Pencemaran Tanah
Oleh :
Dara Tri Yurindra Oktaviani
NIM : 1610815220005
Ismi Ridha
NIM : 1610815120009
2017
P a g e 1 | 45
TUGAS MAKALAH
Pencemaran Tanah
Oleh :
Kelompok 7
2017
P a g e 2 | 45
KATA PENGANTAR
Penulis
P a g e 3 | 45
TERIMAKASIH KEPADA :
P a g e 4 | 45
Dr. Ing Yulian Firmana Arifin,S.T., M.T
19750719 200003 1 001
Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
P a g e 5 | 45
Rony Riduan, S.T., M.T
19761017 199903 1 003
Ketua Program Studi Teknik Lingkungan di Universitas Lambung Mangkurat
P a g e 6 | 45
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah,Amd.hyp. S.T., M.Kes
19780420 200501 2 002
Dosen Pengajar Kesehatan Lingkungan di Universitas Lambung Mangkurat
P a g e 7 | 45
Muhammad Firmansyah,S.T., M.T
19890911 201504 1 002
Dosen Pengajar Kesehatan Lingkungan di Universitas Lambung Mangkurat
P a g e 8 | 45
Dara Tri Yurindra Oktaviani
1610815220005
Blora, 20 Oktober 1999
Jl. Alalak Tengah RT 15 RW 02 No. 52 Banjarmasin Utara, Kalimantan Selatan
daratriyurindra@yahoo.com
Dont let the hate slow you down
P a g e 9 | 45
Ismi Ridha
1610815120009
Banjarmasin, 21 Juni 1998
Jl. Teluk Tiram Darat Gg. Musyafir No. 07 RT. 29, Banjarmasin Barat, Kalimantan
Selatan
ismiridhanadi@gmail.com
You can be whatever you want
P a g e 10 | 45
PERNYATAAN
P a g e 11 | 45
HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH
PENCEMARAN TANAH
Oleh :
Dara Tri Yurindra Oktaviani
NIM : 1610815220005
Ismi Ridha
NIM : 1610815120009
Dosen Pengampu I
Dosen Pengampu II
Dr. Rony Riduan, S.T., M.T Dr. Ing Yulian Firmana Arifin, S.T., M.T
NIP. 19761017 199903 1 003 NIP. 19750719 200003 1 001
P a g e 12 | 45
DAFTAR ISI
Pernyataan ........................................................................................................... 11
I. PENDAHULUAN
III. PEMBAHASAN
P a g e 13 | 45
3.2 Penyebab Pencemaran Tanah ............................................................... 34
IV. PENUTUP
P a g e 14 | 45
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
P a g e 15 | 45
Gejala pencemaran yang terjadi dalam waktu singkat dapat diatasi dengan
melihat sumber pencemaran lalu mengendalikannya. Tanda-tanda pencemaran ini
gampang terlihat pada komponen lingkungan yang terkena pencemaran. Berbeda
halnya dengan pencemaran yang terjadi dalam waktu yang cukup lama. Bahan
pencemar sedikit demi sedikit berakumulasi.
Pada awalnya dampak yang terjadi pada pencemaran tanah semula tidak
begitu nampak kelihatan. Namun setelah menjalani waktu yang relatif panjang
dampak pencemaran ini justru kelihatan nyata dengan berbagai akibat yang
ditimbulkan. Unsur-unsur lingkungan,mengalami perubahan kehidupan habitat.
Tanaman yang semula hidup cukup subur menjadi gersang dan digantikan dengan
tanaman lain. Jenis binatang tertentu yang semula berkembang secara wajar
beberapa tahun kemudian menjadi langka, karena mati atau mencari tempat lain.
Kondisi kesehatan manusia juga menunjukkan perubahan seperti timbulnya
penyakit baru yang sebelumnya tidak ada. Kondisi air, mikroorganisme, unsur hara
dan nilai estetika mengalami perubahan yang cukup menyedihkan.
Maka dikhawatirkan pencemaran tanah yang berlangsung secara terus
menerus tanpa dilakukan pencegahan maka membuat kualitas bumi semakin
menurun. Berbagai cara dilkakukan namun hasilnya tidak sebanding dengan
kerusakan yang ada dan hal itu disebabkan oleh aktivitas manusia yang tidak mau
mengubah kebiasan hidupnya. Makalah ini dibuat untuk mengetahui pencegahan
kerusakan dan menjaga bumi agar tetap bisa ditempati.
1. 2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Apakah pengertian dari tanah?
b. Sebutkan bagian-bagian dari horison!
c. Apakah pengertian dari pencemaran tanah?
d. Apa sajakah komponen dari pencemaran tanah?
P a g e 16 | 45
e. Ada berapa klasifikasi limbah pencemaran tanah?
f. Sebutkan berapa macam polusi tanah yang ada?
g. Bagaimanakah upaya pemulihan untuk dampak pencemaran tanah?
h. Jelaskan pencegahan untuk pencemaran tanah!
1. 3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Dapat mengetahui pengertian dari tanah
b. Dapat mengetahui bagian-bagian dari horison
c. Dapat mengetahui pengertian dari pencemaran tanah
d. Dapat mengetahui komponen dari pencemaran tanah
e. Dapat mengetahui klasifikasi limbah pencemaran tanah
f. Dapat mengetahui macam-macam polusi tanah yang ada
g. Dapat mengetahui upaya pemulihan untuk dampak pencemaran tanah
h. Dapat mengetahui pencegahan untuk pencemaran tanah
P a g e 17 | 45
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Tanah
Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 150 Tahun 2000
Tentang Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa, tanah adalah
berupa bagian kerak bumi yang memiliki susunan dari bahan mineral dan organik
serta memiliki beberapa sifat yaitu sifat biologi, fisik, kimia dan salah satu penunjang
kehidupan seluruh mahluk hidup yang ada dibumi.
Menurut Notohadiprawiro (2006) tanah merupakan gejala alam dan itu terjadi
pada lapisan permukaan daratan kemudian akan membentuk suatu zona (mintakat)
bisa disebut pedosfer. Pedosfer tersusun dari massa galir yang berasal dari
pelapukan dan pecahan batuan yang bercampur dengan bahan organik. Di pedosfer
ada tejadi kerja saling timbal balik dan tumpah tindih antara atmosfer, litosfer,
biosfer dan hidrosfer dengan hal tersebut maka tanah disebut indikasi lintas batas
antara berbagai fenomena alam pada permukaan bumi. Tanah ialah hal campuran
dari partikel organik dan mineral dengan berbagai macam skala, bentuk dan
gabungan. Partikel tersebut dalam tanah sekitar 50% dari volumenya sedangkan
yang lainnya berwujud pori-pori dan diisi dengan udara dan air.
Dalam pandangan teknik sipil, tanah disebut sebagai kumpulan mineral, bahan
organik, dan endapan yang relatif lepas (loose) atau bebas yang terletak pada bagian
permukaan batuan dasar (bedrock). Di antara partikel adanya pengendapan
karbonat, zat organik, atau oksida-oksida dan membentuk ikatan antara butiran
sehingga relatif lemah. Pada partikel terdapat ruang yang berisi udara, air maupun
keduanya dan partikel ada yang berbentuk bergerigi, bulat ataupun keduanya.
Proses pelapukan batuan atau proses geologi lainnya akan membentuk tanah dan
proses terssebut terjadi di dekat permukaan bumi. Pembentukannya bisa berupa
proses pelapukan kima dan pelapukan fisik. Proses pelapukan fisik bisa berupa
P a g e 18 | 45
perubahan batuan yang menjadi partikel yang lebih kecil, dihasilkan dari akibat
erosi, es, angin, air, manusia, atau rusaknya partikel tanah yang dipengaruhi oleh
perubahan suhu atau cuaca. Sedangkan proses pelapukan kimia berasal dari
pengaruh karbondioksida, oksigen, air (terutama air yang mengandung alkali
maupun asam) dan proses-proses kimia yang lain. Ada dua macam tanah yaitu tanah
residual (resisdual soil) merupakan hasil pelapukan tetap berada di tempat asalnya,
dan tanah terangkut (transport soil) merupakan tanah yang sudah berpindah dari
tempat asalnya.
Tanah gembur terdiri oleh mineral padat, zat organik (5%), air dan ruang-ruang
udara. Hal tersebutlah yang akan menghasilkan interaksi antara atmosfir, litosfir,
hidrosfir dan biosfir. Penetrasi akar tumbuhan dan ada bersarangnya hewan bisa
terjadi karena kegemburan tanah kemudian pertukaran antara oksigen dan
karbondioksida (aerasi) sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan hidup hewan
tumbuhan. Sekitar 25% kadar oksigen dalam tanah bisa dimanfaatkan untuk
menguraikan zat organit oleh mikroba aerob dan mengakibatkan karbondioksida di
dalam tanah menjadi lebih banyak dibandingkan yang ada di atmosfir.
Jumlah dan jenis zat organik pada tanah bergantung dari oksigen, suhu, dan
zat organik lainnya. Hal yang terpenting dalam terjadinya proses pencemaran tanah
khususnya pencemaran zat kimia dan logam adalah jenis tanah serta kandungannya
yang menentukan kapasitas pertukaran ion. Di daerah tropis, jika temperatur cukup
tinggi maka proses penghancuran zat organik akan berjalan lebih cepat dan apabila
garam-garam yang berasal darai hasil penguraian dengan mudah mengalir atau
masuk ke lapisan yang lebih dalam mengakibat tanah di daerah itu menjadi tidak
subur.
2. 2 Horison Tanah
Horison tanah ialah kurang lebih sejajar lapisan tanahnya dengan permukaan
bumi dan memiliki ciri-ciri tertentu (khas). Profil dari tanah yang berkembang lanjut
P a g e 19 | 45
biasanya memiliki horison-horison tanah. Perkembangan dari horison atau
pembentukan lapisan dapat membangun bagian tubuh alam yang biasa disebut
tanah. Profil dari tanah mineral yang sudah berkembang lebih lanjut biasanya
memiliki horison-horison sebagai berikut :
1) Horison O
Horison O adalah horison yang terletak pada bagian atas, lapisan tanah
organik yang terdiri oleh humus daun dan alas serta horison organik yang
terbentuk pada atas lapisan tanah mineral. Horison organik merupakan tanah
yang memiliki kandungan bahan organik >20% dari keseluruhan penampang
tanah sedangkan tanah mineral yang didominasi oleh bahan mineral jadi
kandungan bahan organik >20%. Ada 2 jenis horison O yaitu :
a. O1 : bentuk asli dari sisa-sisa tanaman masih terlihat
b. O2 : bentuk asli dari sisa-sisa tanaman tidak terlihat
2) Horison A
Horison A memiliki nama lain horison eluviasu (pencucian) adalah
horison yang berada di permukaan yang tertata oleh gabungan dari bahan
mineral serta organik. Ada 3 jenis horison A, antara lain :
a. A1 : bahan mineralnya sudah bercampur dengan humus dan berwarna
gelap
b. A2 : terjadinya pencucian (aluviasi) maksimum pada Fe, Al dan bahan
organik
c. A3 : horison peralihan dari A ke B namun lebih menyerupai A
3) Horison E
Horison E adalah lapisan bawah yang berwarna terang, berada di atas
horizon A dan Horizon B dan hanya tersusun oleh lumpur dan pasir karena
kehilangan sebagian besar tanah liat dan mineral dalam proses eluviasi.
Lapisan eluviasi atau horison eluviasi merupakan horison yang kandungan
bahan organik tanah, liat silikat, Fe dan Al rendah namun kandunga pasir dan
P a g e 20 | 45
debu kuarsa (seskuoksida) serta mineral resisten lainnya lebih tinggi yang
mengakibatkannya berwarna agak terang Karena sudah melewati proses
eluviasi (pencucian) yang sangat sensitif.
4) Horison B
Horison B memiliki nama lain horison pengendapan atau horison illuvial
yang terjadi akumulasi dari bahan-bahan yang tercuci pada bagian horison
diatasnya. Horison iluviasi (penimbunan) merupakan penimbunan bahan-
bahan yang tercuci di atasnya (liat, Fe, Al dan bahan organik). Ada 3 Jenis
Horison B, yaitu :
a. B1 : horison peralihan dari A ke B namun lebih menyerupai B
b. B2 : terjadi penimbunan (iluviasi) maksimum pada liat, Al, Fe, oksida dan
kadang-kadang bahan organik
c. B3 : horison peralihan dari B ke C namun lebih menyerupai B.
5) Horison C
Horison C adalah lapisan tanah yang belum terjadi perubahan karena
bahan penyusunnya masih sama dengan batuan induk (R). Horison C disebut
juga dengan regolith karena berada pada lapisan bawah dan di atas horison R.
Pada lapisan ini sangat sedikit bahan organik dan akar tanaman tidak
menembus ke dalam lapisan.
6) Horison R
Batuan induk tanah (R) adalah bagian yang terdalam tanah dan masih
berupa batuan. Profil tanah mempunyai 4 batas peralihan horison yang bisa
terlihat secara visual dan memiliki beberapa kategori, yaitu :
a. Batas horison nyata, apabila peralihan 2,5 cm
b. Batas horison jelas, apabila peralihan berjarak antara 2,5 cm - 6,5 cm
c. Batas horizon berangsur, apabila peralihan berjarak antara 6,5 cm - 12,5 cm
d. Batas horizon baur, apabila peralihan berjarak 12,5 cm
(Slamet, 2004)
P a g e 21 | 45
2. 3 Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah merupakan bahan kimia buatan manusia masuk dan
merubah lingkungan tanah yang alami disekitarnya. Ada beberapa faktor
pencemaran yaitu:
a. Kebocoran limbah cair / bahan kimia industri / fasilitas komersial
b. Pemakaian pestisida
c. Air permukaan tanah yang tercessmar masuk ke dalam lapisan sub-permukaan
d. Kecelakaan pada kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah
e. Air limbah yang berasal dari tempat penimbunan sampah
f. Limbah industri yang tidak memenuhi syarat (illegal dumping) langsung
dibuang ke tanah
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang pengendalian
kerusakan tanah untuk produksi bio massa yaitu Tanah merupakan salah satu lahan
lapisan teratas kerak bumi yang tersusun dari bahan organik dan mineral,
mempunyai sifat biologi, kimia, fisik, serta memiliki kemampuan penunjang
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya di muka bumi. Namun yang
sebenarnya terjadi kerusakan di tanah diakibat oleh kegiatan manusia. Pada PP No.
150 th. 2000 dijelaskan bahwa Kerusakan tanah untuk produksi biomassa ialah
perubahan sifat dasar tanah yang melewati batas kriteria baku kerusakan tanah.
Suatu zat berbahaya atau beracun jika sudah mencemari permukaan tanah,
maka zat tersebut dapat menguap, tersapu oleh air hujan dan atau masuk ke lapisan
tanah. Pencemaran yang telah masuk ke lapisan tanah kemudian akan mengendap
sebagai zat kimia beracun pada tanah. Ketika zat beracun di tanah bersentuhan atau
dapat mencemari air tanah dan udara di atas maka berdampak langsung kepada
manusia (Sutanto, 2005).
P a g e 22 | 45
2. 4 Komponen Pencemaran Tanah
Komponen bahan pencemar yang didapat dari sumber-sumber bahan
pencemar tersebut antara lain ialah:
a. Senyawa organik yang bisa membusuk lalu diuraikan oleh mikroorganisme,
seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati serta sisa-sisa makanan.
b. Senyawa organik dan senyawa anorganik yang tidak bisa diuraikan oleh
mikroorganisme seperti serat, plastik, kaleng-kaleng dan bekas bahan
bangunan yang menyebabkan tanah menjadi kurang subur.
c. Pencemar udara yaitu gas yang terlarut dalam air hujan seperti oksida belerang
(SO2 dan SO3), oksida nitrogen (NO dan NO2), oksida karbon (CO dan CO2)
sehingga mampu menghasilkan hujan asam yang menyebabkan tanah bersifat
asam serta merusak kesuburan tanah/ tanaman di permukaan bumi.
d. Pencemar yang berupa logam berat dari hasil limbah industri seperti Zn, Cd, Hg
dan Pb sehingga mencemari tanah.
e. Zat radioaktif yang berasal dari reaktor atom, PLTN atau percobaan lain yang
menggunakan / menghasikan zat radioaktif.
(Sutanto, 2005)
P a g e 23 | 45
Contoh bungkus plastik yang kita buang sembarangan ke lingkungan akan
tetap ada dan dapat ditemukan oleh anak cucu kita setelah ratusan tahun
kemudian.
Sampah anorganik yang tidak ter-biodegradasi akan menyebabkan lapisan
tanah tidak mampu ditembus oleh akar tanaman dan air sehingga
peresapan air atau mineral yang bisa menyuburkan tanah hilang dan
jumlah mikroorganisme dalam tanah akan berkurang mengakibatkan
tanaman sulit untuk tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh
makanan.
2) Limbah cair berupa; oli, tinja, cat, deterjen jika meresap ke lapisan tanah
akan merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh mikro-
organisme.
b. Limbah industri
Limbah Industri yang berasal dari sisa-sisa produksi industri.
1) Limbah industri yang berupa limbah padat merupakan hasil buangan
industri bisa berbentuk padatan, lumpur atau bubur berasal dari proses
pengolahan. Contohnya sisa pengolahan dari pabrik pulp, gula, rayon,
kertas, plywood, pengawetan ikan, daging, buah dll.
2) Limbah cair yang berasal dari hasil pengolahan suatu proses produksi,
misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia
lainnya. Timbal, tembaga, khrom, arsen, perak dan boron adalah zat-zat
hasil dari proses pelapisan logam seperti Zn, Cd, Hg dan Pb sehingga
mencemari tanah dan zat yang sangat beracun untuk mikroorganisme. Jika
meresap ke lapisan tanah akan mengakibatkan kematian bagi
mikroorganisme yang memiliki fungsi terhadap kesuburan tanah.
c. Limbah pertanian
Limbah pertanian bisa berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk
menyuburkan tanah/tanaman, misalnya pestisida dan pupuk urea untuk
P a g e 24 | 45
pemberantas hama. Penggunaan terus menerus pada pupuk dalam pertanian
akan merusak struktur tanah karena hara tanah yang semakin berkurang dan
mengakibatkan kesuburan tanah berkurang serta tidak bisa ditanami oleh jenis
tanaman tertentu. Penggunaan pestisida tidak hanya saja mematikan hama
tanaman tetapi juga mikroorganisme yang penting di dalam tanah, padahal
kesuburan tanah sangat tergantung pada jumlah organisme di dalamnya.
Selain itu penggunaan pestisida yang terus menerus bisa mengakibatkan hama
tanaman kebal terhadap pestisida tersebut.
(Slamet, 2004)
P a g e 25 | 45
mencari keseimbangan yang baru dengan cara mengikis dasar saluran atau
pondasi dari dam sehingga menyebabkan kerusakan.
6. Terkadang polusi sedimen bisa memberi pengaruh yang baik yaitu bila
terjadi pengendapan pada tanah subur, contohnya tanah aluvial di sekitar
sungai.
(Sutanto, 2005)
b. Polusi Kimia
Pencemaran yang disebabkan senyawa kimia dan berada di dalam tanah
disebut polusi kimia. Polusi kimia pada tanah dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1. Polusi kimia dari pupuk ialah polusi unsur hara tanaman. Tanah yang
dipindahkan oleh erosi, umumnya mengandung unsur hara lebih tinggi
dibandingkan dengan tanah yang ditinggalkannya. Hal ini disebabkan
lapisan tanah yang tererosi merupakan lapisan atas yang subur. Oleh
karena itu, unsur hara dari pupuk terutama P sebagian besar diserap
butir-butir tanah tersebut maka banyak unsur P yang hilang karena erosi.
Di samping itu, P dalam tanah sukar larut sehingga P akan diangkut ke
tempat lain bersama dengan bagian-bagian padat dari tanah. Unsur hara
yang mudah larut seperti Nitrogen (Nitrat), umumnya diangkut ke tempat
lain dengan proses aliran permukaan (run off) atau air infiltrasi
(peresapan).
Beberapa akibat polusi kimia tanah, yaitu:
a) Polusi unsur hara N dan P di air irigasi memberi dampak baik karena
tanaman dapat subur.
b) Polusi N di air minum dapat berdampak pada kesehatan. Jika terlalu
banyak nitrat akan menimbulkan penyakit pada bayi yang dikenal
dengan nama Metahemoglobinemia.
P a g e 26 | 45
c) Polusi unsur hara di danau bisa mengganggu keseimbangan biologis.
Danau yang mengandung sedikit unsur hara (oligotropik) diperkaya
dengan unsur P dan unsur hara lainnya sehingga kesuburan
meningkat menjadi sedang (mesotropik), dan seterusnya menjadi
subur (eutropik) kemudian disebut proses eutrofikasi. Akibat dari
proses eutrofikasi maka terjadi perkembangan algae yang sangat
banyak (algae bloom) sehingga mengurangi kadar oksigen bagi ikan
dan makhluk lain yang hidup dalam air serta air yang penuh algae
akan mempunyai rasa dan bau yang tidak enak untuk keperluan air
minum.
2. Polusi kimia dari bahan pestisida. Pestisida memiliki dua golongan besar
yaitu pestisida yang mudah larut (hancur) dan pestisida yang sukar larut.
Golongan yang sukar hancur ialah polusi pestisida yang utama. Di
samping sukar larut, jenis pestisida ini diserap oleh butir-butir tanah
halus seperti halnya unsur P sehingga lebih banyak terangkut ke tempat
lain. Seperti unsur hara lain, polusi pestisida banyak menimbulkan
masalah pada persediaan air dan mengganggu pada bidang kesehatan.
Perlu diketahui proses terjadinya biomagnification melalui siklus rantai
makanan untuk beberapa jenis pestisida, terutama yang bisa diserap
dengan kuat dalam jaringan tubuh seperti DDT dan awalnya pestisida
berkonsentrasi sangat kecil yang tidak membahayakan lalu semakin
banyak kemudian menjadi fatal (dapat menyebabkan kematian).
Pencegahan polusi pestisida bisa dilakukan dengan pembatasan
penggunaan pestisida yang banyak menghasilkan residu seperti DDT,
Dieldrin, Aldrin dan sebagainya. Pencegahan yang paling baik dengan
mencegah terjadinya erosi dari sumbernya. Dengan upaya ini, pestisida
dan unsur hara yang terikat pada butir-butir tanah (DDT, Dieldrin dan
Aldrin) bisa dicegah untuk tidak menjadi sumber polusi. Unsur hara dan
P a g e 27 | 45
pestisida yang mudah larut masih bisa mengalir ke tempat lain bersama
air (run off dan infiltrasi) namun jenis sumber polusi ini tidak terlalu
begitu membahayakan.
(Sutanto, 2005)
P a g e 28 | 45
sedangkan donor elektron ialah methanol/asam laktat untuk proses anaerobik.
Akseptor elektron ialah oksigen untuk proses aerobik sedangkan anaerobik
ialah besi dan nitrat.
Keefektifan bioremidiasi ditentukan dari kondisi lingkungan. Kondisi
lingkungan digunakan untuk menentukan tempat proses bioremidiasi akan
dilaksanakn, baik in-situ maupun ex-situ. Beberapa Faktor yang penting dalam
proses bioremediasi ini sebagai berikut:
1. Temperatur, jika temperatur rendah maka viskositas akan meningkat dan
volatilitas senyawa toksik akan menurun sehingga menghambat proses
bioremidiasi. Secara umum laju biodegradasi meningkat sejalan dengan
peningkatan temperatur tapi sampai batas tertentu saja.
2. Oksigen, ketersediaan oksigen sangat penting walaupun tanpa oksigen
(anaerob) beberapa bahan dapat didegradasi dengan baik contohnya
hidrokarbon aromatik (BTEX).
3. Nutrien, agar mengoptimalkan kerja mikroorganisme diperlukan
penambahan nutrien, seperti N dan P sehingga dicapai perbandingan
antara C/N/P pada tingkat yang proporsional. Secara teoritis 150 mg
Nitrogen dan 30 mg Phosphor diperlukan mikroorganisme untuk
mengkonversi 1 gr hidrokarbon menjadi sel baru.
4. pH, kebanyakan fungi dan bakteri heterotrof suka pH netral namun fungi
masih toleran terhadap pH rendah.
(Sholihah, 2014)
c. Fitoremediasi
Fitoremidiasi berasal dari kata Yunani phyton artinya
tumbuhan/tanaman dan remidiation berasal dari kata latin remidium artinya
memperbaiki/membersihkan sesuatu (Anonim,1999). Jadi fitoremidiasi
didefinisikan sebagai penggunaan tumbuhan untuk mendegradasi, menyerap,
P a g e 29 | 45
menstabilkan, menghilangkan/menghancurkan bahan pencemar khususnya
logam berat maupun senyawa organik.
Tanaman hiperakumulator ialah jenis-jenis tanaman/tumbuhan yang
mampu mentranslokasikan unsur tertentu dengan konsentrasi tinggi ke
rendah tanpa membuat tanaman tersebut tumbuh dengan tidak normal serta
tidak mengalami fitotoksisitas. Penggunaan tanaman hiperakumulator bisa
mengurangi tingkat pencemaran pada perairan pertanian tercemar.
Kemampuan ini dimanfaatkan untuk bidang pertanian lalu penerapan aplikasi
hiperakumulator secara langsung membuktikan tanaman hiperakumulator
ialah tanaman yang memiliki kemampuan bioremidiasi.
Tanaman yang dikriteriakan sebagai hiperakumulator jika nilai
bioakumulasi unsur lebih besar dari nilai 1, dimana nilai bioakumulasi
dihitung dari konsentrasi unsur di pucuk (shoot concentration) dibagi
konsentrasi unsur dalam tanah. Suatu tanaman dapat dikatakan
hiperakumulator jika:
1. Bisa menyerap lebih dari 10.000 ppm Ni, Zn dan Mn
2. 1.000 ppm untuk Se dan Cu
3. 100 ppm untuk Co, Pb, Cr dan Cd
4. Contoh tanaman hiperakumulator ialah bunga matahari dsb
(Mohan, 2015)
Pada proses fitoakumulasi memiliki tahapan yang dilakukan oleh
tanaman hiperakumulator dalam melakukan proses senyawa
polutan/kontaminan menjadi senyawa yang lebih sederhana, antara lain
sebagai berikut :
1. Phytoacumulation (phytoextraction) merupakan tumbuhan yang memiliki
proses menarik zat kontaminan dari media sehingga akar tumbuhan
berakumulasi.
P a g e 30 | 45
2. Rhizofiltration (rhizo: akar) merupakan zat kontaminan menempel pada
akar dalam proses adsorpsi atau pengendapan.
3. Phytostabilization, merupakan zat kontaminan yang menempel pada akar
yang tidak mungkin terserap ke dalam batang tumbuhan (Gangandhar,
2014).
4. Rhyzodegradetion, merupakan aktivitas mikroba yang berada disekitar akar
tumbuhan yang dapat menguraikan beberapa zat-zat kontaminan (Anonim,
2013).
5. Phytodegradation (phyto transformation), merupakan penguraian zat
kontaminan yang mempunyai rantai molekul kompleks dengan proses yang
dilakukan oleh tumbuhan menjadi bahan yang tidak berbahaya dengan
dengan susunan molekul yang lebih sederhana yang dapat berguna bagi
pertumbuhan tumbuhan itu sendiri (Trevo, 1971).
6. Phytovolatization, merupakan tumbuhan dengan bentuk larutan yang
terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya lagi untuk selanjutnya di
uapkan ke atmosfer dengan menggunakan proses menarik dan transpirasi
oleh zat kontaminan (Sholihah, 2014).
Fitoremediasi memiliki beberapa keuntungan antara lain, tanaman dapat
dijadikan bahan bakar, pencemaran tanah secara tidak langsung dapat
berkurang secara alamiah, berpotensi untuk diaplikasikan, aman untuk
digunakan, dampak negatif relatif kecil, memberikan efek positif yang
multiguna, biaya operasi relatif murah, dapat mereduksi volume kontaminan,
tanah akan mengalami perbaikan akibat adanya aktivitas akar, tanah menjadi
lebih subur, tanaman yang mampu menyerap unsur bernilai ekonomi seperti
emas dan nikel. Selain itu fitoremediasi mempunyai keterbatasan terutama
yang berhubungan dengan batasan konsentrasi kontaminan yang dapat
ditolerir oleh tumbuhan, selain itu juga masalah kebocoran kontaminan yang
P a g e 31 | 45
sangat larut dalam air dan lamanya waktu yang diperlukan pada fitoremediasi
tanah yang tercemar (Gangandhar, 2014).
P a g e 32 | 45
BAB III
PEMBAHASAN
P a g e 33 | 45
Di dalam tanah tercampur berbagai partikel mineral dan organik dengan
berbagai ukuran dan komposisi. Berbagai partikel tersebut menempati sekitar 50%
volume, sedangkan sisanya yang berupa pori pori diisi oleh air dan udara (Suripin,
2004).
Keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah
lingkungan tanah alami dapat diartikan dengan Pencemaran Tanah. Pencemaran
dapat terjadi karena beberapa hal yaitu antara lain:
1. Kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial.
2. Penggunaan pestisida.
3. Masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan.
4. Kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah.
5. Air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang
langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping)
(Sholihah, 2014)
Jika zat berbahaya atau beracun telah mencemari permukaan tanah, maka
tanah tersebut dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah.
Pencemaran yang masuk dalam tanah terendap sebagai zat kimia beracun di tanah.
Zat beracun yang ada di tanah tersebut dapat berdampak langsung
kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di
atasnya (Sholihah, 2014).
P a g e 34 | 45
wisata dapat berubah padat dan cair. Limbah domestik ini terbagi lagi menjadi
2 yaitu :
a. Limbah Padat
Senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan atau diuraikan
oleh mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan
bekas bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang subur dapat
dikategorikan sebagai limbah padat. Bahan pencemar ini akan tetap utuh
hingga 300 tahun yang akan datang.
Sampah anorganik yang tidak terbiodegradasi dapat menyababkan
lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak dapat
ditembus oleh air. Ini menyebabkan peresapan air dan mineral yang
seharusnya dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme
di dalam tanah pun berkurang akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan
mati karena tidak memperoleh makanan untuk berkembang.
b. Limbah Cair
Limbah cair juga merupakan hasil dari aktivitas manusia yang dapat
berdampak buruk untuk kehidupan mikroorganisme maupun manusia.
Limbah ini biasanya berasal dari air cucian detergen, oli dan cat. Jika
meresap ke dalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan dapat
membunuh mikroorganisme di dalam tanah.
2. Limbah Industri
Berbeda dengan limbah domestik, limbah industri berasal dari sisa-sisa
produksi industri yaitu antara lain:
a. Limbah padat, hasil buangan yang berupa padatan seperti lumpur, bubur
yang berasal dari proses pengolahan seperti pengolhan pabrik gula, pulp,
kertas, dll.
b. Limbah cair, merupakan suatu proses produksi hasil pengolahan, seperti
sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan kimia lainnya.
P a g e 35 | 45
3. Limbah Pertanian
Sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah atau tanaman dapat
dikategorikan dalam limbah pertanian, misalnya pupuk urea dan pestisida
untuk pemberantasan hama tanaman. Selain itu, penggunaan pupuk pestisida
bukan saja mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorganisme yang
berguna di dalam tanah.
P a g e 36 | 45
b. Pada Ekosistem
Perubahan kimiawi yang terjadi di tanah radikal timbul dari beberapa
bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun.
Perubahan ini menimbulkan dampak pada metabolisme contohnya
mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah
tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan musnahnya beberapa spesies primer
dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap
predator hingga tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek
kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian
bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-
kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa efek-efek, seperti konsentrasi DDT pada
burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat
kematian anakan dan kemungkinan hilangnya beberapa spesies tersebut.
Pada pertanian dampak yang ditimbulkan adalah perubahan
metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan
hasil pertanian. Hal ini dapat mengakibatkan dampak lanjutan pada konservasi
tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi.
Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada
kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar
tanah utama.
P a g e 37 | 45
(on-site) dan ex-situ (off-site). Untuk pembersihan secara on-site yaitu
pembersihan langsung dilakukan di lokasi. Pembersihan ini diangap lebih
terjangkau karena murah dan mudah untuk dilakukan, terdiri dari
pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi (Harmayani, 2007).
Untuk pembersihan secara off-site yaitu dengan menggali tanah yang
tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Di daerah aman
tersebut tanah dibersihkan dari zat pencemar. Caranya dengan menyimpan
tanah dibak atau tangki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke
bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak
yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-
site ini jauh lebih mahal dan rumit (Harmayani, 2007).
b. Bioremediasi
Pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme
(jamur, bakteri) disebut dengan bioremediasi. Bioremediasi dilakukan dengan
tujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang
kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air). Bioremediasi
sendiri di defenisikan sebagai teknologi pemulihan tanah yang terkontaminasi
bahan pencemar (pollutant) secara biologi dengan biodegradasi alamiah
(intrinsic bioremedation) dan meningkatkan mekanisme biodegradasi alamiah
menambah mikroorganisme, nutrien, donor elektron atau akseptor elektron
(enhanced bioremedation). Nitrogen dan fosfor merupakan nutrien yang paling
berperan, sedang donor electron ialah methanol/asam laktat untuk proses
anaerobik. Aseptor elektron ialah oksigen untuk proses aerobik sedang untuk
anaerobik adalah besi dan nitrat. Selain itu ada beberapa faktor yang penting
dalam proses bioremediasi antara lain:
a. Temperatur, laju biodegradasi umumnya meningkat sejalan dengan
peningkatan temperatur sampai batas tertentu.
P a g e 38 | 45
b. Oksigen, dalam proses biodegradasi ketersediaan oksigen sangat penting,
walaupun pada kondisi tanpa oksigen (anaerob) beberapa bahan dapat di
degradasi dengan baik seperti hidrokarbon aromatik.
c. Nutrien, pada pengoptimalan kerja mikroorganisme biasanya diperlukan
penambahan nutrien seperti nitrogen dan fosfor.
d. pH (derajat keasaman), kebanyakan bakteri heteretrof dan fungi biasanya
lebih menyukai pH netral, namun fungi masih tolerah terhadap pH rendah.
(Sholihah, 2014)
c. Fitoremediasi
Penggunaan tanaman/tumbuhan untuk menyerap, mendegradasi,
menghilangkan, menstabilkan atau menghancurkan bahan pencemar
khususnya logam berat maupun senyawa organik lainnya disebut dengan
fitoremediasi. Dalam upaya penanganan pencemaran tanah, fitoremediasi
dilakukan dengan beberapa proses antara lain sebagai berikut (Sholihah,
2014):
a. Phytoacumulation (phytoextraction)
Merupakan suatu proses tumbuhan yang mempu menarik zat
kontaminan dari media sehingga berakumulasi disekitar akar tumbuhan
(hyperaccumulation). Setiap tanaman memiliki kemampuan yang berbeda-
beda untuk menyerap/bertahan dalam berbagai limbah logam. Terutama di
tempat-tempat yang tercemar dengan lebih dari satu jenis logam. Ada
spesies tanaman yang mampu menyerap jumlah jauh lebih tinggi dari
polutan dibandingkan spesies lain kebanyakannya, yang disebut dengan
hiperkumulator. Spesies ini banyak digunakan karena kemampuannya
untuk berkembang di daerah-daerah yang sangat tercemar.
b. Rhizofiltration (rhizo)
Merupakan proses adsorpsi atau pengendapan zat kontaminan oleh
akar untuk menempel pada akar. Rhizofiltration mirip dengan
P a g e 39 | 45
Phytoextraction tapi di gunakan untuk membersihkan air tanah yang
terkontaminasi daripada tanah tercemar. Kontaminan yang baik teradsorpsi
ke permukaan akar atau diseap oleh akar tanaman.
c. Phytostabilization
Merupakan penempelan zat-zat kontaminan tertentu pada akar yang
tidak mungkin terserap ke dalam batang tumbuhan.zat-zat tersebut
menempel erat (stabil) pada akar sehingga tidak akan terbawa oleh aliran
air dalam media. Untuk mencegah kontaminasi dari penyebaran dan
bergerak di seluruh tanah dan air tanah, zat kontaminan diserap oleh akar
dan akumulasi, diadsorpsi akan terjadi pada rhizosfer (ini adalah daerah di
sekitar akar yang bekerja seperti laboratorium kimia kecil dengan mikroba,
bakteri, dan organisme mikro yang disekresikan oleh tanaman) ini akan
mengurangi atau bahkan menegah perpindahan ke tanah atau udara, dan
juga mengurangi bioavailibity dari kontaminan sehingga mencegah
penyebaran melalui rantai makanan.
d. Rhyzodegradation
Dapat juga disebut dengan enhenced rhezosphere biodegradation or
planted assisted bioremediation degradation. Merupakan aktivitas mikroba
yang berada di sekitar akar tumbuhan seperti fungi, ragi dan bakteri dalam
mengurangi zat kontaminan yang ada pada tumbuhan tersebut.
e. Phytodegradation (phyto transformation)
Merupakan penguraian zat kontaminan yang mempunyai rantai
molekul kompleks dengan proses yang dilakukan oleh tumbuhan menjadi
bahan yang tidak berbahaya dengan dengan susunan molekul yang lebih
sederhana yang dapat berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu sendiri
f. Phytovolatization
Merupakan proses menarik dan transpirasi zat kontaminan oleh
tumbuhan dengan bentuk larutan yang terurai sebagai bahan yang tidak
P a g e 40 | 45
berbahaya lagi untuk selanjutnyas di uapkan ke atmosfer dengan
menggunakan proses menarik dan transpirasi oleh zat kontaminan.
(Sholihah, 2014)
P a g e 41 | 45
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tanah ialah hal campuran dari partikel organik dan mineral dengan berbagai
macam skala, bentuk dan gabungan. Lalu horison tanah ialah kurang lebih sejajar
lapisan tanahnya dengan permukaan bumi dan memiliki ciri-ciri tertentu (khas), ada
beberapa bagian horison yaitu horison O, horison A, horison E, horison B, horison C
dan horison R. Pencemaran tanah merupakan keadaan bahan kimia buatan manusia
yang susah hancur ataupun terurai kemudian masuk dan merubah lingkungan tanah
di dalamnya. Komponen pencemaran tanah ialah senyawa organik, senyawa organik
dan nonorganik yang tidak bisa diuraikan, pencemar udara, logam berat dan zat
radioaktif. Kemudian ada 3 bagian dalam limbah pencemaran tanah yaitu limbah
domestik, industri dan pertanian. Sedangkan klasifikasi polusi tanah ada dua yaitu
polusi sedimen dan kimia.
Ada beberapa cara untuk mengurangi dampak pencemaran tanah yang terbagi
menjadi 3 antara lain remediasi, bioremediasi dan fitoremediasi menggunakan
teknik in situ (on-side) atau ex situ (off-side). Lalu pencegahannya dengan sampah
organik bisa dijadikan kompos/pupuk, sampah anorganik yang susah dimusnahkan
bisa dibakar, penggunaan pupuk pestisida harus sesuai aturan dsb.
4.2 Saran
Untuk lebih memahami semua tentang pencemaran tanah, disarankan para
pembaca dapat mencari refrensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah
ini. Selain itu, diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dalam menjaga kelestarian alam
terutama tanah beserta penyusun yang ada didalam tanah tersebut.
P a g e 42 | 45
SOAL LATIHAN
JAWABAN
2. In situ adalah pembersihan dilokasi, Pembersihan ini lebih murah dan dan
mudah. Sedangkan ex situ adalah Ex situ (off-side) : meliputi penggalian tanah
yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman.
P a g e 43 | 45
DAFTAR PUSTAKA
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah : Konsep dan Kenyataan. ISBN 979-21-
0467-4. Kanisius. Yogyakarta.
P a g e 44 | 45
RIWAYAT PENULIS
P a g e 45 | 45