Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja, kata yang mengandung berbagai macam kesan. Beberapa orang
mengatakan bahwa remaja merupakan kelompok yang biasa saja, tidak berbeda
dengan kelompok manusia yang lain. Sedangkan beberapa pihak lain menganggap
bahwa remaja adalah kelompok orang-orang yang sering menyusahkan orang tua.
Selain pendapat tersebut, terdapat juga yang berpendapat bahwa remaja adalah
potensi yang harus dimanfaatkan. (Mappiare, 1982)
Akan tetapi, pendapat remaja mengenai pribadinya, maka mereka akan
menyatakan kesan yang lain. Diantaranya mungkin akan berbicara tentang
ketidakacuhan, atau ketidakpedulian orang dewasa terhadap kelompok mereka.
Terdapat pula yang akan memberikan kesan bahwa kelompok mereka adalah
kelompok minoritas yang memiliki dunia tersendiri dan tidak dapat dijamah
oleh orang-orang tua.
Berdasarkan kesan yang telah dipaparkan, kesan yang sangat penting adalah
remaja merupakan kelompok yang memiliki potensi yang harus dimanfaatkan.
Hal tersebut karena remaja merupakan kelompok yang bertanggung jawab
terhadap bangsa dan masa depan. Berdasarkan fakta di Indonesia, jumlah remaja
kurang lebih sepertiga dari jumlah penduduk. Selain itu, pada masa remaja
memiliki vitalitas yang tinggi dan semangat patriotis. Oleh karena itu, remaja
merupakan harapan bagi penerus bangsa. (Mappiare, 1982)
Remaja sebetulnya tidak memiliki tempat yang jelas. Mereka sudah tidak
termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh
untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja berada diantara anak dan orang
dewasa. Oleh karena itu, remaja sering kali dikenal dengan fase mencari jati diri
atau fase topan dan badai. Akan tetapi, dalam fase remaja merupakan fase
perkembangan yang tengah berada pada masa anak potensial, baik dilihat dari
aspek kognitif, emosi, maupun fisik. (Hartinah, 2008)
Perkembangan yang pesat dalam aspek intelektual dari cara berpikir remaja
memungkinkan untuk mengintegrasikan dirinya kedalam masyarakat dewasa,

1
tetapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode
perkembangan. Perkembangan intelektual yang terus menerus, menyebabkan
remaja mampu berpikir operasional formal. Tahap tersebut memungkinkan remaja
mampu berpikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis, dan mempertimbangkan
apasaja peluang yang ada padanya daripada sekedar melihat apa adanya.
Kemampuan intelektual seperti ini yang membedakan masa remaja dari masa-
masa sebelumnya.
Selain itu, perkembangan bakat khusus atau minat pada remaja juga sudah
mulai tertata serta mulai berkurang berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi
baik dari diri sendiri maupun dari lingkungannya. Semua remaja sedikit banyak
memiliki minat-minat khusus tertentu yang terdiri dari berbagai kategori.
Perkembangan intelektual dan bakat khusus atau minat tersebut merupakan
bagian dari perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja. Perkembangan
kognitif ini mempengaruhi bagaimana cara berpikir, menganaisis sebuah
permasalahan, serta kesukaannya terhadap suatu hal tertentu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Apa pengertian perkembangan kognitif remaja?
2. Apasajakah cakupan atau macam-macam pertumbuhan kognitif pada
remaja?
3. Apasajakah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kognitif remaja?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang dapat dicapai adalah
sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan pengertian perkembangan kognitif remaja.
2. Mendeskripsikan cakupan atau macam-macam pertumbuhan kognitif pada
remaja.
3. Mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kognitif
remaja.
BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Kognitif Remaja


Masa remaja adalah suatu periode kehidupan di mana kapasitas untuk
memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya.
Hal ini adalah karena selama periode remaja ini, proses pertumbuhan otak
mencapai kesempurnaan. Sistem saraf yang berfungsi memperoses informasi
berkembang dengan cepat. Di samping itu, pada masa remaja ini juga terjadi
reorganisasi lingkaran saraf prontal lobe - belahan otak bagian depan sampai
pada belahan atau celah sentral. Prontal lobe ini berfungsi dalam aktivitas
kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan merumuskan perencanaan strategis
atau kemampuan mengambil keputusan. Perkembangan prontal lobe tersebut
sangat berpengaruh terhadap kemampuan kognitif remaja, sehingga mereka
mengembangkan kemampuan penalaran yang memberinya suatu tingkat
pertimbangan moral dan kesadaran sosial yang baru. (Desmita, 2010)
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kognitif adalah hal yang
berhubungan dengan atau melibatkan kognisi. Kognisi adalah kegiatan atau
proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan,dsb) atau usaha
mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri. Maka dapat disimpulkan bahwa
perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan mental berdasarkan
proses memperoleh pengetahuan seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan
bahasa.
Keat melihat secara umum perkembangan kognitif atau perkembangan
mental sebagai proses-proses mental yang mencakup pemahaman tentang dunia,
penemuan pengetahuan, pembuatan perbandingan, berpikir, dan mengerti. Keat
juga menjelaskan bahwa proses mental tersebut tidak lain adalah proses
pengolahan informasi yang menjangkau kegiatan kognisi, intelegensia, belajar,
pemecahan masalah, dan pembentukan konsep. Secara lebih luas yaitu
menjangkau kreativitas, imajinasi, dan ingatan. (Hartinah, 2008)
Dalam pandangan Piaget, perkembangan mental pada hakekatnya adalah
perkembangan kemampuan penalaran logis (development of ability to reason
logically). Menurut Piaget, makna berpikir dalam proses mental lebih penting
dari mengerti. Piaget berpendapat bahwa pada masa remaja, mereka termotivasi

3
untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis dirimya. Dalam
pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di
mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam
skema kognitif mereka. Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau
ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya. Remaja juga sudah dapat
menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan
apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir
mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. (Jahja, 2011)
Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan
kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan
sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk
berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap
operasi formal. Tahap formal operations adalah suatu tahap di mana seseorang
telah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada
hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. (Jahja, 2011)
Ditinjau dari perspektif teori kognitif Piaget, maka pemikiran masa
remaja telah mencapai tahap pemikiran operasional formal (formal operational
thought) yakni suatu tahap perkembangan kognitif yang dimulai pada usia kira-
kira 11 atau 12 tahun dan terus berlanjut sampai remaja mencapai masa tenang
atau dewasa. Pada tahap ini anak sudah dapat berpikir secara abstrak dan
hipotesis. Pada masa ini, anak sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan atau
mungkin terjadi. Selain itu, pada tahap ini remaja juga sudah mampu berpikir
secara sistematik untuk memecahkan permasalahan.
Sebagai contoh apabila terdapat mobil yang tiba-tiba mogok misalnya,
bagi anak yang berada pada tahap konkrit operasional segera diambil
kesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia hanya menghubungkan sebab-akibat
dalam satu rangkaian saja. Lain halnya dengan remaja, ia bisa memikirkan
beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil tesebut mogok, seperti
mungkin businya mati, mungkin platinanya atau kemungkinan-kemungkinan
lain yang memberikan dasar bagi pemikirannya.
Dari teori Piaget tersebut maka dapat dipahami bahwa karakteristik
pemikiran remaja pada tahap operasional formal ini sudah memiliki kemampuan
untuk berpikir secara abstrak, dapat menalar secara logis, dan menarik
kesimpulan dari informasi yang tersedia.

4
B. Macam-macam Perkembangan Kognitif Remaja
Perkembangan Kognitif pada remaja dibagi menjadi dua bagian yang
umum yaitu perkembangan intelektual dan perkembangan bakat khusus atau
minat. Perkembangan Intelektual berkaitan dengan kecakapan untuk berpikir,
mengamati atau mengerti, atau pemikiran. Intelektual biasanya dihubungkan
dengan Intelligence Quatient (IQ). Sedangkan perkembangan bakat khusus atau
minat berhubungan potensi atau talenta.

1. Perkembangan Intelektual
Menurut kamus Webster New World Dictionary of the American
Language, istilah intellect, berarti :
a. Kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti; kecakapan untuk
mengamati hubungan-hubungan, perbedaan-perbedaan, dan sebagainya;
b. Kecakapan mental yang besar, sangat intelligence;
c. Pikiran atau intelegensi. (Fatimah, 2010)
Singgih Gunarsa dalam bukunya Psikologi Remaja, mengajukan beberapa
rumusan mengenai intelegensi yaitu sebagai berikut :
a. Intelegensi merupakan suatu kumpulan seseorang yang memungkinkannya
memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmu tersebut dalam
hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul.
b. Intelegensi adalah suatu bentuk tingah laku tertentu yang tampil dalam
kelancaran tindakan.
c. Intelegensi meliputi pengalaman dan kemampuan bertambahnya pegertian
dan tingkah laku dengan pola-pola baru dan mempergunakannya secara
efektif.
d. William Stem mengemukakan bahwa inteegensi merupakan suatu
kemampuan untuk menyesuaikan diri pada tuntutan baru dibantu dengan
penggunaan fungsi berpikir.
e. Binet berpendapat bahwa intelegensi merupakan kemampuan yang diperleh
melalui keturunan, kemampuan yang diwarisi dan dimiliki sejak lahir dan
tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam batas-batas
tertentu, lingkungan turut berperan dalam pembentukan intelegensi.
f. Wechler merumuskan intelegensi sebagai keseluruhan kemampuan
individu dalam berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan
mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. (Singgih & dkk, 1990)
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
intelegensi memiliki definisi yang sama dengan intelek yang berarti kemampuan

5
berpikir atau kemampuan dalam bertindak terhadap suatu hal. Banyak para ahli
psikologi yang telah mengembangkan berbaga alat ukur untuk menyatakan
tingkat intelegensi seseorang. Salah satunya adalah Tes Binet Simon yang
pengukurannya dinyatakan dalam angka yang menggambarkan perbandingan
kecerdasan mental atau mental age (MA) dengan umur kalender atau
chronological age (CA). Perbandingan tersebut biasa disebut Intelligence
Quatient (IQ) yang artinya perbandingan kecerdasan. Rumus perhitungan
tersebut adalah sebagai berikut:
Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur karena perubahan
kecepatan perkembangan kemampuan tersebut tidak mudah terlihat. Pada masa
remaja, kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk terus bertambah.
Pada awal remaja kira-kira pada umur 12 tahun, anak berada pada masa yang
disebut masa operasi formal atau berpikir abstrak, pada masa ini, ia telah
berpikir dengan mempertimbangkan hal yang mungkin disamping hal yang
nyata. Pada usia ini ia telah berpikir hipotetik. (Fatimah, 2010)
Berpikir oerasional formal setidak-tidaknya memiliki dua sifat yang
penting, yaitu sebagai berikut :
1) Sifat deduktif hipotesis
Dalam menyelesaikan masalah, remaja biasanya dalam menngawali
pemikiran akan bersifat teoritis. Remaja akan menganalisis masalah dan
mengajukan cara-cara peyelesaian masalah dan mengajukn cara-cara
penyelesaian berdasarkan cara berpikir induktif atau deduktif maupun kombinasi
keduanya. Berdasarkan analisis yang dilakukan, ia dapat membuat suatu strategi
penyelesaian masalah. Remaja mengajukan pendapat atau prediksi tertentu
(proporsi), kemudian mecari ubungan dari proporsi tersebut.
2) Berpikir operasional juga berpikir kombinaris
Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan
dengan cara melakukan analisis. Dengan berpikir operasional formal, seorang
remaja akan memperoleh problem solving yang benar-benar ilmiah sera
dimungkinkan untuk mengadakan pengujian hipotesis dengan variabe-variabel
tertentu. Berpikir abstrak atau formal operation merupakan cara berpikir yang
bertalian dengan hal-hal abstrak dan kejadian-kejadian yang tidak langsung
dihayati. (Fatimah, 2010)
Dalam suatu eksperimen yang dilakukan Piaget dan Inhelder (1958),
kepada anak-anak dan remaja diberikan lima tabung yang berisi cairan tanpa

6
warna. Empat tabung diberi label 1,2,3, dan 4, serta tabung kelima diberi label g.
kepada anak-anak diminta untuk mengombinasikan cairan-cairan tersebut
sehingga diperoleh cairan yang berwarna kuning. Dalam melakukan tugas ini,
maka anak-anak tahap pra-operasional akan mengombinasikan cairan yang satu
ke yang lain secara tidak teratur. Anak-anak pada tahap konkrit operasional akan
mengombinasikannya secara lebih teratur dan mencoba memecahkan persoalan
ini melalui trial and error. Mereka mencoba menuangkan cairan dalam tabung
dengan label g ke dalam masing-masing dari keempat tabung lain, dan setelah
itu ia menyerah. (Desmita, 2010)
Akan tetapi, anak tahap formal operasional mulai mampu memecahkan
masalah dengan membuat perencanaan kegiatan terlebih dahulu dan berusaha
mengantisipasi berbagai macam informasi yang akan diperlukannya untuk
masalah tersebut. Oleh karena itu mereka mencoba semua kemungkinan
kombinasi dan secara sistematis akan menambahkan cairan dalam tabung g ke
dalam keempat tabung cairan lain. Kemudian ia akan mengambil tabung 1 dan
mengombinasikannya dengan g, kemudian dengan tabung 2, kemudian dengan
tabung 3, dan dengan tabung 4, serta sering mencatat tentang apa yang telah
mereka coba.
Cara berpikir tersebut terlepas dari tempat dan waktu. Akan tetapi, cara
berpikir hipotesis deduktif yang sistematis tidak selalu dicapai oleh semua
remaja. Tercapai atau tidaknya cara berpikir ini tergantung pada tingkat
intelegensi dan kebudayaan sekitarnya.

2. Perkembangan Bakat Khusus atau Minat


Terdapat perbedaan antarindividu dalam tingkat kemampuan atau prestasi.
Hal ini karena terdapat perbedaan bakat yang dibawa sejak lahir dan hasil dari
latihan atau pengalaman. Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan
potensi yang masih perlu dikembangkan melalui latihan. Jadi, bakat adalah
kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang
relatif bersifat umum atau khusus (talenta). (Fatimah, 2010)
Sedangkan minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu
campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau
kecenderungan kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu
pilihan tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa bakat dan minat berbeda tetapi

7
memiliki kesamaan dalam hal pilihannya terhadap suatu hal tertentu. (Mappiare,
1982)
Faktor perbedaan bakat atau minat khusus bergantung pada seks,
intelegensi, lingkungan dimana dia hidup, kesempatan untuk mengembangkan
minat, minat teman sebaya, status dalam kelopok sosial, kemampuan bawaan,
minat keluarga, dll. Dalam masa remaja, minat yang dibawa pada masa kanak-
kanak cenderung berkurang dan diganti oleh minat yang lebih matang. Selain
itu, tanggung jawab yang harus dipikul semakin besar serta berkurangnya waktu
yang dapat digunakan sesuka hati, maka remaja dari waktu ke waktu harus
membatasi minatnya, terutama dbidang rekreasi. (Hurlock, 1980)
Semua remaja sedikit banyak memiliki minat-minat khusus tertentu yang
terdiri dari berbagai kategori. Meskipun terdapat berbagai ragam minat, namun
terdapat minat tertentu yang hampir universal yaitu :

a. Minat Rekreasi
Selama masa remaja, remaja cenderung menghentikan aktivitas rekreasi
yang menuntut banyak pengorbanan tenaga dan berhenti serta akan bertindak
sebagai pengamat yang pasif. Pada awal masa remaja, aktivitas permainan akan
diganti dengan bentuk rekreasi yang lebih matang. Pola rekreasi tersebut hampir
sama dengan pola akhir masa remaja dan pada awal masa dewasa.
Beberapa macam minat rekreasi remaja yaitu:
Permainan dan Olah raga
Remaja mulai menyukai olahraga tontonan daripada olahraga yang
terorganisasi. Selain itu, remaja lebih menyukai permainan yang menuntut
keterampilan intelektual seperti permainan kartu, dll.
Bersantai
Remaja gemar bersantai dan mengobrol dengan teman-teman. Mereka
makan sambil bergurau atau membicarakan orang lain mauun hal-hal yang
lagi populer pada saat itu.
Hobi
Remaja yang kurang populer lebih berminat pada hobi dibandingkan
dengan bentuk rekreasi lain karena sebagian besar hobi merupakan
kegiatan rekreasi seorang diri.
Selain minat rekreasi yang teah disebutkan diatas, masih terdapat
berbagai macam minat rekreasi yang dilakukan remaja. Banyaknya rekreasi
yang diikuti remaja sangat dipengaruhi oleh derajat kepopulerannya. Selain itu,

8
banyaknya tekanan yang berasal dari tugas sekolah, tugas rumah dan kegiatan
lain yang membatasi waktu untuk rekreasi juga menjadi salah satu faktor.
b. Minat Sosial
Minat yang bersifat sosial bergantung pada kesempatan yang diperoleh
remaja untuk mengembangkan minat tersebut pada kepopulerannya dalam
kelompok. Beberapa minat sosial remaja diantaranya adalah menolong orang
lain, peristiwa dunia yang diungkapkan melalui bacaan dan pembicaraan dengan
teman, guru, dan orang lain. Selain itu, minat sosial lainnya adalah minat remaja
untuk mengkritisi orang lain.

c. Minat Pendidikan
Besarnya minat remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh
minat mereka terhadap pekerjaan. Apabila remaja mengharapkan pekerjaan yang
menuntut pendidikan tinggi, maka pendidikan akan dianggap sebagai batu
loncatan. Biasanya remaja lebih menaruh minat terhadap pelajaran yang berguna
dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya.
Selain itu, terdapat pula remaja yang tidak berminat pada pendidikan dan
biasanya membenci sekolah. Remaja yang tergolong dalam hal tersebut
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Remaja yang orangtuanya memiliki cita-cita tinggi yang tidak realistik
terhadap prestasi akademik, atletik, atau prestasi sosial yang terus menerus
mendesak untuk mencapai sasaran yang dikehendaki.
2. Remaja yang kurang diterima oleh teman-teman sekelas yang merasa tidak
mengalami kegembiraan sebagaimana yang dialami oleh yang lain.
3. Remaja yang matang lebih awal, yang merasa fisiknya jauh lebih besar
dibandingkan dengan ang lain sehingga seringkali diharapkan berprestasi
lebih baik daripada yang lain.
Para remaja yang kurang berminat pada pendidikan biasanya
menunjukkan ketidaksenangannya dengan cara menjadi orang yang berprestasi
rendah bekerja dibawah kemampuan dalam setiap mata pelajaran atau dalam
mata peajaran yang tidak disukai. Selain itu, terdapat pula yang membolos baik
dalam mata pelajaran yag tidak disukai ataupun semua mata pelajaran.

d. Minat Religius (Agama)


Minat pada agama tamak dengan adanya pembahasan agama dikalangan
remaja, mengikuti pelajaran agama disekola dan di perguruan tinggi, mengikuti

9
upacara keagamaan sesuai dengan keyakinan yang dianutnya, dll. Minat religius
remaja memiliki pola perubahan yang sistematis yaitu:
1. Periode kesadaran religius
Pada saat remaja mengikuti keyakinan orang tua, minat religiusnya
meninggi dan mengakibatkan menjadi bersemangat mengenai agama.
Seringkali akan dibandingkan dengan keyakinan orang lain secara kritis.
2. Periode keraguan religius
Berdasarkan analisis yang dilakukan secara kritis, remaja akan sering
bersikap skeptis pada berbagai bentuk religius, seperti berdoa dll. Bagi
beberapa remaja, keraguan yang tercipta akan membuat mereka kurang
taat pada agama. Sebagian yang lain, kan mencari kepercayaan yang lain.
3. Periode Rekontruksi Agama
Cepat atau lambat, remaja akan membutuhkan kepercayaan agama
meskipun kepercayaan pada masa kanak-kanak kurang memuaskan.

C. Faktor-faktor yang Mempegaruhi Perkembangan Kognitif Remaja


Perkembangan kognitif setiap remaja berbeda. Sejauh mana
perkembangan kognitif remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Faktor yang mempengaruhi perkembangan Intelegensi
Menurut Andi Mappiare, hal-hal yang mempengaruhi perkembangan
intelegensi adalah sebagai berikut :
a. Bertambahnya informasi yang disimpan (dalam otak) seseorang, sehingga ia
mampu berpikir reflektif.
b. Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan dalam memecahkan maslah
sehingga seseorang dapat berpikir rasional.
c. Adanya kebebasan berpikir, sehingga mendorong keberanian seseorang
dalam menyususn hipotesis-hipotesis yang radikal. Kebebasan menjejaki
masalah secara keseluruhan dan keberanian memecahkan masalah serta
menarik kesimpulan yang baru dan benar. (Mappiare, 1982)

2. Faktor yang mempengaruhi perkembangan Bakat khusus atau minat


Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus atau
minat terletak pada anak itu sendiri dan lingkungan.
a. Anak itu sendiri. Apabila anak tersebut kurang berminat untuk
mengembangkan bakat yang ia miliki, atau kurang termotivasi untuk
mencapai prestasi yang tinggi, atau pula memiliki kesulitan atau masalah
pribadi sehingga ia mengalami hambatan dalam pengembangan bakatnya.

10
b. Lingkungan anak. Apabila orangtua kurang mampu untuk menyediakan
kesempatan dan sarana pendidikan yang dibutuhkan anak, atau
ekonominya cukup tinggi, tetapi kurang memberi perhatian terhadap
pendidikan anak maka kemungkinan perkembangan bakat atau minatnya
akan terhambat.

BAB III
PENUTUP

SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan tentang pengertian perkembangan kognitif
remaja, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif remaja adalah
perkembangan kemampuan untuk berpikir secara abstrak, dapat menalar secara
logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia serta perasaan
tertarik terhadap hal-hal tertentu.
Berdasarkan pembahasan tentang macam-macam perkembangan kognitif
remaja, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif remaja

11
mencakup perkembangan intelektual perkembangan kemampuan berpikir atau
kemampuan dalam bertindak terhadap suatu hal dan perkembangan bakat
khusus atau minat perkembangan remaja akan kecenderungan yang
mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
Berdasarkan pembahasan tentang faktor yang mempengaruhi
perkembangan kognitif remaja, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi dapat berasal dari dalam pribadi (faktor bawaan dan kemauan)
dan faktor lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Fatimah, Enung. 2010. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik).


Bandung: CV. Pustaka Setia.

Hartinah, Sitti. 2008. Pengembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Refika


Aditama.

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan oleh Istiwidayanti dan
Soedjarwo,1990. Jakata: Erlangga.

Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

12
Singgih, Gunarsa., & dkk. (1990). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung
Mulia.

13

Anda mungkin juga menyukai