Anda di halaman 1dari 15

IRIGASI DAN DRAENASE

SELEKSI SISTEM IRIGASI

Disusun Oleh :

Natasya Satriasari 155040200111060

Sabrina Fitria 155040200111206

Rahmat Hidayat 155040201111030

Khalfia Suha Nadhira 155040201111071

Hendra Tri Adi Suhma 155040201111105

Wulan Septia 155040201111111

Andreas Cresando Pratomo 155040201111203

Annisatur Ramadhatin 155040201111299

Roham Tri Ramadhan 155040207111109

Kelas : D

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017
Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Rancangan Irigasi (Natasya dan Wulan)
Irigasi merupakan memberikan air ketanah yang mencukupi
kapasitas lapang yang berada di zona perakaran dari sumber air yang
bertujuan untuk mencukupi kebutuhan air pada tanamna. Irawan dkk
(2000) mengemukakan bahwa keberhasilan swasembada tersebut
ditentukan oleh beberapa faktor kunci, antara lain pengembangan
infrastruktur seperti irigasi. Hal ini disebabkan karena pertanian hampir
identik dengan manajemen air. lahan beririgasi memiliki pengaruh yang
sangat penting terhadap pertumbuhan sektor pertanian.
Berdasarkan Undang undang Nomor 11 tahun 1974 dan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 14/PRT/M/2015Pengembangan jaringan irigasi adalah
pembangunan jaringan irigasi baru dan/atau peningkatan jaringan irigasi
yang sudah ada sedangkan Pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan
yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di
daerah irigasi.
Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan teknis adalah
pemisahan antara jaringan irigasi dan jaringan pembuang/pematus. Hal ini
berarti bahwa baik saluran irigasi maupun pembuang tetap bekerja sesuai
dengan fungsinya masingmasing, dari pangkal hingga ujung. Saluran
irigasi mengalirkan air irigasi ke sawahsawah dan saluran pembuang
mengalirkan air lebih dari sawah-sawah ke saluran pembuang alamiah
yang kemudian akan diteruskan ke laut. (sumber: standar perencanaani
irigasi KP-01). Pada lahan yang kami kunjungi, kami menemukan lahan
dengan menerapkan irigasi surface yang memanfaatkan sumber air
langsung dari sungai brantas.
1.2 Tujuan (Natasya dan Wulan)
Untuk mengetahui, menyeleksi dan mempertimbangkan system
irigasi yang tepat dilapangan dan memberikan rancangan system irigasi
yang dianjurkan untuk budidaya tanaman tertentu.
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Komoditi dan Kegiatan Budidaya Pertanian (Natasya dan Wulan)
Pada lahan yang kami kunjungi yang terletak Jl. Joyosuko Metro,
Merjosari, Kec. Lowokwaru, malang merupakan milih bapak ramu yang
tinggal di selorejo, dau. lahan tersebut memiliki luas lahan seluas 300m 2
yang ditanami secara tumpangsari dengan komoditas cabai dan bunga
kol. Pak Ramu selaku petani yang mengelola lahan pada sistem tanam
tumpangsari, Pak Ramu mengatakan bahwa komoditas yang
mendapatkan keuntungan. pengahsilan bapak ramu dari hasil panen cabe
maupun bunga kol sebesar Rp.10.000.000.
Pada lahan tersebut, menerapkan sistem irigasi surface dengan
memanfaatkan sumber air langsung dari sungai brantas. yang mengalir
melalui aliran kecil hingga menuju lahan. dari hasil wawancara Pak Ramu
mengakui terdapat kendala pada sistem irigasi, air yang digunakan untuk
pengairan lahannya tidak bersih dan banyak sampah plastik yang masuk
di lahan pak ramu.. hal tersebut dikarenakan aliran yang masuk kelahan
sudah tercemar dengan limbah rumah tangga. sehingga pak ramu juga
membersihkan sampah tersebut. namun sudah tidak ada cara lain lagi
untuk mengairi lahan tersebut, maka dari itu Pak Ramu menerapkan
irigasi surface untuk pengairan pada lahannya dengan cara membuat parit
parit keci diantara guludan-guludan. Sumber air yang tidak bersihpun tak
jarang juga akan mengakibatkan munculnya penyakit pada komoditas
yang ditanam. Namun, Pak Ramu mengakui bahwa irigasi ini tidak perlu
biaya sama sekali dan kemacetan air pun jarang terjadi kecuali jika saluan
DAM nya mati.

2.2 Pemilihan Sistem Irigasi Yang Dianjurkan (Andreas dan Annisatur)


2.2.1 Tujuan dalam Penerapan Irigasi
Penggunaan irigasi furrow atau irigasi bedengan pada lahan yang
ditanami cabai dan brokoli sangat dibutuhkan keberadaanya. Dalam
penggunaan irigasi, beberapa hal yang menjadi tujuan diadakannya irigasi
seperti memasok kebutuhan air tanaman, menjamin jetersediaan air
apabila terjadi kekeringan, menurunkan suhu tanah, mengurangi
kerusakan akibat frost, melunakan lapisan atas tanah pada saat
pengolahan tanah yang nantinya akan menjawab apa yang ingin dicapai
dalam penggunaan irigasi itu sendiri yaitu agar tanaman dapat tumbuh
optimal dan dapat meningkatkan produktivitas dari tanamn itu sendiri.
Ketersediaan air yang cukup dapat meminimalisir kekurangan air
sehingga tanaman tidak akan layu dan mati. Menurut Sudjarwadi (1990),
pembangunan saluran irigasi sangat diperlukan untuk menunjang
penyediaan bahan pangan, sehingga ketersediaan air di lahan akan
terpenuhi walaupun lahan tersebut berada jauh dari sumber air
permukaan (sungai). Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik irigasi
yaitu memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan tepat
waktu dengan cara yang efektif dan ekonomis
2.2.2 Kondisi dan Kendala pada Lahan Irigasi
Permasalahan atau kendala dalam penggunaan irigasi pada lahan
tersebut yaitu kurang terjaganya kebersihan air. Dengan demikian,
kemungkinan yang akan terjadi yaitu pencemaran tanah yang disebabkan
oleh air irigasi dan juga dengan adanya air yang tercemar oleh limbah dari
warga sekitar ini menurut Bapak Ramu dapat membawa penyakit bagi
tanamn budidaya. Pencemaran lingkungan khususnya pencemaran air
pada saat ini sudah sangat besar dan peningkatannya relatif tinggi.
Peningkatan pencemaran air dari sumber buangan 3 limbah,
menyebabkan sumber daya air sungai yang penting untuk irigasi
cenderung menurun, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Akibat
yang akan muncul apabila air sungai yang telah tercemar digunakan untuk
irigasi, maka secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi produksi pertanian. Akibat lebih lanjut berpengaruh
terhadap manusia. Menurut Mahida (1986), Logam berat dan unsur kimia
lainnya yang terdapat dalam limbah rumah tangga, industri, kegiatan
pertanian dan lainnya mempengaruhi kualitas air yang akan dimanfaatkan
untuk irigasi. Logam berat yang terakumulasi dalam tanah terserap oleh
akar dan terakumulasi dalam jaringan tanaman seperti akar, batang, daun,
buah, dan hal ini akan berbahaya bagi manusia dan hewan yang
mengkonsumsinya.

2.2.3 Pertimbangan dalam Memilih Sistem Irigasi


Dalam pemilihan suatu sistem irigasi pastinya harus
mempertimbangkan beberapa kondisi yang berkaitan dengan kondisi
lahan maupun jenis tanaman yang dibudidayakan. Bebrapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan sistem irigasi ini diantaranya adalah:
1. Pertimbangan Bio-Fisik
Pertimbangan biofisik ini meliputi jenis tanaman budidaya, sifat fisik
tanah ( tekstur, kedalaman, infiltrasi, drainase), iklim (curah hujan,
suhu, penyinaran, dan pengaruh angin), topografi/ kemiringan
lahan, bahaya banjir, sumber irigasi.
2. Pertimbangan Ekonomi
Pertimbangan ekonomi ini meliputi investasi modal yang
dibutuhkan, ketersediaan kredit untuk modal, umur pakai peralatan
dan biaya pemeliharaan tahunan, faktor efisiensi, biaya dan inflasi
(mencangkup energi, operasi pemeliharaan, tenaga kerja, dan
manajemen)
3. Pertimbangan Sosial
Pertimbangan sosial in meliputi ketersediaan tenaga kerja, tingkat
pengetahuan tenaga kerja.
Menurut Bustomi (2000) dalam Pemilihan jenis sistem irigasi
sangat dipengaruhi oleh kondisi hidrologi, klimatologi, topografi, fisik dan
kimiawi lahan, biologis tanaman sosial ekonomi dan budaya, teknologi
(sebagai masukan sistem irigasi) serta keluaran atau hasil yang akan
diharapkan.
2.2.4 Pertimbangan dalam merancang dan mengelola sistem irigasi
Setelah melakukan survei dilahan yang digarap oleh Bapak Ramu,
kelompok kami memiliki beberapa rekomendasi, yaitu 2 rekomendasi dari
kelompok kami dan 1 sistem irigasi yang telah diterapkan oleh bapak
Ranu dalam sistem irigasi untuk lahan cabai yang dikelola oleh Bapak
Ranu. Dalam menentukan ke 3 rekomendasi ini terdapat beberapa
pertimbangan yang harus diperhatikan dalam merancang dan mengelola
sistem irigasinya, dan juga terdapat beberapa pertimbangan mengenai
biaya dalam ketiga irigasi yang kelompok kami rekomendasikan.
1. Sistem irigasi surface
Menurut Arya (2006) dalam irigasi surface terdapat beberapa
kelebihan dan kekurangan diantaranya adalah
Kelebihan:
Membutuhkan biaya yang sedikit
Tidak ada energi yang tinggi
Mengurangi salinitas tanah
Kekurangan:
Efisiensi kurang dari 65%
Membutuhkan air yang banyak
Estimasi air sulit
2. Sistem Irigasi Sprinkler
Menurut Arya (2006) dalam irigasi sprinkler terdapat beberapa
kelebihan dan kekurangan diantaranya adalah
Kelebihan:
Pengaplikasian air seragam
Pengaplikasiannya dapat ditambahkan bahan-bahan kimia
seperti pupuk
Membutuhkan sedikit tenaga kerja
Kekurangan:
Membutuhkan biaya yang mahal
Tidak efisien pada kondisi cuaca yang brangin
Membutuhkan air yang bersih
3. Sistem Irigasi Drip
Menurut Arya (2006) dalam irigasi Drip terdapat beberapa
kelebihan dan kekurangan diantaranya adalah
Kelebihan:
Lwbih mudah menyesuaikan pada segala kondisi komoditas
Penggunaan air sedikit
Air langsung menuju ke zona perakran, sehingga lebih
hemat air
Menghemat tenaga kerja
Kelemahan:
Biaya oprasional lebih mahal
Mebutuhkan kualitas air yang baik
Penyumbatan pada lubang emitter

2.2.5 Keputusan Sistem Irigasi Yang diterapkan


Setelah melakukan suvei dan melihat kondisi lahan maka kelompok
kami menyimpulkan bahwasannya rekomendasi yang paling cocok untuk
lahan cabai milik bapak Ramu adalah irigasi sistem surface dengan
menggunakan tipe furrow. Hal ini dikeranekan terdapat beberapa faktor
yang melatar belakangi kelompok kami merekomendasikan irigas surface
tipe furrow ini diantaranya adalah dari segi ekonomi, menurut pak Ramu
dalam satu kali masa panen tanaman cabai beliau memperoleh
pendapatan kotor sebesar kurang lebih 10.000.000, dengan pendapatan
yang tidak terlalu besar seperti ini maka sistem irigasi surface sangat
cocok diterapkan dilahan pak Ranu, karena sistem irigasi surface sendiri
membutuhkan biaya yang sedikit. Dari segi luasan lahan, dilihat dari
kondisi sebenarnya dilahan luas lahan yang dikelola oleh bapak Ranu
tidak terlalu luar sehingga lebih cocok menggunakan sistem irigasi surface
dari pada sistem sprinkler. Dari segi jumlah air, pak Ranu mengatakan
bahwasannya jumlah air irigasi sangat melimpah selain itu air dari sumber
air juga selalu lancar dan tidak pernah macet. Tetapi dari segi air juga
terdapat kekurangan yaitu kualitas air irigasinya kotor, menurut bapak
Ranu hal ini disebabkan sebelum mengalir ke lahan air dari sumber air
(sungai) ini melewati pemukiman warga terlebih dahulu, sehingga air
irigas yang sampai kelahan sudah tercemar oleh limbah warga sekitar,
selai itu menurut beliau air yang telah tercemar oleh limbah ini dapat
menyebabkan penyakit untuk tanaman budidaya. Oleh karena itu
kelompok kami merekomendasika penggunaan beberapa alat bantu yang
nantinya akan mengatasi permasalahan kualitas air ini.
Kelompok kami merekomendasikan sistem irigasi surface tipe furrow
dengan menggunakan bebrapa komponen tambahan yang berfungsi
untuk mengatasi permasalahan kualitas air dan pemerataan
pendistribusian air, karena dari kondisi yang telah ada irigasi yang
terdapat dilahan hanya di bagian pinggir saja dan pendistribusiaannya
tidak merata. Komponen-komponen tambahan tersebut dapat dirincikan
sebagai berikut, penggunaan filter yang fungsinya adalah menyaring air
dari limbah-limbah yang ada, pipa utama fungsinya adalah menyalurkan
air irigasi dari sungai kecil yang terdapat dipinggir lahan, pipa lateral
fungsinya adalah menyalurkan air dari pipa utama ke bagian gundukan
terkena air irigasi, dan katup yang fungsinya adalah untuk
menyeragamkan pendistribusian air kesetiap guludan yang ada.
2.3 Rancangan Sistem Irigasi Yang Dianjurkan (Rahmat dan Sabrina)
Seperti yang telah dibahas pada bab 3 sebelumnya, kelompok kami
merekomendasikan sistem irigasi surface tipe furrow dengan beberapa
perbaikan/tambahan pada lahan tersebut. Berikut merupakan rancangan
irigasi yang dipersiapkan untuk lahan tersebut.

Lubang aliran
air bedeng
Sawa an
h

Pipa

Pipa
Aliran sumber
air

katu Filter/saring
Penampung hasil

Dari masalah yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya berupa


permasalahan kualitas air dan tidak meretanya pendistribusian air.
Rancangan ini untuk menjawab permasahan tersebut, untuk masalah
kulaitas air kami membangun filter/saringan di pipa utama, saringan
tersebut nantinya yang akan menyaring air yang masuk ke lahan,
permasahan kualitas air pada lahan tersebut biasanya disebabkan oleh
sampah. Setelah air di saring pada saringan maka hasil saringan tersebut
nantinya akan berkumpul di tempat penampung hasil saringan yang
berada di dekat saringan, tujuannya agar sampah hasil saringan tidak
dialiri sampai ke sungai. Hasil saringan tersebut setiap harinya akan dicek
oleh petani dan dibuang agar tidak terjadi penyumbatan pada irigasi. Tidak
meretanya distribusi air hal tersebut diakibatkan karena aliran air hanya
berada di pinggir daerah yang dekat dengan sumber air saja, hal tersebut
terjadi akibat pengelolaan untuk aliran air dilahan tersebut yang kurang.
Untuk mengatasi hal tersebut kami merekomendasikan dengan cara
memperbaiki aliran air yang dilahan dan juga memasang katup, tujuannya
agar debit air yang diberikan sama, dan untuk drainasenya kami
merekomendasikan untuk membuat lubang atau bisa juga menggunakan
pipa yang berada diseberang dari arah sumber air, air yang keluar dari
lahan tersebut nantinya akan mengairi lahan dibawahnya, karena lahan
didaerah tersebut terasering.
BAB III PEMBAHASAN UMUM
(Roham, Khalfia, Hendra)
Dari ketiga jenis irigasi yang telah diseleksi yaitu irigasi furrow, irigasi
sprinkler set sistem dan irigasi drip, didapatkan hasil bahwa penggunaan
sistem irigasi furrow merupakan jenis irigasi yang cocok dengan lahan
tersebut. Mesikipun efisiensi dari irigasi furrow di bawah kedua jenis irigasi
lainnya, hal tersebut sudah melalui perimbangan-pertimbangan dalam
menyeleksi irigasi seperti peryimbangan bio-fisik, ekonomi dan sosial.
Dengan adanya suatu pertimbangan tersebut akan menbantu dalam
penyeleksian irigasi. Sehingga irigasi yang cocok pada lahan tersebut
adalah irigasi furrow.
Irigasi furrow merupakaan irigasi yang digunakan lahan tersebut.
Akan tetapi diperlukan adanya perbaikan dalam sistem irigasinya. Apabila
dilihat dari lahannya, pengairan air ke tanah tidak merata ke setiap area
lahan. Sehingga terdapat beberapa tanaman tidak tercukupi kebutuhan
airnya menurut rostini (2012) kekurangan air mempengaruhi semua
aspek pertumbuhan tanaman, yang meliputi proses fisiologi, biokimia,
anatomi dan morfologi .selain itu, terdapat kendala juga pada airnya
yang sudah tercemar limbah rumah rumah tangga seperti plastik dan
sebagainya masuk kelahan melalui saluran irigasi. Sehingga
mempengaruhi kondisi lahan dan tanaman budidaya tersebut. Menurut
mahida (1986), logam berat dan unsur kimia lainnya yang terdapat dalam
limbah rumah tangga, industri, kegiatan pertanian dan lainnya
mempengaruhi kualitas air yang akan dimanfaatkan untuk irigasi. Logam
berat yang terakumulasi dalam tanah terserap oleh akar dan terakumulasi
dalam jaringan tanaman seperti akar, batang, daun, buah, dan hal ini akan
berbahaya bagi manusia dan hewan yang mengkonsumsinya.
Dari permasalahan tersebut, sehingga dibuatlah sebuah rancangan
irigasi furrow baru untuk memperbaiki sistem irigasi furrow sebelumnya.
Dimana dalam mengatasi permasalahan pemerataan air. Pada saluran air
yang dari sungai kecil masuk ke lahan, dipasangkan pipa utama dan pada
pipa utama dipasangkan pipa lateral yang jumlahnya sama dengan
guludan. Agar pada setiap guludan pendistribusian merata sehingga pada
pipa lateral di pasang katub. Untuk masalah limbah rumah tangga,
perbaikan yang dilakukan yaitu memasang filter saluran air yang akan
masuk kedalam lahan. Sehingga mencegah limbah plastik atau
semacamnya masuk kedalam lahan.
BAB IV KESIMPULAN
(Roham, Khalfia, Hendra)
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa lahan bapak
ramu yang seluas 300 m2 dengan tanaman budidaya cabai dan bunga kol
yang ditanam secara tumpang sari, seleksi irigasi yang cocok dengan
lahan tersebut adalah irigasi furrow. Irigasi furrow merupakan irigasi yang
digunkaan pada lahan tersebut akan tetapi perlu perbaikan seperti
pemberian pipa dan katup untuk distribusi air merata ke setiap area lahan
serta filter untuk menyaring sampak agar tidak masuk ke lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Rostini, neni. 2012. 9 strategi bertanam cabai bebas hama dan penyakit.
jakarta PT agromedia pustaka.
Irawan, B. 2000. Konversi Lahan Sawah : Potensi Dampak, Pola
Pemanfaatannya, dan Faktor Determinan. Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor
Bustosumi.2000. Prinsip Dasar Analisa Kebutuhan air dan Ketersediaan
Air Irigasi. Kursus Sistem Sumber Daya Air Dalam Otonomi Daerah.
USU. Sumatera
Mahida U.N. 1986. Pencemaran Air dan Pemanfaatan air Industri. CV.
Rajawali: Jakarta.
Persada, Arya. 2006. Perencanaan Sistem Drainase Jala.Departemen
Pekerjaan Umum
Sudjarwadi, 1990. Teori dan Praktek Irigasi, Pusat Antar Universitas Ilmu
Teknik, UGM. Yogyakarta.
DOKUMENTASI

(Aliran Sungai Berantas Sebelum ke Lahan)


(Drainase ke Arah Sungai Metro)

(Drainase ke Arah Sungai Metro)

(Drainase ke Arah Sungai Metro)


(Kondisi Lahan)

(Kondisi Lahan)
(Aliran Irigasi Dilahan)

Anda mungkin juga menyukai