AUDIT 1
Dosen Pengampu
NOVAWIGUNA KEMALASARI,SE.,M.Ak.,Akt
JAKARTA
2016
Program Tatap
Fakultas Kode MK Disusun Oleh
Studi Muka
Fakultas Program 13 Novawiguna
Ekonomi dan Studi Kemalasari,SE.,M.Ak., Akt
Bisnis Akuntansi
Abstract Kompetensi
Sebagai konsep legal yang luas, kecurangan menggambarkan setiap upaya penipuan yang disengaja,
dimaksudkan untuk mengambil harta atau hak orang atau pihak lain. Dalam konteks audit atas laporan
keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji laporan keuangan yang disengaja. Dua kategori
yang utama adalah laporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan aset.
Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabaian jumlah atau pengungkapan yang
disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan itu. Sebagian besar kasus melibatkan salah
saji jumlah yang disengaja, bukan pengungkapan.
Meskipun kebanyakan kasus pelaporan keuangan yang curang melibatkan upaya melebih sajikan laba
entah dengan melebih sajikan aset dan laba atau dengan mengabaikan kewajiban dan beban,
perusahaan juga sengaja merendah sajikan laba. Dalam perusahaan tertutup, hal ini mungkin
dilakukan dalam upaya mengurangi pajak penghasilan. Pengaturan laba (Earnings management)
menyangkut tindakan manajemen yang disengaja untuk memenuhi tujuan laba itu. Perataan laba
(Income smoothing) merupakan salah satu bentuk pengaturan laba dimana pendapatan dan beban
ditukar-tukar diantara periode-periode untuk mengurangi fluktuasi laba. Salah satu teknik untuk
meratakan laba dengan mengurangi nilai persediaan dan aset lain perusahaan yang diperoleh pada saat
akuisisi yang menghasilkan laba yang lebih tinggi ketika aset tersebut nanti dijual. Perusahaan juga
mungkin sengaja melebih sajikan cadangan keuangan persediaan dan penyisihan piutang tak tertagih
untuk mengimbangi laba yang lebih tinggi.
Penyalahgunaan Aset
Penyalahgunaan aset (misappropriation) aset adalah kecurangan yang melibatkan pencurian aset
entitas. Dalam banyak kasus, tetapi tidak semua jumlah yang terlibat tidak material terhadap laporan
keuangan.
Istilah penyalahgunaan atau misapropriasi aset biasanya digunakan untuk mengacu pada pencurian
yang melibatkan pegawai dan orang lain dalam organisasi.
Penyalahgunaan aset biasanya dilakukan pada tingkat hierarki organisasi yang lebih rendah. Namun,
dalam beberapa kasus yang heboh, manajemen puncak terlibat dalam pencurian aktiva perusahaan.
Tiga kondisi kecurangan yang berasal dari pelaporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan aset
diuraikan dalam SAS 99 (AU316). Ketiga kondisi ini disebut sebagai segitiga kecurangan atau (fraud
triangle)
Insentif / Tekanan
Insentif/Tekanan
Insentif yang umum bagi sebuah perusahaan untuk melakukan manipulasi laporan
keuangan adalah adanya suatu penurunan dalam prospek keuangan dalam perusahaan.
Contohnya seperti penurunan dalam laba yang kemungkinan dapat mengancam
kemampuan perusahaan untuk mendaparkan dana pembiayaan. Perusahaan kemungkinan
juga melakukan manipulasi laba guna memenuhi proyeksi dari para analis pasar,
ataupunguna mengelembungkan harga saham, serta guna menjaga reputasi perusahaan.
Kesempatan
Meskipun laporan keuangan dari seluruh perusahaan kemungkinan dapat terjadi
manipulasi, risiko akan menjadi lebih besar dalam perusahaan yang bergerak dalam
industri yang melibatkan penilaian atau pertimbangan subjektif dan juga estimasi yang
cukup signifikan jauh lebih besar.
Sikap/Rasionalisasi
Sikap dari manajemen puncak dalam laporan keuangan merupakan faktor risiko yang
penting dalam menilai kemungkinan adanya suatu kecurangan dalam laporan keuangan
perusahaan. Jika CEO ataupun manajer puncak lainnya menunjukkan suatu dominasi
terhadap suatuproses penyusunan laporan keuangan, contohnya seperti mengeluarkan
proyeksi yg terlalu optimis secara terus-menerus ataupun mereka terlalu khawatir dalam
memenuhi proyeksi laba dari para analis pasar kemungkinan terjadinya tindakan
kecurangan dalam laporan keuangan perusahaan akan menjadi lebih besar. Karakter dari
manajemen ataupun rangkaian nilai-nilai etika juga kemungkinan akan mempermudah
analis dalam melakukan rasionalisasi tindakan kecurangan.
Insentif/Tekanan
Berikut ini adalah perbandingan peningkatan jumlah kecurangan yang terjadi antara tahun 2003
dan 1998 :
Penyalahgunaan Akun
36% 13%
Beban
Suap 9% 6%
Kecurangan Pelaporan
7% 3%
Keuangan
Standar auditing memberikan pedoman bagi auditor dalam menilai risiko kecurangan. Auditor harus
mempertahankan tingkat skeptisme profesional ketika mempertimbangkan serangkaian informasi
yang luas, termasuk faktor-faktor risiko kecurangan, untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko
kecurangan.
Skeptisme Profesional
Standar auditing menyatakan bahwa, dalam melakukan skeptisisme profesional, seorang auditor
tidak mengasumsikan bahwa manajemen tidak jujur namun juga tidak mengansumsikan kejujuran
absolut. Selain itu, melalui prosedur evaluasi atas penerimaan dan juga kelanjutan klien, auditor
menolak sebagian besar dari calon klien yang dianggap tidak mempunyai kejujuran dan integritas.
Standar auditing menekankan agar mempertimbangkan kerentanan klien terhadap kecurangan, tanpa
memperdulikan bagaimana keyakinan auditor tentang kemungkinan kecurangan serta kejujuran serta
kejujuran dan intehritas manajemen. Selama tahap perencanaan audit untuk setiap audit, tim yang
menerima penugasan harus membahas perlunya mempertanyakan pikiran yang selalu
mempertanyakan selama audit berlangsung untuk mengindentifikasi risiko kecurangan dan
mengevaluasi bukti audit secara kritis. Selalu ada risiko bahwa orang yang jujur dapat merasionalisasi
tindakan kecurangan apabila insentif atau tekanan untuk melakukannya semakin kuat.
Ketika mengungkapkan informasi atau kondisi lain yang mengindikasikan bahwa mungkin telah
terjadi salah saji yang material akibat kecurangan, auditor harus menyelidiki permasalahannya secara
mendalam, memperoleh bukti tambahan sebagimana yang diperlukan, dan berkonsultasi dengan
anggota tim lainnya.
3. Faktor-faktor risiko
Standar auditing mengharuskan auditor mengevaluasi apakah faktor-faktor risiko
kecurangan mengindikasikan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan
kecurangan, kesempatan untuk berbuat curang, atau sikap atau rasionalisasi yang
digunakan untuk membenarkan tindakan yang curang.
5. Informasi lain
Auditor harus mempertimbangkan semua informasi yang sudah diperoleh dalam
setiap tahap atau bagian audit ketika menilai risiko kecurangan.
Standar auditing menharuskan auditor mendokumentasikan hal-hal berikut ini yang berhubungan
dengan pertimbangan auditor mengenai salah saji yang material akibat kecurangan :
Diskusi antara personil tim penugasan selama tahap perencanaan audit tentang
kerentanan laporan keuangan entitas terhadap kecurangan yang material.
Prosedur yang ditempuh untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk
mengindentifikasi dan menilai risiko kecurangan yang material.
Risiko khusus tentang kecurangan yang material yang sudah terindentifikasi , serta
uraian tentang respons auditor terhadap risiko tersebut.
Alasan yang mendukung kesimpulan bahwa tidak ada risiko yang signifikan atas
pengakuan pendapatan yang tidak tepat secara material.
Hasil dari prosedur yang ditempuh untuk menghadapi risiko pengabaian pengendalian
oleh manajemen.
Kondisi dan hubungan analitis lainnya yang menunjukkan bahwa diperlukan prosedur
auditing tambahan atau respons lainnya, serta tindakan yang diambil oleh auditor.
Sifat komunikasi tentang kecurangan yang disampaikan kepada manajemen, komite
audit atau pihak lainnya.
Setelah risiko kecurangan diindentifikasi dan didokumentasikan, auditor harus mengevaluasi faktor-
faktor yang mengurangi risiko kecurangan sebelum mengembangkan respons yang tepat terhadap
risiko kecurangan tersebut.
Pedoman yang dikembangkan oleh AICPA mengindentifikasi tiga unsur untuk mencegah ,
mengahalangi, dan mendeteksi kecurangan :
Penciptaan budaya jujur dan etika yang tinggi meliputi enam unsur:
4. Pelatihan
Semua pegawai baru harus dilatih tentang ekspetasi perusahaan menyangkut perilaku etis
pegawai.
6. Disiplin
Pegawai harus mengetahui bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban jika tidak
mengikuti kode perilaku perusahaan. Penekanan pada pelanggaran kode perilaku, tanpa
memperhatikan tingkat pegawai yang melakukan perbuatan tersebut.
Kecurangan tidak mungkin terjadi tanpa adanya kesempatan untuk melakukannya dan
menyembunyikan perbuatan itu. Manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan
mengukur risiko kecurangan, mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko yang
teridentifikasi, serta memantau pengendalian internal yang mencegah dan mendeteksi kecurangan.
Pengawasan yang efektif atas kecurangan dimulai dengan pengakuan manajemen bahwa kecurangan
mungkin terjadi, dan hampir semua pegawai sanggup melakukan perbuatan tidak jujur bila situasinya
memungkinkan.
Untuk bidang-bidang yang risiko kecurangan secara periodik apakah program dan pengendalian
antikecurangan yang tepat telah diimplimentasikan serta berjalan efektif. Audit internal memainkan
peran yang penting dalam memantau aktivitas untuk memastikan bahwa program dan pengendalian
antikecurangan telah berjalan efektif. Pengawasan komite audit juga berfungsi sebagai pengahalang
dilakukannya kecurangan oleh manajemen senior.
Pelaporan langsung temuan-temuan penting oleh audit internal kepada komite audit.
Laporan periodik oleh pejabat etika tentang whistleblowing
Laporan lain tentang tidak adanya perilaku etis atau kecurangan yang dicurigai.
Auditor harus mempertimbangkan apakah program dan pengendalian anti kecurangan seperti itu dapat
mengurangi risiko salah saji yang material akibat kecurangan, atau apakah ada defisiensi
pengendalian yang meningkatkan risiko kecurangan. Respons auditor terhadap risiko kecurangan
meliputi hal hal berikut ini :
Pelaku kecurangan sering kali sudah mengetahui prosedur audit yang akan dilaksanakan. Karena
alasan ini, standar auditing mengharuskan auditor memasukkan unsur ketidakterdugaan dalam
rencana audit.
Auditor juga harus mempertimbangkan prinsip akuntansi yang dipilih manajemen. Jadi, perhatian
yang cermat harus ditujukan pada prinsip prinsip akuntansi yang melibatkan pengukuran yang
subyektif atau transaksi yang kompleks.
Memeriksa ayat jurnal dan penyesuaian lainnya untuk mencari bukti salah saji yang mungkin
akibat kecurangan.
Mereview estimasi akuntansi untuk mengetahui adanya bias.
Mengevaluasi dasar pemikiran bisnis untuk transaksi tidak biasa yang signifikan.
Penilaian risiko salah saji yang material akibat kecurangan harus terus dilakukan auditor sepanjang
audit dan dikoordinasikan dengan prosedur penilaian risiko lainnya. Auditor harus mewaspadai
kondisi kondisi berikut ketika melakukan audit
Ada beberapa alasan yang membuat pendapatan rentan terhadap manipulasi. Alasan yang terpenting
adalah bahwa pendapatan hampir selalu merupakan akun terbesar dalam laporan laba-rugi, sehingga
satu salah saji yang hanya merupakan persentase yang kecil dari pendapatan masih bisa berdampak
besar terhadap laba.
Alasan lainnya mengapa pendapatan rentan terhadap manipulasi adalah sulitnya menentukan wakut
yang tepat untuk mengakui pendapatan dalam waktu yang tepat untuk mengakui pendapatan dalam
banyak situasi.
1. Pendapatan Fiktif
Bentuk kecurangan yang paling mencolok melibatkan penciptaan pendapatan - pendapatan fiktif.
Ada banyak tanda peringatan atau gejala yang mengindikasikan kecurangan pendapatan. Dua diantara
yang paling bermanfaat adalah prosedur analitis dan perbedaan dokumenter.
1. Prosedur Analitis
Prosedur analitis sering kali mengindikasikan adanya kecurangan pendapatan, terutama persentase
marjin kotor dan perputaran piutang usaha. Pendapatan fiktif akan melebihsajikan persentase marjin
kotor, dan pengakuan pendapatan premature juga melebihsajikan marjin kotor jika harga pokok
penjualan yang terkait tidak diakui. Pendapatan fiktif juga memperkecil perputaran piutang usaha
karena pendapatan fiktif juga dimasukkan dalam piutang yang tak tertagih.
2. Perbedaan Dokumenter
Meskipun para pelaku kecurangan sudah berusaha sebisanya, transaksi fiktif jarang memiliki bukti
documenter pada tingkat yang sama seperti dalam transaksi yang sah.
Meskipun penyalahgunaan penerimaan kas jarang sematerial pelaporan pendapatan yang curang.
Kecurangan semacam ini bisa berdampak buruk bagi organisasi karena aktiva langsung hilang.
Penyalahgunaan kas yang tipikal menyangkut tidak dicatatnya penjualan yang kemudian diikuti oleh
penyesuaian terhadap piutang usaha pelanggan untuk menyembunyikan pencurian itu.
Pencurian dan penerimaan kas terkait yang nilai nya relatif kecil dapat dicegah dan dideteksi
dengan baik oleh pengendalian internal yang dirancang untuk meminimalkan kesempatan
melakukan kecurangan. Untuk melakukan kecurangan yang lebih besar, prosedur analitis dan
perbandingan lainnya mungkin bisa membantu.
Persediaan fiktif telah menjadi pusat dari beberapa kasus besar pelaporan keuangan yang
curang. Banyak perusaahaan besar memiliki persediaan yang sangat beragam dan berjumlah
besar dibanyak lokasi , sehingga relatif mudah bagi perusahaan untuk menambah persediaan
fiktif pada catatan akuntansi.
Dalam beberapa kasus yang melibatkan persediaan fiktif, auditor sudah lebih dulu memberi
tahu klien lokasi persediaan mana yang akan diuji. Akibatnya, relatif mudah bagi klien untuk
memindahkan persediaan ke lokasi-lokasi yang diuji.
1. Prosedur analitis
Prosedur analitis, terutama persentasi marjin kotor dan perputaran persediaan,
sering kali membantu membongkar kecurangan persediaan. Persediaan fiktif
akan mengurangsajikan harga pokok penjualan dan melebihsajikan marjin
kotor. Persediaan fiktif juga memperkecil perputaran persediaan.
Perusahaan mungkin melakukan upaya yang sengaja untuk mengurangsajikan utang usaha
dan melebih sajikan laba. Hal ini dapat dicapai dengan tidak mencatat utang usaha sampai
periode berikutnya, atau dengan mencatat penurunan fiktif utang usaha.
Kecurangan yang paling umum dalam siklus akuisisi adalah si pelaku melakukan pembayaran
kepada vendor fiktif dan menyimpan uang itu dalam rekening fiktif. Kecurangan ini dapat
dicegah dengan menetapkan bahwa pembayaran hanya akan dilakuakan kepada vendor yang
sudah disetujui dan dengan meneliti secara cermat dokumentasi yang mendukung akuisisi itu
oleh personil yang berwenang sebelum pembayaran dilakukan.
Aset tetap, yang merupakan akun neraca yang besar bagi banyak perusahaan, seringkali
didasarkan pada penilaian yang ditetapkan secara subjektif. Akibatnya, aset dapat menjadi
sasaran manipulasi, terutama bagi perusahaan yang tidak memiliki piutang atau persediaan
yang material.
Beban Penggajian
Perusahaan mungkin saja melebihsajikan persediaan dan laba bersih dengan mencatat biaya
tenaga kerja berlebihan dalam persediaan. Namun demikian, sebenarnya kecurangan dalam
penggajian yang melibatkan penyalahgunaan aktiva itu cukup umum terjadi walaupun nilai
yang terlibat di dalamnya seringkali bersifat tidak material.
Kecurangan sering kali terdeteksi melalui penerimaan tip anonim, oleh review manajemen, audit
internal, atauuu secara kebetulan. Auditor eksternal mendeteksi persentase kecurangan yang relative
kecil, tetapi kemungkinan besar akan mendeteksinya apabila kecurangan itu memiliki dampak yang
material terhadap laporan keuangan.
Pengajuan pertanyaan dapat menjadi teknik pengumpulan bukti audit yang efektif. Wawancara akan
memungkinkan auditor menjernihkan masalah yang tidak teramati dan mengamati respons lisan serta
nonlisan responden. Selain itu, wawancara juga dapat membantu mengidentifikasi masalah-masalah
yang tidak tercantum dalam dokumentasi atau konfirmasi. Pengajuan pertanyaan sebagai teknik
pengumpulan bukti audit harus disesuaikan dengan tujuan penggunaannya.
Auditor dapat menggunakan salah satu atau lebih dari 3 kategori pengajuan pertanyaan berdasarkan
tujuan auditor, yaitu:
Agar pengajuan pertanyaan efektif, auditor harus terampil menyimak dan mengevaluasi respons atas
pertanyaan yang dianjurkan. Biasanya, respons awal pihak yang diwawancara tidak mengandung
informasi yang berguna. Pertanyaan tindak lanjut yang efektif sering kali menghasilkan informasi
yang lebih baik untuk menilai apakah memang ada kecurangan. Teknik menyimak yang baik serta
pengamatan atas petunjuk perilaku akan mempertajam teknik pengajuan pertanyaan auditor.
Teknik menyimak
Sangat penting bagi auditor untuk memanfaatkan keterampilan menyimak yang efektif selama proses
pengajuan pertanyaan. Auditor harus terus memperhatikan dengan mempertahankan kontak mata,
mengangguk sebagai tanda setuju, atau memperlihatkan tanda-tanda pemahaman lain. Auditor juga
harus berusaha untuk tidak membentuk terlebih dahulu ide-ide tentang informasi yang diberikan.
Pendengar yang baik juga memanfaatkan saat-saat berdiam diri untuk memikirkan informasi yang
diberikan dan menentukan prioritas serta mereview informasi yang didengarnya.
Auditor yang mahir dalam menggunakan pengajuan pertanyaan akan mengevaluasi petun juk lisan
dan nonlisan ketika mendengarkan pihak yang diwawancarai. Petunjuk-petunjuk lisan, seperti yang
dijabarkan dalam pihak yang diwawancarai. Petunjuk-petunjuk lisan tersebut dapat mengindikasikan
kegugupan, ketidaktahuan, atau bahkan kebohongan responden. Selain mengamati petunjuk-petunjuk
lisan, penggunaan pengajuan pertanyaan juga memungkinkan auditor mengamati perilaku nonlisan.
Apabila auditor curiga bahwa mungkin ada kecurangan, standar auditing mengharuskan auditor
memperoleh bukti tambahan untuk menentukan apakah kecurangan yang material memang sudah
terjadi. Auditor sering kali menggunakan pengajuan pertanyaan, seperti yang dibahas sebelumnya,
sebagai bagian dari proses pengumpulan informasi itu.
Auditor sering kali menggunakan perangkat lunak audit seperti ACL atau IDEA untuk menentukan
apakah mungkin ada kecurangan. Sebagai contoh, perangkat lunak dapat digunakan untuk mencari
transaksi pendapatan fiktif dengan menyelidiki nomor faktur penjualan duplikat atau dengan
merekonsiliasi database faktur penjualan dengan database catatan pengiriman, untuk memastikan
bahwa semua penjualan didukung oleh bukti pengiriman. Demikian pula, perangkat tersebut akan
melakukan pencarian yang efisien untuk mengetahui terputusnya urutan dokumen, yang dapat
mengindikasikan salah saji yang berkaitan dengan tujuan kelengkapan untuk akun-akun kewajiban
serta beban. Auditor menggunakan perangkat lunak audit, termasuk alat bantu spreadsheet dasar
seperti Excel, untuk memilah transaksi atau saldo akun ke dalam beberapa subkategori guna diuji
lebih lanjut. Auditor juga memakai alat bantu spreadsheet dasar, seperti Excel, untuk
melaksanakan prosedur analitis pada tingkat disagregat. Tren yang tidak biasa, yang tidak teramati
pada tingkat agregat, mungkin terdeteksi bila data dianalisis secara lebih terinci.
Sering kali risiko kecurangan ini tinggi untuk akun-akun yang didasarkan pada estimasi
subjektif manajemen. Untukn menanggapi risiko yg lebih tinggi bahwa manajemen menggunakan
asumsi yang tidak tepat dalam mengestimasi saldo akun, seperti penyisihan untuk keusangan
persediaan, auditor dapat memanfaatkan spesialis guna membantu mengevaluasi keakuratan dan
kelayakan asumsi-asumsi kunci.
Standar auditing mengharuskan auditor memperhitungkan implikasi bagi aspek audit lainnya. Sebagai
contoh, kecurangan yang melibatkan penyalahgunaan kas dari dana kas kecil yang berjumlah sedikit
biasanya dianggap tidak signifikan oleh auditor, kecuali masalah itu melibatkan manajemen dari
tingkat yang lebih tinggi, yang mungkin mengindikasikan persoalan yang lebih luas menyangkut
integritas manajemen. Hal ini mungkin menunjukkan kepada auditor akan perlunya mengevaluasi
kembali penilaian risiko kecurangan serta dampaknya terhadap sifat, waktu, dan luas bukti audit.
Penemuan bahwa ada kecurangan juga berimplikasi bagi laporan auditor perusahaan publik
mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan. PCAOB Standar 5 menyatakan bahwa
kecurangan sebesar berapa pun oleh setidaknya manajemen senior harus dianggap defisiensi yang
signifikan, dan mungkin merupakan kelemahan yang material dalam pengendalian internal atas
pelaporan keuangan. Hal ini mencakup kecurangan oleh manajemen senior yang menimbulkan salah
saji yang tidak material sekalipun. Jika auditor memutuskan bahwa kecurangan oleh manajemen
senior merupakan kelemahan yang material, laporan auditor mengenai pengendalian internal atas
pelaporan keuangan akan memuat pendapat tidak wajar.
Kadang kala auditor mengidentifikasi risiko salah saji yang material akibat kecurangan yang
memiliki implikasi atas pengendalian internal. Dalam beberapa kasus, pertimbangan auditor atas
program dan pengendalian anti kecurangan yang dirancang manajemen mengidentifikasi defisiensi
yang gagal mengurangi risiko kecurangan tersebut. Auditor harus menyampaikan hal-hal tersebut
Hasil dari prosedur yang ditempuh auditor mungkin saja mengindikasikan risiko salah saji
yang material akibat kecurangan yang signifikan, sehingga auditor harus mempertimbangkan untuk
mengundurkan diri dari audit. Pengunduran diri ini mungkin tergantung pada integritas manajemen
serta ketekunan dan kerja sama manajemen serta dewan direksi dalam menyelidiki potensi kecurangan
dan dalam mengambil tindakan yang tepat.
Daftar Pustaka
Aren, Alvin, A Randal J Elder & Mark, S Beasley, 2008, Auditing and Assurance
Service: An Integreated Approuch, 11st Edition, Pearson Prentice Hall.
Boynton C. William, Johnson N. Raymond, Kell G. Walter.2003,edisi ketujuh,
Modern Auditing. Erlangga : Jakarta.
Guy M.Dan, Alderman C. Wayne, Winters J. Alan. 2003. Edisi Kelima, Auditing.
Erlangga: 2003.
Rahayu Siti Kurnia dan Suhayati Elvi.2010, Auditing Konsep dasar dan Pedoman
Pemeriksaan Akuntansi Publik. Graha ilmu : Yogyakarta.
Randol J. ELDER. 2011. Audit Dan Jasa Assurance Jilid 2 , Jakarta : ERLANGGA