luka tekan sendi .

2.2.5 Tahap-tahap mobilisasi dini


1 Setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu paska operasi sectio caesaria

harus tirah baring dahulu. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan ialah

menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar

pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis, menekuk

dan menggeser kaki.

2 Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring kekanan dan kekiri,

untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboembolis.

3 Setelah 24 jam, ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar duduk.

4 Setelah ibu dapat duduk, ibu melakukan dangling yaitu pasien duduk

dengan kaki menjuntai ditepi tempat tidur.

5 Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan (Kasdu, 2003).

2.2.6 Pembagian mobilisasi secara garis besar

1. Mobilisasi secara pasif

Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara

dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan

2. Mobilisasi secara aktif

Mobilisasi dimana pasien menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri

tanpa bantuan dari orang lain (Priharjo, 1997).

2.2.7. Macam-macam mobilisasi

1. Mobilisasi penuh
Menunjukkan syaraf motorik dan sensorik mampu mengontrol seluruh

area tubuh. Mobilisasi penuh mempunyai banyak keuntungan bagi

kesehatan, baik fisiologis maupun psikologis bagi pasien untuk memenuhi

kebutuhan kesehatan secara bebas, dan interaksi social

2. Mobilisasi sebagian

Pasien yang mengalami mobilisasi sebagian umumnya mempunyai

gangguan syaraf sensorik maupun motorik pada area tubuh. Mobilisasi

sebagian dapat dibedakan menjadi 2 bagian :

a. Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversible pada sistim

musculoskeletal seperti dislokasi sendi dan tulang.

b. Mobilisasi permanent biasanya disebabkan oleh rusaknya sistim syaraf

yang reversible .

2.2.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi

1. Gaya hidup

Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh prilaku

yang dapat meningkatkan kesehatannya. Misalnya seorang ABRI akan beda

melakukan mobilisasi dengan seorang pramugari.

2. Proses penyakit dan injuri

Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi

mobilitasnya.

3. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan

aktifitas. Misalnya seorang anak desa mobilisasi dengan berjalan kaki,

berbeda dengan anak kota yang melakukan mobilisasi dengan fitness.

4. Tingkat energi

Setiap orang melakukan mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi

orang yang sakit akan berbeda mobilisasinya dengan orang sehat atau

pelari.

5. Usia dan status perkembangan

Seorang anak akan berbeda mobilisasinya dengan seorang remaja atau

dewasa.

2.2.9 Terapi latihan

Beberapa cara dapat dilakukan agar dapat bangkit setelah operasi sectio

caesaria tanpa rasa sakit :

a. Ganjal punggung dengan bantal dalam posisi setengah duduk, lalu gerakkan

kaki kedepan dan kebelakang serta berputar ke kanan dan ke kiri. Gerakan

ini dapat memperlancar peredaran darah dan mempercepat pengembalian

sistem pencernaan tubuh setelah operasi.

b. Apabila tubuh semakin kuat, tekuk kedua kaki, lalu luruskan dan ulangi

semampunya.
c. Minta tolong pada suami atau perawat untuk menyangga tubuh, dan latihlah

tubuh untuk duduk tegak. Tahan tubuh dengan kedua tangan, geserlah kaki

ke pinggir tempat tidur hingga kaki menjuntai.

d. Apabila posisi sebelumnya telah mampu dilakukan, perlahan-lahan turunkan

kedua kaki kelantai, sementara kedua tangan tetap memegang pinggir

tempat tidur.

e. Tegak dan kuatkan tubuh pada posisi berdiri sampai benar-benar stabil,

sebelum memulai untuk berjalan.

f. Jika posisi berdiri sudah cukup stabil dan kuat, lanjutkan dengan mencoba

melangkah sedikit demi sedikit. Awalnya akan terasa nyeri, namun

beberapa kali latihan, rasa nyeri itu akan hilang ( Kasdu, 2003 )

2.2.10 Penyebab Inmobilisasi

Beberapa kendala yang sering dijumpai di lapangan sehingga ibu post

Sectio Cesarea tidak melakukan mobilisasi dini antara lain :

1. Pengetahuan yang salah tentang mobilisasi dini, penganut teori lama tidak

akan menganjurkan pasien untuk mobilisasi dini atau pasien yang tidak

mengerti dan tidak mau memulainya.

2. Psikologis, jika ibu post partum merasa tidak yakin atau takut untuk

bergerak, maka pasien akan sulit untuk segera melakukan mobilisasi

dini.
3. Lokasi operasi yang menyulitkan pasien untuk melakukan mobilisasi dini.

2.3. Kerangka Konsep

Menurut Notoadmodjo (2002) kerangka konsep penelitian adalah

kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur

melalui penelitian yang akan dilakukanya.

Gambar 2.1. Bagian Kerangka Konsep

Mobilisasi dini
Percepatan penyembuhan luka
post sectio caesaria
Perawatan luka
operasi

Sumber teori 2.1. Kerangka Konsep

Model teori Mochtar 1995

2.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis penjelas atau sebab akibat

yaitu hipotesis yang menyatakan bahwa keberadaan satu variabel

menyebabkan terjadinya perubahan pada variable laninya

1.Hipotesis Nol ( Ho ) adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada pengaruh

variable independent terhadap variable dependen.

Ho : tidak ada hubungan signifikan mobilisasi dini dengan percepatan

penyembuhan luka bekas operasi sectio caesaria


2.Hipotesis alternative ( Ha / H1 ) adalah hipotesis yang menyatakan suatu

hubungan, pengaruh dan perbedaan antar dua variable atau lebih.

H1 : ada hubungan signifikan mobilisasi dini dengan percepatan

Penyembuhan luka bekas operasi sectio caesaria

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis atau desain penelitian.

Desain penelitian ini adalah desain Cross Sectional yaitu sebuah penelitian

yang dilakukan dalam sekali waktu saja, tidak ada perulangan dalam

pengambilan data. Jika ingin mengetahui hubungan sebab akibatnya, maka


keduanya diukur pada saat yang bersamaan desain penelitian ini untuk

mengetahui tentang hubungan mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka

operasi sectio caesaria di RSUD Kota Batam pada tahun 2010.

3.2. Kerangka Kerja

Kerangka kerja (operasional) adalah langkah-langkah yang akan dilakukan

dalam penelitian yang ditulis dalam bentuk kerangka atau alur penelitian.

Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah :

Gambar 2.2. Kerangka Kerja

Mobilisasi dini post Percepatan penyembuhan


Sectio saesaria luka post sectio saesaria

Gambar 2.2. Teori Kerangka kerja

Teori Mochtar, 1995.

3.3. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti

(Notoadmodjo, 2005) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

pasca sectio caesaria di Rumah Sakit Umum Daerah Batu Aji Kota Batam

pada tahun 2010.

3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah ibu pasca sectio caesaria di Rumah Sakit

Umum Daerah Batu Aji Kota Batam pada tahun 2010. Dengan criteria inklusi

dan ekslusi sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

a. Ibu pasca sectio caesaria setelah 6 jam operasi di Rumah Sakit Umum

Daerah Batu Aji Kota Batam

b .Besedia menjadi responden

c. Tidak terdapat penyakit stroke

2. Kriteria Ekslusi

a. Ibu yang tidak pacsa sectio caesaria setelah 6 jam operasi di Rumah Sakit

Umum Daerah Batu Aji Kota batam.

b. Tidak bersedia menjadi responden

c. Terdapat penyakit stroke

3.3.3 Tehnik Pengambilan Sampel

Tehnik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Random

Sampling (Notoadmodjo, 2002) yaitu Accidental Sampling : Sampling diambil

berdasarkan ketersediaan atau yang kebetulan ada saat Penelitian dilakukan.

3.4. Variabel penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

1. Variabel Independen ( variable bebas )


Variabel bebas dalam penelitian ini adalah mobilisasi dini.

2. Variabel dependen ( variable terikat )

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemanfaatan dalam mobilisasi dini

yaitu untuk percepatan penyembuhan luka bekas operasi caesaria.

3.4.2 Defenisi Operasinal

Definisi operasional adalah mendefinisikan secara operasional berdasarkan

karekteristik yang di amati. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

N Nama Definisi Alat Ukur Metode Skala Hasil Ukur

o Variabel operasional Ukur


1 Mobilisasi Gerakan yang Observasi Cheklist Ordinal a.Tidak

. Dini dilakukan segera dilakukan

setelah 6 jam dengan baik

paska operasi =0

sectio caesaria b.Dilakukan

baik berupa dengan baik

rentang gerak =1

aktif maupun

pasif.
2 Percepatan Proses Observasi Cheklist Ordinal a.Kurang

. penyembuh penyembuhan baik = 0

an luka secara b. Baik = 1

Luka bekas normal setelah

Operasi dilakukan

sectio tindakan operasi

caesaria sectio saesaria

( fase inflamasi)
Defenisi Operasional

3.5. Pengumpulan Data dan Tehnik Analisis Data

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder (Notoatmodjo,

2005) :

1) Data Primer

Data primer diperoleh melalui metode Observasi. Metode observasi adalah

metode untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan

melalui sebuah pengamatan secara langsung dari seseorang sasaran penelitian

(responden) tentang mobilisasi dini dengan penyembuhan luka operasi

Caesaria.

2) Data Sekunder

Sumber data sekunder diperoleh melalui metode dokumentasi. Metode

dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui dan

mendapatkan data tentang jumlah ibu post sectio caesaria. Selain itu data

sekunder juga dapat diperoleh melalui hasil penelitian lain yang tersusun dalam

bentuk buku maupun internet.

3.5.2 Instrumen Penelitian

Data ini dikumpulkan dengan menggunakan instrument Observasi (lembar

cheklist).

3.5.3 Tehnik Analisis data

1. Analisa Univariat
Terdiri dari metode deskriptif dan statistik inferensial yang digunakan untuk

menganalisis data dari satu variabel (Rumengan, 2008).

Analisa data dilakukan dengan cara SPSS.

2. Analisa Bivariat

Terdiri metode statistik korelasi yang digunakan untuk mengetahui keeratan

hubungan antara dua variabel penelitian (Rumengan, 2008).

Peneliti ingin mengukur hubungan antara variabel dependen dan variabel

independen dalam hal ini adalah mobilisasi dini dan percepatan penyembuhan

luka operasi dengan menggunakan uji statistitik Chi square. Analisa data akan

dilakukan dengan cara SPSS.

3.5.4 Pengolahan Data

Agar analisis penelitian dapat menghasilkan informasi yang benar, maka tiga

tahap dalam pengolahan data yang harus dilalui, yaitu :

a. Editing

Kegiatan untuk pengisian dan pemeriksaan data terhadap cheklist hasil

observasi. Peneliti memeriksa kelengkapan data pada cheklist hasil observasi

sebelum meninggalkan lokasi penelitian.

b. Coding
Kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka . coding

data dibuat berdasarkan pada kategori yang dibuat berdasarkan pertimbangan

penulis sendiri.

c. Tabulating

Data yang telah lengkap sesuai variabel yang dibutuhkan dimasukkan kedalam

tabel distribusi frekuensi.

3.6. Waktu dan Tempat penelitian

3.6.1 Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Batam di ruang

kebidanan tahun 2010.

3.6.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 01 Juni sampai 25 Juni 2010.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Sejarah Singkat Berdirinya Rumah Sakit Umum Daerah Kota Batam

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Batam yang beralamatkan jln. Brigjen

Katamso Batu Aji Kota Batam, berdiri pada tahun 2003. Didirikan di tanah

milik pemerintah dengan luas tanah 2 hektar dan luas bangunan 1 hektar.

Dengan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Batam dr. Fardiani Nurdin,

M.Kes, yang memiliki fasilitas kesehatan :

1. Ruangan Direktur

2. Ruangan Tata Usaha dan administrasi

3. Ruangan UGD

4 Ruangan Poli (KB, THT, Mata, Penyakit Dalam, Kulit, dll)

5. Ruangan catring

6. Ruangan Medical Records

7. Ruangan Operasi

8. Ruangan kebidanan dan perinatologi

9. Cantin, toilet, dan musholla

10. Ruang Rawat Inap (nifas, bedah, umum,dll)

11. Rumah Dinas untuk pegawai RSUD

12. Laboratorium dan Ronsent


4.2. Hasil Penelitan

Dari hasil penelitian tentang hubungan mobilisasi dini dengan percepatan

penyembuhan luka bekas operasi pada ibu post sectio caesaria di Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Batam yang dilakukan pada tanggal 01 - 25 Juni 2010.

4.2.1 Analisa Univariat

Tabel 1
Distribusi frekuensi mobilisasi dini 6 jam post sectio caesaria
Di RSUD Kota Batam
Tahun 2010

Mobilisasi dini Frekuensi Persentase


Tidak dilakukan dengan baik 5 16,7 %

Dilakukan dengan baik 25 83,3 %

Jumlah 30 100 %

Dari Tabel 1 menunjukan bahwa ibu post sectio caesaria yang tidak melakukan

mobilisasi dini dengan baik sebanyak 5 responden (16,7 %), dan yang

melakukan mobilisasi dini dengan baik sebanyak 25 responden (83,3 %).

Tabel 2
Distribusi frekuensi percepatan penyembuhan luka operasi
Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Batam
Tahun 2010

Percepatan Frekuensi Persentase

penyembuhan luka
Kurang baik 5 16,7 %

Baik 25 83,3 %

Jumlah 30 100 %

Dari tabel 2 menunjukan bahwa percepatan penyembuhan luka operasi kurang

baik sebanyak 5 responden (16,7 %), percepatan penyembuhan luka operasi

baik sebanyak 25 responden (83,3 %).

4.2.2 Analisa Bivariat

Hubungan Mobilisasi Dini dengan Percepatan Penyembuhan Luka Bekas

Operasi pada ibu post Sectio Caesaria di Rumah Sakit Umum Daerah

Kota batam tahun 2010.

Tabel 3
Hubungan Mobilisasi dini dengan percepatan penyembuhan luka operasi
Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Batam
Tahun 2010

Mobilisasi Percepatan penyembuhan luka operasi


dini 6 jam Total % PV
post SC
Kurang % Baik %
baik

Tidak 5 16,7 0 0 5 100 0.000


dilakukan
dengan baik
Dilakukan 0 0 25 83,3 25 100 0.000
dengan baik
Total 5 16,7 25 83,3 30

Berdasarkan data tabel 3 menunjukan hasil penelitian, ibu post sectio caesaria

yang tidak melakukan dengan baik mobilisasi dini 6 jam post sectio caesaria

dan percepatan penyembuhan luka operasi kurang baik sebanyak 5 responden

(16,7 %), yang melakukan dengan baik mobilisasi dini 6 jam post sectio

caesaria dan percepatan penyembuhan luka operasi baik sebanyak

25 responden (83,3 %), ibu post sectio caesaria yang tidak melakukan dengan

baik mobilisasi dini 6 jam post sectio caesaria dan percepatan penyembuhan
luka baik sebanyak 0 responden (0 %), dan yang melakukan dengan baik

mobilisasi dini 6 jam post sectio caesaria dan percepatan penyembuhan luka

baik sebanyak 0 responden (0 %).

Dari hasil perhitungan Chi-Square didapatkan nilai p value sebesar 0,000 karena

hasil p value < 0,05 berarti Ho ditolak dan Ha diterima, maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara mobilisasi dini dengan

percepatan penyembuhan luka bekas operasi.

4.3. Pembahasan

4.3.1 Mobilisasi Dini

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ibu post sectio caesaria yang

tidak melakukan dengan baik mobilisasi dini yaitu sebanyak 5 responden

(16,7 %) dengan mengalami percepatan penyembuhan luka kurang baik, dan

yang melakukan dengan baik mobilisasi dini yaitu sebanyak 25 responden

(83,3 %) dengan mengalami percepatan penyambuhan luka baik.

Berdasarkan penelitian yang didapat di RSUD Kota Batam bahwa ibu post

sectio caesaria lebih banyak yang melakukan mobilisasi dini dengan bantuan

atau tanpa bantuan dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan mobilisasi

dini karena petugas kesehatan RSUD Kota Batam telah menyuruh ibu post

operasi untuk melakukan mobilisasi dini.


4.3.2 Percepatan Penyembuhan Luka Operasi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu post sectio caesaria

mengalami percepatan penyembuhan luka bekas operasi baik adalah sebanyak

25 responden (83,3 %) dengan melakukan mobilisasi dini dengan baik, dan

yang mengalami percepatan penyembuhan luka kurang baik adalah sebanyak

5 responden (16,7 %) dengan tidak melakukan mobilisasi dini dengan baik.

Berdasarkan penelitian yang didapatkan di RSUD Kota Batam bahwa ibu post

sectio caesaria yang mengalami percepatan penyembuhan luka baik lebih

banyak dibandingkan dengan ibu post sectio caesaria yang mengalami

percepatan penyembuhan luka kurang baik.

4.3.3 Hubungan Mobilisasi Dini dengan Percepatan Penyembuhan Luka

Operasi

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa ibu post sectio caesaria yang

melakukan dengan baik mobilisasi dini akan mengalami percepatan

penyembuhan luka baik sebanyak 25 responden (83,3 %), dan ibu post sectio

caesaria yang tidak melakukan dengan baik mobilisasi dini akan mengalami

penyembuhan luka kurang baik sebanyak 5 responden (16,7 %).


Hasil uji Chi Square didapatkan bahwa nilai p value 0.000, artinya lebih kecil

dibandingkan dengan nilai alpha (0.000 < 0.05). Dengan demikian dapat

disimpulkan secara statistik dengan derajat kepercayaan 95 %, diyakini terdapat

hubungan yang signifikan antara mobilisasi dini dengan percepatan

penyembuhan luka bekas operasi.

Dari penelitian yang dilakukan terbukti bahwa penyembuhan luka bekas operasi

akan lebih cepat dengan melakukan mobilisasi dini dengan bantuan maupun

tanpa bantuan karena mobilisasi dini dapat menghentikan perdarahan secara

cepat, sehingga perdarahan dapat berhenti sebelum hari keempat post sectio

caesaria (fase inflamasi) dan mempercepat membentuk jaringan granulasi. Dan

manfaat dari mobilisasi dini itu sendiri yaitu dengan kita melakukan pergerakan,

maka otot-otot perut dan panggul akan cepat kembali normal, sehingga otot

perut menjadi kuat kembali dan mengurangi rasa sakit yang dapat

mempengaruhi percepatan penyembuhan luka bekas operasi.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Ibu post sectio caesaria yang melakukan dengan baik mobilisasi dini 6 jam post

sectio caesaria sebanyak 25 responden (83,3 %) dan yang tidak melakukan

dengan baik mobilisasi dini 6 jam post operasi sebanyak 5 responden (16,7 %).

5.1.2 Ibu post sectio caesaria yang mengalami percepatan penyembuhan luka baik

sebanyak 25 responden (83,3 %) dan penyembuhan luka kurang baik sebanyak

5 responden (16,7 %).

5.1.3 Ibu post sectio caesaria yang melakukan mobilisasi dini dengan baik dan

percepatan penyembuhan luka baik sebanyak 25 responden (83,3 %), ibu post

sectio caesaria yang tidak melakukan dengan baik mobilisasi dini dengan

percepatan penyembuhan luka kurang baik sebanyak 5 responden (16,7 %).


5.1.4 Ada hubungan yang signifikan antara mobilisasi dini dengan percepatan

penyembuhan luka bekas operasi pada ibu post sectio caesaria dimana

diperoleh p value sebesar 0,000 (p value < 0,05).

5.2 Saran

5.2.1 Disarankan kepada seluruh petugas kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Batam terutama petugas di ruang kebidanan agar dapat menyuruh seluruh

ibu post sectio caesaria untuk melakukan mobilisasi dini.

5.2.2 Disarankan kepada ibu post sectio caesaria agar melakukan mobilisasi dini 6

jam post operasi dan berlanjut pada tahapan-tahapan mobilisasi dini.


DAFTAR PUSTAKA

Doenges, dkk. 2001. Rencana Keperawatan Maternitas/Bayi. Edisi 2.

Kasdu, D, 2003; Operasi Caesar Masalah dan solusinya, Puspa Swara, Jakarta.

Mochtar, R. 1998 ; Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Edisis ke 1, EGC, Jakarta.

. 1998 ; Sinopsis Obstetri, Jilid 2, Edisis ke 1, EGC, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Prawiharjo. Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta :Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawiharjo.

Rumengan, J. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Bandung : Citapustaka Media


Perintis.

. 2009. Metodologi Penelitian. Bandung : Citapustaka Media Perintis.

. 2009. Analisa data kuantitatif. Bandung : Citapustaka Media Perintis

Scott, James. R. dkk. 2002. Danforth, Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta :
Widya Medika.

Wiknjosastro, H. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Http://www.idi.com/info 20% sectio caesarea.

Http://www.inspiredkidsmagazine.com/ArtikelPregnancy.php?artikelID=18

Http://www.ziddu.com/download/4436759/Bedahcaesar.doc.html
No Mobilisasi Dini 6 Percepatan skor persentase
jam post sectio penyembuhan luka
caesraia operasi

1 1 1 2 6,67
2 1 1 2 6,67
3 0 0 0 0
4 1 1 2 6,67
5 1 1 2 6,67
6 1 1 2 6,67
7 1 1 2 6,67
8 1 1 2 6,67
9 0 0 0 0
10 1 1 2 6,67
11 1 1 2 6,67
12 1 1 2 6,67
13 1 1 2 6,67
14 1 1 2 6,67
15 1 1 2 6,67
16 1 1 2 6,67
17 1 1 2 6,67
18 1 1 2 6,67
19 1 1 2 6,67
20 0 0 0 0
21 1 1 2 6,67
22 1 1 2 6,67
23 1 1 2 6,67
24 1 1 2 6,67
25 1 1 2 6,67
26 1 1 2 6,67
27 1 1 2 6,67
28 0 0 0 0
29 1 1 2 6,67
30 0 0 0 0

Anda mungkin juga menyukai