Anda di halaman 1dari 11

Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Pendidikan Kimia

RASIONALISASI MATERI JUDUL


TESIS
Pengembangan Modul Kimia Berbasis Guided Discovery pada Materi
Larutan Penyangga Kelas XI SMA

Hilda Nita Pramesthi

S831602014

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SAINS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2017
PENDAHULUAN
Kimia merupakan salah satu dari pelajaran dalam rumpun sains.
Mempelajari ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat kimia yang
langsung bermanfaat bagi kesejahteraan manusia, akan tetapi ilmu kimia juga
bertujuan untuk memahami berbagai peristiwa alam yang diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, mengakui hakikat materi dan perubahannya, menanamkan
metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan
dan memupuk ketekunan serta ketelitian kerja (Depdiknas, 2003). Oleh karena itu,
dalam mempelajari kimia tidak hanya fakta dan konsep, melainkan bagaimana
siswa dilatih untuk menentukan fakta dan konsep tersebut.
Pembelajaran kimia yang selama ini diajarkan di sekolah hanya
menekankan pada pemberian konten materi (produk) dari kimia itu sendiri,
sehingga kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik hanya sebatas pada aspek
kognitifnya saja. Secara hakikat, kimia atau sains itu meliputi produk (kognitif),
proses (psikomotor), pembentukan sikap ilmiah (afektif), dan aplikasi. Produk
sains merupakan kumpulan pengetahuan yang terdiri dari konsep, prinsip hukum,
maupun teori. Proses sains berupa keterampilan proses untuk mendapatkan dan
mengembangkan sains lebih lanjut. Sikap ilmiah atau nilai merupakan perilaku
atau sikap mental ilmiah yang dimiliki seseorang yang berkecimpung dalam sains.
Dalam pembelajaran sains, aspek-aspek tersebut harus terpenuhi agar peserta
didik memperoleh ilmu pengetahuan secara menyeluruh.
Menurut Johnstone (dalam Orgill dan Sutherland), untuk memahami
ilmu kimia diperlukan kemampuan untuk menggambarkan tiga representasi
yaitu makroskopik, mikroskopik, dan simbolik. Penyajian konsep kimia
dengan tiga level representasi secara simultan merupakan aspek penting yang
perlu diperhatikan oleh guru dalam proses pembelajaran kimia. Namun pada
kenyataannya banyak siswa yang tidak memahami dan tidak dapat
menggunakan ketiga representasi (makroskopis, mikroskopis, dan
simbolik)dalam menjelaskan suatu fenomena (Talanquer, 2010:180). Oleh karena
itu, kimia sering disebut sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit.

1
Orgill dan Sutherland (2008:132) melaporkan bahwa guru cenderung
lebih memfokuskan pada aspek perhitungan daripada konseptual dalam
menjelaskan materi kimia. Akibatnya siswa mengalami kesulitan untuk
memahami konsep-konsep dalam kimia dengan benar. Ilmu kimia mengandung
konsep yang berurutan dan berjenjang (Kean dan Middlecamp, 1985:5). Menurut
Nakhleh (1992:191), jika siswa tidak memahami konsep dasarnya, maka siswa
akan mengalami kesulitan dalam memahami konsep yang lebih lanjut.
Berdasarkan wawancara dan observasi di beberapa SMA di Karanganyar,
banyak siswa yang menyatakan bahwa kimia merupakan salah satu mata pelajaran
yang sulit. Siswa merasa kesulitan dalam memahami materi-materi pelajaran
kimia. Berdasarkan nilai dari tahun sebelumnya diketahui bahwa materi larutan
penyangga merupakan materi kimia yang nilai rata-rata ketuntasannya masih
rendah. Mayoritas SMA di Karanganyar telah menggunakan Kurikulum 2013
namun guru dalam mengajarkan materi kimia belum sepenuhnya menerapkan
pendekatan saintifik. Adapun langkah-langkah saintifik yang hendaknya
diterapkan meiputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah
informasi, dan mengkomunikasikan. Pembelajaran kimia pada larutan penyangga
cenderung untuk memfokuskan pada aspek perhitungan daripada konseptual
dalam menjelaskan materi kimia. Untuk itu perlu adanya peningkatan pada proses
pembelajaran kimia terutama materi larutan penyangga, sehingga dapat diperoleh
hasil yang baik.
Peningkatan kegiatan pembelajaran terutama pada materi larutan
penyangga dapat dilakukan dengan mengoptimalkan model atau metode
pembelajaran yang digunakan. Metode konvensional yang biasa digunakan guru
hanya menyampaikan materi pada siswa kemudian siswa harus menghafal materi
tersebut. Siswa tidak diberi kesempatan untuk membangun sendiri
pengetahuannya melalui penemuan dari fakta-fakta di sekitarnya. Guru
seharusnya dapat memilih metode dan model pembelajaran yang tidak hanya
menarik dan menyenangkan namun metode tersebut juga harus dapat
menanamkan pemahaman pada siswa. Penggunaan metode dan model
pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran
sehingga akan meningkatkan proses dan hasil belajar. Penerapan pembelajaran

2
saintifik harus ditingkatkan salah satunya dengan penerapan model-model
pembelajaran terkait yang sesuai.
Penemuan terbimbing (guided discovery) merupakan model
pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik. Model guided discovery
mengajak siswa untuk aktif menemukan sendiri konsep dan materi yang
dipelajari, sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang membimbing
siswa. Penerapan model pembelajaran sering disertai penggunaan media atau alat
bantu pembelajaran yang mendukung. Modul dapat digunakan sebagai pendukung
penerapan model guided discovery. Penggunaan modul berbasis guided discovery
diharapkan dapat meningkatkan proses pembelajaran kimia pada materi
hidrokarbon terutama pada rasa ingin tahu siswa sehingga siswa lebih aktif.
Peningkatan proses pembelajaran dengan menggunakan modul diharapkan juga
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

3
RASIONALISASI JUDUL TESIS

A. Materi
Materi kimia yang dipilih dalam judul tesis ini adalah materi larutan
penyangga. Materi kimia larutan penyangga meliputi produk, proses, sikap ilmiah,
serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu karakteristik ilmu kimia
adalah sebagian besar konsep-konsepnya bersifat abstrak. Sifatnya yang abstrak
menyebabkan kimia cenderung menjadi pelajaran yang sulit bagi kebanyakan
siswa. Selain sifatnya yang abstrak, kesulitan mempelajari kimia juga disebabkan
oleh kompleksnya perhitungan yang terlibat, bahasa yang jarang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, serta perbedaan level-level representasi yang digunakan
para ahli kimia dalam menjelaskan fenomena kimia.
Fenomena kimia digambarkan dan dijelaskan oleh para ahli kimia
menggunakan level-level representasi yang meliputi representasi makroskopik,
mikroskopik, dan simbolik. Representasi makroskopik merupakan level konkret,
dimana pada level ini siswa mengamati fenomena yang terjadi, baik melalui
percobaan yang dilakukan atau fenomena yang terjadi pada kehidupan sehari-hari.
Representasi mikroskopik merupakan level abstrak yang menjelaskan fenomena
makroskopik. Representasi ini memberikan penjelasan pada level partikel dimana
materi digambarkan sebagai susunan dari atom-atom, molekul-molekul dan ion-
ion, sedangkan representasi simbolik digunakan untuk merepresentasikan
fenomena makroskopik dengan menggunakan persamaan kimia, persamaan
matematika, grafik, mekanisme reaksi, dan analogi-analogi.
Karakteristik materi larutan penyangga, yaitu:
Materi larutan penyangga cenderung menimbulkan miskonsepsi. Larutan
penyangga merupakan salah satu materi yang sebagian besar konsepnya
bersifat abstrak. Pokok bahasan ini diajarkan pada siswa kelas XI semester
2. Keabstrakan konsep-konsep pada pokok bahasan ini sangat potensial dalam
menimbulkan kesalahan konsep atau miskonsepsi. Hasil penelitian Orgill dan
Sutherland (2008) menunjukkan adanya miskonsepsi pada konsep larutan
penyangga. Berdasarkan peneliti Mentari, dkk (2014), menyatakan bahwa

4
miskonsepsi pada larutan penyangga terjadi pada hampir keseluruhan konsep.
Penelitian ini juga mengemukakan faktor yang menyebabkan miskonsepsi
pada larutan penyangga diantaranya cara belajar yang banyak menghafal
bukan memahami konsep, kemampuan siswa dalam menganalisis dan
mengaitkan beberapa konsep masih lemah, penekanan konsep yang kurang,
pembelajaran yang terfokus pada latihan soal, serta bentuk soal yang mungkin
menimbulkan miskonsepsi.
Dalam mempelajari materi larutan penyangga diperlukan untuk
menggambarkan tiga representasi yaitu makroskopik, mikroskopik, dan
simbolik.
Representasi makroskopik dalam materi larutan penyangga dapat berupa
pengamatan siswa pada percobaan pembuatan larutan penyangga dan
pengukuran pH larutan penyangga. Melalui percobaan tersebut siswa
diajak untuk mengamati fenomena nilai pH yang relatif tetap setelah
penambahan sedikit asam / basa / air. Kegiatan mengamati ini perlu
dilakukan dalam pembelajaran kimia sesuai dalam kurikulum 2013
melalui pendekatan saintifik. Mengamati juga merupakan tahap awal
dalam proses berpikir, sehingga diharapkan melalui kegiatan mengamati
ini siswa lebih terpacu dalam berpikir kritis dan mencari tahu lebih dalam
mengenai konsep-konsep materi larutan penyangga.
Representasi mikroskopik dalam materi larutan penyangga berupa
penjelasan mengenai fenomena pH larutan penyangga yang relatif tetap.
Pembelajaran materi larutan penyangga pada tahap mikroskopik ini
seharusnya mengajak siswa untuk menggali dan mengolah informasi
lebih dalam mengenai alasan logis pH larutan penyangga yang relatif
tetap. Siswa diajak untuk mempelajari lebih lanjut hingga level mikro.
Namun, pembelajaran larutan penyangga pada tahap ini justru sering
terabaikan. Siswa sering kurang memahami secara mendalam.
Representasi simbolik dalam larutan penyangga berupa persamaan kimia
dan persamaan matematika mengenai komponen-komponen larutan
penyangga serta rumus penghitungan pH larutan penyangga. Penerapan
dalam pembelajaran biasanya berupa latihan soal.

5
Berdasarkan penelitian Sihaloho (2013), menyatakan bahwa pemahaman
siswa secara umum baik pada tingkat makroskopis dan tingkat
mikroskopis termasuk dalam kategori rendah. Orgill dan Sutherland
(2008:132) melaporkan bahwa guru cenderung lebih memfokuskan pada
aspek perhitungan daripada konseptual dalam menjelaskan materi kimia.
Akibatnya siswa mengalami kesulitan untuk memahami konsep-konsep
dalam kimia dengan benar.
Pembelajaran larutan penyangga yang mencakup pengamatan / percobaan,
mencari dan mengolah informasi serta menerapkan dalam soal-soal maka
sangat dibutuhkan keaktifan siswa. Pembelajaran ini menuntut siswa aktif
dalam berdiskusi baik bertanya maupun menyatakan pendapat, berpikir kritis
mengenai fenomena-fenomena yang dijumpai sehingga siswa dapat
memahami materi larutan penyangga dengan baik. Pembelajaran materi
larutan penyangga akan lebih baik bila dilakukan dalam pembelajaran yang
terpusat pada siswa.
Banyaknya aplikasi atau penerapan konsep larutan penyangga dalam
kehidupan sehari-hari merupakan salah satu faktor pentingnya materi kimia
larutan penyangga. Larutan penyangga banyak diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari seperti sistem larutan penyangga untuk mempertahankan pH tubuh
agar tetap normal.
Keterkaitan materi larutan penyangga dengan materi sebelumnya yaitu materi
asam basa dan materi penentuan pH larutan. Materi larutan penyangga
berkaitan dengan konsep asam basa dimana larutan penyangga merupakan
lanjutan konsep asam basa yang diaplikasikan dalam kehidupan. Selain harus
menguasai mengenai konsep asam basa, dalam mempelajari materi larutan
penyangga juga senantiasa sudah menguasai materi penentuan pH larutan,
persamaan reaksi, dan stokiometri sehingga lebih mudah dalam menguasai
materi larutan penyangga.
Keterkaitan materi larutan penyangga dengan materi selanjutnya. Bila siswa
telah memahami materi larutan penyangga sesuai konsep, maka siswa akan
lebih mudah dalam mempelajari materi lanjutan yang lebih rumit yaitu materi
hidrolisis garam.

6
Soal-soal ranah kognitif pada larutan penyangga di sekolah yang dapat
diselesaikan dengan baik oleh siswa cenderung pada level C1 (pengetahuan),
C2 (pemahaman), dan C3 (penerapan) maka perlu adanya peningkatan
pembelajaran sehingga siswa dapat menyelesaikan soal-soal dengan level
yang lebih tinggi seperti C4 (analisis), C5 (Penilaian), dan C6 (mencipta).

B. Modul Kimia berbasis Guided Discovery


Untuk memperbaiki proses pembelajaran larutan penyangga diperlukan
model pembelajaran yang mengarah pada saintifik dan terdapat komponen-
komponen mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi,
dan mengkomunikasikan. Model pembelajaran yang digunakan harus memacu
siswa untuk aktif berpikir, berdiskusi baik bertanya maupun menyatakan pendapat
sehingga siswa diharapkan lebih memahami materi larutan penyangga.
Sesuai dengan teori belajar Vygotsky yang mengemukakan bahwa
pembangunan konsep terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman
baru dan menantang. Ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
dimunculkan oleh pengalaman ini, mereka berupaya mendapatkan
pemahaman dengan cara mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan
awal yang telah dimilikinya dan membangun konsep baru. Bruner mengatakan
bahwa belajar penemuan akan memiliki efek transfer yang lebih baik artinya
konsep-konsep yang telah dimiliki akan lebih mudah diterapkan pada situasi-
situasi baru. (Ibrahim , M dan M. Nur. 2005)
Model guided discovery merupakan salah satu penerapan dari
pembelajaran saintifik. Melalui model ini diharapkan siswa lebih aktif dan guru
dapat membimbing siswa. Selanjutnya penerapan model ini juga perlu adanya
perangkat pembelajaran yang sesuai yang dapat mendukung keterlaksanaan
pembelajaran, maka dipilih modul kimia berbasis guided discovery. Modul kimia
berbasis guided discovery ini akan mengarahkan siswa pada pembelajaran kimia
yang tidak hanya mementingkan hasil namun juga proses.
Pengembangan modul kimia untuk larutan penyangga tersebut akan
disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran penemuan (guided discovery)
sehingga siswa diajak untuk memahami konsep. Sesuai saran dari penelitian

7
Sihaloho (2013), yang menyatakan bahwa untuk mengurangi kesalahan siswa
dalam memahami konsep materi larutan penyangga baik pada tingkat
makroskopis maupun mikroskopis maka dalam pembelajaran hendaknya
mrnggunakan pembelajaran yang terpusat pada siswa. Kemudian dapat digunakan
media pembelajaran yang berupa gambaran mikroskopis dari konsep tersebut,
namun agar hal ini tidak menyebabkan miskonsepsi maka peran guru sangat
penting untuk mengkawal atau menjadi fasilitator dan meluruskan konsep bila
terjadi kesalahan pemahaman.

8
KESIMPULAN

Perlu adanya peningkatan pada pembelajaran kimia di SMA terutama


pada materi larutan penyangga sehingga dapat memenuhi hakikat sains yaitu
produk, proses, sikap ilmiah, serta aplikasi. Karakteristik materi larutan
penyangga meliputi:
Cenderung terjadi miskonsepsi
Penggambaran dan penjelasan materi larutan penyangga yang meliputi
representasi makroskopik, mikroskopik, dan simbolik.
Pembelajaran larutan penyangga menuntut siswa untuk aktif dalam berdiskusi
baik bertanya maupun menyatakan pendapat, berpikir kritis mengenai
fenomena-fenomena yang dijumpai.
Banyak penerapan konsep larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari
Keterkaitan materi larutan penyangga dengan materi sebelumnya.
Keterkaitan materi larutan penyangga dengan materi selanjutnya.
Soal-soal ranah kognitif pada larutan penyangga yang bisa diselesaikan
dengan baik oleh siswa cenderung hanya soal-soal level rendah.
Oleh karena itu, diperlukan perbaikan pembelajaran yang mengarah pada
saintifik yaitu pembelajaran dengan menggunakan modul kimia berbasis guided
discovery.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim , M dan M. Nur. 2005. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:


UNESA-University Press.
Mentari, L., dkk. 2014. Analisis Miskonsepsi Siswa SMA pada Pembelajaran
Kimia untuk Materi Larutan Penyangga. Jurusan Pendidikan Kimia
Volume 2 Nomor 1.
Sihaloho, M. 2013. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Memahami Konsep Larutan
Buffer pada Tingkat Makroskopis dan Mikroskopis. Jurnal Entropi,
Volume VIII, Nomor 1.
Yunitasari, W., dkk. 2013. Pembelajaran Direct Instruction Disertai Hierarki
Konsep untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa pada Materi Larutan
Penyangga Kelas Xi Ipa Semester Genap SMA Negeri 2 Sragen Tahun
Ajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No.3.

10

Anda mungkin juga menyukai